Anda di halaman 1dari 16

PENGERTIAN TENTANG

SIGER LAMPUNG, KOPIAH EMAS, RUMAH ADAT


LAMPUNG, PROPINSI LAMPUNG, KAIN TAPIS DAN
PAKAIAN ADAT LAMPUNG

Disusun Oleh :

Nama : Queentania Dhara C


Kelas : VI H

SD ALKAUTSAR
BANDAL LAMPUNG
2019
SIGER LAMPUNG

Siger lampung adalah sebuah karya budaya yang terdiri dari dua kata,
Yaitu: Siger, dan Lampung. Siger adalah mahkota pengantin wanita Lampung
berbentuk segitiga berwarna emas. Dan, biasanya memiliki cabang berjumlah
sembilan atau tujuh.
Lampung, adalah sebuah provinsi yang berada paling selatan Pulau
Sumatera. Ibukotanya, bernama Bandarlampung. Provinsi ini memiliki 2 Kota dan
13 Kabupaten. Kota yang dimaksud adalah Kota Bandar Lampung dan Kota
Metro.
Siger merupakan benda yang sangat umum di Lampung dan merupakan
simbol khas daerah ini. Siger dibuat dari lempengan tembaga, kuningan, atau
logam lain yang dicat dengan warna emas. Siger biasanya digunakan oleh
pengantin perempuan suku Lampung pada acara pernikahan ataupun acara adat
budaya lainnya.
Pada jaman dahulu, Siger dibuat dari emas asli dan dipakai oleh wanita
Lampung. Tidak hanya sebagai mahkota pengantin, melainkan sebagai benda
perhiasan yang dipakai sehari-hari. Saat ini penggunaan siger bukan hanya
sebagai lambang kejayaan dan kekayaan. Dari bentuk mahkota. Siger kini
mengambil konsep nilai feminisme dan ajaran agama Islam. Islam adalah agama
dari sebagian besar masyarakat Suku Lampung. Agama Islam menyatakan bahwa
laki-laki adalah pemimpin dalam rumah tangga. Perempuan lampung diibaratkan
sebagai manajer yang mengatur segala sesuatu dalam rumah tangga. Bagi
Masyarakat Lampung, perempuan sangat berperan dalam segala kegiatan. Di balik
kelembutan perempuan, ada kerja keras, kemandirian. Kegigihan, inspirator, dan
pendorong kemajuan pasangan hidupnya.
Saat ini, simbol siger telah di aplikasikan dalam berbagai bentuk. Simbol
siger bisa ditemukan pada motif batik lampung. Lukisan. Logo. Dan lain
sebagainya. Simbol siger dapat ditemukan juga dalam bentuk tugu, menara,
gapura, hiasan rumah, pagar, hingga bentuk asesoris seperti gantungan kunci.
Lukisan, patung, boneka, dan lain sebagainya. Bentuk siger yang paling khas, dan
menjadi aikon Provinsi Lampung, adalah Menara Siger yang berada tepat di titik 0
km Pulau Sumatera.
KOPIAH EMAS

Seperti siger, kopiah emas juga dipakai dikepala pengantin. Bedanya,


kopiah ini dipakai oleh pria. Kopiah emas melinting adalah salah satu jenis
mahkota yang diperuntukan mempelai pria yang berasal dari adat melinting.
Kopiah ini mempunyai fungsi sebagai penutup kepala kaum pria yang sedang
menikah maupun yang menari dibalai adat. Keunikan dari kopiah emas melinting
ini adalah terbuat dari lempengan kuningan yang berukirkan hiasan bunga
berbentuk seperti kopiah bulat dan tinggi namun ujung kopiahnya beruji tajam.

RUMAH ADAT LAMPUNG

Rumah Adat Lampung


Uwou Balak aslinya merupakan rumah
tinggal bagi para Kepala Adat (penyimbang
adat), yang dalam bahasa Lampung juga
disebut Balai Keratun.
Bangunan ini terdiri dari beberapa ruangan,
yaitu Lawang Kuri (gapura); Pusiban, tempat
tamu melapor; ljan Geladak, tangga "naik" ke
rumah; Anjung-anjung, serambi depan tempat
menerima tamu; Serambi Tengah, tempat duduk anggota kerabat pria; Lapang
Agung, tempat kerabat wanita berkumpul; Kebik Temen (kebik kerumpu), kamar
tidur bagi anak penyimbang bumi atau anak tertua; Kebik Rangek, kamar tidur
bagi anak penyimbang ratu (anak kedua); dan Kebik Tengah, yaitu kamar tidur
untuk anak penyimbang batin atau anak ketiga.
Pepadun
Tetapi, di Anjungan Lampung, ruangan-
ruangan itu kini difungsikan sebagal
tempat peragaan berbagai aspek budaya
daerahnya. Di ruangan ini dapat kita
saksikan, antara lain : Pepadun atau
tempat duduk sang penyimbang adat bila
sedang memimpin upacara adat;
Kutamara, pelaminan bagi anak gadis
penyimbang yang akan menari; dan
bermacam-macam siger (mahkota) yang diletakkan dalam vitrin kaca bersama-
sama dengan benda-benda seni yang lain.
Diperagakan pula Pakaian Adat pengantin Lampung, tempat tidur pengantin
dengan model tempat tidur orang tua.

Nuwou Sesat
Bangunan lain adalah Nuwou Sesat,
bangunan di atas tiang yang megah
itu aslinya adalah balai pertemuan
adat tempat para purwatin
(penyimbang) mengadakan pepung
adat (musyawarah). Karena itu balai
ini juga disebut Sesat Balai Agung.
Bagian bagian dari bangunan ini
adalah ljan Geladak, tangga masuk
yang dilengkapi dengan atap. Atap itu disebut Rurung Agung. Anjungan, serambi
yang digunakan untuk pertemuan kecil; Pusiban, ruang dalam tempat musyawarah
resmi; Ruang Tetabuhan, tempat menyimpan alat musik tradisional. Alat musik
Lampung dinamakan Talo Balak (Kulintang). Ruang Gajah Merem, tempat
istirahat bagi para penyimbang . Hal lain yang khas di rumah sesat ini adalah
hiasan payung-payung besar di atapnya (rurung agung), yang berwarna putih,
kuning, dan merah, yang melambangkan tingkat kepenyimbangan bagi
masyarakat tradisional Lampung Pepadun.

Masyarakat Lampung dalam bentuknya yang asli memiliki struktur hukum adat
tersendiri. Bentuk masyarakat hukum adat tersebut berbeda antara kelompok
masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut
menyebar diberbagai tempat di daerah lain di Lampung.

Secara umum dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yakni Masyarakat adat
Peminggir yang berkediaman di sepanjang pantai pesisir termasuk masyarakat
adat Krui, Ranau, Komering, Kayu Agung dan Masyarakat adat Pepadun, yang
berkediaman di daerah pedalaman Lampung terdiri dari masyarakat adat Abung
(Abung Siwo Migo), Pubian (Pubian Telu Suku), Tulang Bawang (Migo Pak) dan
Buai Lima (Way Kanan) dan Sungkay Bunga Mayang.

PROPINSI LAMPUNG

Arti dan makna lambang propinsi Lampung.


Gambar lambang daerah Lampung mempunyai
design yang unik dan menarik serta sarat dengan
pralambang yang menjadi identitas daerah.
Seperti simbol daun dan buah lada, setangkai
padi, siger ataupun gong. Semuanya memiliki arti
dan makna yang merupakan manifestasi dari
sosial budaya daerah lampung itu sendiri.

Komponen paling dasar dari lambang daerah


lampung adalah perisai bersegi lima, tombak dan
golok, payung, siger, gong, daun dan buah lada,
setangkai padi, dan sebuah pita yang bertuliskan
kata Sang Bumi Ruwa Jurai. Masing-masing
simbol tersebut mempunyai arti dan makna yang mendalam. Berikut ini adalah
arti dan makna simbol dalam lambang provinsi lampung.

1. Bingkai Perisai Bersegi Lima


Perisai bersegi lima mengambarkan kesanggupan mempertahankan dan
menjalankan cita-cita dan tujuan luhur untuk membangun daerah untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila .

2. Kata Lampung
Kata Lampung itu sendiri merupakan penegasan untuk menunjukan identitas
pemilik lambang

3. Warna
Lambang lampung terdiri dari berbagai perpaduan warna yang mempunyai arti:
Hijau melambangkan ataran tinggi yang subur untuk tanamam keras dan tanaman
musim.
Coklat melambangkan dataran rendah yang subur untuk sawah dan ladang.
Biru melambangkan kekayan sungai dan lautan yang merupakan sumber
perikanan dan kehidupan para Nelayan.
Putih melambangkan kesucian dan keikhlasan hati masyarakat.
Kuning (tua, emas dan muda) melambangkan keagungan dan kejayaan serta
kebesaran cita masyarakat untuk membangun daerah dan Negaranya.

4. Payung
Payung kuning tersebut mempunyai makna ganda yaitu sebagai payung agung
yang melambangkan Negara RI dan sebagai payung jurai (masyarakat) yang
melambangkan Propinsi Lampung tempat semua masyarakat berlindung. Payung
yang terdapat pada lambang lampung bukan sembarang payung, tapi payung yang
melambangkan negara kesatuan RI, hal ini dapat dilihat dari spesifikasi payung
tersebut, yaitu:

 Jari payung berjumlah 17,


 Bagian ruas tepiberjumlah 8,
 Garis batas ruas berjumlah 19, dan
 Rumbai payung berjumlah 45.

KAIN TAPIS

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat


Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya
maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini
ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik
tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat. Kain tapis untuk pria, berwarna merah-
hitam
Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung
terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang
perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").
Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil
tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi
pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian
pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan
motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan
benang perak.
Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang
digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana
dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah
tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu
senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap
sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang
bermacam-macam sebagai barang komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi.

1.Sejarah kain tapis Lampung


Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat
Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya
maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini
ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik
tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan
perkembangan kebudayaan masyarakat.
Menurut Van der Hoop disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun
kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2
Sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape),
pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal.
Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga
tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut
Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki
unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari
unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di
Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya
perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh,
unsur lama tetap dipertahankan. Adanya komunikasi dan lalu lintas antar
kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu
jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah
mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan
pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun
1500 - 1700 .
2.Jenis tapis Lampung menurut asal pemakainya
Beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun
dan Lampung Saibatin adalah :

A.Tapis Lampung dari Pesisir


 Tapis Itsuka
 Tapis Cucuk Andak
 Tapis Semaka
 Tapis Kuning
 Tapis Cukkil
 Tapis Jinggu
 Tapis Paksi Pak

B.Tapis lampung dari Pubian Telu Suku


 Tapis Jung Sarat
 Tapis Balak
 Tapis Linau
 Tapis Raja Medal
 Tapis Pucuk Rebung
 Tapis Cucuk Handak
 Tapis Tuho
 Tapis Sasap
 Tapis Lawok Silung
 Tapis Lawok Handak

C.Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan


 Tapis Jung Sarat
 Tapis Balak
 Tapis Pucuk Rebung
 Tapis Halom/Gabo
 Tapis Kaca
 Tapis Kuning
 Tapis Lawok Halom
 Tapis Tuha
 Tapis Raja Medal
 Tapis Lawok Silung

D.Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak


 Tapis Dewosano
 Tapis Limar Sekebar
 Tapis Ratu Tulang Bawang
 Tapis Bintang Perak
 Tapis Limar Tunggal
 Tapis Sasab
 Tapis Kilap Turki
 Tapis Jung Sarat
 Tapis Kaco Mato di Lem
 Tapis Kibang
 Tapis Cukkil
 Tapis Cucuk Sutero
 Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego

3.Jenis Tapis Lampung menurut pemakai


a. Tapis Jung Sarat
Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga
dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara
mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara
adat. Tapis Raja Tunggal. Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho
penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan
sutan. Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam
menghadiri upacara adat.
b. Tapis Raja Medal
Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada
upacara adat seperti : mengawinkan anak, pengambilan gelar pangeran dan
sutan. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin
wanita pada upacara perkawinan adat.
c. Tapis Laut Andak
Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai
juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara
pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada
acara pengambilan gelar sutan.
d. Tapis Balak
Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang
yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau
pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli
cangget (gadis penari) pada upacara adat.
e. Tapis Silung
Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara
adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain.
Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.
f. Tapis Laut Linau
Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri
upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara
turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula
oleh gadis penari (muli cangget). Tapis Pucuk Rebung. Tapis ini dipakai oleh
kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat. Di daerah
Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat
menghadiri upacara adat.
g. Tapis Cucuk Andak
Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang
sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan
gelar adat. Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita
dalam upacara perkawinan adat. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini
dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.
h. Tapis Limar Sekebar
Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta
dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.
i. Tapis Cucuk Pinggir
Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga
oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.
j. Tapis Tuho
Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar
sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang
mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri
upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat.
k. Tapis Agheng/Areng
Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya)
pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula
oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.
l. Tapis Inuh
Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat.
Tapis ini berasal dari daerah Krui, Lampung Barat.
m. Tapis Dewosano
Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin
wanita pada saat menghadiri upacara adat.
n. Tapis Kaca
Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa
juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di
daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara
adat.
o. Tapis Bintang
Tapis Bintang ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.
p. Tapis Bidak Cukkil
Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-
upacara adat.
q. Tapis Bintang Perak
Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah
Menggala, Lampung Utara.

Bahan dan peralatan tenun tapis


A.Bahan dasar
Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat
Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah
benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias
pada tapis dengan sistem sulam.

Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil
pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya
menggunakan sistem ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal
sejak lama.

Bahan-bahan baku itu antara lain :


1. Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.
2. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.
3. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.
4. Akar serai wangi untuk pengawet benang.
5. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.
6. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.
7. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.
8. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.
9. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.
10. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
11. Pada saat ini bahan-bahan tersebut di atas sudah jarang digunakan lagi,
oleh karena pengganti bahan-bahan di atas tersebut sudah banyak
diperdagangkan di pasaran.

B.Peralatan tenun kain tapis


Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai
berikut :
1. Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat
tenun.
2. Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-
alat :
3. Terikan (alat menggulung benang)
4. Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)
5. Belida (alat untuk merapatkan benang)
6. Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)
7. Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil
tenunan)
8. Guyun (alat untuk mengatur benang)
9. Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)
10. Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang
dimasukkan melintang)
11. Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)
12. Amben (alat penahan punggung penenun)
13. Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang
emas.

PAKAIAN ADAT LAMPUNG

Pakaian adat Lampung merupakan salah satu peninggalan budaya yang khas dan
memiliki nilai seni yang tinggi. Tulang Bawang, sebutan untuk pakaian adat
Lampung ini merupakan pakaian adat yang biasa digunakan saat acara
pernikahan. Penggunaan pakaian adat Lampung biasa sebagai simbol untuk
menunjukkan kebesaran budaya Lampung.

Tidak hanya digunakan sebagai pakaian adat saat pernikahan, Tulang Bawang
juga dipakai dalam acara pentas atau pertunjukkan seni tari. Tarian khas Lampung
diantaranya adalah Tari Sembah, Tari bedana, dan lain sebagainya. Pakaian adat
Lampung sendiri terbagi menjadi dua adat, yaitu pakaian adat Lampung Saibatin
dan pakaian adat Lampung Pepadun.
Pakaian adat Saibatin dan Pepadun sekilah mhampir mirip. Namun jika dicermati,
keduanya memiliki perbedaan. Kedua pakaian adat ini memiliki kesamaan dari
segi kain yang yang digunakan yaitu kain tapis. Kain tapis dihiasu dengan logam
kuningan yang menambah kesan mewah pada pakaian adat ini.

Suku Saibatin merupakan salah satu suku di Lampung yang tinggal di daerah
pesisir. Suku Saibatin masih menganut sistem patrilineal atau sistem kekerabatan
yang mengikuti garis keturuan ayah. Dalam sistem tatanan sosial suku Saibatin
terdapat satu orang Raja yang dijadikan sebagai pemimpin yang akan digantikan
setiap generasi. Budaya hanya bisa diturunkan melalui garis keturunan saja. Suku
Saibatin cenderung aristokratis jika berbicara masalah budaya.

Salah satu ciri dari budaya suku Saibatin adalah dilihat dari perangkat yang
digunakan dalam ritual atau upacara adat. Suku Saibatin biasanya menggunakan
mahkota atau biasa disebut siger (sigekh) yang digunakan ileh pengantin yang
terdiri dari 7 lekuk atau pucuk atau dalam bahasa Lampung sigokh lekuk
pitu.Ketujuh pucuk yang digunakan merupakan lambang dari 7 adog, yaitu raja,
jukuan atau depati, radin, batin, minak, mas dan kiamas. Pakaian adat Lampung
yang digunakan laki-laki dan perempuan pastinya memiliki perbedaan. Berikut
adalah nama dan gambar pakaian adat Lampung untuk laki-laki dan perempuan.

Pakaian Adat Lampung untuk Laki-laki


Pakaian adat yang digunakan oleh laki-laki Lampung biasanya terkesan
sederhana. Pakaian yang digunakan terdiri dari kemeja puth lengan panjang,
celana panjang hitam, sarung tumpal, sesapuran dan khika akhir. Sarung tumpal
merupakan salah satu kain khas Lampung. Sarung Tumpal ditenun dengan
menggunakan benang emas. Penggunaan sarung tumpal dipakai di luar celana
kain yang diikatkan dari pinggang sampai lutut.

Setelah itu, sesapuran yang berupa sehelai kain putih dengan rumbai ringgit yang
diikatkan di luar sarung. Terakhir adalah khikhat akhir yang berupa selendang
yang dilingkarkan di pundak untuk menutupi bahu. Pakaian adat Lampung untuk
pengantin pria tidak beda jauh dengan wanita yang memiliki berbagai perhiasan
atau aksesoris yang menambah kemewahan pakain adat. Ada beberapa perhiasan
yang menghiasi pakaian adat Lampung laki-laki, setidaknya ada 7 aksesoris yang
digunakan. Berikut adalah beberapa perhiasan yang digunakan pakaian adat laki-
laki.

Kalung buah jukum


Bentuk kalung ini sesuai dengan namanya. Kalung buah jukum memiliki
gantungan yang menyerupai miniatur buah jukum. Kalung ini melambangkan doa
agar pengantin mendapatkan keturunan.

Kalung papan jajar


Kalung ini memiliki gantungan dengan bentuk 3 lempengan perahu yang tersusun
dengan ukuran yang berbeda-beda. Kalung ini memiliki filosofi sebagai simbol
kehidupan yang akan diarungi oleh pengantin yang akan dilanjutkan oleh
keturunannya.

Selempang pinang
Selepang ini merupakan kalung yang berbentuk bungan atau buah.

Ikat pinggang bulu serti


Ikat pinggang ini dilengkapi dengan sebuah keris (terapang) yang merupakan
senjata khas Lampung.

Gelang burung
Gelang burung dikenakan di lengan tangan kiri dan kanan yang menyerupai
burung garuda yang melambangkan perjalanan panjang dan kekerabatan yang
akan terjalin setelah pernikahan

Gelang kano
Gelang kano digunakan di bawah gelang burung yang berbentuk ban yang
melambangkan pembatasan dari semua perbuatan buruk setelah menikah.
Gelang bibit
Gelang ini digunakan di bawah gelang kano yang melambangkan doa
mendapatkan keturunan.

Pakaian Adat Lampung untuk Pengantin Wanita


Pakaian pengantin wanita tidak jauh berbeda dengan pakaian pengantin laki-laki.
Sarung tapis, sesapuran hingga khikhat akhir juga terdapat dalam pakaian
pengantin wanita. Namun yang membedakan adalah tambahan pakaian yang
tentunya memiliki nilai estetis dan juga filosofis dari setiap perhiasannya.
Beberapa perlengkapan tambahan yaitu selappai, katu tapi dewa sano dan bebe.

Selappai merupakan baju yang tidak memiliki lengan dan memiliki hiasan rumbai
ringgit pada bagian tepi bawahnya. Bebe merupakan sulaman benang dari satin
yang menyerupai bunga teratai yang mengambang. Sedangkan kati tapis dewa
sano merupakan rumpai ringgit yang terbuat dari kain tapis jung jarat. Ada
beberapa aksesoris tambahan yang digunakan oleh pengantin. Berikut adalah
beberapa aksesoris yang digunakan oleh pengantin wanita.

Siger
Siger atau dalam bahas Indonesia disebut mahkota yang terbuat dari emas. Siger
merupakan mahkota khas yang sering digunakan oleh pengantin wanita. Siger
memiliki 9 ruji yang melambangkan 9 sungai yang terdapat di Lampung, yaitu
sungai Way Sekampung, Way Semangka, Way Abung Pareng, Way Seputih, Way
Kanan, Way Mesuji, Way Sunkai, Way Tulang Bawang dan Way Kanan. Siger
merupakan perhiasan yang melambangkan keagungan budaya Lampung.

Seraja bulan
Merupakan mahkota kecil yang yang beruji 3 terletak di atas siger yang berjumlah
5 buah.

Subang
Subang merupakan perhiasan yang digantungkan di ujung daun telinga. Biasanya
berbentuk buah kenari yang terbuat dari emas.

Perhiasan dada dan leher


Perhiasan yang dikenakan di dada dan leher berupa kalung ringgit, kalung jukum
dan kalung papanjajar. Kalung ringgir berbentuk sembilan buah uang ringgit.
Kalung jukum berbentuk buah jukum yang merupakan simbol doa mendapatkan
keturunan. Sedangkan kalung papanjajar merupakan kalung gantungan 3 lempeng
siger yang berbentuk perahu dengan ukuran yang berbeda-beda.
Perhiasan pinggan dan lengan
Perhiasan yang dikenakan dipinggang berupa selempang pinang yang
digantungkan dari bahu ke punggan dan sebuah ikat pinggang dari kain beludru
berwarna merah dengan hiasan kelopak bunga dari kuningan. Sedangkan
perhiasan lengan berupa gelang kano, gelang burung, gelang duri dan gelang bibit
yang memilik makna sama dengan aksesoris laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai