Anda di halaman 1dari 10

Nama : Bima Ramadhan

Kelas : IXC
Telah Menyusun Kebudayaan Provinsi Lampung

Provinsi Lampung
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia, Ibukotanya terletak di
Bandar Lampung. sebelah utara berbatasan dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan.

Letaknya yang berdekatan dengan Pulau Jawa membuat Lampung pada masa silam menjadi salah satu
tujuan transmigrasi penduduk Jawa. Ini menyebabkan penduduk yang mendiami provinsi ini sangat
heterogen. Ada banyak suku bangsa yang tinggal di provinsi ini, di antaranya suku Jawa, Sunda, Bali, dan
suku Lampung sendiri. Luas provinsi Lampung sekitar 35.376 km yang ditinggali sekitar 7,972 juta jiwa.

Makna Lambang Provinsi Lampung

1. Perisai Persegi Lima


Perisai bersegi lima adalah mengambarkan tantang kesanggupan untuk mempertahankan dan
menjalankan cita-cita dan tujuan luhur membangun daerah lampung untuk mencapai
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila.
2. Kata Lampung
Kata Lampung itu sendiri merupakan sebuah penegasan untuk menunjukan identitas pemilik
lambang lampung tersebut.
3. Warna
Lambang lampung sendiri terdiri dari berbagai perpaduan warna yang memiliki arti dan
makna:
Warna Hijau melambangkan dataran yang tinggi dan subur untuk menanam tanamam keras
dan tanaman musiman.Warna Coklat melambangkan pada dataran rendah yang subur untuk
diranami sawah dan ladang. Warna Biru melambangkan kekayaan sungai dan lautan yang
merupakan sumber dari perikanan dan kehidupan para Nelayan di lampung. Warna
Putih melambangkan kesucian hati dan keikhlasan hati masyarakat lampung. Warna
Kuning (tua, emas dan muda) melambangkan sebuah keagungan dan kejayaan dan kebesaran
cita-cita masyarakat lampung untuk membangun daerah dan Negaranya.
4. Payung
Payung berwarna kuning tersebut bermakna ganda yaitu payung agung yang melambangkan
Negara Republik Indonesia (RI) dan sebagai payung jurai (masyarakat) yaitu melambangkan
Provinsi Lampung tempat masyarakat Lampung Berlindung. Payung yang terdapat di lambang
bukan sekedar payung biasa, tapi payung itu melambangkan NKRI, hal ini dapat dilihat dari
spesifikasi payung tersebut, yaitu : Jari payung berjumlah 17, bagian ruas tepi berjumlah 8,
garis batang ruas berjumlah 19, dan rumbai payung berjumlah 45.
Tiang dan bulatan pada puncak payung itu melambangkan satu cita-cita dan semangat
masyarakat lampung yang membangun bangsa dan negara Republik Indonesia dengan ridho
dari Tuhan Yang Maha Esa.
5. Siger
Siger merupakan sebuah mahkota yang menjadi lambang keagungan pada adat budaya dan
tingkat kehidupan masyarakat Lampung yang terhormat.

6. Gong
Gong merupakan sebuah alat musik yang menjadi seni budaya Lampung yang melambangkan
sebuah kehidupan yang demokratis sesuai dengan fungsi pada gong yaitu sebagai alat untuk
memberi informasi dan untuk menghimpun masyarakatnya untuk bermusyawarah.

7. Laduk dan Payan


Laduk dan Payan adalah 2 senjata tradisional Lampung yang melambangkan identitas daerah
lampung. Laduk adalah senjata tradisional berbentuk golok yang berfungsi serbaguna. Payan
adalah senjata tradisional berbentuk tombak dan senjata pusaka tradisioal Lampung.

8. Daun dan Buah Lada


Lada adalah produk utama penduduk asli Lampung sejak masa lampau sehingga lampung
dapat dikenal bangsa-bangsa Asia dan bangsa Barat. Biji Lada berjumlah 64, menunjukkan
bahwa Dati I Lampung terbentuk tahun 1964. Daun berjumlah 17 dan Lada berjumlah 8
memaknakan hari kemerdekaan RI.

9. Setangkai Padi
Padi adalah produk utama penduduk migrasi di Lampung sehingga terjadilah kehidupan
bersama dan saling mengisi antara 2 unsur golongan masyarakat yang harmonis. Butir padi
yang berjumlah 45 mewakili tahun Kemerdekaan RI pada 1945.
10.Aksara Lampung : Lampung
Aksara merupakan sebagai penegasan identitas Lampung janya saja terbentuk tulisan daerah
Lampung.

11.Pita Sang Bumi Ruwai Jurai


Sang Bumi Ruwai Jurai adalah semboyan masyarakat Lampung yang bermakna
- Sang bumi : rumah yang Agung
- Ruwai Jurai : dua kelompok masyarakat yakni penduduk asli dan pendatang

Rumah Tradisional Lampung Nuwou Sesat


Nuwou berasal dari bahasa Lampung yang berarti tempat ibadah seperti Masjid,
Mushalla,Surau, Rang Ngaji atau Pondok Ngaji. Persamaan kata Nuwou adalah lamban,
lambahana yang berarti tempat tinggal. Sedangkan sesat adalah bangunan untuk bermusayawarah
dan penyimpana bahan makanan.
Dengan demikian Nuwou Sesat dapat diartikan sebagai tempat berkumpul untuk
bermusyawarah. Dalam perkembangan selanjutnya, Nuwou sesat disebut jugaSesat Balai Agung,
yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus tempat pelaksanaan upacara-
upacara adat. Namun sekarang, lebih banyak digunakan sebagai tempat tinggal manusia.

1. Kontruksi Rumah
Rumah adat Lampung Nuwou Sesat berbentuk rumah opanggung dengan kayu sebagai
bangunan utamanya. Rumah ini disangga dengan tiang-tiang penopang yang didirikan diatas
pondasi hingga lantai rumah. Berikut sekilas gambaran mengenai rumah adat Lampung :

a. Pondasi dan tiang penyangga


Pondasi rumah adalah umpak batu yang berbentu persegi. Disetiap umpak batu ditaruh
tiang duduk (tiang penyangga) yang berjumlah kurang lebih 35 tiang dan tiang induk
berjumlah 20 tiang.
b. Atap
Ujung bubungan atap Rumah Adat memusat ke titik tengah bagian paling atas yang terbuat
dari kayu bulat (Button). Diatas kayu bulat tersebut diletakkan satu kayu bulat lagi yang
berlapis tembaga kemudian diatasnya ada 2 tingkat dari tembaga atau kuningan. Dan
bagian paling atasnya diletakkan perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.
c. Lantai
Nuwou Sesat berlantaikan bamboo atau bisa disebut khesi atau papan yang berasal dari
kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
d. Dinding
Dinding rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang dipasang berjajar di setiap
rangka rumah dalam posisi berdiri.
e. Pintu dan Jendela
Pintu berbentuk setangkup ganda berbentuk persegi panjang. Sedangkan jendela berbentuk
sama dengan ukuran yang lebih pendek. Setiap jendela dilengkapi dengan teralis dari
kayu. Terdapat 4 jendela pada bagian depan rumah,sedangkan bagian lainnya jumlah
jendela tergantung dari panjangnya badan rumah.

2. Pembagian Ruangan
Ketika memasuki Rumah Adat Lampung kita akan menemukan beberapa bagian yaitu ;
a. Panggakh, loteng rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang adat,
senjata dan benda pusaka
b. Jan, tangga menuju rumah
c. Lepau/Bekhanda, ruangan terbuka luas di depan rumah seperti serambi yang digunakan
sebagai ruang tamu atau tempat himpun (permusyawarahan Adat)
d. Lapang Lom, ruang keluarga yang digunakan untuk berkumpulnya keluarga saat upacara
adat seperti himpun atau bedua
e. Bilik-bilik, kamar tidur utama untuk para keluarga
f. Tebelayakh, kamar tidur kedua
g. Sekhudu, terletak di bagian belakang yang digunakan oleh ibu-ibu
h. Dapokh (dapur), terletak dibagian paling belakang rumah, terdiri dari beberapa ruangan
lagi, yaitu ; gakhang atau tempat memcuci peralatan dapur dan bah lamban atau
penyimpana hasil panen.

Pada setiap sisi rumah adat lampung dihiasi ornamen-ornamen, ukiran, dan aksara kuno yang
diambil dari kitab Kuntara Raja Niti. Beberapa diantaranya yaitu :
a. Juluk-Adek, artinya seetiap orang yang telah mendapatkan gelar adat sebaiknya bersikap
dan berkepribadian yang sesuai.
b. Nemui-Nyimah, artinya menjaga tali silaturrahmi dan saling mengunjungi sanak keluarga
serta bersikap ramah tamah trhadap tamu.
c. Nengah Nyampur, artinya menjaga hubungan dalam bermasyarakat.
d. Sakai-Sambaian, merupakan sikap saling tolong menolong dan bergotongroyong
e. Sang Bumi Ruwai Jurai, merupakan sebuah rumah tangga yang berasal dari 2 garis
keturunan yaitu masyarakat beradat pepadun dan beradat sebatin.
Senjata Tradisional Lampung

1. Badik adalah senjata tradisional yang dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia
diantaranya adalah di Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung maupun di
Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asa badik
tersebut. Hanya saja ada dugaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa dan
mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung.
Berdasarkan ukuran badik, senjata tradisional badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu
badik kecil yang berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm dan dan badik siwokh yang
memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm.
Di Lampung banyak terdapat jenis-jenis badik. Contohnnya badik Bugis, Palembang Capit,
Tumbuk Lada, Siwak, Kelinggi, Pagar Dewa

2. Keris Lampung. Senjata tradisional Keris di Lampung disebut dengan


tekhapang/punduk.Keris yang ada di Lampung ini sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
kerjaan di Pulau Jawa dan Non Jawa. Untuk keris yang dipengaruhi oleh kerajaan Sriwijaya
biasanya memiliki gagang dengan ukiran yang lebih halus. Sedangkan keris yang dipengaruhi
kerjaan Goa atau Melayu biasanya memiliki gagang yang lebih sederhana.
3. Payan (Tombak) Lampung
Tombak dalam bahasa Lampung disebut dengan Payan. Berdasarkan bentuknya,
senjata tradisional lampung ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk yaitu:
a. Tombak Payan (Payan Kejang)
b. Tombak Pendek (Payan Buntak atau Linggis)
Klasifikasi bentuk tombak ada dua bentuk yaitu tombak panjang dan tombak pendek,
yang dimaksud tombak panjang yaitu tombak yang memiliki gagang yang terbuat dari kayu
yang berukuran tidak lebih dari 150 cm, sedangkan mata tombaknya berukuran sama dengan
jenis tombak pendek yaitu mencapai 34-40 cm.
Sedang yang dimaksud tombak pendek yaitu tombak yang gagangnya tidak lebih dari
90 cm. jens tombak yang terakhir ini termasuk tombak langka, karena biasanya berkualitas
sangat tinggi, yang kadang diberi bulu ekor kuda yang disebut tunggul.
Mata Tombaknya sama dengan keris yaitu memiliki pamor dan berlapis. Banyak
tombak Lampung ini dipandang memiliki kekuaan magis, apalagi jika tombak tersebut
merupakan benda pusaka warisan dari leluhur. Biasanya tombak yang demikian ini dilengkapi
dengan sarung untuk mata tombaknya, sedang tombak yang tidak memiliki kekuatasn magis,
banyak tidak dilengkapi dengan sarung (wrangka/sakhung, lampung).

Tarian Tradisional Lampung Tari Cengget Agung


Tari Cengget merupakan tarian tradisional asal Lampung Pepadun. Konon, sebelum tahun
1942 atau sebelum kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia, tari cangget selalu ditampilkan pada
setiap upacara yang berhubungan dengan gawi adat, seperti: upacara mendirikan rumah, panen
raya, dan mengantar orang yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Pada saat itu orang-orang
akan berkumpul, baik tua, muda, laki-laki maupun perempuan dengan tujuan selain untuk
mengikuti upacara, juga berkenalan dengan sesamanya. Jadi, pada waktu itu tari cangget
dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada suatu desa atau kampung dan bukan oleh penari-
penari khusus yang memang menggeluti seni tari tersebut.
Waktu itu para orangtua biasanya memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam
membawakan tariannya. Kegiatan seperti itu oleh orang Lampung disebut dengan nindai.
Tujuannya tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi ketika sedang menarikan
tari cangget, melainkan juga untuk melihat kehalusan budi, ketangkasan dan keindahan ketika
mereka berdandan dan mengenakan pakaian adat Lampung. Bagi para pemuda dan atau pemudi
itu sendiri kesempatan tersebut dapat dijadikan sebagai arena pencarian jodoh. Dan, jika ada yang
saling tertarik dan orang tuanya setuju, maka mereka meneruskan ke jenjang perkawinan.

Macam-macam Tari Cengget


Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari beberapa
macam, yaitu:
Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi
dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada saat bulat
purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi saat mereka
menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah pada pemuda dan atau
pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan status ini
terjadi setelah mereka melalukan upacara busepei (kikir gigi).
Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat
mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah dan pergi ke luar dari desa,
mengikuti isteri atau suaminya.
Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi pada saat ada
upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak Pepadun). Pada saat
upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai seorang anak gadis, maka
gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget agung dan setelah itu ia pun akan
dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau Dalom Batin.

Berikut adalah cuplikan gambar Tari cengget :


Gerakan Tari Cengget
Walau tarian cangget terdiri dari beberapa macam, namun tarian ini pada dasarnya mempunyai
gerakan-gerakan yang relatif sama, yaitu: (1) gerak sembah (sebagai pengungkapan rasa hormat); (2)
gerakan knui melayang (lambang keagungan); (3) gerak igel (lambang keperkasaan); (4) gerak ngetir
(lambang keteguhan dan kesucian hati; (5) gerak rebah pohon (lambang kelembutan hati); (6) gerak
jajak/pincak (lambang kesiagaan dalam menghadapi mara bahaya); dan (7) gerak knui tabang
(lambang rasa percaya diri).

Peralatan Tari Cengget


Peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Canget diantaranya adalah:(1) canang lunik 8
12 buah; (2) bende sebuah; (3) gujeh sebuah; (4) gong 2 buah; (5) gendang sebuah; dan (6) pepetuk 2
buah.

Busana Tari Cangget


Busana yang dikenakan oleh penari perempuan adalah: (1) kain tapis; (2) kebaya panjang warna
putih; (3) siger; (4) gelang burung; (5) gelang ruwi; (6) kalung papan jajar; (7) buah jarum; (8) bulu
seratai; (9) tanggai; (10) peneken; (11) anting-anting; dan (12) kaos kaki warna putih.
Sedangkan busana dan perlengkapan pada penari laki-laki adalah: (1) kain tipis setengah tiang; (2)
bulu seratai; (3) ikat pandan; (4) jubah; dan (5) baju sebelah.

Pakaian Adat Lampung


Kendati memiliki penduduk dari suku yang heterogen, kebudayaan masyarakat asli Lampung
sendiri hingga kini masih tetap lestari. Salah satu peninggalan budaya tersebut yang saat ini masih
dapat sering kita lihat adalah pakaian adat Lampung.
Pakaian adat Lampung adalah peninggalan budaya Lampung yang sangat khas dan memiliki
nilai seni yang tinggi. Pakaian adat ini sering digunakan para pengantin sebagai simbol kebesaran
budaya Lampung. Pakaian ini juga kadang digunakan dalam pertunjukan seni tari daerah
Lampung, seperti tari sembah, tari bedana, dan lain sebagainya.
Pakaian Adat Laki-Laki
Pakaian adat laki-laki suku Lampung umumnya cukup sederhana, yakni berupa baju lengan
panjang berwarna putih, celana panjang hitam, sarung tumpal, sesapuran dan khikat akhir. Sarung
tumpal adalah kain sarung khas Lampung yang ditenun menggunakan benang emas. Sarung ini
digunakan di luar celana, mulai lutut hingga pinggang. Setelah sarung, sesapuran atau sehelai kain
putih dengan rumbai ringgit diikatkan di luar sarung, sementara khikat akhir atau selendang bujur
sangkar dilingkarkan ke pundak menutupi bahu.
Baju adat pengantin laki-laki suku Lampung dilengkapi dengan beragam pernik perhiasan.
Sedikitnya ada 8 perhiasan yang biasanya dikenakan oleh laki-laki, di antaranya kopiah emas beruji,
perhiasan leher berupa kalung, perhiasan dada, perhiasan pinggang, dan perhiasan lengan. Berikut ini
adalah penjelasan dari beberapa perhiasan tersebut:
1. Kalung papan jajar adalah kalung dengan gantungan berupa 3 lempengan siger kecil atau perahu
yang tersusun dengan ukuran berbeda. Filosofi dari kalung ini adalah simbol kehidupan baru yang
akan mereka arungi dan dilanjutkan secara turun temurun.
2. Kalung buah jukum adalah kalung dengan gantungan berupa rangkaian miniatur buah jukum
sebagai perlambang doa agar mereka segera mendapatkan keturunan.
3. Selempeng pinang adalah kalung panjang berupa gantungan menyerupai buah atau bunga.
4. Ikat pinggang yang bernama bulu serti dilengkapi dengan sebuah terapang (keris) yang menjadi
senjata tradisional khas Lampung.
5. Gelang burung adalah gelang pipih dengan aksesoris bentuk burung garuda terbang. Gelang yang
dikenakan di lengan tangan kanan dan kiri ini melambangkan kehidupan panjang dan kekerabatan
yang terjalin setelah menikah.
6. Gelang kano adalah gelang menyerupai bentuk ban. Gelang yang dikenakan pada lengan kiri dan
kanan di bawah gelang burung ini melambangkan pembatasan atas semua perbuatan buruk setelah
menikah.
7. Gelang bibit adalah gelang yang dikenakan di bawah gelang kano. Gelang ini melambangkan doa
agar segera mendapatkan keturunan.

Pakaian Adat Perempuan

Pakaian pengantin wanita adat Lampung tidak begitu berbeda dengan pakaian laki-lakinya.
Sesapuran, khikat akhir, sarung rumpai (tapis) juga terdapat pada pakaian pengantin wanita ini. Akan
tetapi, pada wanita terdapat perlengkapan-perlengkapan lain yang menambah nilai filosofis dan estetis
di antaranya selappai, bebe, katu tapis dewa sano.
Selappai adalah baju tanpa lengan dengan tepi bagian bawah berhias rumbai ringgit, bebe
adalah sulaman benang satin berbentuk bunga teratai yang mengambang, sedangkan katu tapis dewa
sano adalah rumpai ringit dari kain tapis jung jarat.
Meski pakaian adat Lampung untuk wanita terkesan sederhana, akan tetapi ada cukup banyak
aksesoris yang harus dikenakan. Di antaranya siger, seraja bulan, peneken, selapai siger, subang,
kembang rambut, serta berbagai perhiasan leher dan dada.
1. Siger
Siger adalah mahkota emas khas yang dikenakan di kepala pengantin wanita. Mahkota ini
melambangkan keagungan adat budaya Lampung. Siger memiliki 9 ruji, menandakan bahwa ada
9 sungai besar yang terdapat di Lampung, yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih,
Way Sunkai, Way Abung Pareng, Way Tulang Bawang, Way Kanan, dan Way Mesuji.
2. Seraja Bulan
Seraja bulan adalah mahkota kecil beruji 3 yang terletak di atas siger dengan jumlah sebanyak 5
buah. Aksesoris pakaian adat Lampung ini memiliki filosofi sebagai pengingat bahwa dahulu ada
5 kerajaan yang sempat berkuasa di Lampung, yaitu kerajaan ratu dibelalau, ratu dipuncak, ratu
dipunggung, ratu dipemangilan, dan ratu darah putih. Selain itu, seraja bulan juga bisa
melambangkan 5 falsafah hidup masyarakat adat Lampung, di antaranya piil pesengiri (rasa harga
diri), nemui nyimah (terbuka tangan), nengah nyappur (hidup bermasyarakat), juluk adek
(bernama bergelar), dan sakai sembayan (gotong royong).
3. Subang
Subang adalah perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga. Subang biasanya berbentuk
menyerupai buah kenari dan terbuat dari bahan emas. Pada subang terdapat beberapa kawat
kuning bulat lonjong yang berfungsi sebagai sangkuatan umbai-umbai.
4. Perhiasan leher dan Dada
Beberapa perhiasan leher dan dada yang terdapat dalam pakaian adat Lampung antara lain kalung
buah jukum, kalung ringit, dan kalung papanjajar. Kalung papanjajar adalah kalung dengan
gantungan 3 lempengan siger kecil atau perahu yang menjadi simbol kehidupan baru bagi para
pengantin, kalung ringit adalah kalung dengan aksesoris sembilan buah uang ringit, sedangkan
kalung buah jukum adalah kalung berbentuk menyerupai buah jukum yang dirangkai sebagai
simbolis agar mereka segera mendapat keturunan.
5. Perhiasan Pinggang dan Lengan
Perhiasan pinggang berupa selempang pinang yang digantungkan melintang dari bahu ke
pinggang menyerupai bunga serta bulu serti sebuah ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru
berwarna merah berhias kelopak bunga dari kuningan.
Perhiasan lengan berupa beragam jenis gelang, seperti gelang burung, gelang kano, gelang bibit,
dan gelang duri. Makna filosofis dari gelang-gelang yang dikenakan wanita sama dengan gelang
yang dikenakan pria.

Anda mungkin juga menyukai