Anda di halaman 1dari 7

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH DI KECAMATAN ADILUWIH KABUPATEN

PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

(The Marketing Efficiency of Red Chili in Adiluwih Regency Pringsewu Distric, Lampung Province)

Ariep Budi Prayitno, Ali Ibrahim Hasyim, Suriaty Situmorang

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
Bandar Lampung, E-mail: ariefbudiprayitno@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to find out marketing efficiency of red chili in Pringsewu District Lampung Province.
Research site were selected deliberately. Sampling is done by following the line of marketing. This research
uses primary data and secondary data about. This research analyzed by marketing efficiency consist to
channel analysis, producers share, marketing margin and Profit Margin Ratio (PMR), price correlation
analysis, and elasticity of price transmission. The results showed that marketing system of red chili in
Pringsewu district is efficient. It is seen from the producers share of greater than 70 percent, although
market structure of red chili in Pringsewu district is imperfectly competitive market (oligopsoni), the
variability market of red chili in Pringsewu district there are three marketing channels, profit margin ratio
(PMR) at marketing of red chili is not prevalent, and then the value of elasticity price transmission of red
chili in Pringsewu district is more than one.

Keyword : Marketing, Red Chili, Marketing Channel, Profit Margin Ratio, Elasticity of Price Transmission

PENDAHULUAN negeri semakin meningkat dari waktu ke waktu.


Sadar akan peningkatan permintaan tersebut, maka
Pertanian dalam arti luas terdiri dari lima semakin banyak petani yang membudidayakan-
subsektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, nya. Lampung merupakan salah satu daerah yang
perternakan, perikanan, dan kehutanan. Salah satu potensial untuk mengembangkan tanaman cabai
komoditas pertanian tanaman pangan yang merah.
mempunyai peluang pasar cukup baik dan produksi
yang cukup besar adalah komoditas hortikultura. Luas panen tanaman cabai merah di Provinsi
Pengembangan dan peningkatan agribisnis Lampung lima tahun terakhir mengalami
holtikultura selaras dengan tujuan pembangunan peningkatan, meskipun produksi dan produktivitas
pertanian di Indonesia, yaitu untuk meningkatkan cabai merah masih mengalami fluktuasi. Luas
pendapatan dan taraf hidup petani (Dinas Pertanian panen, produksi, dan produktivitas cabai merah
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang
Lampung, 2009). cukup signifikan sehingga Provinsi Lampung
memiliki potensi yang cukup besar dalam
Perkembangan komoditas hortikultura, terutama mengembangkan tanaman tersebut. Peningkatan
sayur-sayuran, baik sayuran daun maupun sayuran produksi usahatani berhubungan erat dengan
buah, cukup potensial dan prospektif, karena motivasi petani. Petani memproduksi cabai merah
didukung oleh potensi sumber daya alam, sumber untuk dijual, sehingga perbandingan harga dan
daya manusia, ketersediaan teknologi, dan potensi biaya yang dikeluarkan menjadi perangsang untuk
serapan pasar di dalam negeri maupun pasar meningkatkan hasil. Dengan kata lain,
internasional yang terus meningkat. Salah satu peningkatan produksi petanian diharapkan akan
jenis tanaman sayuran yang banyak dikonsumsi meningkatkan pendapatan petani. Dalam proses
oleh masyarakat adalah cabai merah yang. Cabai pemasarannya petani akan memperoleh selisih
merah merupakan salah satu jenis tanaman sayuran harga yang disebut dengan margin pemasaran.
yang dapat dibudidayakan secara komersial di Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang
daerah tropis. Pada umumnya cabai merah dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang
digunakan sebagai bumbu masakan, bahan diterima produsen. Semakin panjang saluran
industri, obat-obatan, dan zat pewarna. Dengan pemasaran (makin banyak lembaga perantara
semakin beragamnya penggunaan cabai, maka pemasaran yang terlibat), maka semakin besar
permintaan akan cabai merah dalam pasar dalam margin pemasaran (Daniel, 2004). Hal tersebut
53
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

dapat mengakibatkan pendapatan petani produsen maka kinerja pasar semakin baik dari sisi
menjadi rendah. Semakin banyak pelaku produsen. Pangsa produsen dirumuskan sebagai :
pemasaran yang terlibat, maka semakin banyak Pf
balas jasa atau keuntungan pemasaran yang harus PS  x100% ....................... (1)
Pr
diambil para pelaku pemasaran tersebut, sehingga
di mana:
tingkat harga yang diterima petani produsen
Ps = Bagian harga cabai merah yang diterima
semakin rendah. Perbedaan harga (margin)
produsen
pemasaran yang relatif besar merupakan salah satu
Pf = Harga cabai merah di tingkat produsen
hambatan pemasaran yang sering dijumpai dalam
Pr = Harga cabai merah di tingkat konsumen
pemasaran komoditas pertanian. Menurut
Soekartawi (2002), kelemahan dalam sistem
Marjin pemasaran merupakan selisih harga yang
pertanian di negara berkembang pada umumnya
dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang
sama, yaitu kurangnya perhatian dalam bidang
diterima produsen. Secara matematis, perhitungan
pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran sering tidak
marjin pemasaran dapat ditulis sebagai:
berjalan seperti yang diharapkan sehingga
pemasaran menjadi kurang efisien.
mji = Psi - Pbi atau mji = bti - πi ………....(2)
Dalam komoditas pertanian, seringkali dijumpai
Total marjin pemasaran (Mji) adalah :
rantai pemasaran yang panjang, sehingga banyak n
pelaku pemasaran yang terlibat dalam pemasaran
tersebut. Hal ini mengakibatkan banyaknya balas
Mji = 
il
mji atau Mji = Pr – Pf ............(3)
jasa atau keuntungan pemasaran yang harus
diambil oleh para pelaku pemasaran, yang Rasio profit margin merupakan perbandingan
akhirnya akan mempengaruhi tingkat harga yang antara tingkat keuntungan yang diperoleh lembaga
diterima petani produsen dan yang dibayar oleh pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan oleh
konsumen akhir. Sehubungan dengan uraian yang lembaga pemasaran yang bersangkutan (Azzaino,
telah disampaikan, maka tujuan penelitian ini 1982).
adalah untuk menganalisis efisiensi pemasaran
cabai merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Secara matematis, perhitungan rasio profit marjin
Pringsewu Provinsi Lampung. (RPM) dapat ditulis sebagai:
i
METODE PENELITIAN RPM = ................................................. (4)
bti
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan pada di mana:
bulan Oktober- November 2011. Pemilihan lokasi mji = marjin pemasaran tingkat ke-i
dilakukan secara sengaja di Kecamatan Adiluwih. Psi = harga jual lembaga pemasaran tingkat
Hal itu dikarenakan Kecamatan Adiluwih ke-i
merupakan daerah yang memiliki luas panen cabai Pbi = harga beli lembaga pemasaran tingkat
merah terbesar di Kabupaten Pringsewu. ke-i
Pengambilan sampel petani dilakukan dengan bti = biaya total lembaga pemasaran tingkat
teknik acak sederhana yaitu dengan jumlah 60 ke-i
orang responden dari total 246 jumlah petani cabai πi = keuntungan lembaga pemasaran tingkat
merah di Kecamatan Adiluwih, dan pedagang ke-i
dengan teknik mengikuti alur pemasaran. Mji = total marjin pemasaran
Pengolahan data penelitian menggunakan metode Pf = harga pada tingkat usahatani/produsen
pangsa produsen, analisis marjin dan rasio profit Pr = harga di tingkat pengecer/konsumen
marjin (RPM), analisis korelasi harga, dan analisis i = 1,2,3, ……..,n
elastisitas transmisi harga.
Analisis korelasi harga
Analisis Pangsa Produsen, Marjin, dan Rasio
Hubungan antara harga yang diterima petani
Profit Marjin (RPM)
produsen dengan harga yang dibayar oleh
konsumen akhir merupakan fungsi linier, dan dari
Pangsa produsen atau producen share (PS)
nilai korelasi (r) dapat diketahui struktur pasar
berguna untuk mengetahui bagian harga yang
yang ada. Koefisien korelasi harga memberikan
diterima produsen. Apabila PS semakin tinggi,
petunjuk mengenai derajat integrasi antara tingkat
pasar atau sampai seberapa jauh pembentukan
54
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

harga suatu komoditas pada suatu tingkat lembaga Pr = harga rata-rata di tingkat konsumen
pemasaran dipengaruhi oleh harga di tingkat b = koefisien regresi persamaaan
lembaga lainnya.  = diferensial atau penurunan
Koefisien korelasi harga secara matematis dapat Kriteria pengukuran analisis elastisitas transmisi
ditulis sebagai (Hasyim, 2003) : harga menurut Hasyim (2003) adalah :
a. Jika Et = 1, maka (1) laju perubahan harga di
 n  n n  tingkat konsumen sama dengan laju perubahan
n( pf. pr)(n( pf ).(pr) harga di tingkat produsen, (2) pasar yang
r   
berlaku adalah pasar bersaing sempurna, dan (3)
 n 2
n   n n  sistem pemasaran yang terjadi sudah efisien.

n ( pf )  (pf )2. 
n ( pr) 2
 (pr)2. b. Jika Et <1, maka (1) laju perubahan harga di
   
tingkat konsumen lebih kecil dibandingkan
dengan laju perubahan harga di tingkat
di mana : produsen, dan (2) pasar yang dihadapi adalah
r = koefisien korelasi harga pasar bersaing tidak sempurna.
n = jumlah pengamatan c. Jika Et >1, maka (1) laju perubahan harga di
Pf = harga rata-rata di tingkat petani produsen tingkat konsumen lebih besar dibandingkan
Pr = harga rata-rata di tingkat konsumen dengan laju perubahan harga di tingkat
produsen, (2) pasar yang dihadapi oleh pelaku
Apabila koefisien korelasi ( r ) mendekati satu, pasar adalah pasar tidak bersaing sempurna, dan
maka keeratan hubungan harga pada dua tingkat (3) sistem pemasaran yang terjadi belum
pasar sangat erat. Sebaliknya, jika koefisien efisien.
korelasi ( r ) mendekati nol, berarti hubungan
harga pada dua tingkat pasar kurang erat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis elastisitas transmisi harga Analisis Efisiensi Pemasaran Cabai Merah
Elastisitas transmisi harga adalah analisis yang Efisiensi pemasaran cabai merah dianalisis melalui
menggambarkan sejauhmana dampak perubahan model SCP ( structure, conduct, and performance)
harga suatu barang di satu tempat atau tingkatan pemasaran.
terhadap perubahan harga barang itu di tempat atau
tingkatan lain. Transmisi harga diukur melalui 1. Struktur Pasar (Market Structure)
regresi sederhana di antara dua harga pada dua
tingkat pasar, kemudian dihitung elastisitasnya Cabai merah yang dijual oleh petani responden
(Hasyim, 2003). maupun pedagang pengumpul mempunyai
karakteristik yang sama, yaitu cabai merah segar,
Secara matematis elastisitas transmisi harga (Et) dan perlakuan pasca panen oleh pelaku pemasaran
dapat dituliskan sebagai : adalah sama. Lembaga pemasaran yang menjadi
responden dan terlibat dalam sistem pemasaran
Et = {(Pr/Pr) / (.Pf/Pf)} ........................ (6) cabai merah di Kabupaten Pringsewu terdiri dari
60 orang petani produsen, 8 orang pedagang
Kemudian disederhanakan menjadi: pengumpul, 3 orang pedagang besar, 8 orang
pedagang pengecer pertama, dan 2 orang pedagang
Et = {(Pr x Pr) / (Pf x Pr)} .................. (7) pengecer kedua. Jika dilihat dari jumlah pembeli
dan penjual yang terlibat dalam pemasaran cabai
Karena Pf dan Pr berhubungan linier, yaitu Pf = a merah di daerah penelitian, maka pelaku
+ bPr, maka: pemasaran berada pada struktur oligopsoni (pasar
tidak bersaing sempurna).
(Pf/ Pr) = b atau (Pr / Pf) x (1 / b)
Et = (Pr / Pf) x (Pr / Pf), maka 2. Perilaku Pasar (Market Conduct)
Et = (1 / b) x (Pf / Pr)............................ (8)
Dalam penelitian ini perilaku pasar dilihat dari
di mana : kegiatan pembelian, penjualan, penentuan harga,
Et = elastisitas transmisi harga dan siasat pasar untuk memperkuat posisi di dalam
Pf = harga rata-rata di tingkat petani produsen pasar. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa proses
55
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

pembentukan harga pada petani produsen dengan produsen, marjin, rasio profit marjin, korelasi
pedagang pengumpul tidak melalui proses tawar- harga, dan elastisitas transmisi harga.
menawar, karena harga yang terbentuk telah
ditetapkan oleh pedagang besar berdasarkan a. Saluran pemasaran
pertimbangan kondisi pemasaran cabai merah saat
petani panen dan keadaan pasar. Keadaan pasar Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemasaran
cabai dipengaruhi oleh jumlah cabai merah yang cabai merah di Kecamatan Adiluwih terdiri dari
tersedia di pasar. Apabila cabai merah sedang tiga saluran, yaitu:
banyak (melimpah) harganya akan murah, 1. Petani P. Pengumpul P.Pengecer I
sedangkan jika jumlah cabai merah sedang sedikit Konsumen (20% petani)
(langka), maka harga cabai merah dapat 2. Petani P. Pengumpul P.Besar
melambung tinggi. Sebelum menjual cabai merah P.Pengecer I Konsumen (30 % petani)
petani telah mempunyai informasi harga dari tiap- 3. Petani P. Pengumpul P.Besar
tiap pedagang pengumpul. Selain dari pedagang P.Pengecer I P.Pengecer II Konsumen
pengumpul, petani juga memperoleh informasi dari (50% petani)
petani lain yang sebelumnya telah menjual cabai
merahnya ke pedagang pengumpul. Informasi b. Pangsa produsen, marjin, dan rasio marjin
tersebut digunakan petani untuk menentukan pemasaran
kemana mereka harus menjual hasil panennya.
Berdasarkan jumlah saluran pemasaran yang ada di
Petani responden pada umumnya tidak mengalami lokasi penelitian, maka analisis pangsa pasar,
kesulitan dalam memasarkan hasil panennya, marjin, dan rasio profit marjin dilakukan
karena pedagang pengumpul akan mendatangi berdasarkan saluran yang ada.
petani langsung ke rumah petani atau ke kebun
cabai merah. Sistem pembayaran yang dilakukan (1). Analisis pangsa produsen, marjin, dan rasio
pedagang pengumpul pada umumnya adalah tunai. profit marjin pemasaran saluran I
Persaingan yang terjadi di antara pedagang
biasanya dalam bentuk harga. Harga yang Hasil analisis pangsa produsen, marjin pemasaran,
diberikan oleh pedagang pengumpul bervariasi dan rasio profit marjin (RPM) saluran pemasaran I
sesuai dengan kualitas cabai merah yang dihasilkan disajikan pada Tabel 1.
petani tetapi tidak melebihi dari harga yang telah
ditetapkan oleh pedagang besar. Pedagang Tabel 1. Pangsa Produsen, Marjin, dan RPM
pengumpul biasanya adalah pedagang yang telah Pemasaran Cabai Merah pada saluran
berlangganan dan menetap di daerah tersebut pemasaran I Kecamatan Adiluwih
sehingga sulit untuk pedagang baru masuk untuk Kabupaten Pringsewu, tahun 2011
melakukan transaksi jual beli. Pedagang
pengumpul menjual cabai merahnya ke pedagang Share
No Uraian Sat. Nilai
besar, selanjutnya ke pedagang pengecer sampai ke %
konsumen akhir. 1. Harga jual
Rp/kg 14.000 77,78 *)
petani
Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang 2. Harga jual
Rp/kg 16.150 89,72
pengumpul, pedagang besar, dan pedagang Pengumpul
pengecer berupa biaya angkut, biaya bongkar Biaya
Rp/kg 555 3,08
muat, dan biaya penyusutan. Siasat pasar yang pemasaran:
dilakukan oleh petani produsen adalah melakukan a. Transportasi Rp/kg 160 0,88
penanaman pada waktu daerah lain tidak b. kuli angkut Rp/kg 50 0,27
melakukan penanaman, sehingga pemanenan tidak c. kuli bongkar Rp/kg 40 0,22
terjadi pada waktu yang bersamaan. Cara itu 305 1,69
d. Penyusutan Rp/kg
ditempuh agar jumlah stok cabai merah di pasar
Margin pasar Rp/kg 2.150 11,94
lebih sedikit, sehingga harga yang diterima petani
produsen di daerah penelitian lebih tinggi. Profit margin Rp/kg 1.595 8,86
RPM % 287
3. Keragaan Pasar (Market Performance) 3. Harga jual
Rp/kg 18.000 100,00
pengecer
Dalam penelitian ini, keragaan pasar dilihat dari Biaya
Rp/kg 470 2,61
beberapa aspek, yaitu saluran pemasaran, pangsa pemasaran:

56
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

Share Share
No Uraian Sat. Nilai No Uraian Sat. Nilai
% (%)
a. Pajak pasar Rp/kg 37.5 0,20 a. Transportasi Rp/kg 150 0,83
b. Kuli angkut Rp/kg 40 0,22 b. kuli bongkar Rp/kg 40 0,22
c. kemasan Rp/kg 50 0,27 c. Penyusutan Rp/kg 305 1,69
d.Penyusutan Rp/kg 325 1,80 Margin pasar Rp/kg 1.250 6,94
e.Sewa tempat Rp/kg 17 0,09 Profit margin Rp/kg 755 4,19
Margin pasar Rp/kg 1.850 10,28 RPM % 153
1.380 7,66 4. Harga jual Rp/kg
Profit margin Rp/kg 18.000 100,00
Pengecer
RPM % 294 Biaya Rp/kg
487 2,70
pemasaran:
Pf 50 0,20
*) Share (pangsa produsen ) = PS  x100% a. Pajak pasar Rp/kg
Pr b. Kuli angkut Rp/kg 40 0,22
c. kemasan Rp/kg 50 0,27
Berdasarkan Tabel 1 (lampiran) diketahui bahwa
pada saluran pemasaran I, pangsa produsen adalah d.Penyusutan Rp/kg 325 1,80
77,78 persen, marjin pemasaran tertinggi terdapat e.Sewa tempat Rp/kg 34 0,19
pada pedagang pengumpul, dan Rasio Profit Margin pasar Rp/kg 1.750 9,72
Margin (RPM) tertinggi ada pada pedagang Profit margin Rp/kg 1.251 7,01
pengecer. Dilihat dari nilai RPM yang relatif RPM % 251
menyebar merata, maka saluran pemasaran I cabai
merah di Kecamatan Adiluwih sudah efisien.
Pf
*) Share (pangsa produsen ) = PS  x100%
(2) Analisis pangsa produsen, marjin, dan rasio Pr
profit marjin pemasaran saluran 2
Berdasarkan Tabel 2 (lampiran) diketahui bahwa
Hasil analisis pangsa produsen, marjin pemasaran, pada saluran pemasaran 2, pangsa produsen adalah
dan rasio profit marjin (RPM) saluran pemasaran 2 72,22 persen, marjin pemasaran tertinggi terdapat
disajikan pada Tabel 2. pada pedagang pengumpul, dan Rasio Profit
Margin (RPM) tertinggi ada pada pedagang
Tabel 2. Pangsa Produsen, Marjin, dan RPM pengecer. Nilai RPM yang tinggi pada pedagang
Pemasaran Cabai Merah pada saluran pengecer disebabkan oleh keuntungan yang
pemasaran 2 Kecamatan Adiluwih diperoleh pedagang pengecer jauh lebih tinggi dari
Kabupaten Pringsewu, tahun 2011 pada biaya yang dikeluarkannya. Distribusi marjin
pemasaran dan nisbah rasio profit marjin pada
No Uraian Sat. Nilai
Share masing-masing lembaga perantara (pedagang)
(%) tidak merata, sehingga dapat dikatakan bahwa pada
1. Harga jual Rp/kg saluran pemasaran 2 ini relatif kurang efisien,
13.000 72,22 *)
petani walaupun pangsa produsen sudah di atas 70%.
2. Harga jual Rp/kg
15.000 83,33
Pengumpul I (3) Analisis pangsa produsen, marjin, dan rasio
Biaya Rp/kg profit marjin pemasaran saluran 3
880 4,88
pemasaran:
a. Sortasi Rp/kg 800 4,44 Hasil analisis pangsa produsen, marjin pemasaran,
b. Pengepakan Rp/kg 30 0,16 dan rasio profit marjin (RPM) saluran pemasaran 3
c. Kuli angkut Rp/kg 50 0,27 disajikan pada Tabel 3.
Margin pasar Rp/kg 2.000 11,11
Profit margin Rp/kg 1.120 6,22
RPM % 127
3. Harga jual Rp/kg 16.250 90,28
pedagang
besar
Biaya Rp/kg
495 2,75
pemasaran:

57
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

Tabel 3. Pangsa Produsen, Marjin, RPM Pf


Pemasaran Cabai Merah pada saluran *) Share (pangsa produsen ) = PS  x100%
Pr
pemasaran 3 Kecamatan Adiluwih
Kabupaten Pringsewu, tahun 2011 Berdasarkan Tabel 3 (lampiran) diketahui bahwa
pada saluran pemasaran 3, pangsa produsen adalah
Share 71,05 persen, marjin pemasaran tertinggi terdapat
No Uraian Sat. Nilai
% pada pedagang pengumpul dan pedagang pengecer
71,05 2, dan Rasio Profit Margin (RPM) tertinggi ada
1. Harga jual petani Rp/kg 13.500 *) pada pedagang pengecer. Nilai RPM yang tinggi
2. Harga jual Rp/kg 15.000 78,95 pada pedagang pengecer terjadi karena keuntungan
pengumpul I yang diperoleh pedagang pengecer lebih dari 200
Biaya persen dari biaya yang dikeluarkannya. Distribusi
pemasaran: Rp/kg 880 4,63 marjin pemasaran dan nisbah marjin keuntungan
a. Sortasi Rp/kg 800 4,21 pada masing-masing lembaga perantara (pedagang)
b. Pengepakan Rp/kg 30 0,15 tidak merata, sehingga dapat dikatakan bahwa pada
c. Kuli angkut Rp/kg 50 0,26
saluran pemasaran 3 relatif kurang efisien,
walaupun pangsa produsen sudah di atas 70%.
Margin pasar Rp/kg 1.500 7,89
Profit margin Rp/kg 620 3,26 c. Analisis korelasi harga
RPM % 70
3. Harga jual Rp/kg 16.250 85,53 Hasil perhitungan koefisien korelasi harga antara
pedagang besar harga jual di tingkat produsen dengan harga di
Biaya
pemasaran: Rp/kg 495 2,60
tingkat konsumen akhir pada pemasaran cabai
merah di Kecamatan Adiluwih menunjukkan
a. Transportasi Rp/kg 150 0,78
bahwa persamaan regresi korelasi harga Pf = a + b
b. kuli bongkar Rp/kg 40 0,21 Pr adalah
c. Penyusutan Rp/kg 305 1,60
Margin pasar Rp/kg 1.250 6,57 Pf = 7396,104 + 0,345 Pr dan r = 0,728
Profit margin Rp/kg 755 3,97
di mana:
RPM % 153
Pf = Harga di tingkat produsen
4. Harga jual Rp/kg 17.500 92,11
pengecer Pr = Harga di tingkat konsumen
Biaya
pemasaran: Rp/kg 487 2,56 r bernilai sebesar 0,728 berarti hubungan harga di
a. Pajak pasar Rp/kg 38 0,19 tingkat konsumen dan produsen relatif erat.
b. Kuli angkut Rp/kg 40 0,21
c. Kemasan Rp/kg 50 0,26 d. Elastisitas transmisi harga (Et)
d.Penyusutan Rp/kg 325 1,71
e.Sewa tempat Rp/kg 34 0,18 Hasil perhitungan elastisitas transmisi harga
Margin pasar Rp/kg 1250 6,57 memperoleh nilai elastisitas transimisi harga
Profit margin Rp/kg 763 4,01 pemasaran cabai merah di Kecamatan Adiluwih
RPM % 157 adalah 2,15 dengan rumus:
5. Harga jual Rp/kg 19.000 100,00
pengecer 2 Et = (1 / b) x (Pf / Pr)
Biaya
pemasaran: Rp/kg 487 2,56 Et = (1 / 0,345) x (13.792 / 18.550)
a. Pajak pasar Rp/kg 38 0,19
Et = 2,15
b. Kuli angkut Rp/kg 40 0,21
c. kemasan Rp/kg 50 0,26 Nilai elastisitas transmisi harga lebih besar dari 1,
d.Penyusutan Rp/kg 325 1,71 berarti laju perubahan harga di tingkat konsumen
e.Sewa tempat Rp/kg 35 0,18 lebih besar dibandingkan dengan laju perubahan di
Margin pasar Rp/kg 1.500 7,89 tingkat produsen. Keadaan ini berarti bahwa pasar
yang dihadapi pelaku tataniaga adalah pasar
Profit margin Rp/kg 1.013 5,33
bersaing tidak sempurna, dan terdapat kekuatan
RPM % 208
oligopsoni.

58
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013

KESIMPULAN Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura


Provinsi Lampung. 2009. Produksi Tanaman
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan Sayuran dan Biofarmaka (Obat-obatan)
dapat disimpulkan bahwa sistem pemasaran cabai Provinsi Lampung. Dinas Pertanian Tanaman
merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.
Pringsewu Privinsi Lampung sudah efisein dilihat Bandar Lampung.
dari pangsa produsen (PS >70%), walaupun Guiltinan, J.P. dan G.W. Paul. 1994. Strategi dan
struktur pasar yang terjadi adalah pasar tidak Program Manajemen Pemasaran. Edisi
bersaing sempurna (oligopsoni). Perilaku pasar Kedua. Erlangga. Jakarta.
menunjukkan bahwa harga lebih banyak Hasyim, A.I. 2003. Tataniaga Pertanian (Diktat
ditentukan oleh pedagang. Keragaan pasar Kuliah). Fakultas Pertanian Universitas
menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran Lampung. Bandar Lampung.
dengan penyebaran marjin dan Rasio Profit Margin Kotler, P. 1991. Manajemen Pemasaran, Analisis,
yang tidak merata antar lembaga pemasaran, Perencanaan, dan Pengendalian. Edisi
korelasi harga relatif sedang (r= 0,728), dan nilai Kelima. Erlangga. Jakarta.
elastisitas transmisi harga lebih besar dari satu Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manejemen
(Et>1). Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Susanto, A. 2007. “Analisis Efesiensi Produksi dan
Pemasaran Jagung di Kecamatan Ketapang
Assauri, S. 1996. Manajemen Pemasaran: Dasar, Kabupaten Lampung Selatan”. Skripsi.
Konsep, dan Strategi. Rajawali Pers. Jakarta. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga Bandar Lampung.
Pertanian. Buku Ajar Fakultas Pertanian Swastha, B. 1983. Azas-Azas Marketing Edisi 3.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Liberty. Yogyakarta.
Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian.
PT. Bumi Aksara. Jakarta.

59

Anda mungkin juga menyukai