Anda di halaman 1dari 12

Analisis Pemasaran Jagung Di

Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una

Rahmah I. Lihawa
rahma.lihawa@yahoo.com
Mahasisiwa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This research aims to determine the marketing channels, marketing margin, marketing
efficiency and prices part. This research was conducted at Ulubongka district with sample of
villages at Borneang and Bongka Makmur village. The locations were selected purposively,
because these areas have the harvested area and the highest production at Ulubongka district.
Each village samples was taken each 22 farmers. Numbers of merchants sampled were 5 people
traders and 2 wholesalers. The analysis model used marketing margin analysis, marketing
efficiency and prices part. The result showed two corn marketing channel at Ulubongka district.
The smallest total marketing margin obtained on the marketing channel II. Corn marketing
efficiency obtained on the marketing channel II was smaller than marketing channels I and part of
the price obtained channel II greater than marketing channels I. The corn marketing channels at
Ulubongka district efficient is a marketing channel II.
Keywords: Margin, Eficiency, Prise

Jagung merupakan komoditas palawija pernah kesulitan dalam memasarkan hasil


utama di Indonesia ditinjau dari aspek panen mereka, selain di jual di pasar lokal,
pengusahaan dan penggunaan hasilnya, yaitu juga di jual di luar daerah diantaranya seperti
sebagai bahan baku pangan dan pakan. Gorontalo, Manado dan Kalimantan Timur,
Perkembangan ekonomi dewasa ini, hal ini bertujuan untuk menghindari
disamping sebagai bahan makanan pokok, kemerosotan harga di pasar lokal akibat dari
kegunaan lain jagung ialah sebagai bahan jumlah jagung yang melimpah. Luas panen
baku pembuatan pakan ternak, bahan baku kecamatan lainnya di Kabupaten Tojo Una-
industri bir, industri farmasi, dektrin termasuk una, seperti tertera pada Tabel 1.
untuk perekat dan industri tekstil. Salah satu
daerah yang memiliki luas lahan yang masih
cukup potensial untuk pengembangan
komoditas jagung adalah Provinsi Sulawesi
Tengah. Tanaman jagung di Sulawesi Tengah
sangat mudah dikembangkan, jagung
merupakan komoditas yang pemasarannya
tidak sulit dan harganyapun cukup bagus.
Selama ini petani di Sulawesi Tengah tidak

93
94 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

Tabel 1. Tabel Luas Panen dan Produksi Jagung menurut Kecamatan, Kabupaten Tojo Una-
una, 2014
Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
1. Tojo Barat 110 457 4,15
2. Tojo 1.516 6.300 4,15
3. Ulubongka 5.451 22.654 4,15
4. Ampana Tete 2.584 10.793 4,17
5. Ampana Kota 1.403 4.335 3,09
6. Una-Una 11 46 4,18
7. Togean 5 21 4,20
8. Walea Kepulauan 44 183 4,15
9. Walea Besar 35
35 145 4,14
Jumlah 11,159 44, 934 36,38
Rata-rata 4.03
Sumber : Profil Kabupaten Tojo Una-Una 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa kecamatan hasil produksinya tidak memiliki kebebasan


Ulubongka memiliki luas panen dan produksi akibat ketergantungannya pada tengkulak
tertinggi dibandingkan dengan kecamatan sebagai dampak kurangnya modal yang
lain. Beberapa faktor penghambat terkait dimiliki saat musim tanam tiba dan kurang
dengan komoditas jagung yakni: Pertama, berperannya kelembagaan yang ada di tingkat
bahwa secara umum penanaman jagung petani (Sujarwo dkk, 2011). Petani harus rela
dilakukan secara serempak, sehingga waktu melepas hasil produksi yang berakibat
panen juga dilakukan secara bersamaan. sebagian besar penerimaan yang diterima
Akibat panen yang bersamaan, produk petani setelah panen dialokasikam untuk
melimpah di saat itu langsung berimplikasi membayar pokok pinjaman disertai dengan
pada jatuhnya harga. Sebaliknya, kurangnya tingkat bunga yang tinggi
pasokan di saat musim paceklik Berdasarkan uraian tersebut, maka jelas
mengakibatkan pabrik-pabrik pakan ternak bahwa persoalan pokok pada tataniaga produk
(sebagai konsumen utama jagung dalam pertanian adalah fluktuasi produksi karena
negeri) harus mendatangkan jagung impor. sifatnya yang musiman (seasional), relatif
Kedua, panjangnya rantai pemasaran dalam panjang (gestation period), mudah rusak
proses pemasaran jagung dari petani (perishable), dan butuh ruang (bulky). Begitu
berdampak pada rendahnya margin atau pula dengan usaha tani jagung dengan skala
keuntungan yang dapat dinikmati petani dari kecil dan tersebar (spasial) akan
tingkat harga yang dibayarkan oleh pedagang mempertinggi biaya pengumpulan. Pemasaran
tingkat akhir/industri. Ketiga, lamanya waktu yang efektif sangat dibutuhkan dalam
yang digunakan semenjak jagung dipipil memasarkan produk hasil pertanian ini.
hingga diserahkan ke pedagang tingkat Apabila terjadi keterlambatan dalam
akhir/industri berakibat pada meningkatnya pemasarannya, maka akan menyebabkan
kandungan alfatoksin bertanda bahwa jagung harga menjadi rendah dan bahkan tidak laku
yang dihasilkan oleh Petani kurang untuk dijual.
berkualitas mengakibatkan keengganan pihak Pemasaran jagung dari Kecamatan
pedagang/industri untuk membeli, atau juga Ulubongka ke pasar lokal ditujukan untuk
membeli dengan tingkat harga yang sangat menghemat biaya pemasaran, namun kadang
rendah. Keempat, petani dalam memasarkan keuntungan yang diterima petani dan
Rahmah I. Lihawa, Analisis Pemasaran Jagung Di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una........................95

pedagang masih rendah jika dibandingkan Bedasarkan survey awal dilapangan diperoleh
menjual jagung ke luar Kecamatan atau bahwa harga yang berlaku dipetani antara Rp.
bahkan di luar Kabupaten Tojo Una-Una. 2000 – Rp. 3500, sedangkan harga ditingkat
Kecamatan Ulubongka berada sekitar 60 KM konsumen akhir Rp. 4500,-. Peneliti
dari Ibukota Kabupaten. Desa-desa yang memandang perlu melakukan penelitian guna
berada di Kecamatan Ulubongka dapat menganalisis Pemasaran Jagung di
ditempuh dengan transportasi darat maupun Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-
transportasi air, karena beberapa desa berada Una.
diseberang sungai Bongka.
Permasalahan yang sering timbul dalam METODE
proses pemasaran jagung di Kecamatan
Ulubongka adalah masih kurang dan Jenis Penelitian yang digunakan adalah
terbatasnya infrastruktur jalan dan jembatan, Penelitian kuantitatif dengan menggunakan
jarak tempuh petani yang sangat jauh ke metode deskriptif analisis. Pengumpulan data
pedagang besar yang ada di Ibukota dilakukan dengan metode survei dan
kabupaten menjadikan biaya dalam observasi langsung di lapangan. Data yang
pemasaran jagung cukup tinggi khususnya digunakan adalah data faktual dan aktual.
biaya transportasi atau pengangkutan, hal ini Data yang terkumpul dari responden yang
membuat para petani jagung memilih untuk terpilih ditabulasi dan dianalisis serta
menjual hasilnya ke pedagang pengumpul disajikan dalam bentuk tabel atau diagram
dibandingkan menjual langsung keluar sistematis sehingga memberikan gambaran
Kecamatan ataupun keluar Kabupaten Tojo mengenai fenomena-fenomena yang terjadi
Una-Una. untuk mengambil kesimpulan dari hasil
Melihat permasalahan dalam proses analisis yang diperoleh. Penelitian ini
pemasaran jagung di Kecamatan Ulubongka, dilaksanakan di dua Desa yakni Desa Bongka
salah satunya adalah masalah jarak tempuh Makmur dan Desa Borneang Kecamatan
petani jagung yang cukup jauh ke pedagang Ulubongka, Kabupaten Tojo Una-Una.
besar yang ada di Ibukota Kabupaten Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan
sehingga terbentuk beberapa saluran secara sengaja (purposive). Penelitian ini
pemasaran. Panjang prndeknya saluran dilaksanakan selama 3 (Tiga) Bulan, mulai
pemasaran akan mempengaruhi margin Bulan Mei sampai dengan Agustus 2016.
pemasaran, dimana semakin panjang saluran Berdasarkan Data Dinas Pertanian,
pemasaran maka semakin besar margin Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan
pemasaran yang diperoleh begitu pula Hewan, jumlah petani jagung yang ada di
sebaliknya. Panjang pendeknya saluran Desa Bongka Makmur dan Desa Borneang
pemasaran juga berpengaruh terhadap berjumlah 500 orang yakni 250 orang Desa
effisiensi pemasaran. Bagian harga Bongka Makmur dan 250 orang Desa
merupakan perbandingan antara harga yang Borneang. Mewakili populasi tersebut diambil
diterima produsen dan konsumen akhir, sampel untuk memudahkan kegiatan
semakin besar atau semakin tinggi perbedaan Penelitian, pengambilan sampel digunakan
harga ditingkat petani atau produsen dan metode Slovin, Populasi sebesar 500 orang
harga ditingkat konsumen akhir maka bagian petani jagung dengan batas toleransi
harga yang diterima oleh petani semakin kecil kesalahan sebesar 15% maka dari rumus
dan semakin kecil perbedaan harga ditingkat diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak 44
petani produsen dan harga ditingkat orang petani jagung, dalam menentukan
konsumen akhir maka bagian harga yang sampel pada penelitian ini dengan cara
diterima oleh petani semakin besar. random sampling, dimana semua sampel
96 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

diberi kesempatan yang sama untuk dapat mengetahui besar nilai margin pemasaran
dipilih. Setelah mendapatkan jumlah sampel jagung pada proses pemasaran jagung dari
petani jagung sebanyak 44 petani, tahap petani sampai ke konsumen akhir pada
selanjutnya adalah menentukan jumlah saluran pemasaran jagung yang ada di
sampel pedagang jagung, digunakan metode Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-
penjajakan (Tracing Sampling), yaitu Una.
pengambilan sampel yang didasarkan atas Swastha (2002) margin pemasaran
informasi petani sampel mengenai pedagang adalah selisih antara harga yang dibayarkan
yang membeli jagung, berdasarkan informasi oleh konsumen (harga beli) dengan harga
dari petani jagung ada 5 orang pedang yang diterima oleh petani (harga jual petani).
pengumpul dan 2 orang pedagang besar. Dengan demikian, secara matematik besarnya
Keseluruhan sampel dalam penelitian ini margin pemasaran tiap saluran pemasaran
adalah sejumlah 51 Orang, terdiri dari petani dirumuskan sebagai berikut:
jagung dan pedagang perantara.
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri Keterangan:
atas dua jenis data, yaitu data primer dan data M = Margin pemasaran pada saluran
sekunder. Data primer diperoleh dari pemasaran jagung (pasar) ke-i (Rp/Kg)
observasi dan wawancara langsung serta Hp = Harga penjualan (Rp)
pengisian daftar pertanyaan (Questionary) Pb = Harga Pembelian (Rp)
dari berbagai informan yang terkait dengan
pemasaran jagung, diantaranya petani, Dengan demikian, total margin pemasaran
pengurus kelompok tani/gabungan kelompok (M) dikeseluruhan sistem pemasaran dapat
tani dan pedagang pengumpul kecamatan. dihitung dengan menggunakan rumus:
Metode analisis data yang akan
digunakan dalam penelitian ini meliputi
analisis margin pemasaran analisis efisiensi Keterangan:
pemasaran dan menghitung bagian harga. MT = Margin total
Pendekatan statistik deskriptif akan pemasaran
digunakan untuk membantu menggambarkan M1 + M2 + M3 + Mn = Margin dari setiap
karakteristik wilayah penelitian, karakteristik lembaga pemasaran
responden, potensi dan kondisi strategi
3. Analisis Efisiensi Pemasaran
pemasaran tanaman jagung di Kecamatan
Soekartawi (2002) menyatakan bahwa
Ulubongka, Kabupaten Tojo Una-Una.
efisiensi pemasaran adalah nisbah antara total
1. Analisis Deskriptif
biaya dengan total nilai produk yang
Analsis statistik deskriptif bertujuan
dipasarkan, yang dirumuskan sebagai berikut:
untuk memberikan deskripsi mengenai subjek
penelitian berdasarkan data variabel yang
diperoleh dan kelompok subjek yang diteliti
(Saifudin, 1998). Keterangan:
Teknik dalam analisis data statistik Eps = Efisiensi pemasaran
deskriptif adalah penyajian data melalui tabel TB = Total Biaya
distribusi atau grafik. Dalam analisis ini, dari TNP = Total Nilai Produk
masing-masing variabel akan ditentukan.
2. Analisis Margin Pemasaran 4. Bagian Harga yang Diterima Petani
Metode analisis margin yang Bagian harga yang diterima petani
dikemukakan Sudiyono (2004), digunakan adalah nisbah antara harga ditingkat petani
sebagai alat analisis pada penelitian ini, untuk dengan harga yang berlaku dikonsumen akhir
Rahmah I. Lihawa, Analisis Pemasaran Jagung Di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una........................97

dikalikan 100%. Secara matematis bagian Responden terkecil memiliki usia 18 sampai
harga yang diterima petani dapat ditulis dengan 25 tahun yaitu hanya 4 orang.
sebagai berikut :
Pendidikan Terakhir
Distribusi tingkat pendidikan terkhir
petani jagung di Kecamatan Ulubongka
khususnya di desa Bongka Makmur dan
Keterangan: Borneang yaitu 18 orang berijasah SMP, 39
f = Bagian hrga yang diterima orang tamatan SMA dan hanya 7 orang yang
petani hanya tamatan SD.
Price Farm = Harga ditingkat petani
Price Retailer = Harga konsumen akhir Luas Lahan Produksi
Luas lahan menentukan volume
HASIL DAN PEMBAHASAN produksi dan juga tingkat penghasilan untuk
setiap periode panen. Luas lahan yang
Karakteristi Responden Petani Jagung dimiliki petani responden seluas 1 hektar
Alamat yaitu 21 orang. luas lahan sebesar 2 hektar
Berdasarkan hasil penelitian, dari 44 Sebanyak 19 orang. Luas lahan 3 sampai 5
petani yang dijadikan responden terdapat 22 hektar 4 orang.
orang berdomisili di desa Bongka Makmur
dan 22 orang di desa Borneang. Pemilihan Status Kepemilikan Lahan
responden yang difokuskan di dua desa Lahan merupakan salah satu faktor
tersebut didasari oleh luas lahan dan volume produksi dalam pengelolaan usaha tani, dari
produksi jagung untuk setiap periode panen 44 responden petani kepemilikan lahannya
sebagai mana telah dijelaskan pada teknik bestatus pemilik lahan.
penentuan sampel.
Tempat Menjual Hasil Produksi
Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data
Jenis kelamin mentukan jenis pekerjaan bahwa sebagian besar petani menjual hasil
yang ditekuni seseorang, namun hal tersebut produksi jagung mereka kepada pedagang
tidak mutlak berlaku. Ada beberapa kasus pengumpul desa. Hal tersebut disebabkan
yang menentukan faktor pekerjaan seseorang. oleh sebelum periode panen, petani berhutang
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, kepada pedagang pengumpul dengan
terdapat 39 orang reponden berjenis kelamin perjanjian bahwa setelah panen hutang
laki-laki, dan 5 orang berjenis kelamin tersebut akan dilunasi dan juga bahwa hasil
perempuan. Semuanya berprofesi utama panen hanya akan dijual kepada pedagang
sebagai petani. pengumpul. Hal tersebut sudah berjalan
bertahun-tahun sebagai bagian dari kerjasama
Usia petani dan pedagang pengumpul.
Dari 44 petani yang diteliti, terbanyak
14 orang memiliki interval usia antara 31 Sumber Modal Usaha Tani
tahun sampai dengan 35 tahun, dan 12 orang Sebagian besar petani memilih sumber
berusia 36 sampai dengan 40 tahun. Secara modal usaha sendiri atau biasanya ditopang
psikologis pada interval usia tersebut dari pinjaman kepada pedagang pengumpul.
seseorang akan lebih produktif dalam bekerja Hanya 9 orang petani yang memilih kredit
dibanding pada usia lebih dari 40 tahun. usaha tani atau bantuan pemerintah, dan
98 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

mereka yang memiliki luas lahan lebih dari 2 Biaya Produksi


hektar. Berdasarkan data penelitian, dapat
diperoleh fakta bahwa terdapat 21 petani
Pendapatan Hasil Panen mengeluarkan biaya produksi sampai Rp.
Pendapatan hasil panen berbanding 2.000.000.- . ada pula yang mengeluarkan
lurus dengan luas lahan produksi. Hanya biaya produksi lebih dari Rp. 6.000.000.-
terdapat 4 orang yang memiliki penghasilan semuanya itu tergantung luas lahan yang
sampai dengan 20 juta bahkan lebih untuk mereka garap.
perperiode panen karena luas lahan yang
mereka garap yaitu 3 hektar atau lebih. Saluran Pemasaran
Berpenghasilan sampai dengan sampai 10 juta Kegiatan pendistribusian jagung dari
yaitu petani yang menggarap hanya 1 hektar petani ke konsumen memerlukan pedagang
luas lahan. Memiliki penghasilan sampai perantara atau disebut juga sebagai lembaga
dengan hingga 15 juta yaitu petani yang pemasaran yang mempunyai peranan penting
menggarap 2 hektar luas lahan produksi dalam kegiatan pemasaran. Pedagang atau
jagung. lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran jagung di Kecamatan Ulubongka
Harga Jual meliputi pedagang pengumpul (PP) dan
Harga jual di tingkat pedagang pedagang besar (PB). Pemasaran jagung di
pengumpul yaitu Rp. 2000/kg, terdapat 4 Kecamatan Ulubongka pada umumnya petani
orang petani yang langsung menjual jagung menjual kepada pedagang yang ada di desa
kepada pedagang besar di Ibukota kabupaten, atau pedagang dari luar desa yang datang ke
dengan harga jual Rp. 3.500/kg karena rumah-rumah petani. Tetapi untuk petani
perhitungan ekonomis mereka akan lebih yang produksi jagungnya cukup besar, maka
untung besar karena mereka menjual dalam mereka langsung menjualnya kepada
volume besar. pedagang besar. Berdasarkan hasil penelitian
saluran pemasaran jagung di Kecamatan
Jarak dan Biaya Penjualan Ulubongka, lembaga pemasaran yang terlibat
Jarak berbanding lurus dengan biaya dalam proses penyampaian jagung dari petani
yang harus dikeluarkan oleh petani dalam sampai ke konsumen akhir adalah:
setiap kali menjual hasil panen. Terdapat 22 1. Pedagang Pengumpul (PP)
orang yang harus menempuh jarak hingga 10 Pedagang Pengumpul (PP) adalah
km untuk sampai kepada pedagang pengepul pedagang yang berdomisili di desa petani
desa dengan biaya transport Rp. 50.000/ton. sampel atau disekitarnya dan membeli jagung
Terdapat 4 orang petani yang harus hanya dari petani. Pada penelitian ini
mengeluarkan biaya hingga Rp. 200.000/ton didapatkan pedagang pengumpul sejumlah 5
menuju ibu kota kabupaten tepatnya di orang. Pedagang pengumpul ini biasanya
Kecamatan Ampana Kota dengan membeli jagung dari petani yang sudah
pertimbangan bahwa keuntungan yang dipipil dan dijemur.
mereka peroleh akan lebih besar karena Pembelian dapat dilakukan di rumah
mereka menjualnya dalam volume besar. petani atau di rumah pedagang, tetapi
Ada pula petani yang harus menempuh kebanyakan pedagang pengumpul melakukan
jarak hingga 20 km untuk sampai dilokasi pembelian dengan cara mendatangi Desa-desa
pedagang pengepul dengan biaya transportasi yang mudah dijangkau. Petani yang rumah
dan angkutan Rp. 100.000/ton. mereka tidak dijangkau oleh pedagang
pengumpul harus mengeluarkan biaya
pengangkutan.
Rahmah I. Lihawa, Analisis Pemasaran Jagung Di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una........................99

Volume pembelian jagung oleh ton dalam satu kali transaksi. Pengujian
Pedagang Pengumpul berkisar antara 4-5 ton terhadap kualitas biji jagung juga dilakukan
dalam satu kali transaksi, pada saat pedagang dengan menggunakan alat elektrik pengukur
pengumpul membeli jagung kepada petani, kadar air kemudian ditentukan harga jagung
petani telah mengemas jagung dalam karung sesuai kualitas dan kadar airnya. Sebelum
berkapasitas 60 – 70 kg jagung kering pipilan. mengekspor jagung ke Gorontalo, PB juga
Pedagang pengumpul ketika akan membeli, melakukan pengeringan kembali bila kadar air
mereka mengambil sampel jagung yang akan biji jagung yang dibelinya masih cukup
dibelinya dengan cara membuka karung tinggi.
jagung atau menusuk karung tersebut dengan Bila musim kemarau pengeringan
alat tertentu sehingga sampel jagung dalam dilakukan menggunakan sinar matahari dan
karung dapat terlihat dan ditentukan harga mesin pengering jagung, dan ketika musim
jagung sesuai kualitas dan kadar airnya, hujan pengeringan mengunakan mesin
setelah itu pedagang pengumpul menjualnya pengering jagung. Jagung yang telah kering
langsung ke pedagang besar. disimpan dalam karung kapasitas 70–80 kg.
Cara pembayaran yang dilakukan dari Pedagang besar mampu menahan jagung yang
Pedagang Pengumpul ke petani sebagian dibelinya ketika harga jagung turun dan baru
besar dengan cara membayar tunai kepada dijual ketika harga jagung membaik.
petani setelah menerima jagung. Sedikit PP Berdasarkan banyaknya lembaga yang
yang melakukan pembayaran setelah jagung teribat dalam pemasaran jagung yang ada di
yang dibelinya dari petani laku terjual. Desa Bongka Makmur dan Desa Borneang ,
Sebelum menjual jagung kepada pedagang maka saluran pemasaran jagung didapatkan
besar, sebagian pedagang pengumpul dua Saluran pemasaran yaitu:
melakukan penjemuran kembali bila kadar air Saluran I
jagung yang dibelinya masih sangat tinggi. Petani Jagung Pedagang Pengumpul
2. Pedagang Besar (PB) Pedagang Besar Eksportir
Pedagang Besar adalah pedagang yang Saluran II
menjadi pemasok kebutuhan bahan baku Petani Jagung Pedagang Besar
jagung untuk daerah Propinsi Gorontalo. Eksportir
Pedagang besar di Kabupaten Tojo Una-Una
sebanyak 2 orang yang berdomisili di Analisis Margin Pemasaran
Kecamatan Ampana Kota. Pedagang besar Margin pemasaran jagung adalah selisih
membeli jagung dengan cara didatangi oleh antara harga yang diterima petani produsen
petani dan pedagang pengumpul ke gudang- jagung dengan harga yang dibayarkan oleh
gudang penyimpanan jagung mereka. konsumen. Besarnya margin pemasaran pada
Pedagang besar ini memiliki modal yang setiap saluran pemasaran berbeda-beda.
besar karena harus membayar kepada penjual
jagung yang dibeli. a. Margin Pemasaran pada Saluran I
Volume pembelian jagung oleh Perhitungan margin pemasaran pada saluran I,
Pedagang Besar (PB) berkisar antara 25-50 secara rinci terlihat pada Tabel 2
100 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

Tabel 2. Margin Pemasaran Jagung pada Saluran I


No Produsen/Lembaga Pemasaran Harga (Rp/kg) Margin (Rp/Kg)
1 Petani 2000
2 Pedagang Pengumpul 2000
3 Pedagang Besar 3500 1500
4 Eksportir 4500 1000
Margin Total (MT) 2500
Sumber : Data Primer (diolah kembali)

Total Margin diperoleh dengan menggunakan pedagang pengumpul dan pedagang besar Rp.
rumus: 1.500,- sedangkan nilai margin antara
MT = M1 + M2 pedagang pengumpul dengan pedagang besar
= 1500 + 1000 dan eksportir Rp. 1.000,-. Total Margin pada
MT = 2500 Saluran I adalah sebesar Rp. 2.500,-
Tabel 17 menunjukka nilai margin
pemasaran antara petani produsen dengan
b. Margin Pemasaran pada Saluran II
Perhitungan margin pemasaran pada saluran II, secara rinci terlihat pada Tabel berikut.

Tabel 3. Margin Pemasaran Jagung pada Saluran II


No Petani/Lembaga Pemasaran Harga (Rp/Kg) Margin (Rp/Kg)
1 Petani 3500
2 Pedagang Besar 3500
3 Eksportir 4500 1000
Margin Total 1000
Sumber : Data Primer (diolah kembali)

Tabel 3 menunjukkan nilai margin pada didapatkan margin total sebesar Rp.2500,-
saluran pemasaran II dari petani produsen ke dan saluran pemasaran II didapatkan margin
pedagang besar dan eksportir sebesar Rp.1000 total sebesar Rp.1000,-. Saluran pemasaran I
Margin Total (MT) pemasaran melalui total marginnya lebih besar dibanding saluran
saluran II adalah sebesar Rp. 1000, pemasaran II. Kajian ini sesuai dengan yang
Mt =M1 dilakukan oleh Sujarwo, dkk (2011), Hasil
Mt= Rp. 1000,- penelitian menunjukkan bahwa semakin
Hasil yang didapatkan pada analisis panjang saluran pemasaran maka margin
margin pemasaran jagung di Kecamatan pemasaran semakin besar.
Ulubongka dapat dijelaskan bahwa, semakin Selain menghitung margin, peneliti juga
panjang saluran pemasaran atau dengan kata menghitung biaya dan keuntungan dari setiap
lain semakin banyak lembaga yang terlibat lembaga pemasaran yang terlibat.
dalam pemasaran jagung di Kecamatan Biaya pemasaran pada Saluran I yakni pada
Ulubongka maka semakin besar total margin Pedagang Pengumpul biaya pemasaran
pemasarannya dan sebaliknya semakin sebesar Rp 240 dan keuntungan sebesar Rp
pendek saluran pemasaran jagung semakin 1260/Kg, biaya pemasaran pada pedagang
kecil total margin pemasarannya. besar adalah Rp.265/kg dan keuntungan
Hasil ini terlihat dari perhitungan sebesar Rp.735/Kg. Saluran Pemasaran I,
margin total masing-masing saluran seluruh biaya pemasaran dikeluarkan oleh
pemasaran jagung, yakni saluran pemasaran I pedagang perantara, biaya transport terdiri
Rahmah I. Lihawa, Analisis Pemasaran Jagung Di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una......................101

dari transport local dan transport keluar Eps = 565.500,- x 100%


kecamatan ulubongka. 5.850.000,-
Biaya pemasaran pada Saluran II Rp.435 dan = 9,66%
keuntungan sebesar Rp. 2065,-/Kg . Efisiensi pemasaran menggambarkan
Saluran Pemasaran II, seluruh biaya baik atau tidaknya suatu saluran pemasaran
pemasaran dari petani ke pedagang besar yang dilalui produk jagung, semakin kecil
dikeluarkan oleh petani jagung. Keuntungan nilai effisiensi maka semakin effisien saluran
yang diperoleh dari setiap saluran pemasaran pemasaran itu. Kecilnya effisiensi saluran
berbeda-beda. pemasaran jika perbandingan antara biaya dan
total nilai produk tidak terlalu besar begitu
Analisis Efisiensi Pemasaran Jagung pula sebaliknya semakin besar perbandingan
Efisiensi pemasaran antara nisbah antara biaya dan total nilai produk maka
antara total biaya dengan total nilai produk nilai yang dihasilkan juga besar. Saluran
yang dipasarkan. Secara matematis efisiensi pemasaran yang memberikan efisiensi
pemasaran dapat dihitung dengan terendah pada penelitian Analisis Pemasaran
menggunakan rumus: Jagung di Kecamatan Ulubongka ini terdapat
pada Saluran Pemasaran II yakni sebesar
9,66%, disusul dengan Saluran pemasaran I
Menurut Soekartawi (2002) terjadinya yakni sebesar 14,42%. Dilihat dari
effisiensi pemasaran jika biaya pemasaran perhitungan effiensi pemasaran jagung di
dapat ditekan dan nilai produk yang diterima Kecamatan Ulubongka maka saluran II lebih
lebih besar dan pemasaran tidak efisien jika effisien dibanding dengan Saluran I.
biaya pemasaran besar dan nilai produk Kenyataan dilapangan petani jagung
rendah. lebih memilih saluran pemasaran I yakni
a. Efisiensi Pemasaran Jagung Pada Petani---Pedagang pengumpul---Pedagang
Saluran I besar---Eksportir hal ini terlihat dari rata-rata
volume penjualan dengan menggunakan
saluran dari petani ke pedagang pengumpul
TB = Jumlah Biaya x Rata-Rata sebanyak 5,563.6 kg dan dari petani langsung
Produksi ke eksportir sebanyak 1,300 kg,
=Rp505 x 5.563,6 kg kecenderungan petani memilih saluran
=Rp. 2.809.618,- pemasaran I disebabkan karena pertimbangan
TNP =Harga Konsumen Akhir x besarnya biaya transportasi yang harus
Rata-rata Produksi dikeluarkan oleh petani jagung jika memilih
=3.500/kg x 5.563,6 kg saluran pemasaran II atau langsung ke
=Rp.19.472.600,- eksportir karena petani jagung yang menjual
Eps = 2.809.618,- x 100% hasilnya kepedaang pengumpul, mereka
19.472.600,- didatangi oleh pedagang pengumpul langsung
= 14,42 % ke rumah bahkan biasanya transaksi
b. Efisiensi Pemasaran Pada Saluran II dilakukan langsung ke lahan petani jagung,
Harga Konsumen Akhir 4.500/kg selain itu sudah adanya hubungan langganan
TB = Jumlah Biaya x Rata-rata antara petani jagung dan pedagang
produksi pengumpul, karena umumnya pedagang
TB =435/kg x 1.300 = Rp. pengumpul sudah memberikan kemudahan
565.600,- permodalan kepada petani jagung atau dengan
TNP =4.500/kg x 1300 = Rp. 5. kata lain antara petani jagung dan pedagang
850.000,- pengumpul sudah terikat kontrak. Petani
102 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

yang memilih saluran pemasaran II umumnya diterima petani jagung kecil, sehingga bagi
adalah petani yang memiliki luas lahan petani produsen lebih menguntungkan jika
garapan yang besar yakni sekitar 3 – 5 ha, memilih saluran II.
sehingga produksinya juga besar. Kajian ini sesuai dengan yang dilakukan
oleh Sujarwo, dkk (2011), Makin tinggi
Bagian Harga Yang diterima oleh Petani perbedaan harga petani dan konsumen
Bagian harga yang diterima produsen menyebabkan bagian yang diterima petani
tidak sama pada setiap saluran pemasaran. semakin kecil. Rendahnya bagian yang
Bagian harga merupakan perbedaan antara diterima petani menunjukkan bahwa petani
harga yang diterima produsen dan konsumen tidak cukup terlibat dalam proses
akhir, semakin besar atau semakin tinggi pembentukan harga. Pertimbangan petani
perbedaan harga ditingkat petani atau jagung di Kecamatan Ulubongka lebih
produsen dan harga ditingkat konsumen akhir memilih saluran I adalah biaya transportasi
maka bagian harga yang diterima oleh petani yang harus dikeluarkan oleh petani jika
semakin kecil dan semakin kecil perbedaan petani langsung menjualnya ke eksportir yang
harga ditingkat petani produsen dan harga ada di luar Ibukota Kabupaten, selain itu
ditingkat konsumen akhir maka bagian harga biasanya petani dan pedagang pengumpul
yang diterima oleh petani semakin besar. sudah menjadi mitra dalam memberikan akses
Adapun Bagian harga yang diterima oleh permodalan bagi petani jagung.
Petani Produsen adalah: Pertimbangan lain yakni produksi yang
a. Bagian Harga Yang diterima pada kecil karena petani hanya memiliki luas lahan
Saluran I sebesar 1 – 2 ha. Jika petani yang memiliki
Sf =Harga ditingkat Petani x 100% luas lahan tersebut memilih saluran II
Harga Konsumen akhir keuntungan yang didapat relative kecil. Salah
Sf = 2.000 x 100% satu factor produksi dalam pengelolaan usaha
4.500 tani adalah luas lahan, semakin luas lahan
Sf = 44,4% garapan semakin besar produksi, luas lahan
b. Bagian Harga Yang diterima pada Saluran garapan merupakan factor terpenting dalam
II meningkatkan produksi usaha tani jagung.
Sf =Harga ditingkat Petani x 100% Hasil penelitian didapatkan petani
Harga Konsumen akhir jagung yang menjual hasilnya langsung ke
Sf = 3.500 x 100% eksportir hanya petani jagung yang memiliki
4.500 luas lahan sekitar 3 – 5 Ha dan dari penelitian
Sf = 77,77% hanya ada 4 orang petani yang memiliki luas
Bagian harga yang diterima oleh petani lahan tersebut.
produsen jagung pada saluran I sebesar 44,4% Prospek pemasaran jagung di
dan saluran II sebesar 77,7%. Hal ini Kecamatan Ulubongka tergolong baik.
menunjukkan bagian harga yang diterima Sehingga perlunya perhatian pemerintah
petani pada saluran II lebih besar daerah setempat untuk memperhatikan dan
dibandingkan bagian harga pada saluran I ini memfasilitasi para petani setempat dalam
disebabkan karena perbandingan antara harga memajukan dan memasyarakatkan usaha tani
ditingkat Produsen/Petani jagung dengan jagung dalam meningkatkan pendapatan
harga ditingkat konsumen akhir tidak terlalu daerah demi kesejahteraan bersama.
tinggi pada saluran pemasaran II, sebaliknya
perbandingan antara harga ditingkat petani
jagung dan konsumen akhir yang terlalu besar
pada saluran I maka bagian harga yang
Rahmah I. Lihawa, Analisis Pemasaran Jagung Di Kecamatan Ulubongka Kabupaten Tojo Una-Una......................103

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dibanding saluran pemasaran I, selain itu


disarankan untuk menggunakan input
Kesimpulan produksi sesuai anjuran sehingga
Berdasarakan hasil analisis dan produksinya lebih meningkat.
pembahasan penelitian, maka kesimpulan 2. Perlunya perhatian pemerintah daerah
yang dapat dituangkan dalam penelitian ini setempat untuk memperhatikan dan
yaitu: memperbaiki infranstruktur dan fasilitasi
1. Terdapat dua saluran pemasaran bagi untuk kelancaran pemasaran jagung petani
petani jagung di Kecamatan Ulubongka sehingga bisa menguntungkan dan
yaitu: mensejahterakan para petani jagung
Saluran pemasaran I dari petani ke pedagang setempat.
pengumpul ke pedagang besar lalu ke 3. Kepada peneliti selanjutnya perlu untuk
eksportir menganalisis lebih luas dengan
Saluran pemasaran II dari petani ke menggunakan daerah penelitian yang lebih
pedagang besar lalu ke eksportir. luas sehingga akan memberikan hasil
2. Margin total masing-masing lembaga analisis yang lebih akurat.
pemasaran yang terlibat dalam proses
pemasaran jagung sampai pada eksportir UCAPAN TERIMA KASIH
ini adalah, saluran pemasaran I Rp.
2500,- dan saluran pemasaran II Rp. 1000,- Penuh keiklasan hati penulis
atau dengan kata lain margin total saluran mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir.
pemasaran I lebih besar dibanding saluran Hj. Hadayani., M. S dan Ibu Dr. Yulianti
pemasaran II. Kalaba, S. P., M. P, selaku dosen
3. Saluran pemasaran yang memberikan pembimbing saya, yang senantiasa
efisiensi terendah pada penelitian analisis memberikan waktunya, arahan, bimbingan
pemasaran jagung di Kecamatan dalam penelitian hingga penulisan artikel ini
Ulubongka ini terdapat pada saluran dapat dipublikasikan, kiranya tetap dalam
pemasaran II yakni sebesar 9,66%, disusul perlindungan Tuhan.
dengan saluran pemasaran I yakni sebesar
14,42%, atau dengan kata lain saluran DAFTAR RUJUKAN
pemasaran II lebih effisien dibanding
saluran pemasaran I. BPS Kabupaten Tojo Una-Una, 2015. Tojo
4. Bagian harga yang diterima petani Una-Una Dalam Angka.
menunjukkan bahwa makin pendek saluran BPS Provinsi Sulawesi Tengah. 2015.
pemasaran makin tinggi presentasenya, Sulawesi Tengah Dalam Angka 2010 -
dalam penelitian ini saluran II lebih tinggi 2014. Badan Pusat Statistik. Sulawesi
77,77% dan saluran I 44,44%. Tengah.
Cristoporus dan Sulaeman, 2009. Analisis
Produksi dan Pemasaran Jagung di Desa
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian, maka Labuan Toposo Kecamatan Tawaeli
dapat direkomendasikan kepada beberapa Kabupaten Donggala. Jurnal Agroland,
pihak yang terkait dengan relevansi penetian Vol. 16, No. 2. Hal: 141-147.
ini: Dahlan, Salman dan Wahab, A., 2013.
1. Petani jagung di Kecamatan Ulubongka Analisis Pemasaran Jagung Pulut
yang ingin meningkatkan pendapatannya (Waxy corn) di Desa Pakatto
sebaiknya memilih saluran pemasaran II Kecamatan Bontomarannu Kabupaten
karena saluran pemasaran II lebih effisien
104 Mitra Sains, Volume 5 Nomor 4, Oktober 2017 hlm 93-104 ISSN 2302-2027

Gowa. Jurnal Agrisistem, Vol. IX. No. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
1. Hal: 67-76. Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. CV.
Hasyim, A.I., 2012. Tataniaga Pertanian. Alfabeta, Bandung.
Diklat Kuliah Fakultas Pertanian Sujarwo, Anindita, R., Pratiwi, T.I., 2011.
Universitas Lampung. Analisis Efisiensi Pemasaran Jagung
Saifudin Azwar, 1998. Metode Penelitian. (Zea mays L.) (Studi Kasus di Desa
Pustaka Pelajar. Cet. 1, Yogyakarta. Segunung, Kecamatan Dlanggu,
Saragih Bungaran., 2001. Kumpulan Kabupaten Mojokerto). Jurnal Agrise.
Pemikiran Agribisnis Paradigma Baru Vol. XI. No. 1. Hal: 56-64.
Pembangunan Ekonomi Berbasis Sunanto dan Suhardi, 2008. Analisis
Pertanian. Yayasan Mulia Persada Pemasaran dan Daya Beli Petani di
Indonesia dan PT. Surveyer Indonesia. kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.
Sekaran, Uma, 2000. Research Methods for Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
Business, A Akill-Building Approach. Teknologi Pertanian. Vol. II. No. 1.
America: Thirt Edition, John Wiley & Hal: 1-10.
Sons, Inc. Sutawi, 2002. Manajemen Agribisnis. Bayu
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon J.L. dan Medu, UMM Press. Malang.
Hadraker, J.B., 1989. Ilmu Usahatani Swastha, B., 2001. Manajemen Pemasaran
Dan Penelitian Untuk Pengembangan Modern; Yogyakarta: BPFE.
Petani Kecil. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian.
Universitas Muhammadiyah Malang
Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai