Anda di halaman 1dari 5

PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DI INDONESIA

Perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di Indonesia banyak bertumpu


pada sektor industri. Sebelumnya, sektor minyak dan gas menjadi
tumpuan bagi pertumbuhan wilayah. Kemudian, pemerintah melalui
kebijakannya mengganti sektor minyak dan gas dengan sector industri.
Pertumbuhan ekonomi wilayah diharapkan meningkat seiring kemajuan
sektor industri. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi berpengaruh pada
peningkatan pembangunan wilayah. Peningkatan pembangunan wilayah
berpengaruh pada kesejahteraan penduduk yang semakin baik.
Peningkatan ini juga akan mendorong pertumbuhan dan
perkembangan wilayah di sekitarnya.
1. Wilayah Geografis Pembangunan
Wilayah Indonesia yang luas dan terdiri atas banyak pulau berpengaruh
terhadap kelancaran pelaksanaan pembangunan. Pembangunan nasional
akan lancar apabila pelaksanaannya tidak terpusat dalam satu wilayah,
misalnya Jawa, tetapi menyebar dan menjangkau ke seluruh wilayah
Indonesia. Atas dasar ini, maka pembangunan nasional Indonesia
dilaksanakan dengan sistem perwilayahan (regionalisasi) dan kota-kota
utama yang ada dijadikan sebagai pusat-pusat pertumbuhannya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah membagi
wilayah Indonesia menjadi empat pusat pertumbuhan dengan kota
utamanya yaitu Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Setiap pusat
pertumbuhan atau regional membawahi beberapa wilayah. Setiap wilayah
terdiri atas beberapa daerah.
Tabel 7.4 Regionalisasi Pusat Pertumbuhan Indonesia

Bila disajikan dalam peta, pusat pertumbuhan di Indonesia dapat dilihat


sebagai berikut.

Sistem perwilayahan tersebut juga diterapkan dalam lingkup daerah yang


lebih kecil di setiap provinsi. Dengan demikian, terjadi hubungan antara
kabupaten dan kecamatan, antarkabupaten, serta antarkecamatan yang
merupakan wilayah administrasi lebih kecil.

2. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Program pembangunan nasional telah dilaksanakan pemerintah lebih dari


30 tahun. Banyak kemajuan di segala bidang dan member manfaat bagi
masyarakat. Akan tetapi, selain keberhasilan yang telah dicapai tidak
sedikit kekurangan dan kelemahan yang menyertainya. Beberapa
kekurangan tersebut antara lain terjadinya pertumbuhan tidak seimbang
atau kesenjangan pembangunan antarbidang, kesenjangan ekonomi
antargolongan penduduk, dan kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Secara geografis, kesenjangan pembangunan terjadi antara kawasan


timur Indonesia (KTI) dengan kawasan barat Indonesia (KBI). Kesenjangan
pembangunan antarkawasan ini perlu diatasi, sehingga KTI yang sudah
tertinggal dapat mengejar ketertinggalan dan sejajar dengan KBI dalam
pembangunannya. Usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk
mengatasi kesenjangan itu dengan pembentukan kawasan
pengembangan ekonomi terpadu (KAPET) di KTI melalui Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 150 Tahun 2000.
KAPET yang dikembangkan di kawasan timur Indonesia (KTI) diharapkan
menjadi pusat pertumbuhan yang akan merangsang perkembangan
wilayah sekitarnya melalui trickle down effect. Dengan demikian,
mendorong munculnya kegiatan-kegiatan ekonomi di wilayah sekitar.
Beberapa bidang kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan di KTI
meliputi pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan,
perikanan, kehutanan, pariwisata, pertambangan, serta industri.
Pengembangan KAPET tersebar di wilayah Indonesia, yaitu Manado,
Bitung, Batui, Pare-Pare, Bukari, Bima, Seram, Mbay, Biak, Sanggau, Das
Kakab, Batulicin, Sasamba, dan Sabang.

Penyebaran pusat-pusat pertumbuhan ke luar Jawa terutama ke kawasan


timur Indonesia (KTI) seperti pembentukan KAPET bertujuan sebagai
berikut.
1) Pemanfaatan sumber daya alam.
2) Peningkatan dan pemerataan kegiatan ekonomi.
3) Peningkatan pendapatan daerah.
4) Memperkuat ketahanan dan posisi geografis.

3. Pengaruh Pusat Pertumbuhan


Pengaruh yang ditimbulkan dari pusat pertumbuhan yang
berkembang di suatu wilayah sebagai berikut.
a. Pemusatan Sumber Daya Manusia
Munculnya pusat pertumbuhan di suatu wilayah akan menarik tenaga
kerja yang banyak. Para pekerja dari luar wilayah akan pindah dan
menetap di wilayah pusat pertumbuhan sehingga terjadi pemusatan
penduduk atau sumber daya manusia. Arus migrasi penduduk dari daerah
pedesaan menuju pusat pertumbuhan atau kota di Indonesia

menunjukkan peningkatan seiring dengan perkembangan pusat


pertumbuhan atau kota itu. Sebagai contoh, penambangan batu bara di
wilayah Kalimantan memerlukan banyak tenaga kerja dari luar wilayah.
b. Perkembangan Ekonomi
Pusat pertumbuhan yang muncul di suatu wilayah akan meningkatkan
kegiatan perekonomian di wilayah itu. Kesempatan kerja yang banyak dari
berbagai bidang dan arus barang kebutuhan hidup berdampak pada
perkembangan usaha-usaha ekonomi lain. Sebagai contoh, munculnya
pusat pertumbuhan yang berawal dari kegiatan penambangan batu bara
merangsang tumbuhnya kegiatankegiatan ekonomi lain, seperti warung
makan, pasar, penginapan, toko kelontong, usaha transportasi, dan
tempat hiburan. Dari usaha transportasi sendiri akan mendorong
tumbuhnya penjualan alat-alat transportasi dan perbengkelan.

Banyak penduduk pendatang dan penduduk lokal membuka usaha atau


melakukan kegiatan ekonomi di wilayah pusat pertumbuhan untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Mereka bekerja sebagai wiraswastawan,
pedagang, karyawan, buruh, dan penjualan jasa. Kawasan industri,
perkebunan, pertambangan, kehutanan, dan pertanian merupakan
wilayah yang dapat dikembangkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan.
Kegiatan ekonomi yang berkembang di wilayah pusat pertumbuhan akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk.
c. Perubahan Sosial Budaya
Wilayah pusat pertumbuhan cenderung memiliki penduduk yang makin
padat. Kepadatan penduduk yang meningkat serta kemajuan komunikasi
dan transportasi akan berpengaruh pada kehidupan sosial budaya
penduduknya.

Pengaruh pusat pertumbuhan yang semakin berkembang terhadap sosial


budaya antara lain sebagai berikut.
1) Penduduk termotivasi untuk memiliki keterampilan dan pengetahuan
guna mengatasi masalah akibat perubahan social budaya.
2) Terjadi percampuran budaya (akulturasi) antara penduduk pendatang
dan penduduk lokal serta antarpenduduk pendatang sendiri.
3) Arus informasi dari luar wilayah semakin meningkat.
4) Status sosial akan meningkat seiring peningkatan kesejahteraan hidup.

5) Perubahan sikap penduduk terhadap disiplin waktu, penggunaan uang,


dan pemilikan kebutuhan hidup.

Anda mungkin juga menyukai