Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PEMASARAN

KOMODITAS KARET DI INDONESIA

MAKALAH

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi
Digital dan Industri Pertanian Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Rena Yunita Rahman, S.P., M.Si.

disusun oleh:
Firdhoesa Alimta 211510601036
Aprilia Kharisma 211510601096
Rizal Badrus 191510601105

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet adalah salah satu komoditas penting dalam dunia pertanian dan industri
global. Komoditas ini berasal dari getah pohon karet, yang umumnya ditemukan
dalam genus Hevea, seperti Hevea brasiliensis. Proses ekstraksi getah karet
melibatkan penorehan batang pohon karet, yang menghasilkan cairan putih kental
yang dikenal sebagai lateks. Lateks ini kemudian diolah untuk menghasilkan karet
yang digunakan dalam berbagai industri. Menurut Kusumaningrum (2019), daya
saing akan komoditas pertanian di Indonesia menduduki posisi yang cukup tinggi
di pasar internasional. Komoditas karet merupakan salah satu produk pertanian
yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Karet memiliki
peran utama dalam industri manufaktur, terutama sebagai bahan baku untuk
pembuatan ban kendaraan bermotor, industri otomotif, dan berbagai produk karet
lainnya. Selain itu, karet juga digunakan dalam industri non-manufaktur seperti
perawatan kesehatan, konstruksi, dan pertanian.
Kondisi perdagangan karet alam semakin tahun makin mengalami perbaikan
yang sejalan dengan makin meingkatnya bidang perindustrian, baik di lingkup
lokal maupun internasional (Harahap & Bima, 2018). Struktur, perilaku, dan
kinerja pemasaran komoditas karet memiliki dampak yang signifikan terhadap
stabilitas harga dan pendapatan petani. Struktur pemasaran merujuk pada
organisasi dan pola distribusi komoditas karet dari produsen ke konsumen. Ini
mencakup berbagai aspek seperti jumlah saluran distribusi, tingkat konsentrasi
pasar, dan tingkat integrasi vertikal. Perilaku pemasaran berkaitan dengan cara
para pelaku pasar berinteraksi satu sama lain dan bagaimana mereka merespons
perubahan kondisi pasar. Ini mencakup strategi harga, promosi, dan penjualan
yang digunakan oleh produsen, distributor, dan pengecer. Kinerja pemasaran
adalah ukuran efektivitas dan efisiensi proses pemasaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah disusun sebagai
berikut:
1. Bagaimana struktur pasar karet di Indonesia?
2. Bagaimana perilaku pasar karet di Indonesia?
3. Bagaimana kinerja pasar karet di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur pasar karet di Indonesia
2. Untuk mengetahui perilaku pasar karet di Indonesis
3. Untuk mengetahui kinerja pasar karet di Indonesia
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Struktur Pasar


1) Pangsa Pasar (Market Share)
Pangsa pasar terbesar di tingkat pedagang pengumpul memiliki nilai sebesar
26%. Ada 2 pedagang pengumpul yang memiliki pangsa pasar terbesar, hal ini
dikarenakan volume pembelian karet dari petani dan modal yang besar untuk
membeli karet sehari hari dalam jumlah yang besar. Pangsa pasar terbesar di
tingkat pedagang besar memiliki nilai sebesar 21%,yaitu 2 pedagang besar desa
manggala dan 2 pedagang besar yang berasal dari luar desa manggala. Sedangkan
pangsa pasar terkecil memiliki nilai sebesar 18% yaitu 1 pedagang besar dari lua
desa manggala.
2) Konsentrasi Pasar
No Tingkat Lembaga Pemasaran Persentase %
1 Pedagang Pengumpul 1 26
2 Pedagang Pengumpul 2 26
3 Pedagang Pengumpul 3 19
4 Pedagang Pengumpul 4 8
Jumlah 79
1 Pedagang besar 1 21
2 Pedagang besar 2 21
3 Pedagang besar 3 21
4 Pedagang besar 4 21
Jujmla
84
h

Nilai pada tingkat pedagang pengumpul sebesar 79%, nilai analisis CR4
menunjukkan bahwa persaingan 4 pedagang pengumpul mengarah pada struktur
pasar oligopoli ketat. Pada tingkat pedagang besar di diperoleh nilai sebesar 84%,
nilai analisis CR4 menunjukkan bahwa persaingan 4 orang pedagang besar
mengarah pada struktur pasar oligopoli ketat struktur pasar oligopoli ketat dilihat
dari hasil nilai CR4 yang memiliki rasio antara 60 - 90%.

2.2 Perilaku Pasar


Proses penentuan harga pada tingkat petani bahwa petani bukan sebagai
penentu harga melainkan harga ditentukan oleh pedagang pengumpul dan
pedagang besar. petani sebagai price taker, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor
penentu yaitu jarak tempuh antara pasar (pabrik) dan lokasi produksi karet
membuat petani jarang memantau harga karet di pasar, Selain itu karet merupakan
salah satu komoditi yang memiliki fluktuasi harga yang sangat tinggi, sehingga
mudah terjadi perubahan harga yang tidak diketahui oleh petani hal ini menjadi
celah bagi pedagang untuk menetapkan harga tidak sesuai dengan harga
semestinya Pedagang pengumpul sebagai price maker pada saat melakukan
pembelian kepada petani, ketika melakukan penjualan pedagang pengumpul
menjadi price taker pada saat menjual ke pedagang besar maupun saat menjual
karet langsung ke pabrik di Pontianak. Pedagang besar melakukan penentuan
harga saat melakukan pembelian dari petani maupun dari pedagang pengumpul,
secara tidak langsung pedagang besar mempengaruhi harga yang diterima oleh
petani dan pedagang pengumpul. pada dasarnya harga karet di desa Manggala
Kabupaten Melawi terbentuk oleh harga di pabrik Pontianak.

2.3 Kinerja Pasar Komoditi Karet


Kinerja pasar pada komoditi karet dapat dijelaskan menggunakan margin
pemasaran. Margin pemasaran merupakan cerminan dari akttivitas-aktivitas bisnis
atau fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan dalam sistem pemasaran. Analisis
marjin digunakan untuk mengetahui faktor pembentukkan marjin pemasaran yang
terbesar sebagai pengukur kinerja komoditi karet. Margin pemasaran dapat
dihitung menggunakan rumus:
MT=Pr-Pf
Keterangan:
MT = margin total
Pr = harga karet di tingkat pabrik (Rp/Kg)
Pf = harga karet di tingkat petani (Rp/Kg)
Analisis marjin pemasaran karet di desa Manggala Kabupaten Melawi
adalah sebagai berikut:

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa margin pemasaran karet di


desa Manggala Kabupaten Melawi yang diperoleh pedagang pengumpul adalah
sebesar Rp.1.250 dengan keuntungan bersih yang diperoleh Rp.1.125 per kg.
Kemudian pedagang pengumpul melanjutkan pemasaran selanjutnya kepedagang
besar sehingga dapat diketahui margin pemasaran yang diperoleh pedagang besar
adalah sebesar Rp.1.560 per kg, dan keuntungan bersih yang diperoleh sebesar
Rp.1.072 per kg. Hal ini menunjukkan bahwa semakin panjang saluran
pemasaran, maka marjin pemasaran juga semakin tinggi. Selain itu, dari hasil
perhitungan margin pemasaran karet tersebut dapat dilihat juga bagian margin
yang diterima oleh masing-masing pedagang dalam setiap saluran pemasaran.
BAB 3. KESIMPULAN

1. Struktur pasar komoditi karet di desa Manggala Kabupaten Melawi


merupakan pasar oligopoli dengan ciri terdapat beberapa pelaku pasar,
selain itu proses penentuan harga dipengaruhi oleh pedagang pengumpul
dan pedagang besar, terjalinnya kerjasama antara lembaga pemasaran
dengan petani yang bersifat mengikat, sehingga menyebabkan petani hanya
bisa sebagai price taker / penerima harga.
2. Perilaku pasar komoditi karet di desa Manggala Kabupaten Melawi dalam
proses penentuan harga pada tingkat petani bahwa petani hanya sebagai
penerima harga, sedangkan pada tingkat pedagang pengumpul, pedagang
pengumpul sebagai price maker pada saat melakukan pembelian kepada
petani, ketika melakukan penjualan pedagang pengumpul menjadi price
taker pada saat menjual ke pedagang besar maupun saat menjual karet
langsung ke pabrik di Pontianak, pada tingkat pedagang besar melakukan
penentuan harga saat melakukan pembelian dari petani maupun dari
pedagang pengumpul, pada dasarnya harga karet di desa Manggala
Kabupaten Melawi terbentuk oleh harga di pabrik Pontianak. Kerjasama
yang terjalin dalam pasar komoditi di desa Manggala Kabupaten Melawi
yaitu berupa utang sembako petani dan pemberian modal usaha untuk
membeli karet dari pedagang besar dan berupa transportasi pengambilan
karet ke tempat pedagang pengumpul.
3. Kinerja pasar komoditi karet di desa Manggala Kabupaten Melawi
menunjukan bahwa terdapat 3 saluran pemasaran dengan total marjin yang
berbeda-beda. Total marjin yang tertinggi terdapat pada saluran 3 (petani-
pedagang pengumpul-pedagang besar luar desa manggala-pabrik) yaitu
sebesar Rp. 1.560, sehingga semakin banyak lembaga pemasaran yang
terlibat maka marjin pemasaran akan semakin tinggi dan petani merupakan
pihak yang paling dirugikan karena petani hanya sebagai penerima harga
(price taker).
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, N. H. P., & Segoro, B. A. (2018). Analisis daya saing komoditas karet
alam Indonesia ke pasar global. TRANSBORDERS: International
Relations Journal, 1(2), 130-143.

Kusumaningrum, S. I. (2019). Pemanfaatan Sektor Pertanian Sebagai Penunjang


Pertumbuhan Perekonomian Indonesia. Jurnal Transaksi, 11(1), 80-89.

Anda mungkin juga menyukai