Anda di halaman 1dari 4

Kebijakan Pembangunan Pertanian Di Lombok Utara

Oleh : Kabid Pertanian DKPP KLU

I. Pendahuluan
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk kepentingan
manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang
lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang bersifat semusim.

Semua usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-
dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan produk, dan
pemasaran. Apabila seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan
efisiensi untuk mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian intensif Usaha
pertanian yang dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan kebijakan
yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal sebagai intensifikasi..

Sebagai suatu usaha, pertanian memiliki dua ciri penting: selalu melibatkan barang dalam
volume besar dan proses produksi memiliki risiko yang relatif tinggi. Dua ciri khas ini muncul
karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan
memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi.
Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya budidaya alga, hidroponika) telah dapat
mengurangi ciri-ciri ini tetapi sebagian besar usaha pertanian dunia masih tetap demikian.

II. Visi Pembangunan pertanian


“Terwujudnya Ketahanan Pangan yang berlandaskan Kedaulatan dan Kemandirian Pangan”

III. Misi Pembangunan Pertanian

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian KLU berperan dalam mengoordinasikan perumusan
kebijakan ketahanan pangan yang meliputi aspek ketersediaan pangan, keterjangkauan
pangan, dan pemanfaatan pangan. Dalam rangka memainkan peran tersebut agar dapat
mencapai visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
merumuskan misi sebagai berikut :
a. Memantapkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan;
b. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap pangan;
c. Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya,
kelembagaan dan budaya lokal;
d. Mewujudkan pangan segar yang aman dan bermutu.

V. Prospek Pengembangan

Salah satu tujuan pengembangan sektor pertanian adalah untuk peningkatan pendapatan
petani melalui peningkatan produksi dan produktivitas. Peluang pengembangan ini bergantung
sungguh pada seberapa kuat daya saing yang dimiliki oleh produk yang dihasilkan. Bila produk
yang dihasilkan memiliki daya saing yang cukup tinggi itu artinya komoditas mempunyai
peluang pengembangan yang cukup besar untuk dapat masuk dan bertahan di pasaran. Kaitan
dengan hal tersebut maka, pengembangan komoditas seyogyanya memperhatikan potensi
dan kendala yang dihadapi dalam berbagai aspek.

VI. Peluang Pengembangan

a. Kabupaten Lombok Utara memiliki sumbar daya alam yang sangat besar dan beragam
sehingga dapat berpengaruh pada : 1). Akan menjamin terjadinya arus perdagangan
antar wilayah; dan 2). Akan memberikan jaminan agribisnis tanaman pangan dan
hortikultura akan berkembang secara berkelanjutan, dan berdaya saing bila para pelaku
bisnis mampu mengenali selera konsumen.
b. Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan
hortikultura baik komoditas dataran rendah maupun dataran tinggi.
c. Ada pengalaman Poktan dalam budidaya.
d. Peluang pasar bagi komoditas hortikultura semakin meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, timbulnya kesadaran akan gizi, peningkatan
perkembangan sektor pariwisata.

VII. Tantangan Pengembangan

Ada sejumlah tantangan yang masih sering muncul dalam pengembangan sektor pertanian
khususnya hortikultura antara lain :

a. Pengembangan tanaman pangan dan hortikultura tergantung pada potensi yang dimiliki
(ketersediaan sumberdaya, keragaman sistem usahatani, infrastruktur, dan ketersediaan
teknologi).
b. Pengembangan belum mengarah ke sistem agribisnis.
c. Di era globalisasi ini, kita dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat sehingga
perluada upaya peningkatan kualitas produk.
d. Sempitnya penguasaan lahan, tidak efisiennya usahatani, iklim usaha yang kurang
kondusif, belum memenuhi 3 K (Kuantitas, Kualitas, Kuntinuitas).
e. Produktivitas (hortikultura) tergolong rendah oleh karena pola usahatani yang kecil, mutu
bibit rendah , dan rendahnya penerapan teknologi.
f. Selain itu salah satu penyebab dari produktivitas rendah ini adalah karena
pasokan air yang mengairi lahan pertanian juga berkurang. Banyak saluran
irigasi yang ada perlu diperbaiki.
g. Kurangnya minat tenaga berpendidikan untuk terlibat langsung dalam kegiatan usaha
tani.
h. Kurangnya minat angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian sehingga berdampak
pada tingkat upah menjadi lebih tinggi.
i. Tidak semua petani menjadi anggota Kelompok Tani sementara kelembagaan utama
yang terkait dengan sistem produksi adalah Kelompok Tani.
j. Pemasaran produk khususnya hotel dengan sistim tunda bayar.

VIII. Program Pengembangan Pembangunan Pertanian Ke Depan

a. Pengembangan pembangunan pertanian ke depan dengan memperhatikan peluang dan


tantangan di atas seyogyanya dilakukan dengan membagi menjadi dua aspek yaitu
aspek budi daya dan aspek produk. Aspek budi daya akan menjadi tanggung jawab
petani, praktisi, dan institusi pemerintah yang relevan, sementara aspek produk akan
ditangani oleh para pengusaha swasta/industri dan pemerintah daerah setempat.
b. Meningkatkan kemampuan dengan mendayagunakan kekuatan yang dimiliki dan
mengatasi kelemahan yang ada.
c. Segenap unsur terlebih dunia usaha sudah seharusnya mempersiapkan diri dengan
langkah-langkah yang konkrit agar memiliki daya saing dan berkembang secara mandiri
d. Untuk meningkatkan daya saing dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas SDM,
memperluas pengusahaan lahan setiap keluarga tani dan menggunakan teknologi.
e. Perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada dan rumuskan rencana perbaikan ke
depan.
f. Pengembangan tidak hanya memperhatikan aspek produksi, tetapi pada
pengembangan komoditas pasar.
g. Penguatan kelembagaan Poktan agar aksesibilitas petani terhadap informasi, teknologi,
permodalan, dan pasar yang menjadi kendala usaha dapat teratasi.
h. Melakukan kolaborasi pemasaran produk, advokasi kepada Pemda/pihak lain agar
memberikan dukungan permodalan untuk Asosiasi Petani sehingga pemasaran produk
melalui satu pintu dapat berjalan dengan baik..
i. Menempatkan dana penjamin pada Bank/lembaga keuangan lain agar pihak
Bank/lembaga keuangan menyalurkan pinjaman lunak kepada Asosiasi Petani dengan
skim yang sesuai dengan kegiatan.
j. Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan perdesaan, melalui
perbaikan jaringan irigasi dan jalan usahatani, serta infrastruktur perdesaan lainnya.
k. Penyediaan informasi.seperti informasi pasar mengenai input dan output pertanian, dan
informasi mengenai teknik – teknik pertanian terbaru.

Anda mungkin juga menyukai