Anda di halaman 1dari 7

Kelompok 9

1. Nurul Fadila mohamad (611423015)

2. Fitriyanti S. Lantowa (641423050)

3. Abdul kadir mano (611423013)

4. Siti Nurainun pou (611423024)

Tugas : Membuat artikel tentang adat istiadat di kampung halaman masing masing.

“MOLUNGGELO”

Nurul Fadila Mohamad

“MOLUNGGELO”( Menaikan bayi pada ranjang ayunan)

Tradisi ini tak lepas dari wujud kasih sayang keluarga usai tali pusat sang bayi jatuh, tradisi ini dikenal
dengan nama “MOLUNGGELO”.

Dalam prosesi pelaksanaan tradisi MOLUNGGELO terdapat syair dan atribut adat yang digunakan
dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan tradisi ini dihadiri oleh hatibi(ustad), Hulango(Bidan Desa), dan keluarga.

Ada beberapa atribut yang digunakan dalam tradisi terdiri dari:

1. Ayunan ranjang, Fer, Mukena warna putih

2. Beras 1 liter, telur, pala, cengkeh, uang koin, lemon swanggi (bahan diletakkan dalam 1 loyang).
Untuk anak laki-laki semua jumlah bahan yang disediakan terdiri dari 5, Jika untuk anak perempuan
semua bahan” disediakan terdiri dari 7

3. Rempah-rempah (Bawang Merah, bawang putih, kunyit, geraka) diletakan dalam 1 piring.

4. Polutube(Tempat Bara),segelas air, dan kemenyan atau alama’. Diletakkan pada baki.

5.lampu botol, kapur

6. Beras 5 warna, terdiri dari warna hijau diambil dari perasan daun cabai, warna merah diambil dari
campuran sabun daia dan kunyit, warna hitam diambil dari arang, warna kuning diambil dari perasan
kunyit, dan warna putih yaitu warna asli dari beras.

Proses pelaksanaan tradisi MOLUNGGELO

Bayi dimandikan oleh Hulango(bidan desa) dengan lafalan doa, setelah itu dipakaikan wangi-
wangian.
Selajutnya hatibi(ustad) membacakan doa” sholawat ( mongadi Salawati) yang di depannya tersedia
Polutube(Tempat bara),segelas air, Kemenyan atau alama’ dan tersedia makanan, berupa nasi putih,
ikan ayam, sayur, teh, kue, air putih, ada juga rempah” kering.

Sementara hatibi(ustad) membacakan doa”, Hulango(bidan desa) meletakkan bayi di dalam ayunan
dan mengambil lampu botol dinyalakan, selanjutnya Hulango( bidan desa) mencampurkan kunyit dan
kapur sirih(Alawahu tilihi) dengan membacakan lafalan doa. Alawahu tilihi(campuran kunyit dan
kapur sirih) tersebut akan digunakan/ditempelkan di empat sudut ayunan sambil bayi di ayun ke kiri
dan ke kanan, tidak lupa Hulango(bidan desa) memakaikan mukena yang berwarna putih di ayunan,
hal tersebut melindungi bayi dari gigitan nyamuk. Selesai prose pelaksanaan tradisi MOLUNGGELO,
Hulango(bidan desa) duduk kembali bersama hatibi(ustad) dan keluarga, makan makanan bersama”
yang telah di sediakan dari pihak keluarga. Orang tua bayi menyiapkan amplop untuk diberikan pada
hatibi(ustad) dan Hulango(bidan desa)
WADING SUSUKAN NAPENDA

Fitriyanti S. Lantowa

Wading Susukan Napenda adalah tradisi adat yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo di
Bonebolango. Tradisi ini melibatkan proses meminta restu kepada orang tua calon mempelai wanita
sebelum melakukan pernikahan. Dalam tradisi ini, mempelai pria datang ke rumah calon mempelai
wanita untuk mengungkapkan niatnya dan meminta restu kepada kedua orang tua. Jika restu
diberikan, maka akan dilakukan prosesi pernikahan. Tradisi ini merupakan bagian penting dalam
kehidupan masyarakat Gorontalo dan menunjukkan adanya perhatian terhadap keluarga dan adat
istiadat.

Pmbhsan:

Dalam tradisi Wading Susukan Napenda, mempelai pria akan datang ke rumah calon mempelai
wanita dengan mengenakan pakaian adat Gorontalo. Setelah tiba di rumah calon mempelai wanita,
mempelai pria akan diperkenalkan kepada kedua orang tua oleh seorang pembawa acara.
Selanjutnya, mempelai pria akan membawa hadiah berupa beras, sirih, dan tambobong (buah pisang
matang) untuk diberikan kepada orang tua calon mempelai wanita. Hadiah tersebut melambangkan
rasa syukur dan ucapan terima kasih atas restu yang diberikan oleh kedua orang tua. Setelah itu,
mempelai pria akan naik ke atas wading (tempat tidur) yang telah disiapkan. Wading ini terbuat dari
bambu dengan alas tikar yang sudah ditaburi dengan daun-daun khas Gorontalo. Mempelai pria akan
didampingi oleh saudara atau teman-temannya. Kemudian, acara dilanjutkan dengan pemberian
pamali atau coretan disertai doa oleh seorang pemuka agama. Pamali tersebut biasanya berupa doa
untuk keselamatan dan keberkahan bagi pasangan yang akan menikah. Setelah prosesi pamali
selesai, acara dilanjutkan dengan acara makan bersama. Makanan yang disajikan biasanya adalah
makanan khas Gorontalo, seperti ikan bakar, sayur labu, dan nasi beras merah. Tradisi Wading
Susukan Napenda dianggap sangat penting oleh masyarakat Gorontalo sebagai bentuk
penghormatan dan rasa syukur kepada kedua orang tua calon mempelai wanita. Tradisi ini juga
memiliki makna sosial dan budaya yang dalam, karena melibatkan seluruh anggota keluarga dan
tetangga yang berkumpul untuk merayakan momen ini.

Kesimpulan:

Wading Susukan Napenda adalah tradisi adat yang khas dari masyarakat Gorontalo di Bonebolango.
Tradisi ini melibatkan proses meminta restu kepada orang tua calon mempelai wanita sebelum
melakukan pernikahan. Melalui tradisi ini, masyarakat Gorontalo menunjukkan adanya rasa hormat
dan perhatian terhadap keluarga serta adat istiadat mereka. Wading Susukan Napenda menjadi
bagian penting dalam upacara pernikahan dan memperkuat ikatan antara kedua keluarga yang akan
menjadi satu melalui ikatan pernikahan. Oleh karena itu, tradisi ini perlu dilestarikan dan dijaga
sebagai identitas budaya masyarakat Gorontalo.
BAKO HATI

Abdul kadir mano

Setiap daerah mungkin memiliki tradisi untuk mengenang 40 hari setelah kematian seseorang.
Seperti halnya yang ada di Provinsi Gorontalo atau tepatnya di kampungku sangat melekat dengan
tradisi ini. setelah 40 hari meninggal dunia, pihak keluarga menggelar doa arwah. Dalam acara doa
arwah ini, pihak keluarga menyediakan makanan berupa cemilan bagi para tamu yang datang.
Cemilan tersebut diisi dalam sebuah dus yang berwarna biru dan putih yang berbentuk segitiga
piramid.

Orang Gorontalo menyebutnya bako hati atau yang diartikan kotak hati. Bako hati, kemudian
diisi uang logam dan berbagai macam kue. Pemberian bako hati tersebut sebagai penanda untuk
mempererat tali persaudaraan antara sesama.

Bako hati hanya bisa didapatkan hari ke 40 setelah kematian seseorang. Bako Hati bermakna
untuk mengenang kenangan indah dari orang yang meninggal dunia dengan tujuan silaturahmi
antara para tamu dengan keluarga almarhum atau almarhumah, agar terus terjalin dengan baik.

Selain itu, kata Irwan Bako Hati bermaksud mendoakan agar orang yang meninggal
mendapatkan pengampunan dari yang kuasa. Hingga dimudahkan dan diluaskan alam kuburnya
lewat doa yang dilantunkan oleh kaum tamu.

Bako hati terdiri dari warna putih yang berarti suci sudah menjadi tuntunan agama Islam dalam
setiap kematian. Sementara warna biru langit, yang berarti kebesaran dari maha pencipta yang
menghidupkan dan mematikan seseorang. Upacara ini merupakan adat istiadat yang dianut sejak
abad pertengahan sebelum masehi.

“Bako hati juga bisa bermakna masyarakat Gorontalo cenderung mengedepankan rasa kekeluargaan,
toleran, mengutamakan kerjasama secara kolektif dalam berbagai hal,”

Kesimpulan
TINILO

Siti nur ainun pou

Tradisi Tinilo Pada Masyarakat Gorontalo (Tinilo kola-kola di Desa Talumopatu Kecamatan Tapa
Kabupaten Bone Bolango). Tinilo merupakan salah satu kesenian dalam bidang seni musik yang
dilaksanakan dalam upacara adat daerah Gorontalo yang sudah menjadi tradisi masyarakat, tetapi
ada juga Tinilo yang dilaksanakan di luar upacara adat yang masih di laksanakan oleh masyarakat
khususnya masyarakat desa Talumopatu hingga saat ini. Tinilo terbagi menjadi tiga jenis yaitu Tinilo
kola-kola, Tinilo pai’ta, dan Tinilo anak bayi. 3 jenis Tinilo yang ada di desa Talumopatu ini terdapat
unsur utama dalam musik, unsur musik yang di maksud yaitu vokal dan instrumen musik. Dalam
penelitian ini, peneliti membahas lebih jauh mengenai Tinilo kola-kola dalam upacara adat
perkawinan dari segi bentuk pelaksanaan serta unsur musik yang digunakan, tetapi peneliti juga
mendeskripsikan secara umum bentuk pelaksanaan dari dua jenis Tinilo lainnya yaitu Tinilo pa’ita
dan Tinilo anak bayi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa tinilo dalam
kehidupan masyarakat Gorontalo merupakan sebuah syair berisi nasihat, sanjungan, pujian, hiburan
yang dilagukan secara bersama-sama dalam upacara adat Gorontalo.

Bone Bolango memiliki keindahan alam tersendiri mulai dari bebukitan,hutan,bahkan lautan
sekalipun.

• Wisata Bumi Cerah memiliki daya tarik tersendiri untuk memanjakan mata para
pengunjungnya. Panorama alam yang begitu memesona dan udara segar di kawasan wisata ini
mampu menjadi penghilang penat bagi siapa saja yang berkunjung ke sini. Saat berkunjung ke Bumi
Cerah ini, wisatawan akan disambut dengan pemandangan yang indah dari atas bukit. Pengunjung
bisa melihat rumah-rumah warga berjejeran dari ketinggian bukit. Di kawasan wisata ini, pengunjung
bisa menikmati suasana khas pedesaan Gorontalo yang masih alami. Terdapat berbagai bangunan
dari kayu dan bambu beratapkan daun kelapa yang membuat suasana pedesaan semakin terasa.
Lokasi Bumi Cerah ini terbilang cukup strategi dan mudah diakses. Yakni terletak di Bukit Pegunungan
Bulotalangi Desa Bulotalangi, Kecamatan Bulango Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

• Kabupaten Bone Bolango juga memiliki sebagian kawasan hutan konservasi yang dijaga dengan
baik oleh pemerintah setempat. Seperti di Bogani Nani Wartabone National Park yang memiliki
keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Alam terbuka berupa hutan tropis ini juga menjadi
habitat bagi satwa liar. Bogani Nani Wartabone National Park memiliki jalur trekking yang bisa
dijelajahi pengunjung. Datang ke Bogani Nani Wartabone National Park juga akan membuka mata
kita bahwa ada banyak flora dan fauna unik yang ada di Sulawesi Utara.

• Taman Laut Olele, berlokasi di Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango.
Jaraknya sekitar 20 km dari pusat kota Gorontalo.
Pantai Olele yang berpasir putih sangat dekat dengan permukiman warga. Tapi jarak yang dekat
tersebut tidak membuat perairan di sekitarnya tercemar. Airnya masih memiliki visibility yang bagus,
terumbu karangnya pun masih padat dan terjaga dengan baik. Ini membuktikan bahwa warga sekitar
masih peduli dan mengerti begitu berpotensinya kekayaan yang ada di daerah mereka.

Karang yang warna-warni dengan bentuk yang beragam akan menyambut siapapun yang mencoba
menceburkan diri ke perairan Taman Laut Olele. Di kedalaman dua meter, hamparan koral sudah bisa
terlihat dengan jelas. Tempat ini sangat cocok untuk bersnorkeling, ditambah lagi perairan disini
cukup tenang karena berada di sebuah teluk, yakni Teluk Tomini.

Jika merasa kurang puas dengan bersnorkeling, menyelam adalah pilihan tepat saat anda bekunjung
ke taman laut ini. Terdapat banyak spot penyelaman dengan karakteristik yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Spot tersebut adalah Jinn Cave, Traffic Circle, Honeycomb, dan Muck Dive,
namun yang menjadi favorit para penyelam adalah Jinn Cave.

Kesultanan Bolango atau sering disebut juga Kerajaan Bolango atau Kerajaan Bulango merupakan
salah satu kerajaan yang tumbuh dan berkembang di Semenanjung Utara, Pulau Sulawesi, Indonesia.

Kerajaan ini bermula di daerah Tapa, Gorontalo hingga ke sebagian wilayah Bolaang Mongondow di

Sulawesi utara. Dalam catatan sejarah, Kesultanan Bolango merupakan salah satu Kerajaan di
Gorontalo yang keras menentang hadirnya penjajah Belanda di Pulau Sulawesi. Selain itu, para
pembesar negeri dari Kesultanan Bolango juga berperan dalam dakwah dan penyebaran agama Islam
di wilayah itu. Salah satu Raja Bolango yang mahsyur dan terkenal adalah Sultan Ibrahim Duawulu
atau dikenal masyarakat dengan nama “Raja Hubulo” atau “Raja Gobel” yang bergelar “Ti Aulia
Salihin” yang berarti Sang Aulia yang taat menjalan syariat agama Islam. Adapun tokoh nasional
Rachmat Gobel merupakan keturunan dari Raja Hubulo yang dapat ditelusuri dari nasab Ayahnya,
Thayeb Mohammad Gobel.

Anda mungkin juga menyukai