Cari
Dulohupa
AtapSunting
Bagian atap rumah tersusun dari jerami terbaik dan menyerupai sebuah
pelana yaitu berbentuk segitiga bersusun dua yang menggambarkan
syariat dan adat penduduk Gorontalo.[1] Susunan atap bagian atas
menggambarkan agama sebagai yang paling utama dalam hidup
masyarakat Gorontalo yaitu kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Susunan atap bagian bawah menggambarkan kepercayaan
penduduk Gorontalo terhadap kebudayaan dan adat istiadat setempat.
Dahulu, pada puncak atap dipasang dua buah batang kayu bersilang yang
disebut Talapua yang dipercayai penduduk Gorontalo dapat menangkal
roh-roh jahat.[1] Namun, seiiring dengan perkembangan kepercayaan
Islami, Talapua sudah tidak dipasang lagi sekarang.
RuangSunting
PilarSunting
Rumah adat Dulohupa ditopang oleh pilar-pilar yang terbuat dari kayu.
Tidak hanya berfungsi sebagai penyokong, pilar-pilar kayu memiliki makna
mendalam yang merepresentasikan masyarakat Gorontalo. Ada tiga jenis
pilar yaitu pilar utama atau wolihi yang berjumlah 2 buah, pilar depan yang
berjumlah 6 buah, dan pilar dasar atau potu yang berjumlah 32 buah.[1]
Pilar utama atau wolihi menyokong bagian atap secara langsung yaitu
memanjang dari tanah sampai rangka atap. Pilar utama ini menjadi simbol
ikrar persatuan dan kesatuan yang kekal abadi antara dua
bersaudara Gorontalo dan Limboto (janji lou dulowo mohutato-Hulontalo-
Limutu) pada tahun 1664. Selain itu angka 2 sebagai jumlah pilar utama
menggambarkan delito (pola) adat dan syariat sebagai prinsip hidup
penduduk Gorontalo yang dianut dalam pemerintahan maupun dalam
kehidupan sehari-hari.Pilar depan juga menempel di atas tanah langsung
ke rangka atap seperti pada pilar utama. Pilar depan ini menggambarkan 6
sifat utama atau ciri penduduk lou dulowo limo lopahalaa yaitu
sifat tinepo atau tenggang rasa, sifat tombulao atau hormat,
sifat tombulu atau bakti kepada penguasa, sifat wuudu atau sesuai
kewajaran, sifat adati atau patuh kepada peraturan, sifat butoo atau taat
pada keputusan hakim.Pilar dasar atau potu yang berjumlah 32 buah
menggambarkan 32 penjuru mata angin. Pada masanya pilar ini
dikhususkan untuk golongan para raja dan bangsawan. Bentuk pilar yang
terletak di bagian depan (serambi) berbentuk persegi berjumlah 4, 6 atau 8
yang menggambarkan banyaknya budak yang dimiliki oleh raja. Seiring
berjalannya waktu, makna jumlah pilar ini sudah tidak relevan sehingga
tidak lagi menggambarkan makna tertentu, namun tetap digunakan
walaupun bukan pada rumah bangsawan.
Anak tanggaSunting
Jumlah anak tangga pada rumah adat Dulohupa memiliki makna tersendiri.
Jumlah anak tangga terdiri dari 5 sampai 7 buah anak tangga. Angka 5
menggambarkan rukun Islam dan 5 filosofi hidup penduduk Gorontalo,
yaitu Bangusa talalo atau menjaga keturunan, Lipu poduluwalo atau
mengabadikan diri untuk membela negeri, dan Batanga pomaya, Upango
potombulu, Nyawa podungalo yang berarti mempertaruhkan nyawa untuk
mewakafkan dan mengorbankan harta.[1]Sedangkan angka 7
menggambarkan 7 tingkatan nafsu pada manusia
yaitu amarah, lauwamah, mulhimah, muthmainnah, rathiah, mardhiah,
dan kamilan.[1]
FungsiSunting
Saat ini, rumah adat Dulohupa difungsikan untuk pagelaran upacara adat,
seperti upacara adat pernikahan dan pagelaran budaya dan seni
di Gorontalo. Di dalam rumah adat ini tersedia perlengkapan untuk upacara
perkawinan seperti busana adat pengantin, perhiasan-perhiasan,
pelaminan dan benda-benda berharga lainnya. Tak lepas dari acara yang
berhubungan dengan adat, pada tahun 2012 rumah adat Dulohupa
digunakan sebagai tempat deklarasi dewan adat Gorontalo atau Duango
adati lo Hulonthalo yang beranggotakan 11 orang.[4] Salah satu fungsi
dewan adat adalah untuk meluruskan kembali adat istiadat Gorontalo yang
melenceng dan diharapkan dengan adanya kerjasama antara pemerintah
daerah dan tokoh adat se-Gorontalo maka paham bisa disatukan dan
pembangunan Gorontalo semakin lancar. Oleh karena itu, deklarasi ini pun
dihadiri oleh tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat serta staf ahli
Gubernur Gorontalo dan kepala daerah se-Gorontalo. Pada tahun 2017,
rumah adat Dulohupa menjadi lokasi digelarnya pameran bersama yang
diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Gorontalo.
[5] Pameran yang diikuti seluruh BPCB dan beberapa museum
di Indonesia ini menampilkan beragam identitas budaya Indonesia dari
pembabakan, zaman kolonial, hingga zaman kemerdekaan.
Wisata budayaSunting
Rumah adat Dulohupa saat ini menjadi objek wisata budaya di jantung
kota Gorontalo. Sebagai objek wisata, pemerintah kota Gorontalo memiliki
kesempatan untuk memperkenalkan rumah adat dan
budaya Gorontalo kepada para pengunjung.
ReferensiSunting
HALAMAN TERKAIT
Gorontalo
provinsi di Indonesia
Suku Gorontalo
Rumah Laika
PrivasiTampilan PC
BerandaTentang KamiLayanan
Beranda Berita
Berita
Penulis
BPSMP Sangiran
-
October 19, 2017
15570
Seperti pilar utama, pilar depan juga menempel di atas tanah langsung ke
rangka atap. Pilar ini menggambarkan 6 sifat utama atau ciri penduduk lou
dulowo limo lopahalaa yaitu sifat tinepo atau tenggang rasa, sifat tombulao
atau hormat, sifat tombulu atau bakti kepada penguasa, sifat wuudu atau
sesuai kewajaran, sifat adati atau patuh kepada peraturan, sifat butoo atau
taat pada keputusan hakim.
Sumber berasal dari www.rumah-adat.com
Sedangkan jumlah pilar dasar atau potu menggambarkan 32 penjuru mata
angin. Pada masanya pilar ini dikhususkan untuk golongan raja dan
bangsawan. Bentuk pilar pada bagian depan/serambi berbentuk persegi
berjumlah 4, 6 atau 8. Hal ini menggambarkan banyaknya budak yang
dimiliki oleh raja. Namun seiring perjalanan waktu jumlah pilar ini tetap
digunakan walaupun bukan pada rumah bangsawan dan tidak lagi
menggambarkan makna tertentu.
Selain pilar, jumlah anak tangga pada rumah adat Dulohupa juga memiliki
makna tersendiri. Jumlah anak tangga terdiri dari 5 – 7 anak tangga. Angka
5 menggambarkan rukun islam dan 5 filosofi hidup penduduk Gorontalo,
yaitu Bangusa talalo atau menjaga keturunan, Lipu poduluwalo atau
mengabadikan diri untuk membela negeri, dan Batanga pomaya, Upango
potombulu, Nyawa podungalo yang berarti mempertaruhkan nyawa untuk
mewakafkan dan mengorbankan harta. Sedangkan angka 7
menggambarkan 7 tingkatan nafsu pada manusia yaitu amarah, lauwamah,
mulhimah, muthmainnah, rathiah, mardhiah, dan kamilan.
Dulohupa merupakan bahasa daerah Gorontalo yang berarti mufakat atau
kesepakatan. Dahulu, rumah adat ini digunakan sebagai tempat
bermusyawarah keluarga kerajaan dan sebagai ruang sidang kerajaan bagi
pengkhianat negara melalui sidang tiga tahap pemerintahan yaitu Buwatulo
Bala (Tahap keamanan), Buwatulo Syara (tahap hukum agama Islam) dan
Bawatulo Adati (Tahap hukum adat) dan merencanakan kegiatan
pembangunan daerah serta menyelesaikan permasalahan penduduk
setempat. Namun saat ini, rumah adat Dulohupa digunakan untuk
pagelaran upacara adat, seperti upacara adat pernikahan dan pagelaran
budaya dan seni di Gorontalo. Di dalam rumah adat ini terdapat
perlengkapan untuk upacara perkawinan, pelaminan dan benda-benda
berharga lainnya. Di dalam rumah adat Dulohupa penduduk adat Gorontalo
perkawinan berupa pelaminan, busana adat pengantin, dan perhiasan
lainnya. Kini rumah adat Doluhapa digunakan oleh masyarakat Gorontalo
difungsikan untuk tempat menjalankan upacara pernikahan dan juga
upacara adat lainnya. (Duwiningsih
BPSMP Sangiran
TINGGALKAN KOMENTAR
Save my name, email, and website in this browser for the next time I
comment.
Recent Posts
Recent Comments
Archives
Categories
Meta
Kebudayaan Indonesia