Anda di halaman 1dari 14

Permasalahan dan Aktifitas Perkotaan di Kota Pekanbaru

ENAM JENIS KOTA BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN

1. KOTA EPOLIS: Sebuah kota yang berupa pusat dari daerah pertanian serta yang
mempunyai adat-istiadat yang sederhana.
2. KOTA POLIS: Tempat yang merupakan sebuah pusat keagamaan dan pemerintahan
yang bentuknya berupa sebuah benteng yang kokoh dan di dalamnya terdapat tempat
ibadah, pasar dan gilda (tempat menghasilkan barang).
3. KOTA METROPOLIS: Sebuah kota yang mempunyai ciri wilayah kurang luas
namun memiliki banyak penduduk yang terdiri dari orang-orang berbagai bangsa
selain itu dicirikan adanya perkawinan campuran antar bangsa, menampilkan sisi
kemegahan tetapi dari aspek sosial sangat kontras antara golongan kaya dan miskin.
4. KOTA MEGAPOLIS: Sebuah kota dimana di dalam masyarakatnya muncul sebuah
gejala patologis (penyakit sosial) yang sangat menonjol.
5. KOTA TIRANOPOLIS: Sebuah kota dimana pemerintahan memiliki kekuasaan yang
sangat kuat atau otoriter sehingga rakyat miskin akan cenderung berbuat maksiat
(demoralisasi) karena tidak sanggup melawan kekuasaan penguasa.
6. KOTA NEKROPOLIS: Sebuah kota yang mengalami kehancuran akibat peperangan
penduduk dengan pemerintahnya.

KLASIFIKASI KOTA ATAS DASAR


KARAKTERISTIK FUNGSINYA
Pendahuluan
Latar belakang geografis akan memberikan corak yang khas mengenai
kehidupan kotanya, misalkan kota yang berbukit, datar ataupun pesisir.

Dalam perkembangannya, suatu kota dapat mengalami perubahan pada fungsinya. Hal ini
sering terjadi pada kota-kota di Benua Eropa. Ada beberapa kota-kota tertentu yang sekarang
mempunayai fungsi sebagai pusat perdaganagan yang mulanya merupakan kota yang
berfungsi sebagai pusat keagamaan atau pusat pemerintahan. Yang dapat dikatakan bahwa
kota kota tersebut memiliki fungsi yang tunggal.
Perubahan fungsi kota-kota tersebut sejalan dengan semakin majunya fisilitas-fasilitas
perkotaan yang ada, dimana kemajuan teknologi merupakan faktor yang sangat berpengaruh.
Semakin majunya teknik dibidang komunikasi dan transportasi, sumberdaya alam dari
peripheralnya.
Pada masa saat ini, kebanyakan kota-kota yang ada memilki fungsi yang banyak (multi
function city). Hal ini terjadi karena manusia memiliki kegiatan yang beragam misalnya
kegiatan politik, kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, kegiatan budaya, yang umumnya
berpusat pada kota-kota tersebut.

Masing-masing kota memiliki potensi dan penonjolan fungsi-fungsi yang berbeda. Hal ini
tekait dengan latar belakang historikal, kultural, fisikal, kemasyarakatan, ekonomi, dan lainlain yang saling berkaitan yang secara bersamaan memberikan corak yang khas terhadap
masing-masing kota.
Terdapat beberapa cara yang dilakukan dalam mengklasifikasikan kota, yang didapatkan
melalui usaha yang bersifat sugestif dimana fungsi yang dianggap paling menonjol diantara
kegiatan-kegiatan yang ada, digunakan sebagai dasar klasifikasi
Pembahasan
Terdapat beberapa klasifikasi kota atas dasar fungsinya antara lain :
Klasifikasi Gist, N.P & Halbert L.A.
Mengemukakan 6 jenis kelas kota atas dasar fungsinya yaitu :
(1) Kota berfungsi sebagai pusat industri
Dikatakan sebagai kota industri karena kegiatan industri merupakan kegiatan yang paling
menonjoldibandingkan dengan kegiatan-kegiatan bukan industri. Pengertian industri itu
sendiri meliputi berbagai jenis kegiatan, antara lain berdasarkan jenisnya ( industri primer,
industri sekunder, dan industri tersier) berdasarkan jenis produksi ( industri kapal laut,
industri kapal terbang, industri mainan anak dan lain-lain). Contoh dari kota industri antara
lain: kota Detroit dengan industri mobilnya, Kota Mumbai dengan industri tekstilnya dan
Kota Dresden dengan industri keramiknya.
(2) Kota berfungsi sebagai pusat perdagangan
Kota berfungsi sebagai pusat perdagangan dapat dilihat dari cirinya yang memiliki
pelabuhan-pelabuhan sebagai penunjang aktivitasnya. Contoh kota-kota perdagangan besar
bertaraf internasional antara lain : New York, London, Mumbay, Hamburg, Napels,
Hongkong dan lain sebagainya.
(3) Kota berfungsi sebagai pusat politik
Kota yang berfungsi sebagai pusat Politik dimana kota tersebut terdapat pusat pemerintahan,
pusat administrasi dan politik yang umumnya untuk suatu negara atau Ibu kota Negara.
Misalnya Kota New Delhi di India; Kota Jakarta di Indonesia; Kota Bangkok di Thailand,
kota Canberra di Aaustralia, dan lain sebagainya.
(4) Kota berfungsi sebagai pusat kebudayaan

Dalam hal ini potensi kulturalnya lebih menonjol dibanding dengan fungsi-fungsi lainnya.
Sebagai contoh Kota Mekkah sebagai kota leligius umat islam dan juga Kota Roma bagi
Umat Kristiani.
(5) Kota berfungsi sebagai pusat rekreasi atau kesehatan.
Kota-kota yang berfungsi sebagai pusat rekreasi di dalamnya mengandung sesuatu yang
menarik bagi orang luar untuk dituju sebagai tempat untuk berekreasi. Misalnya Kota
Palmbeach dengan pantainya yang indah, Kota Monte Carlo, Kota Monaco, Kota Denpasar
dan kota-kota lainnya.
(6) Kota yang tidak mempunyai fungsi tertentu yang menonjolKota Monte Carlo
Merupakan kota-kota yang usianya masih sangat muda/baru biasanya kota kecil dengan
fungsi-fungsinya sangat kompleks sehingga penonjolan sesuatu masih terlihat lemah akibat
dari belum mampu mengembangkan diri. Contohnya kota Philladelpia, Kota Pitsburg, Kota
Tokyo, kota London, dan lain sebagainya.
Klasifikasi Hudson, F.S
Hudson, F.S mengklasifikasikan fungsi kota menjadi 9 macam, dan masing-masing kelas kota
dan dibedakan menjadi sun kelas. Kesembilan kelas kota tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Kota Pertambangan dan penggalian bahan-bahan alami lainnya
(a) Kota-kota pertambangan antara lain : kota workshop (coal); kota Butte; Kota Broken
Hill ( Lead& zinc); Kota kalgorlie (gold); dan lain-lain
(b) Kota penggalian bahan-bahan alami lainnya antara lain kota bethesda (slate); kota shap
(granite); kota hibbing( iron ore).
(2) Kota Industri
Contohnya : kota rotherham; kota pittsburg dengan industri bajanya; kota Nottingham dengan
industri yang banyak jenis dan jumlahnya; kota Tourcoing dengan industri tekstilnya; kota
stoke on trent dan Meisen sebagai kota-kota yang terkenal dengan industri Potteriesnya.
(3) Kota-kota sebagai pusat pengangkutan
Kota-kota jenis ini dapat dibedakan menjadi kota-kota yang melayani pengangkutan umum
dan kota pengangkutan khusus. Dimana contoh kota pengangkutan umum adalah
pengangkutan yang terdapat di kota Sunderland dengan manufacturing shipsnya, Kota Detroit
dengan kendaraan bermotornya, kota Wichta dengan kapal terbangnya, dan lain-lain.
(4) Kota-kota sebagai perdagangan

Dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :


(a) Kota pemasaran hasil-hasil pertanian, misalnya kota Winnpig, kota Cansas, dan kota
Evesham
(b) Kota pusat perbankan dan uang, sebagai contoh kota Frankfrut dan Kota Amsterdam
(c)

Kota perdagangan yang bervariasi, seperti Kota Manchester, dan kota St. Louis

(d) Kota-kota pelabuhan besar yang berfungsi sebagai kota perdagangan


(5) Kota-kota pusat administrasi
Kota-kota ini dapat berfungsi sebagai:
(a)

Ibu kota suatu negara

(b) Ibu kota propinsi


(c)

Ibu kota Kabupaten, dan lain sebagainya

(6) Kota-kota yang mempunyai arti strategis


Jenis-jenis ini dapat dibedakan lagi menjadi:
(a)

kota yang merupakan basis pertahanan angkatan darat

(b)

kota yang merupakan basis pertahanan angkatan laut

(c)

kota yang merupakan basis pertahanan angkatan udara

(7) Kota-kota Budaya


Jenis kota ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
(a) Kota-kota pusat keagamaan, misalnya kota Mekkah, Jerusalem, Loudres, Benardes dan
Rome
(b) Kota-kota pusat pendidikan, misalnya Cambridge, Kota Heidelberg, Bangor, Louvia, dan
lain-lain
(c)

Kota-kota konversi, misalnya Kota Harrogate, Kota Chicago, dan kota Brighton

(8) Kota-kota pusat kesehatan dan rekreasi


(a)

Kota rekresasi tepi pantai, misalnya kota Miami

(b) Kota-kota rekreasi daerah pegunungan, misalnya kota Daves, dan kota Dajeeling
(c) Kota Pulau yang digunakan untuk tujuan rekreasi, misalya kota Tsucon, dan kota
stadford-on-avon
(9) Kota-kota permukiman
(a)

Kota asrama, misalnya kota Weybridge

(b) Sub urban growth, misal kota Beverly Hill (dekat LA)
(c) Overspill towns, Misalnya Wilmslow dekat dengan kota Manchester dan kota-kota baru
dekat London
Klasifikasi Harris, Chauncy, D
Dalam klasifikasi kota yang diajukan terdapat 9 macam fungsi kota yang dikemukakan
berdasarkan dalam gambaran kuantitatif. Secara garis besar, klasifikasinya adalah sebagai
berikut :
(1) Kota Manufaktur
Kota manufaktur merupakan kota yang 60% kegiatan kotanya pada bidang manufaktur yang
melebihi dari seluruh kegiatan kota yang bersangkutan
(2) Kota yang mempunyai berbagai macam fungsi
Suatu kota dapat dikatakan fungsi beragam apabila kegiatan manufaktur kurang dari 60%,
kegiatan wholesale kurang dari 20% dan kegiatan retail kurang dari 50%
(3) Kota yang berfungsi sebagai penjual barang-barang dalam partai besar (wholesaling
cities)
Apabila kegiatan kota lebih dari 20% kegiatan penjualan pada partai besar dibandingkan
seluruh kegiatan lainnya.
(4)

Kota kota pengecer (retailing cities)

Kota dapat dikatakan fungsi pengecer apabila kegiatan ini meliputi lebih dari 50% dari
seluruh kegiatan total.
(5) Kota-kota Transport
Suatu kota dapat dikatakan kota transport apabila pekerja-pekerja yng berkaitan dengan
masalah pengangkutan meliputi sekurang-kurangnya 11% seluruh pekerja-pekerja yang ada

(6) Kota pertambangan


Suatu kota dapat dikatakan sebagai kota pertambangan apabila pekerja-pekerja tambang yang
ada di kota tersebut sekurang-kurangnya 15% dari seluruh pekerja yang ada
(7) Kota Universitas dan pendidikan
Untuk mengenali suatu fungsi Kota universitas maka kota itu harus memenuhi minimal 25%
penduduknya harus terdaftar diperguruan tinggi atau akademi-akademi lainnya.
(8) Kota tetirah
Untuk perinciannya tidak dikemukakan dengan begitu jelas akan tetapi bisa terlihat pada ciriciri yang nampak yaitu adanya summer resort dan winter resort.
(9) Kota-kota lainnya
Kota-kota yang termasuk dalam kategori ini antara lain fishing tonws; logging towns;
regional capital; political towns; professional centers; dan financial centres.

Menurut Yunus (1987), permasalahan permukiman perkotaan menyangkut halhal yang berkaitan dengan upaya penyediaan air bersih, sistem pembuangan
sampah, sistem pembuangan kotoran, air limbah, tata bangunan, saluran air
hujan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta pencemaran air, udara, dan
tanah.

Kotamadya Pekanbaru ini mempunyai luas sekitar 632,26 km2 (63.226 ha). Dari luas
itu, sekitar 57.135 ha nya belum terbangun. Kota mempunyai percepatan penduduk
yang cukup tinggi, semenjak dicanangkannya kawasan SIJORI (Singapore - Johor Riau), banyak pendatang dan investor berbondong bondong datang dan bermukim di
Kota ini.
Penduduk:
Sebagian besar penduduknya merupakan pendatang dari berbagai pulau (provinsi/suku)
di Indonesia, yang terbanyak seperti Suku-suku Minang (Sumatra Barat), Batak
(Sumatra Utara), Jawa (Jawa Tengah dan Timur), Sunda (Jawa Barat). Jumlah penduduk
pendatang itu justru lebih banyak dari Penduduk aslinya (suku Melayu Riau).

Sejak tahun 2010, Pekanbaru telah menjadi kota ketiga berpenduduk terbanyak
di Pulau Sumatera, setelah Medan dan Palembang. Laju pertumbuhan ekonomi
Pekanbaru yang cukup pesat, menjadi pendorong laju pertumbuhan
penduduknya.

Permasalahan Sanitasi dan Tantangan Kota Pekanbaru


PENDAHULUAN

Pekanbaru merupakan Ibukota Propinsi Riau dengan luas wilayah sekitar 632,26
Km2. Jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa (tahun 2008) meningkat dari 586.000
jiwa (tahun 2000). Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 4% per tahun.
Diproyeksikan jumlah penduduk akan meningkat menjadi 1,1 juta (tahun 2015) dan
1,5 juta (tahun 2026). Kepadatan penduduk yang tertinggi terutama di kecamatankecamatan di pusat kota (Pekanbaru Kota dan Sukajadi), dan adanya
kecenderungan peningkatan jumlah penduduk di kawasan pemukiman baru
(Tampan, Marpoyan Damai, Tenayan Raya, dll).

Peningkatan penduduk dan pemukiman yang pesat ini membutuhkan dukungan


sarana dan prasarana dasar, khususnya air bersih dan sanitasi. Penyediaan sarana
dan prasarana sanitasi yang memadai merupakan suatu prasyarat bagi kesehatan
masyarakat dan kesehatan lingkungan. Namun demikian dalam pelaksanaannya
masih sering ditemukan kendala dan permasalahan, utamanya disebabkan oleh:

Perencanaan sanitasi masih relatif parsial dan sektoral, kurang terintegrasi


antar subsektor air limbah, persampahan, dan drainase.

Koordinasi dan kinerja antar pihak-pihak yang berkepentingan dengan


sanitasi masih belum terpadu;

Tingkat kesadaran dan kepatuhan terhadap peraturan yang terkait sanitasi


masih relatif rendah, dan kurang tegasnya sanksi atas pelanggaran tersebut;

Keterbatasan anggaran dan investasi; sektor sanitasi masih belum menjadi


skala prioritas

Investasi sektor swasta masih terbatas, karena masih dinilai kurang layak

Partisipasi swasta masih relatif terbatas, karena kurangnya sosialisasi dan


edukasi

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka dipandang perlu


untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru. SSK merupakan suatu
dokumen perencanaan yang berisi arah kebijakan, strategi, dan program
pembangunan sanitasi secara terpadu, menyeluruh, dan jangka panjang. SSK

merupakan penjabaran lebih lanjut dari visi dan misi kota, strategi, rencana tata
ruang, dan program pembangunan Kota Pekanbaru. SSK juga menampung
masukan masyarakat yang diperoleh melalui wawancara, rapat & workshop, dan
selama pelaksanaan proyek percontohan yang berbasis masyarakat (communitybased sanitation).

Strategi Sanitasi Kota (SSK) Pekanbaru berisikan visi dan misi sanitasi, tujuan,
sasaran, kebijakan, strategi dan program pembangunan sektor sanitasi (2010
2026). Ruang lingkup SSK mencakup sistem pengelolaan air limbah domestik,
persampahan dan drainase lingkungan, dengan mempertimbangkan aspek teknis
dan kualitas pelayanan, pengembangan kelembagaan, penegakan hukum dan
peraturan, pengembangan sistem pendanaan, peningkatan partisipasi masyarakat
dan dunia usaha.

PERMASALAHAN SANITASI KOTA PEKANBARU

Permasalahan dalam pengelolaan sanitasi kota dapat dilihat dari berbagai


perspektif, yaitu aspek teknis dan tingkat pelayanan, kelembagaan, pendanaan,
peraturan dan partisipasi masyarakat.

Permasalahan dalam pengelolaan air limbah domestik (waste water) antara lain
adalah:

Pelayanan air limbah perkotaan melalui sistem perpipaan (off-site system)


belum tersedia di Kota Pekanbaru. Saat ini sistem perpipaan skala komunal
baru dilaksanakan dalam bentuk Proyek Percontohan di Kelurahan
Sukamulya.

Penduduk kota umumnya menggunakan jamban, baik jamban pribadi


maupun umum. Namun demikian masih perlu dikaji / disurvei lebih lanjut
mengenai tingkat keamanannya terhadap air tanah, kesehatan dan
lingkungan.

Sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat (on-site system)


masih belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan, baik dari segi mutu
bahan, tingkat kebocoran, dll.

Masih rendahnya skala prioritas penanganan air limbah domestik, dan masih
terbatasnya anggaran yang tersedia.

Pembuangan air limbah rumah tangga, terutama air bekas cuci dan dapur,
masih menyatu dengan saluran / drainase air hujan.

Permasalahan dalam pengelolaan persampahan:

Sampah organik dan non-organik masih dibuang dalam satu tempat.


Pelaksanaan program pemilahan sampah masih belum memberikan hasil
yang memuaskan.

Produksi sampah masih lebih besar daripada sampah yang terangkut.


Program 3R merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut.

Jarak angkut yang relatif jauh ke lokasi TPA Muara Fajar (sekitar 20 Km)

Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap iuran dan waktu (timing)


pembuangan sampah, serta masih perlunya penegakan larangan
pembuangan sampah sembarangan (ke saluran air, tanah kosong atau
sungai).

Permasalahan dalam pengendalian banjir dan genangan:

Masih banyaknya wilayah genangan air

Banjir tahunan masih terus terjadi terutama di daerah pinggiran Sungai Siak
dan anak-anak sungainya

Drainase yang ada masih belum berfungsi secara optimal

Semakin berkurangnya areal hijau yang berfungsi sebagai peresapan air.


Sosialisasi dan implementasi pembuatan sumur resapan, lubang biopori, dll
perlu lebih diintensiftkan.

Permasalahan tata kelola sanitasi, kelembagaan dan SDM:

Belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang di perlukan


dalam pengelolaan Sanitasi, khususnya untuk sistem air limbah domestik

Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan sanitasi

Kapasitas sumber daya manusia yang terkait dalam pengelolaan sanitasi


masih terbatas

Permasalahan kelangkaan dana serta tingginya biaya pembangunan dan O&M:

Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sanitasi


(air limbah, drainase dan persampahan) mengalami kesulitan dalam masalah
pendanaan untuk pengembangan, baik dalam operasional dan pemeliharaan
diantaranya disebabkan oleh rendahnya tarif layanan serta tingginya biaya
investasi dalam penyelenggaraan terutama dalam sistem air limbah

Kurang tertariknya sektor swasta untuk melakukan investasi di bidang Air


Limbah permukiman karena rendahnya tingkat pemulihan biaya investasi
(cost recovery)

Rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah untuk investasi


pengembangan air limbah, khususnya untuk pembangunan sistem perpipaan
(off-site).

Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan


sumber-sumber lainnya seperti meso-financing.

Masih kurang memanfaatkan pinjaman atau bantuan luar negeri untuk


membiayai sektor sanitasi; salah satu faktor penuyebabnya adalah
banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota untuk
memperoleh bantuan tersebut..

Permasalahan peran-serta masyarakat dalam pengelolaan sanitasi:

Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan


Sanitasi (air Limbah, drainase, persampahan dan sebagainya

Terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem air limbah domestik


yang berbasis masyarakat

Kurang memadainya sosialisasi, informasi dan edukasi mengenal pentingnya


pengelolaan air limbah domestik, khususnya bagi masyarakat berpendapatan
rendah atau bertempat tinggal di kawasan padat, kumuh, dan rawan banjir.

Rendahnya koordinasi antar Instansi terkait dalam menggerakkan peran dan


partisipasi masyarakat

Masih rendahnya kesadaran masyarkat dalam pemeliharaan saluran drainase


dan sarana TPS yang tersedia maupun yang akan disediakan.

TANTANGAN SANITASI KOTA PEKANBARU TAHUN 2010 - 2026

Beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh Pemerintah dan masyarakat Kota
Pekanbaru di sektor sanitasi di antaranya adalah:
1. Pertumbuhan penduduk dan tingkat urbanisasi yang tinggi. Tahun 2008
jumlah penduduk Kota Pekanbaru sebesar 800.000 jiwa dan pada tahun 2026
diperkirakan akan meningkat menjadi 1,5 juta jiwa. Peningkatan jumlah
penduduk yang relatif besar ini tentunya harus diikuiti dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai, termasuk di dalamnya sanitasi.
2. Saat ini cakupan dan tingkat pelayanan sanitasi masih rendah. Hal ini
merupakan faktor penyebab masih tingginya angka penyakit terkait air
(waterborne disease), dan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan
permukiman, kualitas air tanah dan air permukaan sebagai sumber air baku
untuk air minum. DI masa mendatang, adalah bagaimana mengejar
ketertinggalan yang ada dan sekaligus memenuhi kebutuhan baru sebagai
akibat dari meningkatnya jumlah penduduk.
3. Adanya target-target jangka menengah dan panjang yang harus dicapai oleh
Pemerintah Kota Pekanbaru, utamanya :

Rencana pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM), yaitu tidak


adanya lagi pembuangan tinja secara terbuka (open defecation free)

Target Millenium Development Goals (MDGS) yaitu terlayaninya 50%


masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai dengan tahun
2015

Percepatan pembangunan sektor sanitasi menuntut ketersedian pendanaan


yang memadai di tengah keterbatasan kemampuan keuangan Pemerintah.
Oleh sebab itu perlu dikembangkan alternatif pendanaan lainnya, seperti
meso-financing, kerjasama dengan lembaga-lembaga donor luar negeri, dan
kerjasama dengan dunia usaha.

Percepatan pembangunan sektor sanitasi juga harus didukung oleh tata


kelola sanitasi yang baik, efisien dan efektif, da

Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan, teknologi yang tepat guna dan


aman bagi lingkungan.

Berbagai permasalahan yang terjadi di kota Pekanbaru terus menjadi sorotan. Namun,
Pemerintah Kota Pekanbaru terus melakukan pembenahan pada beberapa masalah-masalah
tersebut. Diantaranya adalah realisasi jalan lingkar, pembenahan lahan Agus Salim,
pembenahan kawasan kumuh, dan relokasi warga di bantaran sungai Siak.
Menurut Walikota Pekanbaru, Firdaus MT, masalah-masalah tersebut secara bertahap akan
direalisasikan. Dikatakannya, koordinasi sudah dilakukan dengan masing-masing SKPD
terkait.
"Ya, kita sudah kumpulkan berbagai permasalahan yang mesti segera di bereskan. Dan itu
tentu perlu waktu agar semua masalah tersebut bisa terselesaikan, " ujar Wako, kemarin
dilansir dari Tribun Pekanbaru.
Ditambahkan Wako, seluruh masalah tersebut penting. Termasuk perlunya pembentukan
lahan terbuka hijau, pelebaran jalan Pekanbaru-Bangkinang, pelebaran jalan Riau.

Beberapa perguruan tinggi juga terdapat di kota ini, di antaranya adalah


Politeknik Caltex Riau, Universitas Riau, UIN Suska, Universitas Muhammadiyah
Riau, Universitas Islam Riau, dan Universitas Lancang Kuning. Sampai tahun
2008, di Kota Pekanbaru baru sekitar 13,87% masyarakatnya dengan pendidikan
tamatan perguruan tinggi, dan masih didominasi oleh tamatan SLTA sekitar
37,32%. Sedangkan tidak memiliki ijazah sama sekali sebanyak 12,94% dari
penduduk Kota Pekanbaru yang berumur 10 tahun ke atas.

Pesatnya perkembangan Kota Pekanbaru adalah suatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi.
Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi menuntut Kota Pekanbaru untuk semakin
besar.
Salah satu permasalahan yang dapat dilihat di Pekanbaru adalah transportasi. Upaya
pemerintah dengan mengadakan angkutan umum masal seperti dengan diresmikannya
pemakaian Sistim Angkutan Umum Masal Trans Metro Pekanbaru diharapkan akan
memecahkan permasalahan angkutan umum di Kota Pekanbaru.
Trans Metro Pekanbaru, jika diibaratkan sebuah sapu lidi adalah sebatang lidi. Kita tidak
akan dapat membersihkan sampah di halaman bila hanya menggunakan sebatang lidi. Lidi ini
harus disatukan dengan lidi-lidi lainnya menjadi sebuah sapu yang utuh. Pengoperasian Trans

Metro Pekanbaru tidak akan dapat memecahkan masalah transportasi Kota Pekanbaru bila
tidak didukung oleh komponen lain yang terkait.
Penataan Parkir
Tempat-tempat parkir terutama yang ada di badan jalan (on street parking) harus ditata
kembali, seperti pemberlakuan larangan parkir di badan jalan pad ruas-ruas tertentu, sehingga
jalur bus Trans Metro Pekanbaru ini bersih dari parkir sehingga bus dapat berjalan dengan
lancar tidak ada hambatan di jalan. Diharapkan ke depannya direncanakan kantong-kantong
parkir di sekitar pusat-pusat keramaian, sehingga di pusat-pusat keramaian ini tidak lagi
ditemukan kendaraan yang parkir di badan jalan.
Penataan Jalur Angkutan Kota
Jalur angkutan kota yang ada di Kota Pekanbaru sudah semestinya ditata kembali, misalkan
Kota Pekanbaru memiliki jalur utama transportasi yang hanya dilayani oleh Trans Metro
Pekanbaru sedangkan mikrolet angkutan kota akan berfungsi sebagai angkutan pengumpan
(feeder) dari kantong-kantong penumpang menuju halte-halte terdekat. Dengan adanya
perubahan ini tentunya akan terjadi perubahan tentunya akan menimbulkan pro dan kontra di
kalangan pengusaha angkutan umum yang ada saat ini, untuk hal ini tentunya pemerintah
diharapkan bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada melakukan pengkajian mengenai
kelayakan sebuah jalur angkutan kota yang baru, sehingga nantinya tidak ada lagi istilah jalur
basah dan jalur kering.
Penambahan Terminal Angkutan Umum
Pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan perkotaan yang semakin pesat
menuntut Kota Pekanbaru tidak hanya memiliki 1 (satu) buah terminal penumpang angkutan
umum. Minimal Kota Pekanbaru harus memiliki 3 (tiga) buah terminal. Di Bagian Barat Kota
Pekanbaru telah ada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, sebaiknya di bagian Timur seperti
di daerah Tenayan Raya dan di Selatan di Wilayah Rumbai terdapat juga terminal angkutan
penumpang, sehingga seluruh bagian Kota Pekanbaru terlayani oleh angkutan umum.
Terminal Angkutan Umum ini akan berfungsi sebagai gerbang kedatangan di Kota
Pekanbaru, seperti seluruh kendaraan umum yang menuju ke Timur ( Pelalawan, Air Molek,
Rengat dll ) dipusatkan di Terminal Tenayan Raya ini sehingga tidak lagi ditemukan
banyaknya angkutan menuju Timur mencari penumpang di sepanjang Jl. Harapan Raya,
begitu juga untuk angkutan umum yang menuju Duri, Dumai, Bagan Siapi-api dan
sebagainya dipusatkan di Terminal Rumbai. Terminal Bandarraya sendiri nantinya selain
melayani angkutan antar kota dalam propinsi juga melayani angkutan antar kota antar antar
propinsi, tentunya akses dari dan ke terminal ini harus dapat diperoleh dengan mudah.
Pemilikan Kendaraan Bermotor
Kepemilikan kendaraan bermotor di Kota Pekanbaru saat ini cukup tinggi. Hal ini juga
semestinya sudah menjadi perhatian pemerintah mengenai dampak yang akan terjadi bila

pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor ini tidak diimbangi dengan tingkat


pertumbuhan jalan yang ada. Kasus Kota Jakarta bisa saja terjadi di Kota Pekanbaru bila hal
ini tidak diantisipasi sejak dini. Sudah saatnya pemerintah membatasi kepemilikan kendaraan
bermotor, misalkan dengan memberlakukan regulasi uang muka minimal untuk dapat
kendaraan bermotor dengan sistim pembayaran mencicil (kredit). Bila pemerintah
memberlakukan sistim ini tentunya pemerintah harus menyiapkan sistim angkutan umum
massal yang aman dan nyaman.
Manajeman Lalulintas
Manajemen lalulintas sudah sebaiknya dimulai, seperti dengan pembatasan akses masuk
(jalan searah), pengaturan akses berbalik arah ( U Turn ) di sepanjang jalan utama,
pembangunan jalan dengan median permanen termasuk dengan sistim pengaturan jam masuk
dan pulang kerja serta cara lainnya yang di anggap sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam
hal ini pemerintah diharapkan tidak henti-hentinya melakukan riset manajemen lalulintas.
Seperti kasus Sekolah Santa Maria di Jalan Ahmad Yani, untuk jangka pendek pemerintah
bekerja sama dengan penyelenggara sekolah menyiapkan tempat untuk mengantar dan
menjemput anak sekolah seperti terminal mini di suatu tempat. Jadi tidak lagi ditemukan
kendaraan penjemput yang parkir di Jalan Ahmad Yani. Untuk jangka panjang pemerintah
diharapkan dapat mempertimbangkan memindahkan lokasi sekolah ke tempat yang lebih
baik.
Pedestrian dan Jalur Hijau
Jumlah jalur hijau agar lebih ditingkatkan. Bila sepanjang jalan itu teduh dan ditunjang lagi
dengan adanya pedestrian yang baik tentunya masyarakat akan senang untuk berjalan kaki
untuk jarak-jarak tertentu. Selain berfungsi sebagai peneduh jalur hijau juga berfungsi untuk
mereduksi gas CO2 sebagai polutan utama di jalan raya.
Sampah masih menjadi masalah utama apalagi produksi sampah di
Kota Pekanbaru, kini mencapai 350 ton per hari sehingga
pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan
terpadu," kata Firdaus MT. - See more at: http://www.pekanbaru.go.id/berita/beritapemko/2017-pekanbaru-akan-swastanisasikan-pengelolaan-sampah/#sthash.5zTcvp3Z.dpuf

Anda mungkin juga menyukai