Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gorontalo adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang lahir pada tanggal 5 Desember,
2000[7] dan memiliki Ibu kota provinsi bernama sama yaitu, Kota Gorontalo. Sama halnya
dengan ibu kotanya, Provinsi Gorontalo terkenal dengan julukan "Serambi Madinah".
Dalam catatan sejarah Indonesia, satu-satunya Presiden RI yang berasal dari Suku
Gorontalo adalah Presiden Republik Indonesia ke-3, Prof. DR. Ing. B.J. Habibie, dari
garis keturunan ayahnya yang memiliki marga Habibie, yaitu Alwi Abdul Jalil Habibie.[8]

Seiring dengan munculnya pemekaran wilayah yang berkenaan dengan Otonomi Daerah
di Era Reformasi, Provinsi ini kemudian dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor
38 Tahun 2000, tertanggal 22 Desember dan menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia.

Provinsi Gorontalo terletak pada Semenanjung Gorontalo (Gorontalo Peninsula) di Pulau


Sulawesi, tepatnya di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini
12.435,00 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 1.166.142 jiwa (2018), dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 0.91%.[9]

Disisi lain, masyarakat Gorontalo juga memiliki budaya "Moleleyangi" atau dalam bahasa
Indonesia disebut "Merantau", dimana penyebaran etnis Gorontalo paling banyak tersebar
di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Timur. Ditengarai, penyebaran
Diaspora Orang Gorontalo telah mencapai 5 kali lipat dari total penduduknya sekarang
yang tersebar di seluruh dunia.[10]
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Provinsi Gorontalo

Daerah Provinsi Sulawesi Utara merupakan asal terbentuknya provinsi Gorontalo.


Karena ada beberapa hal penting, maka Gorontalo di tahun 2000  resmi menjadi provinsi
baru yg ke-32 di Indonesia dan menjadi provinsi yang mandiri. Provinsi Gorontalo
terletak di Pulau Sulawesi bagian utara atau di bagian barat Sulawesi Utara. Berdasarkan
sejarahnya, Gorontalo adalah salah satu kota tua di Sulawesi. Daerah ini usianya hampir
sama seperti kota seperti Manado, Pare-pare dan juga Makassar. Pada masa jayanya,
kebudayaan agama Islam pernah berpusat di Gorontalo di daerah Indonesia timur. Oleh
karena itu di Gorontalo kebudayaannya begitu kaya. Terlihat dari rumah tradisionalnya
merupakan bukti salah satu kekayaan budaya Gorontalo. Begitu juga dengan
keanekaragaman budayanya.

1. Rumah Adat 

Doluhapa,

merupakan rumah adat Gorontalo yang digunakan untuk tempat bermusyaarah. Pada masa-
masa pemerintahan raja, Doluhapa digunakan untuk ruang pengadilan, tmpat untuk
memvonis penghianat melalui 3 aturan yaitu:

 Alur pertahanan (keamanan), dikenal sebagai Buwatulo Bala; 


 Alur hukum agama islam, dikenal sebagai Buwatulo Syara; 
 Alur Hukum adat, dikenal sebagai Buwatulo Adati. 

Kini rumah adat Doluhapa digunakan oleh masyarakat Gorontalo difungsikan untuk tempat
menjalankan upacara pernikahan dan juga upacara adat lain nya.
- Rumah adat Bandayo Pamboide digunakan juga digunakan sebagai tempat
bermusyawarah. Dulu Rumah Bandayo Pomboide ini difungsikan sebagai tempat pagelaran
budaya khas Gorontalo. Berbeda dengan Doluhapa, bagian dalam Bandayo Pomboide
mempunyai banyak sekat sehingga memiliki bermacam ruangan yang fungsiya juga beragam.

Jika diamati secara keseluruhan, disain arsitektur rumah adat ini (baik Doluhapa dan Bandayo
Pomboide) banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang tumbuh dan kental di wilayah
Gorontalo sejak dahulu.

2. Pakaian Adat Gorontalo

Pakaian adat Gorontalo yang biasa dikenakan pada saat upacara pernikahan, upacara
khitanan, upacara baiat (pembeatan wanita), upacara penyambutan tamu, maupun upacara
adat lainnya.

Pakaian adat pada pria berupa baju tertutup yang dipadankan dengan celana panjang. Pakaian
ini dilengkapi penutup kepala dan kain sarung yang dililitkan di pinggang. Serta ada senjata
tradisional wamilo diselipkan dililitan sarung tersebut.

Sedangkan pakaian adat pada wanita berupa baju berukuran panjang sejenis baju kurung. Dan
anting berwarna emas. Biasanya, rambut wanita disanggul dengan bentuk sederhana dan
dihiasi kembang emas.

3. Tari Tradisional Gorontalo

Tari tradisional provinsi Gorontalo adalah tari Polo-polo. Tari ini merupakan tari pergaulan
bagi muda-mudi. Gerakkan tari ini dinamis dan beraturan. Biasanya, penarinya adalah wanita
dan dilakukan oleh lebih dari dua orang.
Selain itu, ada juga tari Peule Cinde. Tari ini, termasuk pula tarian untuk menyambut tamu
agung. Puncak acaranya adalah dengan menaburkan bunga bagi para tamu.

4. Senjata Tradisional: Wamilo

Senjata tradisional ini berbentuk seperti golok. Namun, bagian ujung hulunya sedikit
melengkung ke bawah. Senjata tradisional lainnya adalah badik, Wamilo, Bitu'o (sejenis
Keris), Sabele (sejenis Parang atau Lilang) dan Travalla.

5. Bahasa Daerah: Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun


hanya tiga bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo,
Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa Andagile).

6. Alat Musik : Polopalo


Alat musik ini terbuat dr bambu, berbentuk seperti garputala raksasa dan cara memainkannya
yaitu dengan memukulkannya ke lutut. Pada perkembangannya, alat musik ini
disempurnakan pada beberapa hal, salah satunya adalah kini Polopalo dibuatkan sebuah
pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar membantu dan mempermudah untuk
memainkannya. Pengembangan ini memberi perubahan selain tidak memeberi rasa sakit pada
bagian tubuh yang dipukul, juga membuat alat musik ini berbunyi lebih keras atau nyaring.

7. Upacara Tradisional Gorontalo


Upacara adat atau upacara tradisional adalah upacara yang diselenggarakan menurut adat-
istiadat yang berlaku di daerah setempat. Upacara tradisional Gerontalo tidak dapat
dipisahkan dari agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Provinsi Gorontalo.
Upacara adat ini dibedakan menjadi dua, yaitu upacara adat yang berhubungan dengan daur
hidup (misalnya perkawinan, kematian) dan upacara adat yang berhubungan dengan aktivitas
hidup masyarakat serta lingkungan. beberapa upacara adat yang terdapat di Provinsi ini yaitu:

 Upacara Adat Perkawinan


 Upacara Molonthalo 
 Tumbilotohe 

8. Makanan Khas Gorontalo

Bilenthango

Makanan khas Gorontalo yang satu ini mungkin terasa asing bagi yang belum pernah
mendengarnya. Bahkan terkadang ada yang mengira bahwa makanan bilenthango adalah
makanan yang berasal dari luar negeri. Ternyata makanan bilenthango adalah makanan khas
Gorontalo yang berbahan utama ikan. Resep membuat makanan bilenthango adalah sebagai
berikut. Pertama tama ikan dibelah menjadi dua bagian, biasanya makanan bilethango
menggunakan ikan goropa atau yang lebih dikenal dengan ikan kerapu. Ikan tersebut
kemudian digoreng dengan campuran daun pkamun. Cara menggoreng makanan bilenthango
tidak seperti biasanya menggoreng ikan, cara menggorengnya tidak dibalik agar dibagian
bawahnya akan terasa lebih renyah dan dibagian atas akan terasa lebih lembut. Kemudian
ditambahkan bumbu rempah-rempah yang hampir mirip dengan bumbu rica-rica kemudian
ditambahkan sedikit perasan jeruk.
Sashimi Tuna

Makanan khas daerah Gorontalo yang satu ini mungkin membuat kamu yang membaca
bertanya-tanya. Apa benar ada makanan khas Gorontalo berupa sashimi? Ya, karena biasanya
sashimi adalah makanan khas dari Negara Jepang yang sudah sangat terkenal.

Binte Biluhuta

Makanan khas Gorontalo binte biluhuta atau nama lainnya adalah sup jagung. Mungkin
makanan ini jarang kamu dengar. Apabila kamu berkunjung ke Gorontalo sebaiknya kamu
mencoba makanan khas gorontalo ini. Makanan binte biluhuta terbuat dari jagung yang
dicampur dengan ikan atau udang dan ditambah dengan bumbu khas Gorontalo, sehingga
menimbulkan rasa manis, asin dan pedas bercampur menjadi satu. Satu informasi tambahan
ternyata binte biluhuta ini mempunyai nama lain makanan khas Gorontalo milu siram.

9. Adat istiadat gorontalo

Adat Istiadat Gorontalo merupakan sebuah tatanan kebudayaan dan tradisi dari para leluhur
Gorontalo terdahulu yang terus diwariskan dari generasi ke generasi sehingga menjadi sebuah
peradaban yang berkarakter dan berkepribadian luhur. Adat Istiadat Gorontalo itu sendiri
tidak hanya terbentuk dari warisan kebudayaan Persekutuan 5 Kekeluargaan Kerajaan atau
"Duluwo Limo lo Pohala'a", namun juga terbentuk dari pengaruh kebudayaan luar seperti
Budaya Melayu, Budaya Arab, dan Budaya Tiongkok.
Dari sekian banyak pengaruh budaya luar yang ada di Gorontalo, pengaruh kebudayaan Islam
dari masyarakat Arab-lah yang paling kuat dan paling mudah diterima oleh masyarakat
Gorontalo. Oleh karena itu, setiap adat istiadat masyarakat Gorontalo pasti memiliki kaitan
dan warna keagamaan islam yang sangat kuat.[1]

Situasi ini pun yang membuat Jazirah Semenanjung Gorontalo dijuluki sebagai "Bumi
Serambi Madinah", karena masyarakatnya dikenal memegang teguh dan mempraktekkan
agama Islam dalam setiap sendi-sendi kehidupan dan adat tradisi sehari-hari (dikenal dengan
filosofi Gorontalo beragama Islam, Islam adalah Orang Gorontalo) serta dikenal pula dengan
sifat terbuka, ramah dan toleran terhadap para pendatang yang hijrah merantau di Gorontalo,
layaknya Kaum Anshar Madinah yang ikhlas menerima kedatangan Kaum Muhajirin.[2]

10. Suku

Suku Gorontalo merupakan penghuni asli bagian Utara Pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi
Gorontalo, provinsi ke-32 Indonesia, yang pada tahun 2000 memekarkan diri dari provinsi
Sulawesi Utara. Hari ini, jumlah etnis Gorontalo diperkirakan lebih dari 1 juta orang atau
merupakan penduduk mayoritas (90%) di Tanah Gorontalo. Sementara, sejumlah etnis
lainnya yang merupakan minoritas adalah suku Suwawa, suku Bone, suku Atinggola dan
suku Mongondow. Masyarakat Gorontalo berbicara dalam bahasa Gorontalo. Selain bahasa
Gorontalo, terdapat juga beberapa bahasa lain yang sering dianggap sebagai dialek bahasa
Gorontalo, yakni bahasa Suwawa dan bahasa Atinggola. Bahasa Gorontalo sendiri sekarang
banyak mengalami asimilasi dengan bahasa Manado (Melayu Manado), yang juga banyak
diadopsi dalam keseharian masyarakat Gorontalo.

11. Bahasa

Terdapat 4 bahasa lokal di Gorontalo, yaitu Bahasa Gorontalo itu sendiri, Bahasa Suwawa
(Bonda), Bahasa Atinggola, dan Bahasa Bulango. Namun dalam percakapan sehari-hari,
Bahasa Gorontalo adalah bahasa utama yang selalu digunakan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekayaan budaya ini hendaknya kita lestarikan dan merupakan alat pemersatu
bangsa. Karena kita bangsa yang besar dan Bangsa yang besar selalu menghargai
akan budaya dan tradisi serta sejarahnya. Jangan sampai kita tidak tahu tentang
Rumah Adat Provinsi Gorontalo. Bisa jadi esok atau lusa kita tidak akan pernah
mengenal atau melihatnya jika bukan kita yang melestarikan budaya kita.

Kota Gorontalo dan wilayah sekitarnya dihuni oleh beragam suku, yaitu Suku
Gorontalo, Suku Bugis, Suku Polahi, Suku Jawa, Suku Makassar, Suku Bali, Suku
Minahasa, dan Tionghoa. Suku asli Gorontalo memiliki warisan kebudayaan. Bebeapa
di antaranya adalah rumah adat yang berarsitektur indah. Setiap tahun, beragam suku
di Gorontalo menampilkan warna-warni kebudayaan mereka dalam Festival Otanaha.

Kebudayaan asli Gorontalo sangat kental dipengaruhi oleh agama Islam. Orang
Gorontalo mengawinkan unsur adat dan agama secara cantik. Lihatlah tradisi
tumbilotohe, yaitu tradisi membuat Kota Gorontalo gemerlap dengan lentera setiap
malam lebaran. Dalam pesta perkawinan, masyarakat Gorontalo menyanyi dan menari
dengan musik rebana dan syair doa.

Tetapi perlu diingat bahwa kebudayaan Gorontalo semakin hari semakin memudar
oleh karena itu perlu diadakan pelestarian budaya daerah Gorontalo, agar warisan
budaya tetap eksis dan dapat dinikmati oleh generasi-generasi berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai