Anda di halaman 1dari 13
ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADA USAHA- TANI NILAM DI KABUPATEN BANYUMAS Analysis Production Efficiency On Nilam Farm In Banyumas Regency Kusmantoro Edy Sularso!, Sri Widodo”, dan Ken Suratiyah* Program Studi Ekonomi Pertanian Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada ABSTRACT ‘The aims of this research are to know the difference, between nilam farm on lowland and upland, the effect of changes in input price on profitable and to know the managerial ability of the farmers in farm management by using profit function (unit output price profit function concept) and technical efficiency principle. The location of research is Banyumas regency. The method of the research is@ sampling survey. The total samples are 120 farmers taken randomly, consist of 60 nilam farmers on lowland and 60 nitam farmers on upland. Technical efficiency is analyzed by using frontier, producion function and economic efficiency is analyzed by using profil function generated from Cobb Douglas production function., ‘The result of this research showed that profit of nilam farm on lowland is greater than the profil of nilam farm on upland. Regression coefficient of labor wage and TSP fertilizer price have negative impact on profil, therefore increasing labor wage and TSP ferlilizer price the profit will decrease. ‘The nilam farm at lowland economically more efficien! than nilam farm on upland. The labor, seed, TSP fertilizer, Naturano fertilizer and pesticide influence the production that the increase of each production factor will increase the product. Experience in nilam farm and non farm income influence positively the nila farm management. Formal education of farmer and farmer age do not influence the farm management. Key Words: nilam farmer -- experience of nilam farm -- formal education of farmer -- upland and lowland PENDAHULUAN Perkembangan sub sektor perkebunan pada dasawarsa terakhir ini intensitasnya cukup tinggi karena sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian, yaitu sebagai penghasil devisa negara, bahan baku industri dan menyediakan lapangan kerja, Salah satu tanaman perkebunan yang potensja) untuk dikembangankan yaitu tanaman. 1 Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto 2 Fakullas Pertanian Universitas Gadjeh Mada Yogyakarta 339 340 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1982 nilam (Pogostemon cablin Bent) yang menghasilkan minyak atisiri sebagai bahan baku pembuatan minyak wang, sabun dan kosmetika. Minyak nilam dalam perdagangan internasional dikenal dengan nama Patchiuli oil, mempunyai_ nilai ekspor yang cukup tinggi. Volume ekspor minyak at sebagai bahan mentah setiap tahunnya 3000 ton dengan nilai kurang lebih US $20 juta yang terdiri dari minyak kenanga, sere wangi, kayu putih, daun cengkeh dan minyak nilam. Minyak nilam memberikan sumbangan devisa terbesar dari kescluruhan ekspor minyak atsiri tersebut, yaitu sebesar US $12 juta. Kebutuhan minyak nilam di pasar internasional kurang lebih 800 ton per tahun dan Indonesia mensuplai kurang lebih 500 ton per tahun. ‘Tetapi pada akhir-akhir ini ekspor minyak nilam tidak stabil karena adanya kelebihan produksi dalam negeri yaitu antara 500 ton sampai 1000 ton per tahun. Hal ini menyebabkan harga daun nilam di tingkat petani juga berubah-ubah dengan fluktuasi yang cukup tajam. Tanaman nilam merupakan tanaman perkebunan yang memerlukan pengelolalan atau manajemen yang baik, Sehingga dibutwhkan modal yang cukup besar untuk pengelolaannya. Perubahan harga produk dan harga faktor produksi sangat berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang diperolch petani. Oleh karena petani mengharapkan keuntungan yang mak- simum maka efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi perlu diper- hatikan oleh petani, Pada umumnya petani nilam di kabupaten Banyumas berusahatani inilam pada lahan sawah dan lahan tegalan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui tingkat keuntungan (gross margin) yang diperoleh petani serta faktor-faktor yang mempengaruhi, keun- tungan dan efisiensi produksi serta faklor-fakior yang mempengaruhi produksj pada usahatani nilam di Jahan sawah dan Jahan tegalan. Tinjavan Teor? Kombinasi penggunaan faktor-fakior produksi diusahakan sedemikian rupa agar dalam jumlah tertentu menghasilkan keuntungan tertinggi, Tindakan ini sangat berguna untwk memperkirakan tingkat profitibilitas usahatani relatip terhadap pemanfaatan sumberdaya yang ter- sedia (Supriyadi, 1986). Tetapi di dalam penggunaan faktor-faktor produk- si petani juga mempertimbangkan tersedianya biaya atau modal. Oleh karena itu jumlah penggunaan faktor-faktor produksi 1ergantung pada tingkat har- ganya dan harapan untuk memperoleh keuntungan. . Pengefofaan usahatani antara lain bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani, Kedua tujuan tersebut merupakan faktor penentu bagi seorang petani untuk mengambil keputusan dalam usahataninya. Pengelolaan sumberdaya justru menjadi masalah bagi para petani,yaitu bagaimana dengan sumberdaya yang terbatas dapat dikelola sedemikian Tupa agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya. Penerapan tehnologi intensifikasi diharapkan dapat membantu petani untuk mengatasi masalah tersebut di atas. Kusmantoro Edy S. et al., Analisis Efisiensi Produksi 341 Petani sebagai pengelola usahatani harus dapat mengalokasikan penggunaan faktor-faktor produksj yang terdiri atas alam, tenaga kerja dan modal secara tepat. Oleh karena itu petani harus dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar mencapai hasil yang optimum sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum. + Teken (1977), menyatakan bahwa besarnya produksi yang dapat dicapai oleh petani ditentukan oleh efisiensi penggunaan unsur-unsur produksi seperti tanah, modal dan pengelolaan. Pengelofaan adalah salah satu unsur produksi yang sangat penting karena di dalamnya terlibat masalah ketrampilan dan tenaga kerja manusia. Dengan penambahan investasi maka produktivitas dapat ditingkatkan bila diikuti tehnologi, pendidikan dan per- baikan organisasi. Pengamatan tentang efisiensi pertanian tidak hanya merupakan suatu bidang penelitian ekonomi pertanian yang terkenal, tetapi juga merupakan suatu bagian penting dari kebijaksanaan pengembangan pertanian yang dilakukan di beberapa negara sedang berkembang. Sebagian besar daristudi tentang efisiensi produksi dilakukan pada efisiensi harga atau allocative ficiency dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi, pendekatan fungsi keuntungan, sebagian lain dengan pendekatan fungsi kepuasan rumah- tangga, yang diilhami oleh efisiensi petani model Schultz (Widodo, 1986). Suatu usahatani secara teknik dikatakan lebih efisien dari yang lain apabila secara fisik dapat berproduksi lebih tinggi dengan menggunakan faktor produksi yang sama. Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai bila petani mampu memaksimumkan keuntungan atau menyamakan nilai produk marjinal setiap faktor produksi variabel dengan harganya. Jadi éfisiensi ekonomis dapat dicapai jika efisiensi teknik dan harga juga efisien. Lau dan Yotopoulos (1971) dan Yotopoulos (1972) telah banyak membahas efisiensi ekonomi melalui fungsi keuntungan. Pendekatan de- ngan fungsi keuntungan (membandingkan perbedaan efisiensi ekonomi pada kelompok usahatani) diasumsikan adanya perbedaan kemampuan diantara petani untuk menyamakan nilai produk marjinal dari setiap faktor produksinya. Disebutkan puta bahwa keuntungan lain dari penggunaan fungsi tersebut antara lain untuk menduga fungsi permintaan (demand func- tion) faktor produksi dan penawaran (supplay function), tanpa harus mem- buat fungsi produksi secara cksplisit dan dalam jangka pendek misalnya tanah dapat diperlakukan sebagai faktor produksi tetap. Tojuan Berdasarkan teori-teori di atas maka penelitian ini di laksanakan de- gan (ujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keun- tungan usahatani. 2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi_ penggunaan faktor- faktor produk- st 342 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1982 3. Membandingkan tingkat efisiensi ekonomis antara usahahatani nilam pada berbagai ekosistem lahan. . 4, Untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap efisiensi tehnik. METODE PENELITIAN Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode survai yaitu suatu pengamatan atau penyelidikan langsung secara kritis untuk mendapatkan keterangan yang: jelas dan baik terhadap daerah tertentu. Daerah yang akan diteliti adalah daerah penghasil nilam di kabupaten Banyumas, Tujuan dari survai adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat mewakili keadaan suatu daerah. Metode pengambilan contoh yang akan dilakukan adalah secara Pproposive sampling, yaitu dengan menentukan dua wilayah kecamatan sebagai penghasi] nilam terbaik. Adapun kecamatan yang terpilih adalah kecamatan Sumbang dan kecamatan Baturaden. Dipilihnya kecamatan Sumbang karena pada daerah tersebut usahatani nilam dilaksanakan secara intensip. Sedangkan kecamatan Baturaden terpilin karena pada daerah ini usahatani nilam pada umumnya dilakukan pada tanah tegalan dan secara intensip. Untuk mendapatkan petani contoh digunakan metode Random Sampling dan diperoleh petani contoh sebanyak 120 orang. Perin- ciannya adalah sebagai berikut: kecamatan Sumbang dipilih 40 petani contoh yang berusahatani nijam pada tanah sawah dan 20 petani contoh yang berusahatani nilam pada tanah tegalan. Kecamatan Baturaden dipilih 40 petani contoh yang berusahatani nilam pada tanah tegalan dan 20 orang petani contoh yang berusahatani nilam di tanah sawah. Metode Analisis Model pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis fungsi keuntungan. Model ini digunakan untuk: a. Memperoleh parameter-parameter yang menunjukkan hubungan antara harga faktor-faktor produksi variabel dengan tingkat keantungan. b. Menurunkan fungsi permintaan (demand function} terhadap masing- masing faktor produksi variabel. c. Membandingkan efisiensi ekonomi antara dua kelompok usahatani. Model fungsi keuntungan merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara harga faktor produksi variabel dan faktor produksi tetap sebagai variabel bebas, serta tingkat keuntungan sebagai variabel tak bebas. Fungsi keuntungan ini dibentuk melalui fungsi produksi tipe Cobb Douglas. Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil sederhana atau Ordinary Least Square (OLS) dapat diperoleh parameter atau koefisien Tegresi. Perbandingan keuntungan (gross margin) petani yang berusahatani nilam di lahan sawah dan di lahan tegalan diuji dengan ujit. Kusmantoro Edy S. et al., Analisis Efisiensi Produksi 343 2. Model kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi frontier. Model ini digunakan untuk: a. Mengidentifikasikan perbedaan efisiensi teknik antara dua kelompok usahatani. ‘b. Mengestimasi faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi nilai TER. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh ter- hadap produksi nilam digunakan model fungsi produksi tipe Cobb Douglas dengan memasukkan nilai TER sebagai proxy dari managemen. Selanjutnya untuk mengetahui faktor-fakior sosial ekonomi yang berpen- garuh terhadap TER digunakan model regresi linear berganda. Model fungsi keuntungan yang digunakan sebagai adalah sebagai berikut: Inn” =InA +§a,In H's +8; InZj +¥D Keterangan: x = keuntungan yang dinormalkan Hi: HTK = upah tenaga kerja yang dinormalkan HBT = harga bibit yang dinarmalkan HPU = harga pupuk Urea yang dinoormalkan HPT = harga pupuk TSP yang dinormatkah HPN = harga pupuk Naturano yang dinormalkan HPS = harga pestisida yang dinormalkan Zj = tuas lahan A = konstanta X;= elastisitas harga faktor produksi variabel A = elastisitas faktor produksi tetap . x = koefisien regresi variabel boneka ekosjstem lahan Model fungsi produksi frontier dianalisis dengan metode /incar Programming, kemudian dihitung nilai efisiensi teknik masing-masing petani dan dijadikan variabel independen pada fungsi produksi Cobb Douglass. Model persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Y= AXP, xP) x3, xP, x55 XP xO, MOS Keterangan: Y = produksi daun nilam basah (kilogram) A = konstanta X1 = Iuas Jahan (hektar) X2 = tenaga kerja (HKO) X3 = bibit (kilogram) X4 = pupuk Urea (kilogram) 344 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1992 5 = pupuk TSP (kilogram) pupuk Naturano (rupiah) X7 = pestisida (rupiah) lai TER oefisien regresi Model persamaan yang digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap efisiensi teknik adalah sebagai berikut: M = A+ bLUP +52 PP + b3LU + b4 PL keterangan: M = tingkat efisiensi teknik UP= umur petani (tahun) ndidikan formal petani (tahun) PL= pendapatan luar usahatani (Rp) 1, 02, b3, b4 = koefisien regresi HASIL DAN PEMBAHASAN Hasit analisis estimasi fungsi keuntungan dengan metode kuadrat terkecil menunjukkan bahwa 86,96 persen variasi tingkal keuntungan mampu dijelaskan Oleh variasi variabel independen. Upah tenaga kerja, harga bibit, harga pupuk Urea, harga pupuk TSP, harga pupuk Naturano dan harga pestisida secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat keun- tungan, ‘Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap tingkat keuntungan dilakukan yji t. Dari hasil analisis uji t dapat dikemukakan bahwa upah tenaga kerja yang dinormalkan dan harga pupuk TSP yang dinormalkan berpengaruh nyata dan negatip terhadap keuntungan yang dinormalkan. Berarti bahwa setiap kenaikan upah tenaga kerja dan harga pupuk TSP akan menurunkan tingkat keuntungan petani. Sedangkan harga: bibit, harga pupuk Urea, harga pupuk Naturano dan harga pestisida berpengaruh tidak nyata terhadap keuntungan. Hasil estimasi fungsi keun- tungan yang dinormalkan selengkapnya dapat diliha! pada tabel 10. Dari tabel 10 dapat dikemukakan bahwa ekosistem Jahan signifikan dan positip pada tingkat kesalahan satu persen. Hal ini menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani yang berusahatani nilam dilahan sawah lebih tinggi dari petani yang berlahan tegalan atau usahatani nilam dilahan sawah secara ekonomis lebih fisien. Kusmantoro Edy S. et al., Analisis Efisiensi Produksi 345 ‘abel 1, Hasil Estimasi Fungsi Keuntungan Usaheteni Nilam di Kabupaten Banyumas tahun 1990/1991 Koefisien Standart Variabel/konstanta ‘t hitung regresi. error ‘Tenaga Kerja (1nk” TK) -0,799605" 0,0499 — -16, 0600 0, 0382! 0,0590 0,0640 0,0446% = 0, 0895 0, 4981 0,0837 1,9357 09,2535 0, 0558 0, 0065 Popuk Nat (2nd PN) Peatisids (1n8" PS) ekosinten lahan (D) 0, 0081 22,4193 onstanta (A) 09,3053 14,1809 ‘Sumber t Analisis data priner, Reterangant ve = Derbeda nysta pada tingkat = = berbada nyata pada tingkat kevalaban 5 0 TS © tidek berbede nyata. Untuk menguji tingkat optimatitas penggunaan faktor produksi variabel maka digunakan uji t pada masing-masing koefisien regeresi fungsj keuptungan( dan koefjsien permintaan(_), Idengan hipotesis Ho: = .dan Ha: 7= . Apabilathitunglebih besar dari t (n-k-1) maka hipotesis nol ditolak. Hasil perhitungan uji t dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2, Hosil pengujian tingkat optimalitas penggunaan faktor produksi variabel. ‘Variabel j Tenaga Kenia -0,7905 43455 | s: oi 12,5800 1 Fopuk ure ovoaee 1,839. | Pupuk TSP 0, 1626 1 Pupuk Naturano -0,0657 Pestinida 10,0657 22, 7468 12, 6603 Sumber: Analisin data primer Pada tabel 2 nampak bahwa tenaga kerja, bibit, pupuk TSP,-pupuk Naturano dan pestisida penggunaanya belum optimal. Hal ini menunjuk- kan bahwa petani nilam mungkin kurang mendapatkan informasi cara- cara penerapan teknologi usahatani nilam yang baik guna mendapatkan keuntungan maksimum jangka pendek. Sampai saat ini belum ada pro- gram intensifikasi khusus ataupun penyuluhan-penyuluhan secara intensif 346 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1992 yang dilakukan pemerintah tentang usahatani nilam. Sehingga para petani lebih banyak mendapatkan informasi usahatani nilam dari pihak swasta, Akibatnya apabila ada penurunan harga daun nilam maka para petani akan segera mengganti usahatani nilamnya dengan usahatani lainnya. Untuk mengetahui perbedaan keuntungan yang diperoleh petani nilam di Jahan sawah dan lahan tegalan dilakukan uji t. Berdasarkan analisis uji t menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh petani yang berusahalani nilam di lahan sawah lebih tinggi dari petani yang berlahan tegalan. Rata- tata nilai produksi petani berlahan sawah sebesar Rp 2003501,- per hektar dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 1020574,- sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp982297,-. Sedangkan rata-rata_nilai, produksi pada petani berlahan tegalan sebesar Rp1849232, 500 dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 968714,- sehingga keuntungan yang diperoieh sebesar Rp 880518,- per hektar. Rata-rata nilai produksi dan nilai, faktor produksi serta keuntungan (gross margin) petani nilam dapat dilihat pada tabel 3, Tabel 3, Rata-rata per Hektar Nilai Produksi, Nil Faktor Produksi dan Keuntungan UsahataniNilam Pada Lahan Sawah dan Togalan. Tehan Tegalen RP} 2002501 1849232 625437 738173 104363 31778 41634 47008 15778 13268 6500 e408 1920574 Pengukuran tingkat efisisensi teknik masing-masing petani nilam yaitu dengan membandingkar produksi aktvaj atau produksi sesungguhnya yang dicapai petani (Y) dengan potensi produksi hasil estimasi fungsi produksi frontier (Y). Niiai efisiensi teknik (TER) sebagai proxy manajemen pada setiap petani nilam contoh dianalisis dengan teknik linear programming, Nilai TER (Technical Eficiency Rating) merupakan perbandingan antara produk- si sesungguhnya dengan produksi potensial. Faktor produksi yang dianalisis pada fungsi produksi frontier yaitu: tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk Naturrano dan pestisida. Besarnya koefisien fungsi produk- si frontier pada usahatani nilam di lahan sawah dan tegalan dapat dilihat pada tabel 4. Kusmantoro Edy S. et al., Analisis Efisiensi Produksi 347 Tabel 4. Koefisien Fungsi Produksi Frontier UsahataniNilam Pada Laban Sawah dan Tegalan i Roefisien Variabel/Konatanta Iahen Smvah Lahan Tegalan 8,00000 0, 15951 0,02020 902651 Pupuk Urea 0.03275, 9,00000 Pupuk TSP 0.03471 0,02448 Pupuk Naturanc 003621 19,0409? Pestieida 90,1637, 0,15445, 8.7965 7,9707 Sumber: Analisi data primer Dari tabel 4 nampak bahwa tenaga kerja tidak termasuk dalam kom- binasi-maksimum atau tidak berpengaruh terhadap produksi nilam pada lahan sawah, Pada lahan tegalan faktor produksi pupuk Urea tidak ter- masuk dalam kombinasi maksimum atau tidak berpengaruh terhadap produksi. Untuk =membandingkan atau membuktikan bahwa pengelolaan atau manajemen usahatani nilam di lahan sawah lebih tinggi dari Jahan tegalan digunakan metoda Scheffe atau uji S terhadap nilai TER pada masing- masing ckosistem lahan. Dari analisis ujiS terhadap rata-rata nilai TER pada Jahan sawah dan tegalan menunjukkan bahwa rata-rata nilai TER petani berlahan sawah lebih tinggi dari nilai TER petani berlahan tegalan. Hal ini menujukkan bahwa managemen usahatani nilam di lahan sawah, lebih tinggi dari lahan tegalan. Nilai TER masing-masing petani contoh dimasukkan kedalam fungsi produksi Cobb Douglas sebagai variabel independen, bersama-sama dengan variabel independen lainnya, yaitu luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida. Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa secara nyata produksi nilam dapat ditingkatkan dengan menambah penggunaan tenaga kerja, bibit, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida. Sedangkan penambahan jumlah pupuk Urea justru akan menurunkan produksi. Variabel boneka ekosistem Jahan menunjukkan bahwa usahatani nilam pada lahan sawah memberikan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tegalan. Hasil estimasi fungsi produksi tanpa/dengan variabel manajemen dapat dilihat pada tabel 5. 348 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1992 ‘Tabel 5. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Usahatani Nilam Dengan/Tanpa Variabel Managemen Koafisien regresi Variabel/Ronetanta ‘Tanpa managenen Dengan renagenen Tenaga Kerja (1n7K) Bibit (aneT} Pupuk Urea Pupuk TSP Pupuk Naturano ekosietem lshan (D) 0, 0263" TER Konatanta 8, 7520 0,5736 18,6723 Roterangan : = Berbada nyaca pada cingk: pada tingkat. pada tingket k Dari tabel 5 nampak bahwa variabel manajemen (TER) berpengaruh nyata dan positip terhadap: produksi. Hal ini menunjukkan bahwa Managemen atau pengetolaan yang baik dapat meningkatkan produksi. Menurut Gomes dalam Sockartawi 1986 , faktor-faktor yang menyebab- kan tinggi rendahnya nilai TER adalah adanya kendala biologis dan sosial ekonomi. Kendala biologis meliputi hal-hal yang berhubungan dengan varietas yang digunakan, tanaman pengganggu, hama dan penyakit tanaman serta kesuburan tanah. Sedangkan kendala sosial ekonomi meliputi masalah yang berhubungan dengan biaya, pencrimaan kredit, kebiasaan dan sikap hidup petani, pengetahuan dan kelembagaan seria ketidak pastian resiko yang dihadapi petani. Dari hasil analisis regresi linear berganda dapat dikemukakan bahwa umur petani, pendidikan formal petani, pengalaman berusahatani dan pen- dapatan dari luar usahatani secara bersama- sama berpengaruh nyata ter- hadap TER. Secara individu ternyata umur dan tingkat pendidikkan formal petani berpengaruh tidak nyata terhadap TER. Sedangkan pengalaman berusahatani dan pendapatan dari luar usahatani berpengaruh sangat nyata terhadap TER. Hasil estimasi koefisien regresi faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap TER dapat dilihat pada tabel 6. Kusmantoro Edy S, et al,, Analisis Efisiensi Produksi 349 Tabel 6. Hasil Estimasi Koefisien Model Regresi Linear Berganda. Variabel /konstant: mor Petani (UP) Pendidikan Petani (FP) Pengalanan Usahatani (LP) Pandapatan Luar Usahteni (PL) Konstante 67,1430, Reterangan: ves = berbeda nyata pada tingket kesalahan 18 lebih ‘tinggi dari Lahan tegalan. Nilai TER masing-masing petani contoh dimasukkan ke dalam fungsi produksi Cobb Douglas sebagai variabel independen, bersama-sama dengan variabel independen lainnya yaitu luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida, Hasil analisis fungsi produksi menunjukkan bahwa secara nyata produksi nilam dapat ditingkatkan dengan menambah penggunaan tenaga kerja, bibit, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida. Sedangkan penambahan jumlah pupuk Urea justru akan menurankan produksi. Variabel-boneka ekosistem lahan menunjukkan bahwa usahatani nilam pada Jahan sawah memberikan produksi yang lebjh tinggi dibandingkan dengan Jahan tegalan. Hasil estimasi fungsi produksi tanpa/dengan variabel manajemen dapat dilihat pada tabel 5. Dari tabel 5 nampak bahwa variabel manajemen (TER) berpengaruh nyata dan positip terhadap produksi, Hal ini menunjukkan bahwa Managemen atau pengelolaan yang baik dapat meningkatkan produksi. Menurut Gomes dalam Sockartawi 1986, faktor-faktor yang menyebab- kan tinggi rendahnya nilai TER adalah adanya kendala biologis dan sosial ekonomi. Kendala biologis meliputi hal-hal yang berhubungan dengan varietas yang digunakan, tanaman pengeanggu, hama dan penyakit tanaman serta kesuburan tanah. Sedangkan kendala sosial ekonomi meliputi masalah yang berhubungan dengan biaya, penerimaan kredit, kebiasaan dan sikap hidup petani, pengetahuan dan kelembagaan serta ketidak pastian resiko yang dihadapi petani. Dari hasil analisis regresi linear berganda dapat dikemukakan bahwa umur petani, pendidikan formal petani pengalaman berusahatani dan pen- dapatan dari luar usahatani secara bersama- sama berpengaruh nyata ter- hadap TER.Secara individu ternyata umur dan tingkat pendidikkan formal petani berpengaruh tidak nyata terhadap TER. Sedangkan pengalaman berusahatani dan pendapatan dari \uar usahatani berpengaruh sangat nyata terhadap TER. 350 BPPS-UGM, 5(2A), Mei 1992 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1, Rata-rata produksi daun nilam per hektar di lahan sawah lebih tinggi dari Jahan tegalan. Demikian juga penggunaan faktor-faktor produksi tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida di Jahan sawah lebih tinggi dari lahan tegalan. 2. Ada kecenderungan penggunaan pupuk Urea sudah berlebihan sehingga setiap penambahan penggunaan pupuk Urea justru akan menurunkan produksi daun nilam. 3. Rata-rata biaya faktor produksi variabel yang dikeluarkan petani untuk wsahatani nilam di lahan sawah lebih besar dari lahan tegalan. Tetapi nilai produksi yang diterima petani berlahan sawah lebih tinggi sehingga keuntungan (gross margin) yang diperoleh juga lebih tinggi dibandingkan dengan petani berlahan tegalan Analisis data dengan menggunakan fungsi keuntungan menunjukkan bahwa upah tenaga kerja, harga pupuk TSP, dan ckosistem lahan berpe- ngaruh terhadap tingkat keuntungan. Sedangkan harga bibit, harga pupuk Urea, harga pupuk Naturano, harga pestisida serta luas tahan tidak berpengaruh terhadap keuntungan. 5. Secara alokatif penggunaan tenaga kerja, bibit, pupuk TSP, pupuk Naturano dan pestisida belum efisicn. Hal ini menunjukkan bahwa petani nilam di kabupaten Banyumas belum menguasai cara-cara penerapan teknologi secara tepat untuk memperoleh keuntungan mak- simum jangka pendek. 6, Meningkatnya upah tenaga kerja dan harga pupuk TSP akan menurunkan tingkat keuntungan yang diperoleh petani Ekosistem lahan berpengaruh terhadap keuntungan berarti bahwa keuntungan usahatani nilam dilahan sawah lebih tinggi dari usahatani nilam di lahan tegalan atau secara ekonomis usahatani nilam di lahan tegalan lebih efisien. 7. Usahatani nilam di !ahan sawah merupakan salah satu alternatif yang terbaik untuk dikembangkan karena memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi petani. 8. Umur petani dan tingkat pendidikan formal petani tidak berpengaruh terhadap efisiensi teknik sedangkan pengalaman berusahatani nilam dan pendapatan luar usahatani berpengaruh terhadap cfisiensi usahatani dan pendapatan dari luar usahatani menunjukkan bahwa usahatani nilam memerlukan suatu pengelolaan atau manajemen yang baik serta modal yang cukup. Saran > Selama ini para petani nilam kurang mendapatkan penyuluhan tentang budidaya nilam. Sehingga diperlukan adanya campur tangan pemerintah dalam hal usaha meningkatkan produktivitas usahatani nilam khususnya di Kusmantoro Edy S. et al., Analisis Efisiensi Produksi 351 kabupaten Banyumas yaitu dengan memberikan penyuluhan penyuluhan kepada para petani nilam. Karena ada kecenderungan harga daun nilam yang terus menurun pada akhir tahun 1991 ini maka sebaiknya pemerintah memberikan alternatif yang terbaik kepada petani supaya harga tidak turun secata drastis. Alternatif yang dianggap cukup membantu petani nilam yaitu memperluas pasar di luar negeri atau mencarikan pasar baru di luar negeri, sehingga permintaan minyak nilam dari luar negeri meningkat. DAFTAR PUSTAKA Lau, LJ. and PA. Yotopoulos. 1971. Profit, Supplay and Factor Demand Function. American ‘Journal Agro Economi, Vol.54. no. 1 Debertin, D-L., 1986, Agricultural Production Economics Macmillan Publising Company, New ‘York. Soekartawi, , Soehari, JL. Dillon, J.Brian Hardaker, 1986. mu Usahatani dan Penelitian ‘Untuk Perkembangan Petani Kecil. U.I. Press, Jakarta, Soekartawi, 1986a. Analisis Fungsi Cobb Douglas. Fakultas Pertanian Unibraw, Malang. ‘Sumadyo, J.S., 1989, Perbandingan Biaya dan Pendapatan Usahatani Nilam Di Lahan Sawah Dan Tegalan Di Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumss. Fakultas Pertanian UNSOED. Purwokerto. Supriyadi T., 1986. Efisiensi Ekonomi Relatip Dengan Pendekatan Fungsi Keuntungan Pada Usshatani Tembakau Virginia: Kasus Kecamatan Kapas dan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro. Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Suseno, SH., 1991. Kemungkinan Pengembangan Usahatani Nilam di Kabupaten Banyumas, Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto. ‘Widodo, Sri., 1986. An Economeiric Study of Rice Production Efficiency Among Rice Farmers in Irrigated Lowland Villages in Java, Indonesia. Tokyo University of Agriculture, Tokyo. Widodo, Sri., 1986a. Total Factor Productivity and Frontier Production. Agro Ekonomi. ‘Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta. hal 2-10. Yotopoutos, P.A.and LJ. Lau., 1972. Profit, Supply and Factor Deculture, American Journal Agriculture Economic, vol $4. ----, 1973. A test for Relative Relative Economic Efficiency, Some Futher Resul. The American Economie Review, vol. 63, No. ‘Yotopoulos, Pan A. and J.B. Nugent., 1976, Economic Development, Empirical Investigation. Harper and Row Publishers, New York., ‘Zanzawi, S., 1984. Metoda Stat IL Universitas Terbuka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai