Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan
menjadi pusat pembangunan yang dapat memengaruhi perkembangan daerah-daerah di
sekitarnya. Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya
manusia berupa tenaga kerja ahli, terampil, andal, kapabel, dan profesional, serta sumber
daya alam yang bernilai ekonomi tinggi, kondisi fisiografi/ lokasi yang memudahkan
transportasi dan angkutan barang, dan adanya fasilitas penunjang yang memadai.
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Suatu wilayah dapat berkembang
dan menjadi pusat pertumbuhan karena potensi tersebut. Potensi yang ada dalam suatu
wilayah sangat beragam. Ada wilayah yang berkembang karena potensi sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan lingkungan.
Contoh wilayah yang berkembang karena potensi ekonomi misalnya Kota Batam. Apabila
dibandingkan dengan potensi lainnya, potensi ekonomi lebih dominan. Hal ini karena Kota
Batam dekat dengan negara Singapura, membuat konektivitas dan aktivitas lebih mudah.
Sementara potensi lainnya seperti lingkungan, sosial, dan budaya sebagai pendukung.
Pusat pertumbuhan wilayah merupakan daya tarik bagi wilayah-wilayah lain di
sekitarnya.
Tahukah Anda bahwa pusat pertumbuhan wilayah dapat berkembang secara alami maupun
terencana? Pusat pertumbuhan yang berkembang secara alami dapat dilihat pada
perkembangan Kota Jakarta. Pada awalnya Kota Jakarta merupakan tempat yang digunakan
oleh Belanda sebagai administrasi niaga. Jadi, setiap perniagaan yang akan dijual harus
melalui Kota Jakarta terlebih dahulu. Seiring dengan perkembangannya, Kota Jakarta
berkembang menjadi kota besar.
Suatu wilayah tidak berkembang secara bersamaan. Ada wilayah yang berkembang
lebih dahulu, ada pula wilayah yang tertinggal. Bagi wilayah yang telah berkembang, dapat
berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah tertinggal.
Secara garis besar fungsi pusat pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut.
a. Memudahkan pemerintah dalam pengelolaan wilayah.
b. Koordinasi antarwilayah menjadi lebih mudah.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan berdasarkan
perkembangan wilayah.
d. Pemerataan pembangunan wilayah sehingga kesenjangan dapat diperkecil.
e. Sebagai pertimbangan dalam pembangunan.
f. Memantau perkembangan wilayah apakah lebih maju atau mundur.
c. Lokasi
Pernahkah Anda mengamati bahwa kota-kota besar berkembang di dataran rendah?
Mengapa tidak berkembang di dataran tinggi atau wilayah perbukitan? Nah, salah satu
faktor yang memengaruhi perkembangan pusat wilayah adalah lokasi. Lokasi yang
strategis membuat wilayah lebih mudah berkembang seperti di dataran rendah. Hal ini
dikarenakan pembangunan dan segala aktivitas lebih mudah dilakukan dibanding di
dataran tinggi. Selain itu, faktor iklim, tanah, keadaan air juga berperan dalam
perkembangan pusat pertumbuhan. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka suatu
wilayah akan lebih cepat berkembang menjadi pusat pertumbuhan.
d. Fasilitas Pendukung
Pusat pertumbuhan wilayah akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas
pendukung yang memadai. Semakin meningkatnya wilayah, menuntut peningkatan
fasilitas pendukung. Fasilitas pendukung memberikan kemudahan penduduk dalam
melakukan kegiatan, terutama kegiatan ekonomi. Fasilitas pendukung pusat pertumbuhan
wilayah di antaranya adalah jaringan listrik, jaringan komunikasi, transportasi, fasilitas
umum, dan sebagainya.
a. Pertumbuhan eksternal
Pertumbuhan eksternal memandang bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai
akibat dari perluasan ekspor ke wilayah lain dan akibat adanya investasi modal atau
eksploitasi seta aliran teknologi dari pihak luar. Perdagangan antarwilayah (ekspor-
impor) menjadi motor pertumbuhan ekonomi selanjutnya.
b. Pertumbuhan internal
Pertumbuhan internal bertolak dari pandangan bahwa inisiator dan motor
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam wilayah itu sendiri.Inisiatif biasanya muncul dalam bentuk penerapan teknologi
baru atau penyempurnaan teknologi vang telah ada.
Tahukah Anda, bahwa selama ini pembangunan di Indonesia terpusat di Pulau Jawa?
Meskipun pulau-pulau lain terdapat pembangunan, tetapi tidak seperti di Pulau Jawa yang
lebih dominan. Hal ini disebabkan sebagian besar penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa
sehingga menuntut adanya pembangunan untuk memenuhi kebutuhannya.
Perwilayahan yang dimaksud adalah koridor ekonomi. Berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tentang masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan
masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah, untuk pemerataan
pembangunan dilakukanlah perwilayahan berdasarkan unsur-unsur tertentu yang terdiri atas
beberapa provinsi. Setiap provinsi memiliki keterkaitan yang mendukung pembangunan di
wilayah lainnya.
Batas wilayah pertumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu batas absolut dan batas relatif.
Batas absolut digunakan sebagai pedoman kasar. Pada batas absolut terdapat batas-batas
wilayah pertumbuhan yang identik dengan batas-batas wilayah administrasi. Contoh dari
batas absolut adalah batas provinsi, kabupaten, dan kecamatan.
Gejala dari Pusat Pertumbuhan
1. Spread effect, pada umumnya yang teriadi adalah jauh lebih lemah dari backwash
effect-nya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan
memperlambat jalannya pembangunan di daerah miskin
2. Backwash effect adalah kurang maju dan kurang mempunyai daerah-daerah miskin
untukmembangun daerahnya dengan cepat.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa bila suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan tentu akan
berdampak baik langsung maupun tidak langsung pada wilayah sekitar. Berikut merupakan
pengaruh pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitar.
Salah satu program pemerintah sejak dahulu sampai saat ini untuk mengembangkan
dan pemerataan pembangunan adalah KAPET. APET merupakan singkatan dari kawasan
pengembangan ekonomi terpadu. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu merupakan
kawasan yang cepat tumbuh, memiliki potensi unggulan sehingga dapat menggerakkan
ekonomi di kawasan sekitarnya.
KAPET merupakan pendekatan wilayah yang memadukan potensi kawasan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan sebagai
penggerak utama. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 9 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Keppres Nomor 89 Tahun 1996 tentang
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Kemudian, keputusan tersebut disempurnakan
oleh Keppres Nomor 150 Tahun 2000. Berdasarkan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (2008),
sampai saat ini pemerintah telah menetapkan 13 KAPET, yang terdiri atas 12 KAPET di
Kawasan timur Indonesia dan 1 di Kawasan Barat Indonesia.
Adapun ke-13 KAPET tersebut adalah:
a. KAPET Biak
b. KAPET Batulicin
c. KAPET Sasamba
d. KAPET Sanggau
e. KAPET Manado Bitung
f. KAPET Mbay
g. KAPET Parepare
h. KAPET Seram
i. KAPET Bima
j. KAPET Batui
k. KAPET Bukari
l. KAPET DAS Kakab
m. KAPET Sabang
Dengan dibentuknya KAPET diharapkan pembangunan lebih merata dan hasilnya dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada pembangunan di
Indonesia dominan di Kawasan Barat Indonesia sehingga pembangunan kurang merata.
a. Syarat Terbentuknya KAPET
Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai KAPET apabila memenuhi syarat. Adapun
syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya.
2. Sesuai dengan kepentingan masyarakat.
3. Memiliki sektor unggulan.
4. Memberi pengaruh terhadap wilayah di sekitarnya.
F. Teori Lokasi
Teori tempat pusat pertama kali dikembangkan oleh Walter Christaller pada tahun
1933. Christaller mendefinisikan bahwa pusat pelayanan atau tempat pusat merupakan kota
yang menyajikan barang dan jasa bagi penduduk yang berada di wilayah sekelilingnya
dengan membentuk hierarki berdasarkan jarak dan jumlah penduduk.
Pembagian hierarki pelayanan tersebut mengakibatkan suatu kota (dengan hierarki
pelayanan paling tinggi) secara alami memiliki potensi daya tarik yang besar dan
berpengaruh besar bagi daerah-daerah yang kekuatannya lebih kecil, di mana kota tersebut
mempunyai kemampuan menarik potensi, sumber daya dari daerah lain dan kota di
bawahnya. Pada aktivitas ekonomi terdapat istilah ambang (threshold) dan jarak (range).
a. Ambang (Threshold)
Ambang atau threshold, yaitu jumlah minimal penduduk untuk menunjang aktivitas
barang dan jasa tersebut supaya berjalan lancar.Dalam hal ini, barang dan jasa yang
ditawarkan adalah jasa pelayanan yang dilakukan di pusat wilayah. Apabila jumlah penduduk
berada di bawah ambang batas, maka pelayanan barang dan jasa tidak maksimal.Misalnya,
pasar, sekolah, dan rumah sakit harus terletak di tengah pusat kegiatan penduduk seperti
kecamatan, kota, dan lainnya sehingga setiap penduduk dapat menjangkaunya. Contoh lain
adalah warung sembako tidak membutuhkan jumlah penduduk banyak, sementara toko mebel
membutuhkan jumlah penduduk yang banyak, atau threshold lebih besar.
b. Jarak (Range)
Jarak atau range, yaitu kemampuan penduduk dalam menjangkau dan memperoleh
kebutuhannya. Apabila seseorang menempuh jarak jauh untuk memperoleh barang atau jasa,
maka orang tersebut akan mencari alternatif lainnya yang lebih dekat untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya jarak showroom mobil lebih besar dibandingkan jarak toko beras,
karena mobil lebih mahal daripada beras. Christaller juga beranggapan bahwa jumlah
penduduk merupakan penentu dari tingkat pelayanan tempat sentral. Selain itu, fungsi tempat
sentral juga sangat penting seperti sebagai pusat pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
pemerintahan. Perlu kamu ketahui bahwa ada hubungan erat antara jumlah penduduk di suatu
wilayah dengan hierarki dari pusat pelayanan tempat sentral. Tempat sentral dapat berupa
pusat pemerintahan, pusat rekreasi, pusat sosial, dan lainnya. Tempat sentral dapat
berpengaruh terhadap wilayah yang ada di sekitarnya. Pengaruh tempat sentral dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Zona keuntungan besar merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh manfaat
dan memberikan kontribusi yang besar. Dalam kegiatan ekonomi berarti penduduk
tersebut memiliki daya beli tinggi. Di bidang sosial penduduk tersebut dapat
memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Sementara di bidang
pemerintahan, penduduknya berpotensi memperoleh pelayanan maksimal.
2. Zona keuntungan menurun merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh
pelayanan tetapi tidak semaksimal pada zona keuntungan besar. Dapat dikatakan
bahwa penduduk yang berada di zona ini mencari tempat sentral lainnya.
3. Zona kerugian merupakan wilayah yang penduduknya sudah tidak memberikan
kontribusi lagi. Penduduk di wilayah ini lebih memilih mencari tempat sentral lainnya
dengan memperoleh barang dan jasa yang sama.
Teori kutub pertumbuhan pertama kali dikembangkan oleh Perroux (1950), seorang
ahli ekonomi dari Perancis. Perroux berpendapat bahwa pembangunan tidak terjadi secara
bersamaan di suatu wilayah, tetapi pembangunan berasal dari kutub atau pusat petumbuhan.
Dari kutub-kutub pertumbuhan tersebut proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya yang lebih rendah. Pusat pertumbuhan merupakan suatu aktivitas
ekonomi yang bersifat dinamis. Misalnya, ada pembangunan rumah sakit dapat membuat
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dinamis di lingkungan sekitarnya, seperti apotek. Selain itu,
ada pula usaha baru tetapi tidak ada hubungan langsung dengan rumah sakit seperti warung
makan, rental mobil, toko-toko, dan sebagainya.
Teori pusat pertumbuhan lebih banyak membahas tentang konsep ekonomi region
dibandingkan geografi region. Konsep kutub pertumbuhan dapat diterapkan di Indonesia
dalam strategi pembangunan wilayah. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan ini
adalah mobilitas penduduk yang sulit dibatasi, seperti di Jakarta dan ketimpangan wilayah
antara pusat wilayah dengan wilayah penyangga.
Penduduk cenderung mendekati kawasan potensial, yaitu pusat kota. Fenomena ini dapat
dilihat pada wilayah-wilayah di sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pusat pertumbuhan wilayah memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
a) Adanya Hubungan Intern dari Berbagai Sektor
Hubungan intern sangat menentukan perkembangan suatu kota. Antara sektor yang
satu dengan sektor lainnya saling berkaitan, sehingga apabila satu sektor tumbuh akan
mendorong sektor lainnya. Misalnya kondisi ekonomi masyarakat tinggi. Keadaan ini
mendorong tingginya daya beli masyarakat, meningkatkan pendidikan, dan kesehatan.
b) Multiplier Effect
Keberadaan efek yang saling berkaitan menyebabkan efek ganda. Tingginya daya beli
masyarakat membuat permintaan meningkat. Semakin tinggi permintaan, maka
semakin besar produksi. Dengan adanya efek ganda ini, dapat mendorong
pertumbuhan wilayah di sekitarnva
c) Konsentrasi Geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor seperti kesehatan, ekonomi, sosial, dan
pemerintahan di pusat pertumbuhan mengakibatkan efisiensi di antara sektor-sektor
lain yang membutuhkan. Selain itu, konsentrasi geografis tersebut merupakan daya
tarik pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya.
d) Mendorong Wilayah di Belakangnya
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pusat pertumbuhan yang satu dengan lainnya
saling berkaitan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, kota membutuhkan wilayah di
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah kota dalam
mengembangkan wilayahnya.
3. Teori Losch
Teori Losch pertama kali dikenalkan oleh August Losch pada tahun 1954. Teori Losch
menjelaskan bahwa teori lokasi berdasarkan aspek permintaan sebagai variabel utama dengan
memperhitungkan harga produk dan biaya produksi. Pada teori Losch mengungkapkan
bahwa suatu lokasi memengaruhi pembeli. Semakin jauh lokasi, maka semakin sedikit
pembeli karena biaya transportasi yang dikeluarkan semakin besar.
Supaya kegiatan ekonomi berjalan lancar harus berada di lokasi yang strategis seperti
pasar atau pusat pemerintahan. Pada teori Losch, wilayah pasar dapat berubah-ubah jika
terjadi perubahan pada harga dan inflasi. Hal ini disebabkan
produsen tidak selalu dapat memenuhi permintaan karena terjadi inflasi yang menyebabkan
biaya transportasi meningkat. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah konsumen beralih
pada pedagang lain yang menawarkan harga lebih murah.
Teori potensi daerah setempat memiliki konsep, yaitu setiap daerah memiliki potensi
untuk dikembangkan, baik alam yang ada di daerah tersebut maupun manusia yang
meninggali daerah tersebut.
5. Teori kontrol
Teori kontrol meyakini bahwa pertumbuhan wilayah dikontrol oleh dua aspek
penting, yaitu aspek lingkungan alam (determinisme lingkungan alam) dan aspek kebudayaan
masyarakat (determinisme kebudayaan).
6. Teori sektor
Teori sektor dikemukakan oleh August Losch. Teori tersebut merupakan kelanjutan
dari Teori tempat sentral. Berdasarkan kedua teori ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
cara terbaik dalam menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan adalah dengan
menempatkan aktivitas pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada
pada simpui-simpul jaringan heksagonal.
7. Konsep agropolitan
Konsep agropolitan dikemukakan oleh Friedman. Konsep dasar dari teori tersebut
adalah usaha supaya pembangunan di perdesaan lebih terbuka, sehingga diharapkan menjadi
beberapa "kota" di perdesaan.Perkembangan setiap daerah tentu bergantung pada potensi
daerah, lokasi, sumber daya manusia serta sarana prasarana transportasi. Identifikasi dari
pertumbuhan dapat dilihat pad hal-hal berikut.
1. Angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu.
2. Angka laju pertumbuhan dari waktu ke waktu.
3. Perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu.
4. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan
tingkat pendidikan dari waktu ke waktu.
Teori polarisasi ekonomi yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal menyatakan setiap daerah
memiliki pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik masuknya tenaga kerja, modal, dan
barang dagangan. Proses masuknya tenaga kerja, modal, dan barang dagangan berlangsung
secarà terus menerus sehingga perkembangan pusat pertumbuhan makin pesat.
Perkembangan pusat pertumbuhan tersebut membentuk polarisasi pertumbuhan ekonomi
(polarization of economic growth) (Rahardjo Adisasmita, 2008).
Teori polarisasi ekonomi dari Myrdal menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery).
Pusat kegiatan yang sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan disebut core dan wilayah
pinggiran disebut pheriphery. Polarisasi ekonomi mendorong terbentuknya pusat
pertumbuhan serta menyebabkan spread effect dan backwash effect. Spread effect adalah
efek penyebaran pembangunan dari suatu pusat pertumbuhan ke daerah sekitarnya yang
bersifat meng-untungkan. Contoh spread effect sebagai berikut
1. Investasi atau modal yang masuk dari daerah lain meningkat
2. Kesempatan kerja bagi penduduk di daerah sekitar pusat pertumbuhan makin terbuka.
3. Pemasaran barang produksi lebih mudah dan wilayah jangkauan lebih luas.
4. Pendapatan penduduk di sekitar pusat pertumbuhan meningkat
Selain efek penyebaran yang menguntungkan, polarisasi ekonomi menyebabkan backwash
effect yaitu efek pengurangan yang cenderung bersifat negatif bagi daerah sekitarnya. Contoh
backwash effect sebagai berikut.
1. Kesenjangan pembangunan antara daerah pusat dan daerah pinggiran (hinterland).
2. Peningkatan kerawanan tindak kriminalitas di pusat pertumbuhan.
3. Penurunan daya dukung lingkungan karena tingginya potensi pencemaran dan
rendahnya pengelolaan sampah.
4. Terjadi kemacetan lalu lintas di pusat pertumbuhan.
Setiap pusat pertumbuhan diharapkan memunculkan spread effect lebih besar daripada
backwash effect. Pengaruh positif pusat pertumbuhan mampu tersebar ke daerah sekitarnya
sehingga muncul efek "tetesan ke bawah" (trickle down effect). Pembangunan di Indonesia
pernah menerapkan teori ini. Kenyataannya, daerah di sekitar pusat pertumbuhan justru
mengalami banyak masalah pembangunan. Kegiatan ekonomi hanya berpusat di satu titik dan
kurang mampu menyebar ke daerah pinggiran. Kondisi tersebut menyebabkan makin
besarnya kesenjangan pembangunan di Indonesia.
Pada dasarnya konsep perencanaan tata rang wilayah adalah untuk membangun wilayah
yang berdasarkan aspek produktivitas, keamanan, kenyamanan, dan bermanfaat bagi
masyarakat. Hal in dikarenakan ruang dimanfaatkan tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga
untuk masa depan.
Sebelum lebih jauh mempelajari materi ini, tahukah Anda apa itu rencana tata ruang
wilayah?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, rencana tata
ruang wilayah adalah suatu sistem proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Sementara itu, struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fung-sional.
Pola ruang diartikan sebagai distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan rang untuk fungi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Dalam undang-undang tersebut, penataan rang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal
berikut.
a.Penataan ruang berdasarkan sistem, me-liputi sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
b.Penataan ruang berdasarkan fungi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budi daya.
c.Penataan ruang berdasarkan wilayah adminis-tratif terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
d.Penatahan rang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
е.Penataan rang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
strategis nasional, penataan rang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan
strategis kabupaten/kota.
Setiap daerah memiliki ruang wilayah yang berbeda-beda sehingga berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan hak kepada provinsi
dan kabupaten/kota untuk mengatur rang wilayahnya sendiri. Pelaksanaan penataan ruang
harus memperhatikan beberapa faktor berikut.
a.Karakter fisik wilayah Indonesia yang rentan terhadap bencana.
b.Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kondisi sosial, ekonomi, budaya,
pertahanan keamanan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
c.Geoekonomi, geopolitik, dan geostrategis.
Penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota harus sejalan
dan berkesinambungan dengan mengacu pada penataan ruang wilayah nasional. Semua unsur
harus bersinergi dan melengkapi dalam rangka pembangunan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-sebarnya.
Setiap wilayah perlu menyusun rencana tata rang wilayah sebagai dasar dalam
memanfaatkan ruang wilayah. Adapun tujuan penataan ruang wilayah adalah sebagai berikut.
a.Untuk menghindari konflik kepentingan da-lam pembangunan.
b.Menghindari diskriminasi penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
c.Mengoptimalkan pemanfaatan rang wilayah sesuai daya dukung wilayah.
d.Memudahkan pemanfaatan fasilitas dan pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat.
e..Menciptakan kesesuaian antara kebutuhan dengan kemampuan wilayah
f.Menciptakan interaksi fungsional yang optimal antara unit unit wilayah ataupun wilayah
lainnya.
g.Menjaga kelestarian ruang wilayah dan men-jamin keberlanjutan pembangunan di berbagai
sektor.
h.Memudahkan penyusunan program-program pembangunan.
i.Memudahkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan.
j.Terciptanya pola pemanfaatan ruang wilayah yang dapat mengakomodir berbagai kegiatan
di dalam ruang wilayah.
k.Pembangunan dapat tercapai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah diren-
canakan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.