Anda di halaman 1dari 8

1

PRAKTIKUM
EKONOMI PEMBANGUNAN
PERTANIAN
MODUL 2
TRANSFORMASI DAN PERAN PERTANIAN
DALAM PEREKONOMIAN

Disusun oleh:
Dr. Ir. Djohar Noeriati, MP.
Dr. Ir. Suhartini, MP.
Condro Puspo Nugroho, SP., MP.

Team Teaching
MATA KULIAH EKONOMI PEMBANGUNAN
PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
2

Modul TRANSFORMASI DAN PERANAN


2 PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN
A. DESKRIPSI MODUL
Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena
sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian, demikian juga di Indonesia. Jika para perencana dan pelaksana
pembangunan suatu negara mempunyai kesungguhan untuk mencapai dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan
kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakat yang hidup di sektor pertanian tersebut.
Sebagai sektor ekonomi yang paling tua dan memiliki ukuran yang besar, maka
sektor pertanian juga berperan penting untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor
lainnya (sektor industri, perdagangan dan jasa). Sektor pertanian mempunyai kaitan ke
belakang (backward linkage) yaitu kaitan dengan industri input pertanian (agroindustri hulu)
dan ke depan (forward linkage) yaitu kaitan dengan industri yang mengolah produk hasil
pertanian (agroindustri hilir).
Dalam modul pertama ini, mahasiswa akan mempelajari dan mendiskusikan
mengenai berbagai macam peranan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu
mahasiswa juga mempelajari tentang bagaimana mengukur peranan sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi.

B. KEGIATAN BELAJAR

B. 1. TUJUAN KEGIATAN
Setelah mempelajari bagian ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami dan menjelaskan tentang berbagai peranan sektor pertanian dalam
perekonomian.
2. Memahami dan menjelaskan tentang pengukuran berbagai peranan sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi.
3. Memahami pola dan kecenderungan kontribusi sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi.

B. 2. URAIAN MATERI BELAJAR

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Sektor pertanian terdiri dari cabang-cabang sektor atau sub sektor. Sub sektor-sub
sektor tersebut adalah sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan, sub
sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Sektor pertanian
memiliki karakteristik utama sebagai satu-satunya sektor yang mampu menghasilkan bahan
pangan bagi keberlangsungan umat manusia. Para petani di negara sedang berkembang
tidak hanya berproduksi untuk kebutuhan mereka saja, namun mereka juga berproduksi
untuk memenuhi kebutuhan penduduk perkotaan. Jika pangsa (share) penduduk perkotaan
3

terhadap penduduk keseluruhan meningkat, maka produktivitas petani juga harus


meningkat.

Selain itu sektor pertanian juga merupakan sektor yang memiliki karakteristik khas
dan berbeda dari sektor lainnya. Sebagai sektor ekonomi yang paling tua, dimana kegiatan
pertanian telah dimulai sejak beribu tahun yang lalu ketika manusia tidak lagi memenuhi
sumber pangannya dari berburu dan mengumpulkan, maka sektor ini merupakan sektor
yang paling banyak menyerap tenaga kerja terutama bagi negara-negara pada tahap
membangun. Tingginya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian tidak hanya disebabkan
karena sektor ini membutuhkan tenaga kerja yang banyak dalam pengelolaanya tetapi juga
karena pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja terhadap pertanian lebih baik
dibandingkan sektor lain. Hal ini ditunjukkan bahwa penyerapan angkatan kerja bagi
negaranegara miskin mencapai 60-70 persen.

Ukuran sektor pertanian yang besar juga menjadikan sektor ini mempunyai peranan
penting dalam menyediakan input tenaga kerja bagi sektor industri dan sektor-sektor modern
lainnya. Sebagian besar (70 persen atau lebih) populasi pada sektor pertanian atau
pedesaan merupakan sumber utama bagi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang
meningkat di perkotaan. Pemasukan tenaga kerja di perkotaan adalah mungkin dan selain
karena hal itu memang biasanya disebabkan oleh adanya kenaikan penduduk di sektor
perkotaan sendiri; tetapi fakta menunjukkan bahwa tidak ada satupun dari kedua sumber ini
yang mampu mencukupi kebutuhan tenaga kerja sebagai akibat pertumbuhan ekonomi
sepanjang waktu. Jadi jika ada pembatasan keluarnya tenaga kerja dari sektor pertanian ke
sektor industri atau perkotaan, maka pembangunan ekonomi akan timpang. Hal ini pernah
terjadi di Rusia pada awal abad ke-19.

Sektor pertanian juga dapat merupakan sumber modal utama bagi pertumbuhan
ekonomi modern. Modal berasal dari tabungan yang diinvestasikan, dimana tabungan
berasal dari pendapatan. Di negara-negara paling miskin, pangsa pendapatan pertanian
terhadap produk nasional mencapai 50 persen; berarti separuh atau lebih dari produk
nasional disumbangkan oleh sektor pertanian ke sektor non pertanian, terutama industri dan
perdagangan (jasa-jasa). Sektor-sektor ini merupakan penyumbang penting bagi tabungan
yang akhirnya digunakan untuk investasi.

Selain itu sektor pertanian juga mempunyai peranan dalam menghasilkan devisa.
Negara sedang berkembang biasanya mempunyai keunggulan komparatif untuk
produkproduk primer dan pertanian. Hanya sedikit sekali negara yang pada awal
pertumbuhan ekonominya memiliki sumber devisa yang berasal dari industri manufaktur dan
jasa-jasa. Oleh karena itu jika suatu negara kaya akan sumber-sumber mineral dan
pertanian, maka sektor pertanian harus memainkan peranan kunci dalam menyediakan
devisa yang digunakan untuk mengimpor barang-barang modal yang belum dapat diproduksi
sendiri.

Akhirnya, penduduk pedesaan di negara sedang berkembang, paling tidak dalam


beberapa kasus, merupakan pasar yang penting bagi output dari sektor modern perkotaan
atau dari sektor industri. Istilah “dalam beberapa kasus” harus ditambahkan karena
penduduk pertanian pedesaan dalam beberapa negara miskin hanya sedikit sekali yang
4

mampu membeli hasil-hasil industri modern. Hal ini sebenarnya juga menunjukkan bahwa
terdapat pembagian pendapatan yang tidak merata, dimana sebagian besar pendapatan
nasional dan kekayaan berada di tangan kelompok tertentu di perkotaan maupun di
pedesaan. Pada kondisi tersebut, penduduk pedesaan bahkan mungkin membayar ‘pajak’
dan sewa kepada penduduk perkotaan dan akhirnya mendapat nafkah dari apa yang tersisa.

Jika pembagian pendapatan relatif merata, maka sektor pedesaan bisa menjadi
sumber permintaan utama dari produk-produk industri. Suatu pasar pedesaan yang besar
akan mendorong pertumbuhan sektor industri yang terus berlangsung sampai akhirnya
permintaan di perkotaan terhadap produk industri tersebut mengalami kejenuhan, tanpa
harus mengalihkan perhatian pada pasar luar negeri sampai mereka (sektor industri) mampu
bersaing dengan produk industri di luar negeri.

Peningkatan permintaan sektor non pertanian tidak hanya terjadi pada produkproduk
konsumsi langsung tetapi terjadi juga untuk produk-produk non pertanian sebagai input
usahatani maupun untuk investasi (Tomich et al., 1995 dalam Harianto, 2000). Artinya
pertumbuhan sektor pertanian akan mendorong pertumbuhan sektor industri, baik industri
hilir seperti industri pangan, minuman, tekstil, dan obat-obatan, maupun industri hulu seperti
pupuk, pestisida termasuk industri mesin pertanian. Berkembangnya sektor industri juga
menyebabkan semakin baiknya infrastruktur serta kemampuan manajerial sumberdaya
manusia.

Dengan demikian peranan penting sektor pertanian dalam perekonomian suatu


negara antara lain, sebagai: (1) penyedia bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk
menjamin ketahanan pangan, (2) penyedia bahan baku bagi sektor industri, (3) sebagai
pasar potensial bagi produk-produk industri, contohnya: industri pupuk dan pestisida, (4)
sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor
lain, (5) sumber perolehan devisa karena produk pertanian merupakan komoditi ekspor, (6)
mengurangi kemiskinan, (7) pelestarian lingkungan hidup dan kontributor pembangunan
pedesaan (Kuznet, 1964 dalam Harianto, 2000). Sektor pertanian juga menyumbangkan
jasa lingkungan (eksternalitas positif) yang dinikmati oleh masyarakat banyak, dan banyak di
negara berkembang belum diatur mekanisme pembayaran imbal jasa lingkungan, walaupun
hal ini telah banyak dilakukan di negara-negara maju.

Pengukuran atas peranan suatu sektor dalam perekonomian dapat dilihat dari
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, kontribusi sektor pertanian terhadap
penciptaan GDP (Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto), kontribusi sektor
pertanian terhadap ekspor serta kontribusi sektor pertanian terhadap konsumsi masyarakat.

Sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian memiliki beberapa peranan,


sebagai berikut:
1. Mensejahterakan petani
Sektor pertanian merupakan sumber utama kehidupan dan pendapatan masyarakat
petani. Mensejahterakan di sini mengandung arti luas sehingga menumbuhkembangkan
partisipasi petani dan mampu meningkatkan keadaan sosial ekonomi petani melalui
peningkatan akses terhadap teknologi, modal, dan pasar.
2. Menyediakan pangan
5

Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah


penyediaan bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 258
juta jiwa. Dengan peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatif
murah, telah memungkinkan biaya hidup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan
rendahnya biaya hidup di Indonesia menjadi salah satu daya saing nasional.
Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang cukup dan stabil meimilki peran
yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional (food security) yang serta
kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
3. Sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan
pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah
Sebagai contoh, mengingat pembangunan besar-besaran terjadi di perkotaan adapun
masyarakat mayoritas berdomisili di pedesaan yang merupakan sumber sektor
pertanian. Maka pembangunan pertanian harus didukung oleh pembangunan wilayah
baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan sosial ekonomi
kemasyarakatan.
4. Merupakan pasar input bagi pengembangan agroindustri
Indonesia mempunyai sumber daya pertanian yang sangat besar, namun produk
pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga
dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati
alami setiap saat, dengan kualitas tinggi, tidak busuk, dan makan tempat, maka peranan
agroindustri akan dominan.
Dan jika sektor pertanian terus ditingkatkan maka diharapkan sektor ini mampu
menghasilkan pangan dan bahan mentah yang cukup bagi pemenuhan kebutuhan
rakyat, meningkatkan daya beli rakyat, dan mampu melanjutkan proses industrialisasi.
5. Menghasilkan devisa
Sektor pertanian merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia. Salah
satu subsektor andalannya adalah subsektor perkebunan, seperti ekspor komoditas
karet, kopi, teh, kakao, dan minyak sawit. Lebih dari 50% total produksi komoditas-
komoditas tersebut adalah untuk diekspor.
Pada lima tahun terakhir, subsektor perkebunan secara konsisten menyumbang
devisa dengan rata-rata nilai ekspor produk primernya (belum termasuk nilai ekspor
produk olahan perkebunan) mencapai US$ 4 milyar per tahun. Sumbangan sektor
pertanian terhadap pembangunan dan devisa negara ditentukan oleh produktivitas dari
sektor ini. Karena sektor ini memilik sumbangan besar terhadap perekonomian nasional,
maka rendahnya produktivitas pertanian akan berpengaruh terhadap produktivitas
perekonomian secara keseluruhan.
Sumbangan terbesar sektor pertanian selama PJP I (Pembangunan Jangka Panjang)
adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras dalam tahun. Pada masa
tersebut Indonesia mampu mengekspor beras ke beberapa negara miskin sehingga
dapat menambah devisa. Dampak swasembada tersebut adalah meningkatnya
pendapatan masyarakat, kualitas gizi, serta penghematan devisa. Selain itu,
swasembada pangan juga telah meningkatkan kestabilan ekonomi nasional.
6. Menyediakan lapangan pekerjaan
Sebagaimana diterangkan di muka, sektor pertanian memiliki peran penting dalam
menyerap tenaga kerja. Di tahun 1994 saja (BPS, 1996) 46% dari 82 juta jiwa angkatan
6

kerja pada tahun itu diserap oleh subsector pertanian primer, namun hingga pada tahun
2013 turun mencapai 35%.
Lagi, subsektor perkebunan memberikan kontribusinya dalam pembangunan
nasional. Sampai tahun 2003, jumlah tenaga kerja yang terserap oleh subsektor ini
diperkirakan mencapai 17 juta jiwa. Kontribusi dalam penyediaan lapangan
pekerjaannya pun mempunyai nilai tambah tersendiri, karena subsektor perkebunan
menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Dengan demikian,
selain menyediakan lapangan kerja subsektor perkebuna ikut mengurangi arus
urbanisasi.
7. Pembentukan produk domestik bruto/peningkatan pendapatan nasional
Berdasarkan data yang kami peroleh, subsektor perkebunan merupakan salah satu
subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang
tercermin dari kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Dari segi nilai
absolut berdasarkan harga yang berlaku PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar
Rp 33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau
meningkat dengan laju sekitar 11,7% per tahun. Dengan peningkatan tersebut,
kontribusi PDB subsector perkebunan terhadap PDB sector pertanian adalah sekitar
16%. Terhadap PDB secara nasional tanpa migas, kontribusi subsector perkebunan
adalah sekitar 2,9% atau sekitar 2,6% PDB total. Jika menggunakan PDB dengan harga
konstan tahun 1993, pangsa subsektor perkebunan terhadap PDB sektor pertanian
adalah 17,6%, sedangkan terhadap PDB non migas dan PDB nasional masing-masing
adalah 3,0% dan 2,8%.
8. Tetap mempertahankan kelestarian sumber daya (peranan dalam pelestarian
lingkungan hidup)
Tidak ada satu pun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya akan beraneka
ragam sumber daya pertanian secara alami (endowment factor). Maka dari itu,
diharapkan dalam penggunaannya sumber daya ini digunakan secara optimal dan tetap
memperhatikan aspek kelestarian sumber daya pertanian.

C. TUGAS BELAJAR MODUL 1

Secara kelompok, mahasiswa diminta untuk mengerjakan tugas-tugas berikut ini:


1. Carilah data mengenai peranan pertanian dalam pembangunan perekonomian di
Indonesia dari tahun ke tahun (minimal dalam kurun waktu 15 tahun), yang meliputi:
• Tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan sektor non pertanian (manufaktur,
pertambangan, perdagangan, jasa, dan sebagainya).
• Sumbangan dari masing-masing sektor dalam perekonomian terhadap GDP (Gross
Domestic Product) atau Produk Domestik Bruto.
• Jumlah penduduk miskin di Indonesia dan kriteria kemiskinan menurut BPS (Badan
Pusat Statistk)
• Jumlah produksi, konsumsi, ekspor dan impor berbagai komoditas pertanian utama di
Indonesia (padi, jagung, kedelai, ketela, gula, daging sapi, susu)
• Jumlah ekspor produk pertanian Indonesia (kelapa sawit, cacao, karet, lada, kopi, teh
dan sebagainya)
7

• Sumber-sumber data: www.fao.org ; www.bps.go.id ; website kementriankementrian;


wolrd bank dan sebagainya
• Jangan lupa tulis sumber datanya
• Masing-masing kelompok tidak boleh sama untuk topik dan komoditasnya

2. Secara berkelompok, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, bagaimana


perkembangannya, berapa % pangsanya terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan,
dan sebagainya (diskusi kelompok).
3. Berilah tanggapan terkait terjadinya transformasi atau pergeseran sektor pertanian
dalam penyumbang perekonomian.
4. Data yang diperoleh dan hasil pembahasan kelompok kemudian dipresentasikan oleh
masing-masing kelompok dan didiskusikan dalam diskusi kelas.

D. RANCANGAN TUGAS

1. TUJUAN TUGAS
Mahasiswa bisa menjelaskan dan menganalisis tentang berbagai peranan sektor
pertanian dalam pembangunan ekonomi, yang meliputi:
• Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
• Kontribusi sektor pertanian terhadap GDP
• Kontribusi sektor pertanian terhadap ekspor Indonesia
• Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat konsumsi masyarakat

2. URAIAN TUGAS
I. Batasan tugas:
1. Mahasiswa membentuk kelompok dan mengerjakan tugas sesuai topik-topik diatas,
dengan ketentuan 1 negara maju atau berkembang untuk 1 kelompok dengan anggota +
5 mahasiswa. Pembagian studi negara diserahkan kepada mahasiswa dan dilakukan
secara demokratis (bisa diundi) dengan dikoordinasi oleh asisten.
2. Masing-masing kelompok membuat paper dalam format word dan materi presentasi
dalam bentuk power point.
3. Masing-masing kelompok mempresentasikan di depan kelas dan melaksanakan diskusi
kelas.

II. Metodologi dan acuan tugas:


1. Setiap mahasiswa diharapkan mencari literatur berupa artikel di jurnal atau tulisan ilmiah
lainnya, data-data dan membaca serta memahami literatur penunjang sesuai topik-topik
diatas. Paper harus dilengkapi dengan data-data di negara yang menjadi kasus masing-
masing negara
2. Tugas dikerjakan secara berkelompok.
3. Tulisan sesuai obyek garapan diatas diketik dengan format: kertas A4; font arial 11; spasi
1,5; batas atas dan kiri 4 cm, batas kanan dan bawah 2,5 cm;jumlah halaman antara 5
sampai 10 halaman.
4. Format Penulisan:
I. Pendahuluan
II. Uraian sesuai topik (memuat tinjauan, data-data yang terjadi pada negara yang
menjadi studi kasus)
8

III. Pembahasan (berikan penjelasan bagaimana data dan masing-masing indikator dapat
saling mempengaruhi dan dipengaruhi)
IV. Rekomendasi
5. Dalam melakukan presentasi dan diskusi harap diperhatikan keterlibatan masing-masing
individu dalam kelompok.

III. Kriteria Penilaian:


1. Sistematika penulisan, kualitas tulisan dan originalitas (bukan plagiat dari tulisan
orang lain). Definisi, pemikiran, data yang diambil dari tulisan orang lain harus
mencantumkan sumbernya.
2. Kualitas presentasi (kejelasan baik dalam power point maupun dalam penyampaian,
kemampuan public speaking atau berbicara di depan umum).
3. Keaktifan di kelas pada saat diskusi.
4. Kerjasama dan kekompakan dalam tim (kelompok).

E. DAFTAR PUSTAKA

Dwight, H.P, S. Radeler, D. R. Snodgrass. 2001. Economics of Development. W.W.


Norton & Co., New York.

Ghatak, S dan K. Ingersent. 1984. Agriculture and Economic Development. Harvester


Press Group, Sussex.

Hayami, F. dan V. W. Ruttan. 1985. Agricultural Development, An International


Perspective. The John Hopkins University Press, Baltimore.

Mynt, H. 1990. Exports and Economic Development of Less Developed Countries,


dalam Eicher, C. K. dan J. M. Staatz (ed.), Agricultural Development in The Third
World. The John Hopkins University Press, Baltimore.

Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat, Medan.

Anda mungkin juga menyukai