Anda di halaman 1dari 10

ISSN: 1410-0029

Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011

EFISIENSI PEMASARAN NILAM (Pogostemon cablin)


DI KABUPATEN BANYUMAS PROPINSI JAWA TENGAH

Marketing Efficiency of Patcholui (Pogostemon cablin)


in Banyumas Regency Central, Java Province

Oleh:
Suyono dan Dwi Purwastuti
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Alamat korespondensi: Suyono (suyono100@gmail.com)

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengevaluasi efisiensi pemasaran nilam di Kabupaten
Banyumas Propinsi Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Metode
penelitian yang digunakan adalah survai, dengan teknik penentuan sampel ”Multistage Random Sampling”.
Sampel petani 68 responden, pedagang pengumpul enam responden, dan penyuling tiga responden. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan Concentration Ratio index, koefisien variasi, dan model integrasi
pasar Ravallion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: struktur pasar nilam di tingkat penyuling untuk lingkup
Kabupaten Banyumas adalah oligopsoni longgar, sedangkan struktur pasar nilam di tingkat pengumpul dan
petani oligopsoni kuat; terdapat dua saluran pemasaran nilam yaitu: petani - pengumpul - penyuling - agen -
eksportir dan petani - penyuling - agen – eksportir; harga nilam di tingkat petani dan pengumpul ditentukan oleh
pembeli; koefisien variasi harga nilam di petani dan pengumpul masing-masing sebesar 36,11% dan 27,13%,
sedangkan koefisien variasi harga minyak nilam di penyuling sebesar 50,71%; tidak terjadi integrasi pasar
antara pasar tingkat petani dengan pasar rujukan. Kesimpulan pemasaran nilam di Kabupaten Banyumas
nampaknya belum berjalan secara adil dan efisien, sehingga pemerintah daerah perlu mengupayakan wadah
kerjasama bagi produsen nilam dan minyak nilam serta memperbaiki iklim berusaha melalui penyebaran
informasi harga nilam dan minyak nilam seluas mungkin.

Kata kunci: struktur, perilaku, kinerja, integrasi pasar

ABSTRACT
The aims of this research were to examine and evaluate the marketing efficiency of patchouli grown in
Banyumas Regency Central Java Province, by using structure, conduct, and performance approach. The method
of survey and multistage random sampling were used in this research. Subjects of this research were patchouli
farmers, patchouli wholesale, and patchouli producers. The member of sample consisted of 68 farmers, six
wholesales and tree patchouli producers. The data were analyzed using the concentration ratio index,
coefficient of variation, and Ravallion market integration models. Results of this research indicated that the
market structure of patchouli producer in Banyumas Regency was weak oligopsony while market structure in
wholesale and at farm-gate level from buyers side were tight oligopsony. There were two marketing channel, i.e.,
farmer - wholesale – producer – agent – exportir and farmer – producer - agent – exportir. Patchouli price in
farmer and wholesale level dominantly determined by buyers. The coefficient variation of patchouli price in
farmer level was 36,11%; in wholesale was 27,13%; and in patchouli oil producer was 50,71%. There is no
integration market between farmer market level with reference market. Therefore, it was concluded that
patchouli marketing in Banyumas Regency was still considered unfair and inefficient, so local government
needed to create producer association and improving business atmosfir that more competitive by widening the
price information of patchouli and patchouli oil as wide as posible.

Key words: structure, conduct, performance, market integration

PENDAHULUAN oleh Indarto dan Mauludi (2004) bahwa


Minyak nilam (Patchouly Oil) ekspor produk tersebut memberikan
merupakan salah satu komoditas ekspor kontribusi lebih dari 50% pada total nilai
yang potensial, sebagaimana dikatakan ekspor minyak atsiri Indonesia serta

143
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
Tabel 1. Data luas areal dan produksi nilam di Kabupaten Banyumas, 2003-2008
Luas Areal Perkembangan Produksi Nilam Perkembangan
Tahun
Tanam (Ha) (%) Basah (Ton) (%)
2004 100,0 - 548,2 -
2005 106,0 6,0 824,5 50,4
2006 281,6 165,7 1.223,1 48,3
2007 50,3 - 82,1 599,4 -51,0
2008 112,9 124,4 378,6 -36,8
Rata-rata 130,16 53,5 714,76 2,72
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyumas, 2008

menguasai sekitar 90% produksi minyak diterima petani nilam. Perbandingan antara
nilam dunia. Industri minyak atsiri juga harga nilam dan harga input yang diterima
merupakan industri strategis karena produk petani akan langsung berpengaruh terhadap
ini tidak dapat digantikan dengan produk motivasi mereka dalam usahatani. Kotler
sintetis. Namun demikian fenomena yang (1997), menyatakan bahwa bagi produsen,
terjadi di lapang adalah tidak adanya harga merupakan salah satu elemen
kontinuitas pasokan bahan baku, bauran pemasaran (marketing mix) yang
ketidakefisienan proses produksi, dan sangat penting. Rhodes (1983) juga
terjadinya fluktuasi harga (Pardede, 2007). mengatakan bahwa harga sebagai isyarat
Banyumas merupakan salah satu (signal) umpan balik terhadap produksi
kabupaten potensial untuk tanaman nilam, bagi produsen produk pertanian.
diketahui luas areal tanam nilam periode Petani nilam di Kabupaten Banyumas
enam tahun terakhir meningkat rata-rata umumnya menjual produk kepada
lima puluh persen lebih (Tabel 1). pedagang pengumpul setempat dan hanya
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa sebagian kecil yang langsung menjual ke
perkembangan luas areal tanam dan penyuling. Kondisi ini disebabkan
produksi total komoditas nilam basah di beberapa faktor antara lain: keberadaan
Kabupaten Banyumas sangat fluktuatif, penyuling terbatas, meniadakan biaya
tetapi pada periode enam tahun terakhir transpor penjualan, serta lebih praktis dan
menunjukkan perkembangan yang positip, mudah. Namun demikian keberadaan
yaitu untuk luas areal tanam naik rata-rata pedagang pengumpul yang terbatas dapat
53,5% dan untuk produksi hanya naik rata- mengakibatkan posisi tawar petani menjadi
rata 2,72%. lemah, sehingga harga lebih ditentukan
Fenomena fluktuasi jumlah oleh pembeli. Perilaku pedagang dan
produksi di pasar tersebut secara teoritis penyuling yang demikian dapat
berkaitan erat dengan tingkat harga yang mengakibatkan kinerja pasar di daerah

144
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
produsen kurang efisien. Berdasarkan agen. Namun demikian fokus penelitian
fenomena tersebut, permasalahan terutama mengenai aktivitas pemasaran
penelitian dapat diidentifikasi sebagai nilam di tingkat petani, sehingga populasi
berikut: (1) bagaimana struktur pasar nilam utamanya adalah petani dan pedagang
di daerah produsen, (2) bagaimana saluran daun nilam di daerah produsen.
pemasaran nilam dari petani sampai agen Jenis data meliputi data primer dan
pengumpul minyak, (3) pihak mana yang sekunder. Data primer meliputi: (a) data
dominan menentukan harga di pasar petani identifikasi petani nilam, (b) data
dan pasar pengumpul, (4) seberapa besar identifikasi pedagang pengumpul, (c) data
koefisien variasi harga daun nilam di luas lahan, volume produksi tiap petani
daerah produsen dan harga minyak nilam responden, (d) data volume pembelian
di pasar rujukan, dan (5) bagaimana pedagang di pasar tingkat petani,
integrasi pasar antara harga nilam di pasar pengumpul, penyuling. (e) Khusus data
produsen dengan harga minyak nilam di primer mengenai pihak yang dominan
pasar rujukan. menentukan harga daun nilam baik di
Penelitian ini bertujuan untuk tingkat petani maupun tingkat pengumpul,
menganalisis: (1) struktur pasar nilam di diperoleh dengan menanyakan kepada
daerah produsen, (2) saluran pemasaran pihak yang menjual daun nilam, dalam hal
nilam dari petani sampai agen pengumpul ini yaitu petani dan pengumpul.
minyak, (3) pihak yang dominan Data sekunder berupa data harga
menentukan harga di pasar petani dan daun nilam periode bulanan selama tiga
pasar pengumpul, (4) koefisien variasi tahun terakhir, diperoleh dari penyuling
harga daun nilam di daerah produsen dan minyak nilam serta dinas terkait khususnya
harga minyak nilam di pasar rujukan, dan Dinas Pertanian, Kehutanan dan
(5) integrasi pasar antara harga di pasar Perkebunan Kabupaten Banyumas. Teknik
produsen dengan harga di pasar rujukan. pengumpulan data primer didapatkan
melalui teknik wawancara.
METODE PENELITIAN Teknik penentuan sampel dilakukan
Metode survei deskriptif dan sebagai berikut:
eksplanatasi digunakan dalam penelitian (1) untuk sampel petani nilam, teknik
ini. Populasi yang dijadikan subyek dalam pengambilan sampel yang digunakan
penelitian ini adalah petani daun nilam dan adalah teknik ”Multistage Random
para pelaku pemasaran nilam meliputi: Sampling” dengan tahapan berikut (a)
pedagang pengumpul, penyuling, dan tahap pertama, penentuan sampel

145
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
kecamatan digunakan teknik purposive, Kedungbanteng dari 34 petani nilam, 31
yaitu dipilih dua kecamatan yang diantaranya menjual kepada dua pedagang
merupakan produsen utama yaitu pengumpul dan hanya tiga petani yang
Kecamatan Kedungbanteng dan menjual langsung kepada dua penyuling.
Sumbang; (b) tahap kedua, untuk Untuk Kecamatan Sumbang dari 34 petani
menentukan sampel desa, juga digunakan nilam, 8 petani menjual ke pengumpul, 18
teknik purposive, yaitu dipilih dua desa petani menjual ke penyuling dan 8 petani
yang merupakan produsen utama yaitu menjual ke penebas.
Desa Baseh dan Kalisalak untuk Analisis struktur pasar daun nilam
Kecamatan Kedungbanteng serta Desa dari sisi pembeli di daerah produsen
Gandatapa dan Sikapat untuk Kecamatan digunakan parameter rasio konsentrasi,
Sumbang; (c) tahap ketiga, untuk yaitu diukur melalui persentase
menentukan jumlah sampel petani daun penguasaan volume pembelian empat
nilam di tiap kecamatan, digunakan pelaku pasar terbesar dengan seluruh
metode sebagai berikut: berdasarkan hasil volume perdagangan pasar pada tingkat
survai diketahui bahwa untuk musim pasar yang sama. Rasio konsentrasi untuk
tanam 2008, populasi petani nilam di Desa empat pembeli terbesar (CR4) digunakan
Baseh dan Kalisalak Kecamatan formula sebagai berikut (BPS, 2000;
Kedungbanteng terbatas masing-masing 18 Shepherd, 1997):
petani dan 16 petani, sehingga penentuan M
CR 4 = M4 x 100% …….(1)
n
sampelnya dilakukan secara sensus. Untuk
Keterangan:
Kecamatan Sumbang di Desa Gandatapa
CR4 = Rasio konsentrasi 4 pembeli
dan Sikapat masing-masing terdapat 37 terbesar
dan 31 petani, penentuan sampel M4 = Pangsa pasar dari 4 pembeli
terbesar
ditentukan sebesar 50%, sehingga sampel
Mn = Pangsa pasar dalam suatu pasar
desa Gandatapa 18 petani dan Desa
Analisis perilaku penentu harga di
Sikapat 16 petani. (2) untuk sampel
pasar produsen dilakukan sebagai berikut,
pengumpul, penyuling dan agen,
yang dimaksud pasar produsen dibatasi
penentuan sampelnya dengan metode
pada pasar tingkat petani dan pasar
Snowball Sampling. Pada kasus ini sampel
pengumpul. Selain itu responden pada
dipilih secara berangkai berdasarkan atas
masing-masing pasar juga dibatasi pada
informasi yang diberikan oleh unit
para penjual di masing-masing tingkatan
sampling (petani) yang telah terpilih
pasar. Untuk pasar tingkat petani
sebelumnya. Untuk Kecamatan

146
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
respondennya adalah petani daun nilam (Pit)=α0(Pt-Pt-1) +β1(Pit-1-Pt-1) +σiXit+µit..(2)
yang menjual kepada pedagang Keterangan:
pengumpul; sedangkan responden di pasar Pit = harga daun nilam di pasar lokal i
(tingkat petani) pada bulan ke t
pengumpul adalah pedagang pengumpul
Pt = harga minyak nilam di pasar acuan
yang menjual ke pedagang penyuling daun (Purwokerto) pada bulan ke t
nilam. Pertanyaan yang diajukan adalah Pit-1 = harga daun nilam di pasar lokal i
siapa/ pihak mana yang dominan (tingkat petani) pada bulan ke t-1
(lag 1 bulan)
menentukan harga dalam transaksi di
Pt-1 = harga minyak nilam di pasar acuan
pasar? Alternatif jawaban responden dari (Purwokerto) pada bulan ke t-1 (lag
tiap tingkatan pasar disajikan dalam 1 bulan)
persentase, selanjutnya dapat Xit = peubah musiman atau lainnya di
pasar i pada saat t
dideskripsikan pihak yang dominan
µit = error term di pasar i pada saat t
menentukan harga di pasar tingkat petani
i = 1; t = 1,2, ..., n
dan di pasar pengumpul.
Persamaan (2) menunjukkan bahwa
Analisis fluktuasi harga daun nilam
harga di pasar lokal pada saat t merupakan
khususnya di pasar petani, pasar
fungsi dari perubahan harga di pasar
pengumpul, dan pasar rujukan digunakan
rujukan pada saat t, perbedaan harga
rumus Coefficient of Variation (CV).
antara pasar lokal dan pasar rujukan serta
Setelah dihitung besarnya CV tiap
karakteristik lokal. Berdasarkan persamaan
tingkatan pasar, selanjutnya
(2) hipotesis integrasi pasar dapat diuji,
dideskripsikan pada tingkat pasar yang
dimana penerimaan hipotesis yang
mana harganya paling fluktuatif sampai
mengakibatkan βi0 = 1 dan αi -1 = -1, dapat
relatif paling stabil.
memberikan indikasi bahwa perubahan
Analisis integrasi pasar dilakukan
harga di pasar rujukan pada saat t dan
antara pasar di daerah produsen dengan
perbedaan harga antara pasar lokal dengan
pasar rujukan. Pasar daerah produsen
pasar rujukan sepenuhnya tergambarkan
dibatasi pada pasar nilam di tingkat petani.
dalam pembentukan harga di pasar lokal
Sedangkan pasar rujukan dibatasi di pasar
pada saat t. Estimasi koefisien persamaan
minyak nilam di agen kota Purwokerto.
(2) dilakukan dengan metode ordinary
Untuk menguji hipotesis integrasi pasar
least squares dan untuk menguji hipotesis
digunakan persamaan yang diturunkan dan
dua pasar terintegrasi, maka setelah
dimodifikasi dari model Ravallion (1985),
koefisien pada persamaan (2) diperoleh
dikutip Adiyoga dkk. (1999) sebagai
berikut:

147
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
kemudian diuji secara parsial dengan Desa Kutaliman dan Dawuhan Wetan.
menggunakan uji ”t”. Dengan demikian dilihat dari pihak
pembeli struktur pasar di kedua kecamatan
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebut adalah oligopsoni sangat kuat
Analisis Struktur Pasar karena nilai CR2 sama-sama 100%.
Berdasarkan hasil survai diketahui Struktur pasar di tingkat
bahwa tidak terdapat petani nilam di desa pengumpul yang membeli daun nilam dari
sampel yang menjual daun nilamnya ke petani juga cenderung oligopsoni,
pengumpul di kecamatan lain, sehingga diketahui di Kecamatan Kedungbanteng
analisis struktur pasar pengumpul daun hanya terdapat dua pengumpul dan di
nilam dibatasi untuk tiap wilayah Kecamatan Sumbang hanya terdapat lima
kecamatan. Untuk struktur di tingkat pengumpul, sehingga nilai CR4 di kedua
penyuling mencakup wilayah kabupaten. kecamatan di atas 80%.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Analisis Saluran Pemasaran Daun
Nilam
volume bahan baku tiap penyuling dapat
Saluran pemasaran daum nilam di
dilihat pada Tabel 2.
Kecamatan Kedungbanteng dan Sumbang
Berdasarkan Tabel 2 diketahui
relatif sama yaitu terdapat dua saluran
bahwa nilai CR4 sekitar 63 %, sehingga
pemasaran sebagai berikut:
dapat dikatakan bahwa struktur pasar daun
Saluran I : Petani menjual daun nilam ke
nilam di tingkat penyuling cenderung
pengumpul, kemudian
oligopsoni. Pada struktur pasar ini harga
pengumpul menjualnya lagi
pasar tidak sepenuhnya ditentukan oleh
ke penyuling, selanjutnya
perubahan penawaran dan permintaan
penyuling menjual minyak
pasar, tetapi pembeli secara pribadi
nilam ke agen dan terakhir
maupun bekerjasama dengan pihak lain
agen menjual minyak nilam
dapat mempengaruhi harga daun nilam di
ke eksportir.
pasar.
Saluran II : Petani langsung menjual daun
Pada lingkup wilayah kecamatan
nilam ke penyuling,
kondisi struktur pasarnya lebih tidak
selanjutnya penyuling
bersaing, diketahui di Kecamatan
menjual minyak nilam ke
Sumbang hanya terdapat satu penyuling
agen dan terakhir agen
yang berada di Desa Gandatapa dan di
menjual minyak nilam ke
Kecamatan Kedungbanteng hanya terdapat
eksportir.
dua penyuling yaitu msing-msing berada di

148
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
Tabel 2. Volume bahan baku masing-masing penyuling minyak nilam di Kabupaten
Banyumas, periode Januari – Juni 2008
No Nama Pemilik Alamat Bahan Share CR
Desa Kecamatan Baku*) (%) (%)
(Kg)
1 Hadi Pranoto Kutaliman Kedungbanteng 107.695,30 20,40
2 Sarwono Cikawung Pekuncen 75.788,00 14,36 34,76
3 Kasran Cibangkong Pekuncen 75.000,00 14,21
4 Karto Suwikyo Samudra kulon Gumelar 73.750,00 13,97 62,93
5 Heru Susanto Dermaji Lumbir 55.440,44 10,50
6 Kartam Gandatapa Sumbang 42.000,00 7,96
7 Budi Kranggan Pekuncen 32.500,00 6,16
8 Hermawanto Purwodadi Tambak 25.000,00 4,74
9 Ibu Bagyo Dawuhan Wetan Kedungbanteng 22.750,00 4,31
10 Khafidz M. Gununglurah Cilongok 18.000,00 3,41
Jumlah 527.923,74 100,00

Tabel 3. Pihak yang dominan menentukan harga jual daun nilam petani
No Uraian Pembeli Pihak yang dominan menentukan harga jual petani
Jenis Jumlah Penjual Pembeli Tawar Menawar Total
Pedagang (orang) Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) (%)
1 Pengumpul 39 0 0 35 89,7 4 10,3 100
2 Penyuling 21 0 0 16 76.2 5 23,8 100
3 Penebas 8 0 0 0 0,0 8 100,0 100
Jumlah 68 51 17

Petani di Kecamatan Kedungbanteng kecamatan ini hanya terdapat satu orang,


hanya sebagian kecil (9%) yang menjual sehingga alternatif pembeli yang lain bagi
daun nilam langsung ke penyuling dan petani dan pengumpul tidak ada di
kebanyakan (91%) menjual ke pengumpul kecamatan tersebut.
daun nilam. Kebanyakan petani nilam Pihak Yang Dominan Menentukan
Harga
mengatakan bahwa menjual ke pengumpul
Pihak yang dominan menentukan
lebih mudah, lebih dekat, dan menghindari
harga daun nilam di pasar tingkat petani
risiko biaya angkut ke tempat penyulingan.
secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.
Sedangkan di Kecamatan Sumbang
Berdasarkan Tabel 3 diketahui apabila
kebanyakan petani menjual ke penyuling
petani menjual ke pihak pengumpul atau
yang merangkap sebagai pengumpul
penyuling, maka pihak pembeli sangat
(53%), dan petani yang lain dengan
dominan dalam menentukan harga jual,
persentase yang sama (23,5%) menjual ke
dengan demikian posisi tawar produsen
pengumpul dan penebas. Sebagaimana
dalam menjual daun nilam sangat rendah.
dikatakan sebelumnya bahwa penyuling di

149
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
Sedangkan apabila produsen menjual Berdasarkan lampiran tersebut diketahui
ke penebas, maka penentuan harga bahwa harga jual minimum di tingkat
tebasannya melalui proses tawar menawar, petani sebesar Rp 400,00 (Maret 2009) dan
namun demikian petani disarankan tidak harga tertinggi sebesar Rp 1.800,00
melakukan penjualan secara tebasan (Desember 2007) atau 4,5 kali dibanding
dikarenakan umumnya kepandaian pihak harga terendah. Perhitungan koefisien
penebas dalam menaksir volume produksi variasi (KV) harga jual nilam basah petani
lebih cermat dibanding pihak petani. sebesar 36,11%. Kondisi ini sangat tidak
Penentuan harga jual pengumpul menguntungkan petani baik dalam
daun nilam ke penyuling kondisinya juga perencanaan usahatani maupun dalam
demikian, diketahui dari tujuh responden penerimaan usahatani, seperti saat
pengumpul menyatakan bahwa yang sekarang (Juni 2009) dengan harga jual
dominan menentukan harga minyak nilam Rp400,00 s/d Rp500,00/kg nilam basah,
adalah pihak pembeli atau penyuling. petani nilam mengeluh dikarenakan biaya
Selanjutnya untuk penentuan harga jual produksinya cenderung meningkat, tetapi
penyuling minyak nilam ke agen minyak harga jual daun nilamnya sangat rendah.
nilam atau eksportir, kondisinya juga sama Fluktuasi harga jual nilam basah oleh
saja, diketahui dari tiga responden pengumpul lebih rendah dibanding di
penyuling menyatakan bahwa yang tingkat petani, di mana koefisien
dominan menentukan harga jual minyak variasinya (KV) sebesar 27,13%, dengan
nilam produksinya adalah agen pembeli demikian risiko pasar yang dihadapi
minyak nilam atau eksportir minyak nilam. pengumpul lebih kecil dibandingkan risiko
Hasil ini didukung oleh temuan Lukiswara pasar yang harus ditanggung petani.
(2004) untuk produk pisang di Daerah Koefisien variasi harga jual penyuling
Cianjur Jawa Barat, dikatakan bahwa sejak sebesar 50,71%, ini berarti kepastian
di daerah produsen sampai di Pasar Induk penerimaan hasil penjualan pihak
Caringin, yang dominan menentukan harga penyuling rendah dikarenakan fluktuasi
beli pisang adalah pihak pembeli dan harga jualnya tinggi. Namun demikian
struktur pasarnya juga cenderung tidak sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
bersaing sempurna. bahwa pihak penyuling dominan dalam
Analisis Koefisien Variasi Harga menentukan harga beli daun nilam,
Fluktuasi harga nilam di daerah sehingga penurunan harga jualnya akan
produsen sejak Januari 2007 sampai Juni menjadi patokan dalam menentukan harga
2009 dapat dilihat pada Lampiran 1. beli kepada petani atau pengumpul,

150
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
sehingga akhirnya pihak yang posisi KESIMPULAN DAN SARAN
tawarnya rendah (petani) yang menderita Kesimpulan
kerugian akibat fluktuasi harga minyak 1. Struktur pasar nilam di daerah
nilam yang tingi. produsen (petani, pengumpul,
Analisis Integrasi Pasar penyuling) cenderung tidak bersaing.
Hasil analisis integrasi pasar daerah 2. Terdapat dua saluran pemasaran nilam
produsen (tingkat petani) dengan daerah di daerah produsen yaitu:
konsumen (agen pembeli minyak nilam) di (i) Petani  Pengumpul 
kota Purwokerto dapat dilihat pada Penyuling  Agen  Eksportir
Lampiran 2. Berdasarkan lampiran tersebut (ii) Petani  Penyuling  Agen 
diketahui bahwa perubahan harga di pasar Eksportir
rujukan tidak berpengaruh terhadap harga 3. Pihak yang dominan menentukan harga
di daerah produsen (tingkat petani), dengan pasar sebagai berikut:
demikian dapat diketahui bahwa tidak (i) Pasar tingkat petani, penentu
terjadi integrasi pasar antara pasar tingkat harga adalah pengumpul atau
petani dengan pasar rujukan. Sedangkan penyuling
marjin harga spasial atau perbedaan harga (ii) Pasar tingkat pengumpul, penentu
di tingkat petani dengan harga di tingkat harga adalah penyuling
agen minyak berpengaruh nyata terhadap (iii) Pasar tingkat penyuling, penentu
harga di tingkat petani. Dengan demikian harga adalah agen atau eksportir
yang mempengaruhi perubahan harga di 4. Koefisien variasi harga di tingkat
tingkat petani adalah komponen marjin petani 36,11%; di tingkat pengumpul
spasial yaitu perubahan biaya pemasaran 27,13%; di tingkat penyuling 50,71%.
dan atau marjin keuntungan yang diterima 5. Tidak terdapat integrasi pasar antara
oleh pelaku pemasaran (pengumpul, pasar tingkat petani dengan pasar agen
penyuling, dan agen pembeli minyak di kota Purwokerto, sehingga
nilam). Hasil ini mendukung hasil pemasaran nilam di Kabupaten
penelitian Adiyoga dkk. (2006), dikatakan Banyumas nampaknya belum berjalan
bahwa integrasi pasar kentang antar kota secara adil dan efisien.
rendah. Suyono (2008), juga menyatakan Saran
bahwa integrasi pasar kentang antara 1. Guna mengatasi struktur pasar yang
daerah produsen dan pasar rujukan sangat kurang kompetitif di daerah produsen,
rendah. petani perlu membentuk atau

151
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 15, No. 2, Oktober 2011
menguatkan keberadaan kelompok tani Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Banyumas, Purwokerto.
nilam yang ada.
Indarto, C. dan Mauludi, L. 2004. Strategi
2. Kelompok tani perlu mencari alternatif pengembangan industri nilam
penjualan, antara lain mengikuti pasar Indonesia. Jurnal Perkembangan
Teknologi Tanaman Rempah dan
lelang yang dimotori oleh manajemen Obat, 16:62-71.
BARLINGMASCAKEB yang Kotler, P. 1997. Marketing management:
merupakan kerja sama investasi lima analysis planning, implementation
and control. Ninth Edition, Printice-
kabupaten. Hall Inc., New Jersey, USA.
3. Dinas terkait perlu membina kelompok Lukiswara. 2004. Struktur, perilaku dan
tani nilam agar mampu menyuling kinerja pasar pada pasar komoditas
pisang” (suatu kasus di tiga
sendiri hasil produksinya agar nilai kecamatan sentra produksi pisang
tambah yang diterima lebih tinggi. Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa
Barat). Disertasi, UNPAD. (tidak
4. Penyediaan dan penyampaian dipublikasikan).
informasi harga daun nilam serta Ravallion, M. 1985. The performance of
minyak nilam kepada para stakeholder rice markets in Bangladesh during
the 1974 famine. The Ec. J., 53(4):
oleh dinas terkait sangat diperlukan. 474-486.
Pardede, O.H.P. 2007. Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA Minyak Atsiri. (on-line). http://
ditjenbun.deptan.go.id/semusimbun/s
Adiyoga, W., K.O. Fuglie dan R. emusim/index.php?option=comcont
Suherman. 2006. Integrasi pasar &task=view&id=86&Itemid=37.
kentang di indonesia (analisis diakses 2 Juli 2008.
korelasi dan kointegrasi). Jurnal
Informatika Pertanian, 15: 835-852. Rhodes, V.J. 1983. The agricultural
marketing system. Second Edition.
Adiyoga, W., M. Ameriana, dan A. John Wiley and Sons Inc., USA.
Hidayat. 1999. Segmentasi dan
integrasi pasar: studi kasus dalam Shepherd, W. G. 1997. The element of
pemasaran bawang merah. Jurnal market structure. The Review of
Hortikultura, 9(2): 153-163. Economics and Statistics. VI(I).

BPS. 2000. Indikator Industri Besar dan Suyono, 2008. Pengaruh struktur dan
Sedang. Badan Pusat Statistik, perilaku pasar terhadap kinerja pasar,
Indonesia. kasus pemasaran kentang di
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah.
Dishutbun Kabupaten Banyumas. 2008. Disertasi, UNPAD (tidak
Statistik Kehutanan dan Perkebunan. dipublikasikan)

152

Anda mungkin juga menyukai