Anda di halaman 1dari 15

Nama: Ryan Adriyana

Kelas: XII IPS 1

Pusat Pertumbuhan Wilayah

Pusat pertumbuhan adalah suatu wilayah yang perkembangannya sangat pesat dan
menjadi pusat pembangunan yang dapat memengaruhi perkembangan daerah-daerah di
sekitarnya. Pertumbuhan wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya
manusia berupa tenaga kerja ahli, terampil, andal, kapabel, dan profesional, serta sumber
daya alam yang bernilai ekonomi tinggi, kondisi fisiografi/ lokasi yang memudahkan
transportasi dan angkutan barang, dan adanya fasilitas penunjang yang memadai.
Setiap wilayah memiliki potensi yang berbeda-beda. Suatu wilayah dapat berkembang
dan menjadi pusat pertumbuhan karena potensi tersebut. Potensi yang ada dalam suatu
wilayah sangat beragam. Ada wilayah yang berkembang karena potensi sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan lingkungan.
Contoh wilayah yang berkembang karena potensi ekonomi misalnya Kota Batam. Apabila
dibandingkan dengan potensi lainnya, potensi ekonomi lebih dominan. Hal ini karena Kota
Batam dekat dengan negara Singapura, membuat konektivitas dan aktivitas lebih mudah.
Sementara potensi lainnya seperti lingkungan, sosial, dan budaya sebagai pendukung.
Pusat pertumbuhan wilayah merupakan daya tarik bagi wilayah-wilayah lain di
sekitarnya.
Tahukah Anda bahwa pusat pertumbuhan wilayah dapat berkembang secara alami maupun
terencana? Pusat pertumbuhan yang berkembang secara alami dapat dilihat pada
perkembangan Kota Jakarta. Pada awalnya Kota Jakarta merupakan tempat yang digunakan
oleh Belanda sebagai administrasi niaga. Jadi, setiap perniagaan yang akan dijual harus
melalui Kota Jakarta terlebih dahulu. Seiring dengan perkembangannya, Kota Jakarta
berkembang menjadi kota besar.

A. Fungsi Pusat Pertumbuhan Wilayah

Suatu wilayah tidak berkembang secara bersamaan. Ada wilayah yang berkembang
lebih dahulu, ada pula wilayah yang tertinggal. Bagi wilayah yang telah berkembang, dapat
berfungsi sebagai pendorong perkembangan wilayah tertinggal.
Secara garis besar fungsi pusat pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut.
a. Memudahkan pemerintah dalam pengelolaan wilayah.
b. Koordinasi antarwilayah menjadi lebih mudah.
c. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengambil kebijakan berdasarkan
perkembangan wilayah.
d. Pemerataan pembangunan wilayah sehingga kesenjangan dapat diperkecil.
e. Sebagai pertimbangan dalam pembangunan.
f. Memantau perkembangan wilayah apakah lebih maju atau mundur.

B. Faktor yang Memengaruhi Pusat Pertumbuhan Wilayah

Perkembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Di antaranya


adalah sebagai berikut:

a. Sumber Daya Alam


Wilayah yang kaya akan sumber daya alam berpotensi menjadi pusat pertumbuhan
lebih besar. Sebagai contoh adalah pertambangan yang bernilai ekonomis dan strategis.
Di Balikpapan pertambangan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. Selain itu, dapat
membuka peluang kerja, meningkatkan pendapatan daerah, dan meningkatkan
kesejahteraan.

b. Sumber Daya Manusia


Pusat pertumbuhan wilayah juga dipengaruhi oleh sumber daya manusia. Penduduk
yang memiliki keterampilan, ahli, dan profesional di bidangnya dapat menunjang
pengelolaan sumber daya alam. Jadi, sumber daya alam yang ada dapat dimanfaatkan
oleh dan untuk perkembangan wilayah yang bersangkutan. Sumber daya manusia juga
berperan dalam menentukan kebijakan yang diambil dalam pembangunan. Apabila
kebijakan yang diambil kurang tepat dapat memengaruhi pembangunan wilayah secara
keseluruhan. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkualitas merupakan potensi
wilayah yang sangat penting.

c. Lokasi
Pernahkah Anda mengamati bahwa kota-kota besar berkembang di dataran rendah?
Mengapa tidak berkembang di dataran tinggi atau wilayah perbukitan? Nah, salah satu
faktor yang memengaruhi perkembangan pusat wilayah adalah lokasi. Lokasi yang
strategis membuat wilayah lebih mudah berkembang seperti di dataran rendah. Hal ini
dikarenakan pembangunan dan segala aktivitas lebih mudah dilakukan dibanding di
dataran tinggi. Selain itu, faktor iklim, tanah, keadaan air juga berperan dalam
perkembangan pusat pertumbuhan. Apabila syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka suatu
wilayah akan lebih cepat berkembang menjadi pusat pertumbuhan.

d. Fasilitas Pendukung
Pusat pertumbuhan wilayah akan lebih berkembang apabila didukung oleh fasilitas
pendukung yang memadai. Semakin meningkatnya wilayah, menuntut peningkatan
fasilitas pendukung. Fasilitas pendukung memberikan kemudahan penduduk dalam
melakukan kegiatan, terutama kegiatan ekonomi. Fasilitas pendukung pusat pertumbuhan
wilayah di antaranya adalah jaringan listrik, jaringan komunikasi, transportasi, fasilitas
umum, dan sebagainya.

e. Kondisi Sosial dan Ekonomi


Pusat pertumbuhan wilayah dicirikan dengan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih
maju dibanding lainnya. Berdasarkan aspek sosial misalnya, memiliki fasilitas pendidikan
dan kesehatan yang memadai. Fasilitas pendidikan dan kesehatan dapat terbentuk secara
alami apabila penduduknya memiliki kesadaran pendidikan dan kesehatan tinggi. Dengan
demikian, dalam pembangunan, maka akan ada peningkatar pelayanan pendidikan dan
kesehatan. Di bidang ekonomi, pusat pertumbuhar wilayah merupakan tempat penyediaan
kebutuhan. Karena setiap wilayah memiliki kebutuhan yang berbeda, maka wilayah yang
memiliki potensi penyediaan akan memenuhi kebutuhan tersebut.
Misalnya kota-kota besar yang ada di Indonesia terdapat mall dan pasar-pasar tradisional
besar. Bagi wilayah yang ada di sekitarnya, jika ingin melakukan jual beli, transaksi,
memasarkan produk, dan lainnya dapat datang ke kota. Dengan demikian, terjadi
hubungan timbal balik yang saling memengaruhi.

C. Pendekatan Pertumbuhan Wilayah


Pendekatan pertumbuhan wilayah terbagi menjadi dua jenis, yaitu pertumbuhan
eksternal dan pertumbuhan internal.

a. Pertumbuhan eksternal
Pertumbuhan eksternal memandang bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai
akibat dari perluasan ekspor ke wilayah lain dan akibat adanya investasi modal atau
eksploitasi seta aliran teknologi dari pihak luar. Perdagangan antarwilayah (ekspor-
impor) menjadi motor pertumbuhan ekonomi selanjutnya.

b. Pertumbuhan internal
Pertumbuhan internal bertolak dari pandangan bahwa inisiator dan motor
pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah perubahan-perubahan yang terjadi di
dalam wilayah itu sendiri.Inisiatif biasanya muncul dalam bentuk penerapan teknologi
baru atau penyempurnaan teknologi vang telah ada.

D. Syarat-Syarat dari Pusat Pertumbuhan

Berikut merupakan syarat atau karakteristik dari pusat pertumbuhan.


1. Adanya sekelompok kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada suatu lokasi atau
kawasan tertentu.
2. Terdapat keterkaitan input dan output yang kuat antarsesama kegiatan ekonomi pada
pusat
3. Kelompok ekonomi kegiatan tersebut terdapat sebuah industri induk yang mendorong
pengembangan kegiatan ekonomi tersebut.
4. Konsentrasi ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang
dinamis dalam perekonomian.

E. Pusat Pertumbuhan Wilayah Indonesia

Tahukah Anda, bahwa selama ini pembangunan di Indonesia terpusat di Pulau Jawa?
Meskipun pulau-pulau lain terdapat pembangunan, tetapi tidak seperti di Pulau Jawa yang
lebih dominan. Hal ini disebabkan sebagian besar penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa
sehingga menuntut adanya pembangunan untuk memenuhi kebutuhannya.
Perwilayahan yang dimaksud adalah koridor ekonomi. Berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 48 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011
tentang masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan
masing-masing wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah, untuk pemerataan
pembangunan dilakukanlah perwilayahan berdasarkan unsur-unsur tertentu yang terdiri atas
beberapa provinsi. Setiap provinsi memiliki keterkaitan yang mendukung pembangunan di
wilayah lainnya.

Dengan memperhitungkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah di setiap


pulau besar di Indonesia (berdasarkan letak dan 1 kondisi geografis), maka ditetapkan enam
koridor ekonomi. Adanya koridor ekonomi ini diharapkan pembangunan ekonomi lebih
merata dan tidak hanya berpusat di Pulau Jawa. Kesenjangan pembangunan diharapkan dapat
diatasi, karena dengan perwilayahan ini pengelolaan potensi menjadi lebih mudah.
Masing-masing koridor memiliki tema pembangunan. Berdasarkan tema tersebut setiap
wilayah berusaha untuk mewujudkannya. Misalnya tema wilayah Sumatra adalah "Sentra
produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional”. Penentuan teman ini
didasarkan atas potensi yang ada di Sumatra. Potensi hasil bumi dan energi diharapkan
menjadi penopang pembangunan di wilayah Sumatra sendiri secara khusus dan secara
nasiona
secara umum.

Terdapat empat region pembangunan utama, yaitu sebagai berikut.

a. Wilayah pembangunan utama A, berpusat di Kota Medan. Wilayah pembangunan utama A


meliputi region I dan region II. Region I meliputi Aceh, Sumatra Utara (Medan), sedangkan
region II meliputi Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau yang berpusat di Pekanbáru.

b. Wilayah pembangunan utama B, berpusat di Kota Jakarta. Wilayah pembangunan utama B


meliputi region III, region IV, dan region V. Region III meliputi daerah Jambi, Sumatra
Selatan, Bengkulu, dan Bangka Belitung berpusat di Palembang. Region IV meliputi daerah
Lampung, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Yogyakarta berpusat di Jakarta,
sedangkan region V meliputi daerah Kalimantan Barat yang berpusat di Pontianak.

c. Wilayah pembangunan utama C, berpusat di Kota Surabaya. Wilayah pembangunan utama


C meliputi region VI dan region VII. Region VI meliputi daerah Jawa Timur yang berpusat di
Surabaya.
Region VII meliputi daerah Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, serta Kalimantan Selatan
yang berpusat di Balikpapan dan Samarinda.

d. Wilayah pembangunan utama D, berpusat di kota Makassar. Wilayah Pembangunan Utama


D meliputi region VIII, region IX, dan region X. Region VIII meliputi daerah Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara yang berpusat di
Makassar. Region IX
'meliputi daerah Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Gorontalo berpusat di Manado.
Region X meliputi daerah Maluku, Maluku Utara, dan Irian Jaya (Papua) yang berpusat di
Sorong.

Langkah-Langkah Pengembangan Pusat Pertumbuhan

Berikut merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan


pusat pertumbuhan.
1. Peningkatan efektivitas sarana-sarana penting, misalnya pelabuhan, bandara, terminal,
jalan, telepon, dan listrik terutama di wilayah yang masih minim sarana seperti
wilayah Indonesia Timur.
2. Penambahan dana ekstra untuk pengembangan daerah terpencil dan tertinggal melalui
pendidikan, sektor industri kecil dan menengah, maupun pembangunan kantor-kantor
pemerintah.
3. Melakukan pertukaran guru, pelajar, dan tenaga ahli ke seluruh pelosok Indonesia.

Batas Wilayah Pertumbuhan

Batas wilayah pertumbuhan dibedakan menjadi dua, yaitu batas absolut dan batas relatif.
Batas absolut digunakan sebagai pedoman kasar. Pada batas absolut terdapat batas-batas
wilayah pertumbuhan yang identik dengan batas-batas wilayah administrasi. Contoh dari
batas absolut adalah batas provinsi, kabupaten, dan kecamatan.
Gejala dari Pusat Pertumbuhan

Sebuah pusat pertumbuhan memiliki gejala-gejala sebagai berikut.

1. Spread effect, pada umumnya yang teriadi adalah jauh lebih lemah dari backwash
effect-nya sehingga secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan
memperlambat jalannya pembangunan di daerah miskin
2. Backwash effect adalah kurang maju dan kurang mempunyai daerah-daerah miskin
untukmembangun daerahnya dengan cepat.

Pengaruh Pusat Pertumbuhan dengan Wilayah Sekitar

Tidak dapat dipungkiri, bahwa bila suatu wilayah menjadi pusat pertumbuhan tentu akan
berdampak baik langsung maupun tidak langsung pada wilayah sekitar. Berikut merupakan
pengaruh pusat pertumbuhan dengan wilayah sekitar.

a. Pengaruh terhadap sumber daya


Adanya pertumbuhan suatu daerah tentu dapat menarik tenaga kerja yang berada di
sekitar pusat pertumbuhan. Akibatnya terjadi urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari
desa ke kota.Urbanisasi akan terus meningkat seiring meningkatnya pusat pertumbuhan yang
terjadi.

b. Pengaruh terhadap sosial budaya


Kondisi sosial dalam kehidupan bermasyarakat akan terpengaruh dengan adanya pusat
pertumbuhan. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada hal-hal berikut:
1. Akulturasi dan asimilasi nilai budava.
2. Termotivasinya masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan, serta
keterampilan untuk menghadapi perubahan nilai-nilai sosial budaya
3. Peningkatan taraf hidup masyarakat.
4. Terbukanya akses informasi dan komunikasi.

c. Pengaruh terhadap ekonomi


Tersedianya lapangan kerja di berbagai sektor yang relatif terbuka dan adanya gerakan
arus barang akan membawa dampak terhadap alat transportasi, perhubungan, perdagangan,
perkantoran, dan jasa.

Pembangunan dan Pengembangan Wilayah

Pembangunan merupakan suatu usaha pemanfaatan lingkungan yang dilakukan ole


manusia secara sadar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pembangunan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini dan tidak mengurangi kebutuhan generasi yang akan datang.

a. Aspek-aspek dalam pembangunan


Terdapat tiga aspek penting dalam pembangunan dan pengembangan suatu wilayah, yaitu
sebagai berikut.
1. Perubahan, yaitu perubahan dari sesuatu yang kurang menuju kesempurnaan.
2. Tujuan, yaitu tujuan yang diarahkan oleh manusia untuk kelestarian, kesejahteraan,
dan kebahagiaan.
3. Potensi, yaitu potensi masyarakat atau "funds and forces" yang terdapat dalam
masyarakat dan kemudian dapat dipergunakan untuk membiayai perencanaan.
b. Pengembangan wilayah
Pembangunan dapat dicapai dengan pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah
tentunya harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya keseimbangan fungsi budaya dan
fungsi lindung, keselarasan, serta keserasian.
1. Hubungan wilayah dengan pembangunan
2. Pemanfaatan wilayah berupa bumi dan kekayaan alam di Indonesia ditujukan untuk
kemakmuran rakyat melalui program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah.
3. Pembagian wilayah pembangunan di Indonesia
Pembagian wilayah ditujukan untuk pemantapan dalam perumusan dan pengarahan
kegiatan pembangunan.
4. Pengembangan wilayah sebagai bagian dari pembangunan nasional
Pada umumnya, pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia mengikuti
suatu evolusi yang memiliki kemiripan. Pembangunan ekonomi terbagi menjadi
empat tahap, yaitu tahap praindustri, transisi, industri, dan pasca industri.

Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Salah satu program pemerintah sejak dahulu sampai saat ini untuk mengembangkan
dan pemerataan pembangunan adalah KAPET. APET merupakan singkatan dari kawasan
pengembangan ekonomi terpadu. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu merupakan
kawasan yang cepat tumbuh, memiliki potensi unggulan sehingga dapat menggerakkan
ekonomi di kawasan sekitarnya.
KAPET merupakan pendekatan wilayah yang memadukan potensi kawasan untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor unggulan sebagai
penggerak utama. Kawasan pengembangan ekonomi terpadu dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 9 tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Keppres Nomor 89 Tahun 1996 tentang
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu. Kemudian, keputusan tersebut disempurnakan
oleh Keppres Nomor 150 Tahun 2000. Berdasarkan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah
Tertinggal Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (2008),
sampai saat ini pemerintah telah menetapkan 13 KAPET, yang terdiri atas 12 KAPET di
Kawasan timur Indonesia dan 1 di Kawasan Barat Indonesia.
Adapun ke-13 KAPET tersebut adalah:
a. KAPET Biak
b. KAPET Batulicin
c. KAPET Sasamba
d. KAPET Sanggau
e. KAPET Manado Bitung
f. KAPET Mbay
g. KAPET Parepare
h. KAPET Seram
i. KAPET Bima
j. KAPET Batui
k. KAPET Bukari
l. KAPET DAS Kakab
m. KAPET Sabang
Dengan dibentuknya KAPET diharapkan pembangunan lebih merata dan hasilnya dapat
dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini didasarkan pada pembangunan di
Indonesia dominan di Kawasan Barat Indonesia sehingga pembangunan kurang merata.
a. Syarat Terbentuknya KAPET
Suatu kawasan dapat ditetapkan sebagai KAPET apabila memenuhi syarat. Adapun
syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya.
2. Sesuai dengan kepentingan masyarakat.
3. Memiliki sektor unggulan.
4. Memberi pengaruh terhadap wilayah di sekitarnya.

b. Faktor yang Memengaruhi Pengembangan KAPET


Suatu kawasan meskipun telah ditetapkan sebagai KAPET bukan berarti dapat
berkembang dengan cepat. Ada faktor-faktor yang memengaruhi perkembangannya, yaitu
sebagai berikut.
1. Kebijakan yang diambil oleh Badan Pengembangan KAPET Pusat.
2. Pembiayaan program-program, karena pembiayaan pengembangan KAPET
dibebankan kepada APBN dan APBD.
3. Kebijakan atau regulasi yang ditetapkan pemerintah.
4. Pemerintah daerah, karena KAPET berada di daerah, maka peran pemda sangat besar.
5. Partisipasi masyarakat dalam menyuk-seskan pengembangan kawasan.

Pengaruh Pusat Pertumbuhan Wilayah Indonesia

Kebijakan pengembangan wilayah di Indonesia sangat bervariasi yang dipengaruhi


oleh tatanan ekonomi, kondisi sosial, budaya, lingkungan, pemerintahan, dan lainnya. Pusat
pertumbuhan wilayah berperan dalam pemerataan pembangunan.
Sebagai pusat wilayah, tentu memiliki pengaruh terhadap wilayah yang ada di sekitarnya.
Adapun pengaruh pusat pertumbuhan wilayah di antaranya sebagai berikut.
a. Adanya mobilitas dan migrasi penduduk dari wilayah pendukung ke pusat wilayah
(desa-kota).
b. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, karena terbukanya lapangan pekerjaan.
c. Peluang kerja di berbagai sektor yang semakin luas.
d. Adanya pergerakan arus barang, sehingga berdampak pada sektor lain seperti
transportasi, jasa, perdagangan, dan perkantoran.
e. Perubahan sosial masyarakat, karena interaksi yang semakin kompleks.
f. Pusat-pusat pertumbuhan wilayah semakin berkembang.
g. Adanva akulturasi dan asimilasi budaya akibat mobilitas penduduk.
h. Terjadi kesenjangan apabila pembangunan tidak dilakukan dengan tepat dan terarah.

F. Teori Lokasi

1. Teori Tempat Pusat (Central Place Theory)

Teori tempat pusat pertama kali dikembangkan oleh Walter Christaller pada tahun
1933. Christaller mendefinisikan bahwa pusat pelayanan atau tempat pusat merupakan kota
yang menyajikan barang dan jasa bagi penduduk yang berada di wilayah sekelilingnya
dengan membentuk hierarki berdasarkan jarak dan jumlah penduduk.
Pembagian hierarki pelayanan tersebut mengakibatkan suatu kota (dengan hierarki
pelayanan paling tinggi) secara alami memiliki potensi daya tarik yang besar dan
berpengaruh besar bagi daerah-daerah yang kekuatannya lebih kecil, di mana kota tersebut
mempunyai kemampuan menarik potensi, sumber daya dari daerah lain dan kota di
bawahnya. Pada aktivitas ekonomi terdapat istilah ambang (threshold) dan jarak (range).
a. Ambang (Threshold)

Ambang atau threshold, yaitu jumlah minimal penduduk untuk menunjang aktivitas
barang dan jasa tersebut supaya berjalan lancar.Dalam hal ini, barang dan jasa yang
ditawarkan adalah jasa pelayanan yang dilakukan di pusat wilayah. Apabila jumlah penduduk
berada di bawah ambang batas, maka pelayanan barang dan jasa tidak maksimal.Misalnya,
pasar, sekolah, dan rumah sakit harus terletak di tengah pusat kegiatan penduduk seperti
kecamatan, kota, dan lainnya sehingga setiap penduduk dapat menjangkaunya. Contoh lain
adalah warung sembako tidak membutuhkan jumlah penduduk banyak, sementara toko mebel
membutuhkan jumlah penduduk yang banyak, atau threshold lebih besar.

b. Jarak (Range)

Jarak atau range, yaitu kemampuan penduduk dalam menjangkau dan memperoleh
kebutuhannya. Apabila seseorang menempuh jarak jauh untuk memperoleh barang atau jasa,
maka orang tersebut akan mencari alternatif lainnya yang lebih dekat untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya jarak showroom mobil lebih besar dibandingkan jarak toko beras,
karena mobil lebih mahal daripada beras. Christaller juga beranggapan bahwa jumlah
penduduk merupakan penentu dari tingkat pelayanan tempat sentral. Selain itu, fungsi tempat
sentral juga sangat penting seperti sebagai pusat pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
pemerintahan. Perlu kamu ketahui bahwa ada hubungan erat antara jumlah penduduk di suatu
wilayah dengan hierarki dari pusat pelayanan tempat sentral. Tempat sentral dapat berupa
pusat pemerintahan, pusat rekreasi, pusat sosial, dan lainnya. Tempat sentral dapat
berpengaruh terhadap wilayah yang ada di sekitarnya. Pengaruh tempat sentral dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1. Zona keuntungan besar merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh manfaat
dan memberikan kontribusi yang besar. Dalam kegiatan ekonomi berarti penduduk
tersebut memiliki daya beli tinggi. Di bidang sosial penduduk tersebut dapat
memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang tinggi. Sementara di bidang
pemerintahan, penduduknya berpotensi memperoleh pelayanan maksimal.
2. Zona keuntungan menurun merupakan wilayah yang penduduknya memperoleh
pelayanan tetapi tidak semaksimal pada zona keuntungan besar. Dapat dikatakan
bahwa penduduk yang berada di zona ini mencari tempat sentral lainnya.
3. Zona kerugian merupakan wilayah yang penduduknya sudah tidak memberikan
kontribusi lagi. Penduduk di wilayah ini lebih memilih mencari tempat sentral lainnya
dengan memperoleh barang dan jasa yang sama.

2. Teori Kutub Pertumbuhan (Growth Poles Theory)

Teori kutub pertumbuhan pertama kali dikembangkan oleh Perroux (1950), seorang
ahli ekonomi dari Perancis. Perroux berpendapat bahwa pembangunan tidak terjadi secara
bersamaan di suatu wilayah, tetapi pembangunan berasal dari kutub atau pusat petumbuhan.
Dari kutub-kutub pertumbuhan tersebut proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-
wilayah lain di sekitarnya yang lebih rendah. Pusat pertumbuhan merupakan suatu aktivitas
ekonomi yang bersifat dinamis. Misalnya, ada pembangunan rumah sakit dapat membuat
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dinamis di lingkungan sekitarnya, seperti apotek. Selain itu,
ada pula usaha baru tetapi tidak ada hubungan langsung dengan rumah sakit seperti warung
makan, rental mobil, toko-toko, dan sebagainya.
Teori pusat pertumbuhan lebih banyak membahas tentang konsep ekonomi region
dibandingkan geografi region. Konsep kutub pertumbuhan dapat diterapkan di Indonesia
dalam strategi pembangunan wilayah. Akibat yang ditimbulkan dengan adanya kebijakan ini
adalah mobilitas penduduk yang sulit dibatasi, seperti di Jakarta dan ketimpangan wilayah
antara pusat wilayah dengan wilayah penyangga.
Penduduk cenderung mendekati kawasan potensial, yaitu pusat kota. Fenomena ini dapat
dilihat pada wilayah-wilayah di sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Pusat pertumbuhan wilayah memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
a) Adanya Hubungan Intern dari Berbagai Sektor
Hubungan intern sangat menentukan perkembangan suatu kota. Antara sektor yang
satu dengan sektor lainnya saling berkaitan, sehingga apabila satu sektor tumbuh akan
mendorong sektor lainnya. Misalnya kondisi ekonomi masyarakat tinggi. Keadaan ini
mendorong tingginya daya beli masyarakat, meningkatkan pendidikan, dan kesehatan.
b) Multiplier Effect
Keberadaan efek yang saling berkaitan menyebabkan efek ganda. Tingginya daya beli
masyarakat membuat permintaan meningkat. Semakin tinggi permintaan, maka
semakin besar produksi. Dengan adanya efek ganda ini, dapat mendorong
pertumbuhan wilayah di sekitarnva
c) Konsentrasi Geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor seperti kesehatan, ekonomi, sosial, dan
pemerintahan di pusat pertumbuhan mengakibatkan efisiensi di antara sektor-sektor
lain yang membutuhkan. Selain itu, konsentrasi geografis tersebut merupakan daya
tarik pusat pertumbuhan bagi wilayah di sekitarnya.
d) Mendorong Wilayah di Belakangnya
Seperti yang telah dijelaskan di atas, pusat pertumbuhan yang satu dengan lainnya
saling berkaitan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, kota membutuhkan wilayah di
belakangnya dan menyediakan berbagai kebutuhan wilayah kota dalam
mengembangkan wilayahnya.

3. Teori Losch

Teori Losch pertama kali dikenalkan oleh August Losch pada tahun 1954. Teori Losch
menjelaskan bahwa teori lokasi berdasarkan aspek permintaan sebagai variabel utama dengan
memperhitungkan harga produk dan biaya produksi. Pada teori Losch mengungkapkan
bahwa suatu lokasi memengaruhi pembeli. Semakin jauh lokasi, maka semakin sedikit
pembeli karena biaya transportasi yang dikeluarkan semakin besar.
Supaya kegiatan ekonomi berjalan lancar harus berada di lokasi yang strategis seperti
pasar atau pusat pemerintahan. Pada teori Losch, wilayah pasar dapat berubah-ubah jika
terjadi perubahan pada harga dan inflasi. Hal ini disebabkan
produsen tidak selalu dapat memenuhi permintaan karena terjadi inflasi yang menyebabkan
biaya transportasi meningkat. Konsekuensi yang harus dihadapi adalah konsumen beralih
pada pedagang lain yang menawarkan harga lebih murah.

4. Teori potensi daerah setempat

Teori potensi daerah setempat memiliki konsep, yaitu setiap daerah memiliki potensi
untuk dikembangkan, baik alam yang ada di daerah tersebut maupun manusia yang
meninggali daerah tersebut.

5. Teori kontrol
Teori kontrol meyakini bahwa pertumbuhan wilayah dikontrol oleh dua aspek
penting, yaitu aspek lingkungan alam (determinisme lingkungan alam) dan aspek kebudayaan
masyarakat (determinisme kebudayaan).

6. Teori sektor

Teori sektor dikemukakan oleh August Losch. Teori tersebut merupakan kelanjutan
dari Teori tempat sentral. Berdasarkan kedua teori ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
cara terbaik dalam menyediakan pelayanan berdasarkan aspek keruangan adalah dengan
menempatkan aktivitas pada hierarki permukiman yang luasnya meningkat dan lokasinya ada
pada simpui-simpul jaringan heksagonal.

7. Konsep agropolitan

Konsep agropolitan dikemukakan oleh Friedman. Konsep dasar dari teori tersebut
adalah usaha supaya pembangunan di perdesaan lebih terbuka, sehingga diharapkan menjadi
beberapa "kota" di perdesaan.Perkembangan setiap daerah tentu bergantung pada potensi
daerah, lokasi, sumber daya manusia serta sarana prasarana transportasi. Identifikasi dari
pertumbuhan dapat dilihat pad hal-hal berikut.
1. Angka pertumbuhan ekonomi dari satu waktu ke waktu.
2. Angka laju pertumbuhan dari waktu ke waktu.
3. Perkembangan perubahan penggunaan lahan dari waktu ke waktu.
4. Tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat dengan cara melihat perkembangan
tingkat pendidikan dari waktu ke waktu.

8. Teori Polarisasi Ekonomi

Teori polarisasi ekonomi yang dikemukakan oleh Gunnar Myrdal menyatakan setiap daerah
memiliki pusat pertumbuhan yang menjadi daya tarik masuknya tenaga kerja, modal, dan
barang dagangan. Proses masuknya tenaga kerja, modal, dan barang dagangan berlangsung
secarà terus menerus sehingga perkembangan pusat pertumbuhan makin pesat.
Perkembangan pusat pertumbuhan tersebut membentuk polarisasi pertumbuhan ekonomi
(polarization of economic growth) (Rahardjo Adisasmita, 2008).
Teori polarisasi ekonomi dari Myrdal menggunakan konsep pusat-pinggiran (coreperiphery).
Pusat kegiatan yang sekaligus berperan sebagai pusat pertumbuhan disebut core dan wilayah
pinggiran disebut pheriphery. Polarisasi ekonomi mendorong terbentuknya pusat
pertumbuhan serta menyebabkan spread effect dan backwash effect. Spread effect adalah
efek penyebaran pembangunan dari suatu pusat pertumbuhan ke daerah sekitarnya yang
bersifat meng-untungkan. Contoh spread effect sebagai berikut
1. Investasi atau modal yang masuk dari daerah lain meningkat
2. Kesempatan kerja bagi penduduk di daerah sekitar pusat pertumbuhan makin terbuka.
3. Pemasaran barang produksi lebih mudah dan wilayah jangkauan lebih luas.
4. Pendapatan penduduk di sekitar pusat pertumbuhan meningkat
Selain efek penyebaran yang menguntungkan, polarisasi ekonomi menyebabkan backwash
effect yaitu efek pengurangan yang cenderung bersifat negatif bagi daerah sekitarnya. Contoh
backwash effect sebagai berikut.
1. Kesenjangan pembangunan antara daerah pusat dan daerah pinggiran (hinterland).
2. Peningkatan kerawanan tindak kriminalitas di pusat pertumbuhan.
3. Penurunan daya dukung lingkungan karena tingginya potensi pencemaran dan
rendahnya pengelolaan sampah.
4. Terjadi kemacetan lalu lintas di pusat pertumbuhan.
Setiap pusat pertumbuhan diharapkan memunculkan spread effect lebih besar daripada
backwash effect. Pengaruh positif pusat pertumbuhan mampu tersebar ke daerah sekitarnya
sehingga muncul efek "tetesan ke bawah" (trickle down effect). Pembangunan di Indonesia
pernah menerapkan teori ini. Kenyataannya, daerah di sekitar pusat pertumbuhan justru
mengalami banyak masalah pembangunan. Kegiatan ekonomi hanya berpusat di satu titik dan
kurang mampu menyebar ke daerah pinggiran. Kondisi tersebut menyebabkan makin
besarnya kesenjangan pembangunan di Indonesia.

F. Perencanaan Tata Ruang Wilayah


Pemanfaatan ruang wilayah telah diatur oleh pemerintah melalui Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.Melalui RTRWN tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan
RTRW provinsi dan
RTRW kabupaten/kota. Penataan ruang wilayah dilakukan supaya rung wilayah
dimanfaatkan sesuai fungsinya. Apabila ruang wilayah tidak dimanfaatkan sesuai fungsinya
berdampak pada meningkatnya risiko bencana.
Perlunya penataan ruang wilayah didasari oleh beberapa hal berikut.
1.Menyediakan lahan bagi kepentingan umum, seperti rumah sakit, pendidikan, dan jalan.
Pemerintah memiliki kewenangan dalam penguasaan lahan yang telah diatur dalam Undang-
undang.
2.Menghindari dampak buruk dari aktivitas masyarakat, seperti pencemaran lingkungan,
kerusakan lahan, alih fungsi lahan, dan lainnya.
3.Menjaga kelestarian lingkungan, supaya sumber daya alam dapat dimanfaatkan sesuai
fungsi dan daya dukung.

1.Konsep Rencana Tata Ruang Wilayah

Pada dasarnya konsep perencanaan tata rang wilayah adalah untuk membangun wilayah
yang berdasarkan aspek produktivitas, keamanan, kenyamanan, dan bermanfaat bagi
masyarakat. Hal in dikarenakan ruang dimanfaatkan tidak hanya untuk saat ini, tetapi juga
untuk masa depan.
Sebelum lebih jauh mempelajari materi ini, tahukah Anda apa itu rencana tata ruang
wilayah?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, rencana tata
ruang wilayah adalah suatu sistem proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang
yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Sementara itu, struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fung-sional.
Pola ruang diartikan sebagai distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan rang untuk fungi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Dalam undang-undang tersebut, penataan rang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa hal
berikut.
a.Penataan ruang berdasarkan sistem, me-liputi sistem wilayah dan sistem internal perkotaan.
b.Penataan ruang berdasarkan fungi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan
budi daya.
c.Penataan ruang berdasarkan wilayah adminis-tratif terdiri atas penataan ruang wilayah
nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
d.Penatahan rang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
е.Penataan rang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan ruang kawasan
strategis nasional, penataan rang kawasan strategis provinsi, dan penataan ruang kawasan
strategis kabupaten/kota.

Setiap daerah memiliki ruang wilayah yang berbeda-beda sehingga berdasarkan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan hak kepada provinsi
dan kabupaten/kota untuk mengatur rang wilayahnya sendiri. Pelaksanaan penataan ruang
harus memperhatikan beberapa faktor berikut.
a.Karakter fisik wilayah Indonesia yang rentan terhadap bencana.
b.Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kondisi sosial, ekonomi, budaya,
pertahanan keamanan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
c.Geoekonomi, geopolitik, dan geostrategis.

Penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota harus sejalan
dan berkesinambungan dengan mengacu pada penataan ruang wilayah nasional. Semua unsur
harus bersinergi dan melengkapi dalam rangka pembangunan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar-sebarnya.

2.Tujuan Penataan Ruang Wilayah

Setiap wilayah perlu menyusun rencana tata rang wilayah sebagai dasar dalam
memanfaatkan ruang wilayah. Adapun tujuan penataan ruang wilayah adalah sebagai berikut.
a.Untuk menghindari konflik kepentingan da-lam pembangunan.
b.Menghindari diskriminasi penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam.
c.Mengoptimalkan pemanfaatan rang wilayah sesuai daya dukung wilayah.
d.Memudahkan pemanfaatan fasilitas dan pelayanan sosial ekonomi bagi masyarakat.
e..Menciptakan kesesuaian antara kebutuhan dengan kemampuan wilayah
f.Menciptakan interaksi fungsional yang optimal antara unit unit wilayah ataupun wilayah
lainnya.
g.Menjaga kelestarian ruang wilayah dan men-jamin keberlanjutan pembangunan di berbagai
sektor.
h.Memudahkan penyusunan program-program pembangunan.
i.Memudahkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan.
j.Terciptanya pola pemanfaatan ruang wilayah yang dapat mengakomodir berbagai kegiatan
di dalam ruang wilayah.
k.Pembangunan dapat tercapai sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang telah diren-
canakan, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

3. Fungsi dan Manfaat Penataan Ruang Wilayah

Fungsi penataan ruang wilayah adalah sebagai berikut.


a.Sebagai acuan dalam penyusunan rencana jangka panjang daerah (RPJPD) dan rencana
jangka menengah daerah (RPJMD).
b.Pedoman dalam pemanfaatan rang wilayah dan untuk mengembangkannya.
c.Pedoman dalam mewujudkan pembangunan yang seimbang dan merata di berbagai sektor.
d.Acuan dalam penyusunan rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota.
e.Sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah dalam pengembangan wilayah
yang terdiri atas batas-batas wilayah, perizinan, sanksi, dan sebagainya.
f.Pedoman pemanfaatan administrasi per-tanahan.
Adapun manfaat penataan ruang wilayah adalah sebagai berikut.
a.Untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan wilayah.
b.Mewujudkan keserasian pembangunan antar-wilayah di sekitarnya.
c.Mewujudkan tata rang wilayah yang berkualitas sesuai dengan daya dukung lingkungan.

4. Perencanaan Penataan Ruang Wilayah Indonesia

Kegiatan pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari terwujudnya


pemerintahan yang baik. Indonesia yang memiliki potensi dan sumber daya alam melimpah
sudah seharusya memanfaatkannya sebagai modal pemenuhan kebutuhan. Dalam hal in
pemerintah diberi amanah oleh rakyat untuk mengelola potensi tersebut yang tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat 3.
Pada pasal tersebut menyatakan bahwa negara memiliki kekuasaan atas bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk digunakan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Dengan demikian, negara memiliki kewajiban dalam menyejahterakan
penduduknya melalui penguasaan sumber daya alam. Sebagai upaya menyejahterakan
penduduk melalui pembangunan, disusunlah perencanaan tata ruang wilayah nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
a.Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 19
dalam penataan ruang wilayah nasional harus memperhatikan beberapa hal berikut.
1)Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional.
2) Perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil pengkajian implikasi
penataan ruang nasional.
3) Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas ekonomi.
4) Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
5) Daya dukung dan daya tampung ling-kungan hidup.
6) Rencana pembangunan jangka panjang nasional.
7) Rencana tata ruang kawasan strategis nasional.
8) Rencana tata rang wilayah provinsi dan rencana tata rang wilayah kabupaten/ kota.
Dalam rencana tata rang wilayah nasional berisi tentang beberapa aspek berikat.
1) Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah nasional.
2) Rencana struktur ruang wilayah nasi-onal,
3) Rencana pola ruang wilayah yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi-daya.
4)Penetapan kawasan strategis nasional.
5)Arahan pemanfaatan ruang wilayah jangka pendek dan menengah.
6)Arahan pengendalian pemanfaatan rang wilayah nasional.
Pola ruang wilayah nasional berfungsi sebagai penyediaan ruang untuk kawasan lindung
dan budi daya yang memiliki nilai berbagai kegiatan ekonomi, sosial, dan ling-kungan. Selain
itu, pola ruang wilayah nasional berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan pemerataan
pemanfaatan ruang. Rencana tata ruang wilayah nasional digunakan untuk:
1)pedoman penyusunan rencan tata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota;
2) penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah nasional;
3)pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional;
4)penetapan lokasi dan fungsi ruang; serta
5) penataan rang kawasan strategis nasional.
b.Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Rencana tata ruang wilayah provinsi merupakan rencana pembangunan jangka menangah
dalam jangka waktu 20 tahun.
Hasil rencana tata rang wilayah disajikan dalam peta dengan skala 1:250.000. Rencana tata
ruang wilayah provinsi berisi tentang beberapa hal berikut.
1) Arahan pengelolaan kawasan lindung dan budi daya, perdesaan, perkotaan, dan kawasan
tertentu.
2)Arahan pengembangan kawasan per-mukiman, industri, budaya, pertambangan, dan
sebagainya.
3) Arahan pengembangan sistem sarana prasarana wilayah yang meliputi jaringan
transportasi, komunikasi, irigasi, dan sebagainya.
4)Arahan pemanfaatan lahan dan sumber daya alam lainnya.
Rencana tata rang wilayah provinsi digunakan sebagai pedoman berikut.
1) Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah provinsi.
2) Pemanfaatan dan pengendalian ruang wilayah provinsi.
3)Menciptakan keterpaduan dan keseim-bangan perkembangan wilayah antar-sektor.
4)Penetapan ruang untuk investasi.
5)Penetapan ruang kawasan strategis provinsi.
Dalam rencana tata ruang wilayah terdapat beberapa aspek yang dikaji, meliputi tujuan,
rencana struktur ruang wilayah provinsi, rencana pola ruang wilayah provinsi, penetapan
kawasan strategis provinsi, arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
Sebagai contoh salah satu aspek RTRW provinsi adalah struktur dan polaruang wilayah
Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan RTRW provinsi Kalbar menetapkan bahwa struktur
rang wilayah terdiri atas pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan wilayah, kawasan anadalan,
dan kawasan tertentu.
Sementara pola run wilayahnya terdiri atas kawasan lindung dan budi daya.

C.Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota


Dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota berpedoman pada rencana
tata ruang wilayah nasional dan provinsi. RTRW kabupaten/kota berisi tentang beberapa hal
berikut.
1) Pengelolaan kawasan lindung dan budi-daya.
2)Pengelolaan kawasan perdesaan, per-kotaan, dan tertentu.
3)Sistem prasarana transportasi, komunikasi, pengairan, energi, dan sarana.
4)Tata guna tanah dengan memperhatikan potensi dan kondisi lingkungan.
Suatu kabupaten/kota dalam melakukan pembangunan wajib menyesuaikan dengan
RTRW kabupaten/kota. Dengan berpedoman RTRW kabupaten/kota pembangunan menjadi
lebih bermanfaat, seimbang, dan berkelanjutan.
Adapun manfaat RTRW kabupaten/kota menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
adalah sebagai berikut.
1)Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota.
2)Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah sekitarnya.
3)Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
Dalam RTRW kabupaten/kota memuat tentang tujuan, rencana struktur rang wilayah
kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis,
arahan pemanfaatan ruang wilayah, dan pengendalian pemanfaatan ruang.Sebagai contoh
RTRW kabupaten/Kota dalam hal penetapan kawasan strategis, amati peta pada Gambar
1.33!
Berdasarkan peta tersebut kawasan strategis Kota Singkawang disusun berdasarkan sarana
kesehatan.
Sarana kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga zona, yaitu zona I, zona II, dan zona III.
Sarana kesehatan yang dipetakan adalah apotek, balai pengobatan, puskesmas pembantu, dan
BKIA. Dengan penetapan kawasan strategis, diharapkan dapat digunakan sebagai
perencanaan pembangunan selanjutnya.
Misalnya ada satu wilayah kekurangan sarana kesehatan, sementara wilayah lainnya
kelebihan.
Dengan demikian, kebijakan yang diambil dapar digunakan untuk pemerataan sarana
kesehatan,
RTRW kabupaten/kota merupakan perencanaan mikro jangka menengah, yaitu 5-10 tahun
dengan pemetaan skala 1:20.000 sampai 1: 100.000.Kemudian, dikuti rencana detail yang
bersifat milkero operasional jangka pendek dengan skala 1: 5.000.

Anda mungkin juga menyukai