Kelas : Va
NPM : 215431101012
Mata kuliah : Kebijakan Perencanaan Pembangunan Perkebunan
Pengajar : Zul Erianto Suarja, S.Pd., Gr. M.Si.
Esai
Pilihlah salahsatu dari isu yang akan dikaji dibawah ini, dengan ketentuan menuliskan pandangan,
pikiran atau gagasan terkait isu yang dikaji minimal tujuh halaman A4 dengan font dan fontsize
standart.
Jawab
Impelemntasi Kebijakan Pembangunan Perkebunan di Jawa Timur dibagi menjadi dua yaitu
kebijakan umum dan kebijakan teknis yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Kebijakan Umum
Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah memberdayakan di hulu dan memperkuat
di hilir guna menciptakan nilai tambah dan daya saing usaha perkebunan, melalui pemberian
insentif, penciptaan iklim usaha yang kondusif dan meningkatkan partisipasi masyarakat
perkebunan serta penerapan organisasi modern yang berlandaskan kepada penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Kebijakan Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Upaya yang ditempuh dalam operasional kebijakan peningkatan produksi dan produktivitas
komoditi perkebunan adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan terhadap komoditi perkebunan secara umum dengan prioritas pada komoditi tebu,
kopi, kakao, tembakau, cengkeh, kelapa, jambu mete, tetapi tetap memperhatikan komoditi
lain yang berkembang di Jawa Timur, baik komoditi unggulan lainnya maupun komoditi
minor dan spesifik lokasi
2. Upaya peningkatan produksi, dilakukan melalui pelestarian terhadap existing areal
perkebunan; dan pengembangan areal baru pada lahan yang belum termanfaatkan secara
optimal, lahan-lahan pekarangan, lahan tidur dan lahan marginal; serta peningkatan
produktivitas kebun.
3. Peningkatan produktivitas, yakni produksi yang dihasilkan per satuan luas (kg/ha), dilakukan
melalui intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi.
4. Menerapkan paket teknologi budidaya tanaman perkebunan melalui intensifikasi, rehabilitasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi;
5. Pengembangan kebun demplot sebagai media percontohan bagi petani dengan penerapan
teknologi budidaya yang baik dan sesuai anjuran teknis
6. Fasilitasi terhadap kebutuhan sarana dan prasarana produksi
7. Penyiapan benih/bibit unggul dan bermutu, melalui kegiatan pembenihan dan pembibitan
serta penggunaan benih/bibit bersertifikat
8. Memperkecil kehilangan produksi akibat gangguan usaha, utamanya serangan hama penyakit,
anomali iklim, melalui upaya pengendalian hama penyakit, informasi prakiraan cuaca dan
teknologi budidaya pada keadaan cuaca basah dan kering.
9. Mendorong pengembangan komoditas unggulan nasional dan regional Jawa Timur sesuai
dengan peluang pasar, karakteristik dan potensi wilayah dengan penerapan teknologi
budidaya yang baik dan benar;
10. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan, seperti lahan pekarangan, lahan yang sesuai
untuk tanaman pangan, dengan pengembangan cabang usaha tani lain yang sesuai;
11. Memfasilitasi pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan untuk mendukung
penumbuhan sentra-sentra kegiatan ekonomi di daerah;
12. Penerapan sistem pertanian konservasi pada wilayah-wilayah perkebunan sesuai dengan
kaidah konservasi tanah dan air;
13. Meningkatkan penerapan teknologi pemanfaatan limbah usaha perkebunan yang ramah
lingkungan;
1. Peningkatan mutu produk, melalui penerapan teknologi budidaya yang baik dan penanganan
pasca panen (GAP dan GHP)
2. Fasilitasi sarana dan prasarana pasca panen dan pengolahan hasil perkebunan
3. Fasilitasi terhadap terbentuknya perlindungan kawasan komoditi yang memiliki kekhasan
tertentu, untuk mendapatkan sertifikat indikasi geografis (IG)
4. Fasilitasi, advokasi dan bimbingan memperoleh kemudahan akses penanganan pasca panen
dan pengolahan hasil perkebunan;
5. Mengembangkan sistem pelayanan prima, jaminan kepastian dan keamanan berusaha;
6. Mendorong pengembangan aneka produk (products development) perkebunan dan upaya
peningkatan mutu untuk memperoleh nilai tambah;
Ketiga strategi umum tersebut merupakan landasan pembangunan Jawa Timur 2015-2019, sebagai
kelanjutan dari pembangunan periode 2009-2014 dengan penegasan mengenai inklusivitas
pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development). Ketiga strategi utama
Pembangunan perkebunan di Jawa Timur periode 2015-2019 tersebut, menjadi pijakan utama
penetapan dan pelaksanaan strategi dan arah kebijakan pencapaian tujuan dan sasaran pada misi
pembangunan perkebunan Jawa Timur 2015-2019.
Strategi untuk mencapai sasaran meningkatkan produksi perkebunan adalah :
Strategi untuk mencapai sasaran meningkatnya nilai tambah hasil produksi perkebunan adalah
:
Menjawab tantangan di sektor perkebunan, terutama produksi yang cenderung menurun akibat
telah memasuki usia lanjut, maka saat ini Disbun sedang melaksanakan program replanting baik
komoditi karet maupun kelapa sawit dengan skema pembiayaan dari BPDPKS. Program replanting
dilakukan dengan diversifikasi komoditi pangan dan hortikultura di sela-sela tanaman muda untuk
memastikan petani tetap mendapatkan penerimaan sebelum tanaman menghasilkan dan penguatan
kelembagaan pertanian terutama koperasi. Terkait dengan pengembangan kelembagaan, Dr.
Ernawati memberikan beberapa catatan bahwa ada pendekatan yang keliru dalam pengembangan
kelembagaan yang mesti diperbaiki, antara lain: kelembagaan dibangun untuk memperkuat ikatan-
ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.Kelembagaan dibentuk lebih untuk tujuan distribusi
bantuan dan memudahkan tugas kontrol dari pelaksana program dengan struktur yang relativ
seragam, serta pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur struktural dan lembah dari
pengembangan aspek kultural. Oleh karenanya dibutuhkan iklim makro yang “sadar kelembagaan”
serta memperkuat “modal sosial” yang ada di masyarakat. Beberapa isu penting perkebunan yang
berkembang dalam diskusi adalah tantangan dan kesiapan petani kita dalam menghadapi pasar,
baik dari sisi kualitas maupun kuota produk yang bisa memastikan keberlanjutan pasokan,
komoditi karet dan sawit sebagai social insurance masyarakat Jambi, penyiapan SDM
berkarakter agripreneur di masa depan, serta adanya fasilitasi atau intervensi pemerintah untuk
menjamin pasar bagi produksi perkebunan yang dihasilkan petani dengan harga terbaik.
Sejumlah kebijakan dalam bentuk undang-undang dan peraturan pada level yang lebih rendah
telah disiapkan pemerintah untuk mengakomodasi pada akses, pada kontrol, pada manfaat, pada
sumberdaya, pada politik kebijakan, pada skala ekonomi, dan pada power atau kekuasaan subjek
agraria dan subjek perkebunan dalam pembangunan perkebunan (penatagunaan lahan dan
pembangunan, managemen perkebunan). Lahan dan perkebunan tidak hanya telah diperebutkan
oleh subjek agraria dan subjek perkebunan tetapi juga oleh subjek pembangunan lainnya, sehingga
untuk menguasai lahan dan perkebunan terjadi kompetisi yang berlansung ketat. Ketatnya
kompetisi mendapatkan lahan dan usaha perkebunan telah memunculkan pelanggaran terhadap
undang-undang dan peraturan lainya, baik pelanggaran pada substansinya maupun pada
implementasi oleh subjek agraria dan subjek perkebunan. Secara rinci kesimpulan hasil penelitian
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis terhadap substansi kebijakan sub aspek kebijakan penatagunaan lahan dan sub aspek
kebijakan pembangunan perkebunan di provinsi Riau yangdiukur dari dimensi dan elemen
(marginalisasi, monopoli dan dominasi) kepada subjek agraria dan subjek perkebunan,
menunjukan terjadinya ketidakadilan diantaranya:
b) Monopoli dan dominasi kebijakan telah mengeliminasi pengakuan hak-hak rakyat oleh negara
dalam pengusahaan lahan. Kolaborasi antara perusahaan perkebunan swasta dengan pemerintah
daerah telah menanggalkan hak ulayat masyarakat, memiskinan rakyat melalui pemandulan asset
sumberdaya lahan yang dimiliki masyarakat secara komunal;
c) analisis terhadap substansi kebijakan sub aspek kebijakan penatagunaan lahan dan sub aspek
kebijakan pembangunan perkebunan yang diukur dengan menggunakan konsep, pendekatan prinsip-
prinsip keadilan, menunjukan bahwa ketidakadilan yang terjadi disebabkan oleh pelanggaranterhadap
prinsip keadilan; persamaan di hadapan hukum, keseimbangan,toleransi, konsistensi dan prosedural
kepada subjek agraria dan subjekperkebunan;
d) secara umum ketidakadilan pada aspek, sub aspek kebijakan penatagunaan lahan dan pada aspek,
sub aspek kebijakan pembangunan serta managemen perkebunan baik pada substansinya paling
banyak terjadi kepadasubjak agraria dan subjek perkebunan yaitu rakyat.
ketidakadilan dari kebijakan baik pada substansi maupun pada implementasinya relatif tidak terjadi
pada pola HGU-Murni;
3. Pembangunan Perkebunan yang berkeadilan hanya dapat dicapai apabila aspek kebijakan
penatagunaan lahan dan aspek kebijakan pembangunan serta managemen perkebunan itu berlangsung
sebagai rangkaian hulu dan hilir, adil pada substansi dan adil pada implementasi kebijakan yang
mengandung cita-cita materiilnya tidak marginalitatif, monopolitif, dominatif serta prosedural/taat
azas sehingga memberikan implikasi yang adil kepada subjeknya. Artinya saling mengintegrasikan
kebijakan penatagunaan lahan dengan kebijakan pembangunan dan managemen perkebunan sejak
substansi kebijakan sampai kepada implementasi kebijakan antara subjek agraria dan perkebunan
dengan memenuhi prinsip-prinsip keadilan. Pembaharuan dan penyempurnaan terhadap pola
PembangunanPerkebunan yang selama ini diterapkan di provinsi Riau adalah dengan
Agraria terhadap terjadinya marginalisasi melalui penguatan akses, kontrol dan kemanfaatan,
penguasaan asset penting oleh rakyat yaitu terhadap sumberdayalahan perkebunan, akses terhadap
kebijakan lahan, managemen perkebunan serta kemanfaatan produksi perkebunan; b) Penguatan
Demokrasi Ekonomi terhadap berlansungnya monopoli artinya adanya demokrasi ekonomi
keberlanjutan mengantisipasi monopoli dan kekebalan perusahaan perkebunan negara danperusahaan
perkebunan swasta atau kolaborasi kedua pihak; c) Reduksi dominasi(power) terhadap pihak yang
memiliki power dominan artinya reduksi dominasi(magnitud power/otoritas) perusahaan perkebunan
negara dan swasta sebagai pihak inti terhadap sumberdaya umum, ekonomi skala perkebunan, politik
kebijakan perkebunan; d) Penguatan kewajiban pemerintah untuk kemakmuran dan kesejahteraan
antara perusahaan perkebunan negara, perusahaan perkebunanswasta dan rakyat yaitu fungsionalisasi
dan kehadiran negara melalui pemerintahditengah tengah ketidakberdayaan rakyat mendapatkan
haknya. Penguatan kewajiban pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan umum, untuk
campurtangan dalam segala lapangan kehidupan masyarakat, sebagaimana termuatdalam tujuan
kemerdekaan Indonesia dalam UUD 1945.
Pembangunan Pertanian dan Perkebunan memiliki perananan yang cukup penting dan strategis dalam
pembangunan nasional dan regional meliputi:
peningkatan ketahanan pangan, produk domestik regional bruto (PDRB), kesempatan kerja, sumber
pendapatan, serta perekonomian regional dan nasional. Pertanian dan Perkebunan menjadi penarik
bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang kontribusinya pada
pertumbuhan ekonomi cukup besar. Pembangunan pertanian dan perkebunan ke depan dihadapkan
kepada berbagai tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan yang
sangat dinamis serta berbagai persoalan mendasar seperti globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya
kemajuan teknologi dan informasi, semakin terbatasnya sumberdaya, tejadinya perubahan iklim
global,serta masih terbatasnya permodalan petani dan masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani
dan penyuluh. Guna mewujudkan keberhasilan pembangunan tersebut diperlukan sumber daya
manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang handal. Salah satu langkah
yang ditempuh untuk mewujudkan SDM yang handal diperlukan penyuluhan secara berkelanjutan
supaya penyuluhan yang dilakukan secara berkelanjutan diperlukankelembagaan penyuluhan yang
kuat. Kelembagaan penyuluhan
merupakan penjabaran visi, misi dan program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih
yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Provinsi Jawa Tengah, dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara,Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, memuat beberapa hal : (1)
arah kebijakan keuangan daerah; (2) strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), linta SKPD dan program kewilayahan disertai dengan
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif Selanjutnya
RPJMD tersebut, menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah yang dijabarkan menjadi kebijakan, program
strategis dan kegiatan operasional dalam rangkamenangani isu strategis serta peningkatan
pelayanan publik untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan, sebagai dokumen gunamemberikan
arah Pembangunan Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah dalam jangka waktu tahun 2018-2023.
Adapun pelaksanaan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023 dijabarkan ke pdalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan Tahunan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana
KerjaOPD.