Anda di halaman 1dari 5

ISSN No.

1978-3787 Media Bina Ilmiah 1


ANALISIS PENDAPATAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN NARMADA KABUPATEN LOMBOK BARAT

Oleh : Muh. Ansyar Fakultas Pertanian Universitas Islam Al-Azhar

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani kakao di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Kecamatan Narmada terdiri dari 16 desa, dari 16 desa terdapat 2 desa sebagai lokasi pengembangan tanaman kakao, 2 desa tersebut adalah desa Suranadi dan desa Sesaot sehingga ditetapkan sebagai sampel Secara purposive sampling . Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh bahwa : Pendapatan petani kakao di Kecamatan Narmada adalah sebesar Rp. 2.910.274,- perluas lahan garapan (0,85 ha) atau Rp 3.423.851,- perhektar . Kata Kunci: Pendapatan petani, kakao. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta. Budidaya Kakao di Indonesia sebagian besar adalah perkebunan rakyat yang tersebar di hampir seluruh provinsi. Dengan demikian perbaikan budidaya dan pengolahan kakao akan mempengaruhi peningkatan produksi dan mutu biji kakao, yang akan mempengaruhi pada peningkatan pendapatan petani kakao di Indonesia. Di pasar dunia, prospek pengembangan biji kakao dan hasil olahannya sangat baik untuk masa yang akan datang. Harganya meningkat terus. Hal ini akan meningkatkan nilai tambah petani penghasil biji kakao dan industri pengelolaan kakao. Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki lahan perkebunan kakao seluas 3.602,38 hektar dengan hasil produksi 779,43 ton pada tahun 2007 Hasil produksi kakao sebanyak 701,26 ton merupakan kontribusi dari Kabupaten Lombok Barat dengan luas lahan perkebunan kakao 2.773,47 hektar. Produksi kakao tersebut diperoleh dari sumbangan Kecamatan Narmada yang merupakan penghasil kakao yang relatif besar dengan jumlah produksi 577 ton dengan luas lahan 2.207 hektar. Dengan kata lain
http://www.lpsdimataram.com

Kecamatan Narmada memberikan sumbangan produksi kakao sebesar 82,31persen dengan luas lahan 79,45 persen dari total luas lahan perkebunan kakao di Lombok Barat. Harga kakao yang cukup tinggi, pengelolaan dalam pengembangannya yang mudah serta permintaan pasar yang semakin meningkat menyebabkan usaha ini menjanjikan keuntungan yang besar. Disamping itu masyarakat juga dihadapkan pada fluktuasi harga kakao di pasaran. Karena komoditas kakao merupakan komoditas unggulan produk perkebunan Indonesia yang diperdagangkan secara Internasional, menyebabkan harganya sangat peka terhadap perubahan nilai tukar mata uang. Harga hasil produksi yang tinggi tidak sepenuhnya menjamin akan memberikan pendapatan yang besar, jika diikuti oleh biaya investasi yang besar pula. (Muljana, Wahyu 1982). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani kakao di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Kecamatan Narmada terdiri dari 16 desa, dari 16 desa terdapat 2 desa sebagai lokasi pengembangan tanaman kakao, 2 desa tersebut adalah desa Suranadi dan desa Sesaot sehingga ditetapkan sebagai sampel Secara purposive sampling . Jumlah petani Kakao di dua Desa sampel terpilih adalah sebanyak 260 orang , dan diambil sampel sebanyak 15 persen dari total populasi sehingga jumlah responden 40 orang, penentuan petani pada tiap-tiap desa dilakukan dengan cara

_____________________________________
Volume 6, No. 2 Maret 2012

2 Media Bina Ilmiah


proporsional random sampling sehingga diperoleh: Desa Suranadi 18 responden dan Desa Sesaot 22 responden. Untuk mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengusahakan budidaya kakao maka digunakan rumus (Soekartawi,1995): PTC = TRC - TCC Keterangan: PTC = Pendapatan dari usaha budidaya Kakao TRC = Total Revenue (Total penerimaan dari usaha budidaya kakao (Rp) TCC = Total Cost (Total biaya dari usaha budidaya kakao (Rp) HASIL DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Usaha Kecamatan Narmada Tani Kakao di

ISSN No. 1978-3787


cangkul, parang, pisau, sabit, kantong plastik, karung goni, ember, jerigen dan sebagainya. Setelah melakukan kegiatan usaha taninya, biasanya hasil produksi dari komoditi kakao tersebut dijual oleh petani langsung di lokasi produksi, karena para pembeli biasanya datang langsung ke lokasi petani. Sebagian petani juga menjual hasil produksinya ke pasar umum Narmada. Pembayaran yang dilakukan oleh pembeli kepada petani biasanya diterima secara langsung. b. 1. Analisis Pendapatan Petani Kakao

Komoditi kakao yang dikembangkan oleh petani responden merupakan jenis komoditi yang sudah umum dan sudah sering dikembangkan oleh para petani dari tahun ketahun, mengingat tanaman kakao yang diusahakan oleh para petani selama ini dapat memberikan tambahan penghasilan yang cukup tinggi. Untuk menanam tanaman kakao diperlukan pengelolaan pembibitan yaitu pembibitan pohon pelindung tetap. Pohon pelindung sementara tidak dibibitkan melainkan langsung ditanam di areal penanaman agar tanaman kakao dapat ternaungi dengan baik. Penanaman kakao harus didahului dengan persiapan areal sampai siap tanam, bagian terakhir dari persiapan areal adalah pembuatan lubang tanam. Lubang digali dengan ukuran 40 x 40 x 40cm atau 60 x 60 x 60cm atau tergantung pada ukuran polybag. Lubang terbuka selama musim kemarau dan pada bulan Oktober atau Nopember lubang sudah dapat ditutup kembali, sedangkan penanaman kakao dilakukan pada akhir Nopember sampai bulan Januari dengan jarak 3 x 3m. Usahatani Komoditi kakao di Kecamatan Narmada rata-rata dilaksanakan pada luas lahan 0,85 Ha. Pada masing-masing lahan yang digunakan oleh petani untuk melaksanakan usahatani komoditi kakao tersebut merupakan lahan dengan status milik sendiri. Rata-rata buah kakao di Kecamatan Narmada berbentuk bulat telur panjang, ada juga yang bervariatif seperti oval dan bulat telur. Sedangkan warna buah kakaonya adalah merah bata, ungu, hijau dan kuning. Untuk melaksanakan usaha taninya petani tentu tidak terlepas dari modal, dimana modal yang dibutuhkan oleh petani pada umumnya diperoleh dari modal sendiri. Modal tersebut digunakan untuk membeli berbagai macam sarana produksi seperti

Biaya Produksi Biaya total (Total farm espenses) merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden dalam mengolah usahatani. Biaya total dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost) besarnya biaya total responden petani kakao disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Biaya Total Responden pada Kegiatan Usahatani di Kecamatan Narmada Kebupaten Lombok Barat
No 1. 2. Jenis Biaya Biaya Tetap (Rp) Biaya Tidak Tetap (Rp) Jumlah Per LG 86.989 5.830.559 5.917.548 Per Ha 102.340 6.859.481,17 6.961.821,17 Persen 93.72 6.28 100

Dari Tabel 1 terlihat bahwah biaya total ratarata petani responden pada kegiatan usahatani tanaman kakao adalah sebesar Rp. 5.830.559 per lahan garapan atau sebesar Rp. 6.961.821,17 per hektar rincian dari komponen dan besarnya dari masing-masing biaya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Biaya tetap (fixsed cost ) Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak bergantung dari banyaknya produksi yang diperoleh (Soekartawi, l995). Dalam usahatani, pengeluaran tetap meliputi biaya pajak tanah dan biaya penyusutan alat. Besarnya pengeluaran total pada usahatani disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Tetap Rata-rata yang di keluarkan Responden Kegiatan Usahatani Kakao Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat
N o 1. 2. Jenis Biaya Pajak (Rp) Penyusutan (Rp) Jumlah Per LG 25.952 61.037 86.989 Per Ha 30.531,76 71.808,23 102.339,99 Persen 29.83 70.17 100

2.

_____________________________________
Volume 6, No. 2, Maret 2012 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 3


Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa biaya tetap pada kegiatan usahatani tanaman kakao adalah sebesar Rp. 86.989 per lahan garapan atau sebesar Rp. 102.339,99 per hektar.yang terdiri atas biaya pajak tanah dan biaya penyusutan alat. Biaya pajak tanah pada kegiatan usahatani tanarnan kakao terlihat sejumlah Rp. 25.952 per lahan garapan Rp. 6.248 per lahan garapan. Demikian pula halnya dengan biaya penyusutan alat pada kegiatan usahatani tananan kakao sebesar Rp. 61.037 per lahan garapan. Kecilnya jumlah biaya pajak tanah Yang dibayarkan responden pada kegiatan usahatani disebabkan karena tanah didaerah penelitian merupakan tanah dengan kelas III dengan nilai pajak tanah sebesar Rp. 32.200 per lahan garapan atau sebesar Rp. 24.030 per hektar. Sedangkan biaya penyusutan alat yang diperhitungkan pada kegiatan usahatani tanaman kakao sebesar Rp. 61..037 per lahan garapan. Besar kecilnya penyusutan alat yang diperhitungkan dipengaruhi oleh jumlah dan macam serta harga alat yang dipergunakan. Untuk mengetahui besarnya biaya penysustan alat pada kegiatan usahatani disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat yang dikeluarkan Responden pada kegiatan Usahatani Kakao di Kecamatan Narmada Kab.Lombok Barat
No Jenis Biaya Penyusutan Alat Cangkul Parang Sabit Pisau Jumlah Per LG Per Ha Persen

3.

Biaya tidak tetap (variable cost) Biaya tidak tetap (variablc cost) adalah biaya besarnya bergantung terhadap banyaknya produksi. pengeluaran tidak tetap pada usahatani tanaman Kakao di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat hanya berupa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan banyaknya hari kerja yang dinilai dengan uang. Perincian dari masing-masing biaya tenaga kerja disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Petani Responden pada Kegiatan Usahatani Kakao di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat.
N o 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Penyiangan Pemb. Rorak Pemangkasan Pemupukan Panen Total Per LG (Rp) 1.192.070 1.693.000 456.500 505.500 1.896.500 5.743.500 100 Persentase (persen) 20,75 29,48 7,95 8,80 33,02

1. 2. 3. 4.

19.440 15.930 11.167 14.500 61.037

22.870,58 18.741,17 13.137,64 17.058,82 71.808,82

31.85 26.10 18.30 23.76 100.00

Dari Tabel 3 terlihat bahwa total biaya penyusutan alat pada kegiatan usahatani tanaman kakao sebesar Rp 61.037 per lahan garapan atau sebesar Rp 71.808,82 per hektar pada kegiatan usahatani tanaman kakao jenis alat yang dipergunakan relatif banyak, yaitu cangkul dan parang untuk penyiangan dan pembabatan rumput pada kedua jenis kegiatan usahatani tersebut, juga alat lain berupa sabit dan pisau untuk pemetikan dan pembelahan buah kakao, sehingga biaya penyusutan alat pada kegiatan usahatani tanaman kakao relatit lehih besar. Adapun cara penghitungan biaya penyusutan alat tahan lama, yaitu dengan metode garis lurus (stright line). Cara ini mengasumsikan bahwa nilai penyusutan alat adalah sama besarnya pada setiap tahun yang dihitung berdasarkan nilai modal awal dibagi jangka usia ekonomis dari alat tersebut (Hermanto, 1991).

Tabel 4 dapat dilihat bahwa biaya total tenaga kerja yang dialokasikan pada kegiatan usahatani tanaman kakao sebesar Rp. 5.743.500 lahan garapan atau sebesar Rp. 6.757.058,82 per hektar biaya tenaga kerja pada kegiatan usahatani tanaman kakao relatif lebih besar dengan jenis pekerjaan yang lebih banyak seperti biaya penyiangan, pembuatan rorak, pemangkasan, pemupukan, dan pemetikan buah masing-masing sebesar Rp. 1.192.070; Rp 1.693.000; Rp 456.500; Rp. 505.500 dan Rp. 1. 896.500 per lahan garapan atau, masing-masing sebesar Rp. 889. 604; Rp 1.263.433; Rp. 340.672; Rp 377.239 dan Rp.1.415.298 per hektar. Dengan upah kerja sebesar Rp. 15.000 per hari / HOK, maka jumlah tenaga kerja yang dicurahkan pada kegiatan usahatani tanaman Kakao sebesar 383. HOK per lahan garapan atau sejumlah 286 HOK per hektar setiap tahun, terutama curahan tenaga kerja yang terbanyak adalah pada jenis pekerjaan pemanenan dari pembuatan masing-masing sebanyak 126 HOK dan 133 HOK per lahan garapan per tahun atau masing-masing sebanyak 94 HOK dari 84 HOK per hektar per tahun hal ini disebabkan karena tingkat intensitas jenis pekerjaan tersebut relatif lebih berat bila dibandingkmn dengan jenis pekerjaan yang lain seperti : penyiangan, pemupukan, dan pemangkasan dan masing-masing sebanyak 79 HOK, 34 HOKK, dari 30 HOK per lahan garapan atau masing-masing sebanyak 59 HOK, 25 HOK dan 20 HOK per hektar per tahun.

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 2 Maret 2012

4 Media Bina Ilmiah


c. Nilai Produksi pada Kegiatan Usahatani Tanaman Kakao

ISSN No. 1978-3787


standarisasi mutu dan harga yang diberlakukan oleh pernbeli ditingkat petani, sehingga harga biji kakao yang diolah dengan proses fermentasi sama dengan harga biji kakao yang diolah dengan tanpa fermentasi, juga disebabkan karena belum berjalannya fungsi-fungsi pemasaran,ditingkat petani. Disamping itu masih terdapat praktekpraktek pembelian komoditi kakao dengan sistim ijon sebagai akibat belum adanya lembaga-lembaga yang berperan sebagai mitra didalam pembelian produksi tanaman kakao. d. Pendapatan Bersih Usahatani Kakao di Kecamatan Narmada

Nilai Produksi (groos farm income) merupakan penerimaan dari nilai produksi fisik atau out put yang dihasilkan berupa biji atau buah dikalikan dengan harga persatuan produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Banyaknya pendapatan kotor dari usahatani kakao terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rata-rata Nilai Produksi Responden pada Kegiatan Usahatani Kakao di Kecarnatan Narmada Kabupaten Lombok Barat
No 1. 2. 3. Uraian Produksi (kg) Harga (Rp) Nilai Prodiksi (Rp) Per LLG 811,14 2.000.000 8.770.833 Per Ha 954.282,35 10.318.627,05

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah produksi dari usahatani tanaman kakao adalah sebesar 811,14 kg biji kering per lahan garapan atau sebesar 954.282,35 kg biji kering per hektar, dengan jurnlah nilai produksi sebesar Rp. 8.770.833 lahan garapan atau sebesar Rp. 10.318.627,05 per hektar. Dari data di atas menunjukan bahwa produksi tanaman kakao masih dibawah potensi produksi yang normal, yaitu sebanyak 1900 kg biji kering per hektar pada saat tanaman berumur 12 tahun. Rendahnya Produksi tersehut disebabkan karena pemeliharaan tanaman kakao belum optimal sesuai dengan petunjuk tehnis yang direkomendasikan, seperti pemupukan dengan pupuk buatan dan pemberantasan hama penyakit dengan pestisida belum dilakukan, tetapi para petani melakukan pemupukan hanya dengan menggunakan pupuk organik, berupa daun-daun dan ranting-ranting serta kulit buah dari tanaman kakao yang dibenamkan kedalam lubang rorak. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan antara lain, adanya anggapan bahwa pemupukan dengan pupuk buatan cendrung untuk memanjakan tanaman. Anggapan tersebut sebagai akibat dari kurangnya kesadaran petani sebagai salah satu implikasi dari kurangnya intensitas penyuluhan dan petugas terlihat. Faktor lain sebagai penyebab petani tidak menggunakan pupuk buatan adalah karena kurangnya modal untuk membeli sarana produksi tersebut yang harganya / nilainya relatif cukup mahal. Sedangkan dalam penggunaan pupuk, organik, petani hanya memerlukan biaya upah tenaga kerja untuk pembenaman pupuk tersebut. Faktor teknis seperti kesulitan memperoleh air sebagai bahan pelarut pestisida juga ikut sebagai komponen biaya yang dikeluarkan petani tersebut di atas. Sedangkan nilai produksi per kg biji kering kakao masih rendah (Rp), 10.813 /kg). Hal ini lebih disebabkan karena selain belum adanya penerapan

Sumber penghasilan keluarga responden di kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat, berasal dari pendapatan bersih usahatani kakao. Besarnya pendapatan rata-rata petani responden terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pendapatan Rata-rata Usahatani Kakao
No 1. 2. 3. Uraian Pendapatan kotor Pengeluaran total Pendapatan bersih

Petani

pada

Nilai (Rp) 8.770.833 5.830.559 2.940.274

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, besarnya pendapatan bersih rata -rata responden usahatani tanaman kakao di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat sebesar Rp. 2.940.274,- atau Rp 3.423.851,- perhektar. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : Pendapatan petani kakao di Kecamatan Narmada adalah sebesar Rp. 2.910.274,perluas lahan garapan (0,85 ha) atau Rp 3.423.851,perhektar.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Data Luas Areal dan Produksi Kakao Nusa Tenggara Barat. Badan Penelitian Statistik, 2008. BPS NTB, 2008. Kecamatan Narmada Dalam Angka. Dinas Perkebunan NTB, 1991. Laporan Tahunan Pengembangan Perkebunan Pola Swadaya di Wilayah Khusus Dinas Perkebunan Prop. NTB. Nusa Tenggara Barat.

_____________________________________
Volume 6, No. 2, Maret 2012 http://www.lpsdimataram.com

ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 5


Kadariah, 1978. Pengantar Evaluasi Proyek FakultaS Ekonomi. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Marat 1982, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Bandung. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta Muljana, Wahyu, 1982. Bercocok Tanam Kakao. Aneka Ilmu. Semarang. Nazir, M, 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pudjosumarto M, 1988. Evaluasi Proyek. Liberty. Jakarta. Rakhman, A, 1995. Evaluasi Proyek-Provek Pertanian. Universitas Mataram. Siswoputranto, P.S, 1978. PT. Gramedia. Jakarta. Roesmanto, J, 1991. Kakao Kajian Sosial Ekonomi. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Siregar, Tumpol H, Selamet Riaadi dan Laela Nuraeni, 1988. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Kakao. Penerbar Swadaya. Jakarta. Sartono A, 1997. Manajemen Keuangan (teory dan aplikasi) edisi ketiga. BPFE. Yogyakarta. Soekartaini A, Soerhardjho, BJ. Hardakes, 1986. Universitas Indonesia Pers. Jakarta. Swastha, B, 1981. Asas-asas Marketing. Liber.ry. Yogyakarta. Surakhmad, 1994. Pengantar Penelitian. Tarsono. Bandung. Umar, Husein 2000. Studi Kelayakan Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama.

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 6, No. 2 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai