MODEL AGRIBISNIS
92
pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi
sumberdaya yang dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat
berjalan lebih efektif dan efesien.
93
Subsistem kedua, sebagian dari subsistem pertama, dan subsistem ketiga
merupakan on-farm agribisnis, sedangkan subsistem lainnya
merupakan off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu
konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan
utuh yang komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat
menelaah dan menjawab berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala
yang dihadapi pembangunan pertanian. Agribisnis juga dapat dijadikan
tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta
pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.
95
Dalam jangka panjang, pengembangan lapangan usaha pertanian
difokuskan pada produk-produk olahan hasil pertanian yang
memberikan nilai tambah bagi perekonomian, seperti pengembangan
agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi pada
pemberian nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDRB sektor
pertanian mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun
ke tahun. Jika diperhatikan dengan baik, peranan sektor pertanian masih
dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat tani.
96
Pembangunan pertanian dalam kerangka pembangunan ekonomi nasional
berarti menjadikan perekonomian daerah sebagai tulang punggung
perekonomian nasional. Sebagai agregasi dari ekonomi daerah,
perekonomian nasional yang tangguh hanya mungkin diwujudkan
melalui perekonomian yang kokoh. Rapuhnya perekonomian nasional
selama ini disatu sisi dan tingginya disparitas ekonomi antar daerah dan
golongan disisi lain mencerminkan bahwa perekonomian nasional
Indonesia dimasa lalu tidak berakar kuat pada ekonomi daerah.
Dewasa ini dan dimasa yang akan datang, orientasi sektor telah berubah
kepada orientasi pasar. Dengan berangsungnya perubahan preferensi
konsumen yang semakin menuntut atribut produk yang lebih rinci dan
lengkap, maka motor penggerak sektor agribisnis harus berubah dari
usaha tani kepada industri pengolahan (agroindustri). Artinya, untuk
mengembangkan sektor agribisnis yang mogern dan berdaya saing,
agroindustri menjadi penentu kegiatan pada subsistem usahatani dan
selanjutnya akan menetukan subsistem agribisnis hulu.
97
Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar
menyebabkan strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan
pemasaran ini semakin penting peranannya terutama menghadapi masa
depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahaan. Serta,
untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan diri terhadap
perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis,
khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta
pembangunan kemampuan sumberdaya manusia (SDM) agribisnis sebagai
aktor pengembangan sektor pertanian.
98
8) Optimalisasi pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga
(pertanian terpadu mini);
9) Dll.
b. Subsistem budidaya pertanian, dengan program antara lain :
1) Pelatihan petani dan pelaku agribisnis;
2) Pengembangan intensifikasi tanaman pangan dan holtikultura;
3) Pengembangan diversifikasi tanaman;
4) Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern
bercocok tanam;
5) Pengembangan agribisnis (pertanian, perkebunan, perikanan
kelautan, dan kehutanan);
6) Pelatihan dan bimbingan pengoperasian teknologi tepat guna
7) Penanganan dan pencegahan hama dan penyakit
tanaman/terkak/ikan;
8) Dll.
c. Subsistem pengolahan hasil pertanian, dengan program antara lain :
1) Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis;
2) Peningkatan kemampuan lembaga petani;
3) Peningkatan sistem insentif dan disinsentif bagi petani/kelompok
tani;
4) Pengembangan produk-produk lanjutan pertanian;
5) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk lanjutan
pertanian, perkebunan dan perikanan;
6) Sertifikasi mutu produk lanjutan pertanian;
7) Pengembangan dan penerapan teknologi pengolahan hasil
pertanian;
8) Dll.
99
4) Pengolahan informasi permintaan pasar atas hasil produksi
pertanian/perkebunan masyarakat;
5) Pengembangan promosi dan distribusi produk lajutan pertanian;
6) dll
e. Subsistem jasa penunjang pertanian, dengan program antara lain:
1) Pengadaan dan pelatihan penggunaan alsintan modern;
2) Pengembangan kelembagaan pembiayaan pertanian (koperasi,
modal ventura, lembaga pembiayaan non bank, dan bank);
3) Pengembangan teknologi pengemasan, quality control produk
akhir, dan promosi;
4) Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana pergudangan;
5) Pengembangan jalur distribusi serta pengadaan pasar sebagai
sentral produk pertanian unggulan;
6) Penerapan dan pelatihan agribisnis perdesaan;
7) Pengembangan dan pengelompokan gapoktan berdasarkan
subsektor pertanian yang disesuaikan dengan kondisi dan potensi
wilayah;
8) Bimbingan pendidikan dan pelatihan bagi gapoktan dalam
penerapan teknologi pertanian;
9) Dll.
100