Wilayah yang terbentuk atas beberapa elemen tersebut kemudian dikelola untuk
keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian rakyat. Dalam upaya
pengelolaan kawasan, pemerintah daerah dengan masyarakat setempat bertanggung
jawab untuk menjaga dan merawat kawasan Geopark.
Karst adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bentuk lahan yang
berkembang pada batuan mudah larut, seperti batuan gamping, marmer, dan gipsum.
Hasil pelarutan batuan tersebut menghasilkan bentuk lahan serta sistem pelorongan
bawah tanah dan hidrologi yang unik. Secara khusus karst didefinisikan oleh Ford dan
Williams (2007) sebagai bentukan medan dengan sistem hidrologi dan bentuk lahan
yang khas, terjadi karena adanya kombinasi batuan mudah larut dan porositas
sekunder yang telah berkembang dengan baik. Bentuk lahan tersebut dicirikan
dengan kehadiran sungai permukaan yang masuk ke bawah permukaan melalui
mulut-mulut gua, sistem pelorongan bawah tanah, cekungan tertutup, singkapan
batu yang beralur akibat pelarutan, dan mata air.
Selain sebagai keunikan bentuk lahan, karst juga berfungsi penting dalam penyediaan
kebutuhan air bersih, hunian manusia (Gunn, 2004), obyek daya tarik wisata, dan
penyimpan cadangan karbon inorganik sekaligus penjerap CO2 dari atmosfer. Batu
gamping yang menyusun kawasan karst juga digunakan sebagai salah satu bahan
baku industri semen. Kawasan karst sebagai penyedia air bersih merupakan peranan
yang sangat penting bagi kehidupan manusia, 20-25% kebutuhan air bersih populasi
global dipenuhi dari kawasan karst (Ford dan Williams, 2007).
Bentuk lahan karst menyusun kurang lebih 20% bentang lahan permukaan bumi (Ford
dan Williams, 2007), sedangkan di Indonesia luas kawasan karst diperkirakan
IV - 1
mencapai 20% dari total luas daratan (Balazs, 1968). Kawasan karst di Indonesia dapat
ditemui di seluruh pulau-pulau utama, termasuk di Semenanjung Mangkalihat, Pulau
Kalimantan yang memiliki kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat. Istilah kawasan
karst Sangkulirang-Mangkalihat digunakan sebagai indentitas kawasan karst yang
terletak di Semenanjung Mangkalihat, di sisi timur Pulau Kalimantan. Kawasan karst
tersebut terbagi ke dalam beberapa blok, dari wilayah pesisir hingga jauh ke arah hulu
dengan luas indikatif menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 67 Tahun
2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Karst Sangkulirang-
Mangkalihat di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur 362.706,11 hektar.
Gambar 4.1 Peta Kars Sangkulirang-Mangkalihat
Bentang Alam Karst Sangkulirang Mangkalihat ini memiliki banyak sekali peninggalan
sejarah yang belum diteliti secara utuh termasuk peninggalan kebudayaan, sejarah,
organisme yang hidup di Bentangan Karst tersebut. Terdapat peninggalan
IV - 2
kebudayaan dari manusia pada zaman purba yaitu bentuk lukisan cap-cap tangan,
gerabah dan masih banyak lagi. Sampai di tahun 2015 telah ditemukan ribuan lukisan
seni rock yang tersebar di 35 lokasi di tujuh pegunungan Karst yang berbeda yang
diyakini merupakan bentuk komunikasi manusia zaman purba.
Pada kawasan ini terdapat sembilan ‘gundukan’ kars raksasa yang tersebar dari barat
sampai ke timur, dengan luasan sekitar 100 km x 80 km. Bagian paling barat
merupakan bagian kars yang paling terangkat ke permukaan bumi. Ada dua puncak
tertinggi yang elevasinya mencapai lebih dari 1000 m dpl, dengan jejeran dinding-
dinding megah yang menjulang ratusan meter. Perbukitan kars berserakan ke arah
timur. Di timur sering kali dijumpai dataran kars yang luas yang memunculkan sumur-
sumur kars.
Hingga saat ini berdasarkan Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), Kawasan
Sangkulirang – Mangkulihat masih tergolong sebagai geoheritage potensial yaitu
keragaman Geologi yang memiliki nilai lebih sebagai suatu warisan karena menjadi
rekaman yang pernah atau sedang terjadi di bumi yang karena nilai ilmiahnya tinggi,
langka, unik, dan indah, sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan
pendidikan kebumian. Geoheritage ditetapkan oleh menteri yang tugas dan fungsinya
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang geologi. Penetapan ini dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan geopark.
IV - 3
Gambar 4.2 Peta Sebaran Kars di Sangkulirang – Mangkalihat
IV - 4
4.1.1 Keragaman Geologi (Geodiversity)
Morfologi karst pada Formasi Lebak berkembang dengan sangat spektakuler dengan
dominasi bukit dan kerucut karst yang menjulang puluhan meter. Sementara di
kawasan pesisir didominasi oleh bukit-bukit karst. Sementara itu, morfologi negatif
yang dapat ditemui adalah doline, polje, cockpit karst, dan lembah kering. Polje atau
cekungan luas dengan lantai yang relatif datar membentuk lanskap yang sangat
mengagumkan di blok karst Merabu-Kulat. Masyarakat setempat menyebut polje
tersebut dengan Tebo. Polje juga ditemukan di blok karst Batu Onyen dan Gergaji.
Keunikan morfologi karst Sangkulirang Mangkalihat juga dipengaruhi oleh setting
struktur geologinya. Blok karst Merabu-Kulat, Batu Onyen, dan Gergaji berkembang
pada setting lipatan, baik sinklin maupun antiklin. Morfologi polje berkembang pada
sumbu sinklinal di blok karst Merabu-Kulat dan Batu Onyen. Sedangkan pada sayap-
sayap sumbunya berkembang bukit dan kerucut karst sebagai morfologi positif dan
doline sebagai morfologi negatifnya.
IV - 5
Gambar 4.3 Kerucut Karst dan Danau Tebo (Sebuah Polje di Blok Karst Merabu-Kulat)
Pada blok karst Batu Onyen, lantai doline yang berkembang pada sayap-sayap
sinklinnya memiliki lantai yang miring ke arah sumbu sinklin. Blok karst Tutunambo-
Nyere, Sekerat, Pengadan, Tabalar-Domaring, dan Suaran diidentifikasi sebagai
IV - 6
bentuk lahan karst plato. Pada blok-blok karst tersebut juga berkembang morfologi
kerucut, bukit, doline, dan lembah kering. Lembah-lembah kering yang
perkembangannya dikontrol oleh kekar dan sesar menghasilkan labirin - labirin karst
di bagian utara blok karst Tutunambo Nyere dan sisi timur blok karst Suaran.
Morfologi yang unik ditemukan di blok karst Tutunambo-Nyere, yakni kerucut karst
yang memiliki lubang vertikal di bagian puncaknya sehingga mirip tabung/botol.
Melalui interpretasi foto udara resolusi tinggi diketahui bahwa diameter lubangnya
berkisar antara 5-7 meter. Melalui metode yang sama pula ditemukan beberapa
morfologi serupa di blok karst Merabu-Kulat.
Gambar 4.5 Blok Diagram Bentuk Lahan Karst di Setting Plato
IV - 7
Keunikan morfologi karst Sangkulirang-Mangkalihat tidak berhenti pada
permukaannya saja. Gua-gua dengan berbagai variasi bentuk lorong, ornamen, dan
tingkatan lantai merupakan nilai penting yang sangat menarik. Selain itu, beberapa
gua atau ceruk menyimpan nilai sejarah sangat penting dengan keberadaan gambar
cadas (art rock) berusia ribuan tahun. Seperti yang ditemukan di gua-gua blok karst
Merabu-Kulat, Batu Onyen, Gergaji, Tutunambo-Nyere, Pengadan, dan Tabalar.
Gambar 4.7 Morfologi Kerucut Kars
IV - 8
Gambar 4.9 Fitur Bentuk Lahan Karst Sangkulirang-Mangkalihat
Bentuk lahan karst memiliki sistem hidrologi yang unik karena sistem aliran
permukaan sangat jarang ditemui, kontras sekali dengan kondisi di bawah
permukaannya. Air dalam sistem hidrologi bawah permukaan kawasan karst
tersimpan dalam berbagai matrik ukuran. Air tersebut ada yang mengalir cepat
melalui saluran dengan ukuran besar (conduit ) atau tersimpan dalam zona antar butir
yang mengalir secara sangat lambat (diffuse).
Simpanan air tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam saluran sungai bawah tanah
ataupun keluar ke mataair. Simpanan air tersebut merupakan cadangan air yang
IV - 9
sangat besar yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baik untuk saat
ini maupun masa yang akan datang. Perkembangan teknologi ekstraksi sumber daya
air pada masa yang akan datang diharapkan mampu menjadi solusi untuk
pemanfaatan air di kawasan karst. Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki
beberapa mata air karst dengan debit besar dan belum sepenuhnya termanfaatkan.
Beberapa mata air dengan debit besar ditemukan di antaranya di blok karst Suaran,
Merabu-Kulat, Tabalar, dan Mangkalihat. Lokasi mata air yang berada cukup jauh dari
pemukiman warga menjadikan pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-
hari masyarakat masih sangat minim. Berdasarkan pengujian singkat, mataair tersebut
memiliki kualitas yang bagus.
Terlepas dari minimnya pemanfaatan mata air untuk pemenuhan kebutuhan domestik
masyarakat, mata air yang ada di kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki
peranan besar dalam ekosistem. Fungsi hidrologis penting lainnya dari kawasan karst
Sangkulirang-Mangkalihat dapat dilihat dengan keberadaan 6 sungai besar yang
berhulu ke kawasan ini. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Lesan, Sungai Tabalar,
Sungai Suaran, Sungai Bengalon, Sungai Karangan, dan Sungai Manubar. Kawasan
karst yang menjadi hulu dari sungai-sungai tersebut erat kaitannya dengan zona
produksi dalam sebuah sistem daerah aliran sungai (DAS). Zona produksi berperan
dalam menyuplai air, nutrient, dan biomassa dalam sebuah sistem DAS. Oleh karena
itu, kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki fungsi yang esensial dalam
menjaga keseimbangan ekosistem di Semenanjung Mangkalihat dan sekitarnya.
Gambar 4.10 Ilustrasi Sistem Hidrologi Karst
IV - 10
4.1.2 Nilai Warisan Geologi (Geoheritage)
A. Kondisi Air
Terdapat tiga fenomena pengikisan air di kawasan ini. Pertama, kikisan yang terbentuk
karena sungai berusaha menembus gua menuju dataran yang lebih rendah, sampai
menembus gunung kars dari satu sisi ke sisi lainnya sejauh 3 sampai 5 km. Beberapa
lorong gua bahkan mempunyai ukuran raksasa, baik luas maupun tingginya. Gua
seperti ini tersebar pada beberapa gunung kars, dan dapat ditemukan berupa lorong-
lorong fosil pada ketinggian 400 m dpl, maupun yang masih aktif di kaki kars. Pada
lorong-lorongnya terdapat beberapa muara-muara gua yang lebih kecil dan lubang-
lubang amblesan kars sinkhole.
IV - 11
Gua-gua tembus ini tampaknya menjadi hunian utama koloni-koloni walet yang
menghasilkan sarang liur emas. Pada satu sistem gua tembus, ditemukan kecoa
raksasa dengan ukuran badannya mencapai 10-11 cm dan khas hanya ditemukan
pada sistem ini.
Fenomena kedua adalah alur sungai yang mengikis salah satu sisi dari kaki gunung-
gunung kars. Jenis kikisan ini menghasilkan gua-gua yang sejajar dengan alur sungai
yang mengikisnya, sekaligus mengikuti lekukan-lekukan kaki gunung kars. Lorong-
lorong gua sejajar ini ada yang sudah menjadi fosil, ada yang terkadang tergenang air
banjir, dan ada pula yang masih aktif dikikis aliran sungai. Orang lokal mempunyai
beberapa sebutan untuk gua sejajar ini: lubang tembobos untuk gua yang banyak
muaranya, lubang terusan untuk gua yang mempunyai muara di hulu dan di hilir,
lubang kembar untuk lorong-lorong gua sejajar yang runtuh di tengah tengah,
sehingga seperti ada dua gua kembar yang saling berhadapan pada posisi hulu-hilir.
Di gua-gua tembobos lebih sering menjadi tempat bagi jutaan kelelawar yang terdiri
dari sedikitnya 90 spesies, dan dua di antaranya spesies langka.
Fenomena ketiga adalah terjebaknya air di lembah kars, membentuk rawa atau danau
kars. Jumlahnya sangat banyak. Rawa yang terkenal misalnya rawa-rawa di wilayah
Gergaji-Marang yang dikenal sebagai Danau Tebo. Lembahnya sendiri merupakan
fenomena melarutnya kars secara perlahan-lahan. Dasarnya membentuk polje, suatu
tegalan kars yang memanjang mengikuti arah lembah. Tegalan ini dapat berupa rawa,
kolam, atau danau, kemudian airnya merembes ke bawah. Rembesannya keluar pada
gua-gua di bawahnya. Masyarakat menyebut fenomena kars ini sebagai lubang-
sungai. Gua-gua seperti di sini umumnya pendek dan hanya mempunyai satu muara
gua. Arah lorongnya cenderung tegak lurus terhadap arah gua sejajar di atasnya. Pada
skala kecil, gua-gua ini disebut tebot dengan air yang keluar dari batuan kars disebut
air metam berupa air jernih yang biasanya dapat langsung diminum.
Walaupun demikian, pada kawasan ini banyak pula ditemukan gua vertikal sedalam
100 sampai 200 m. Gua-gua itu merupakan hasil dari gabungan fenomena di atas
yang sering mengakibatkan runtuhan-runtuhan baru. Masyarakat lokal mempunyai
istilah sendiri, seperti batu tebor yaitu gunung yang mudah longsor batunya, atau
ambur batu yaitu daerah yang batunya berhamburan.
Terdapat pula sedikit gejala tektonik berupa mata air panas yang keluar dari gua yang
disebut ampenas, artinya air panas. Selain itu, retakan atau kekar-kekar tampak
mengontrol arah tebing-tebing raksasa dengan bahasa setempat disebut ilas,
misalnya Ilas Tondoyan, Ilas Bungaan, Ilas Batu Merah. Air hujan yang meluncur turun
dari tebing-tebing tinggi ini, mengikis paparan kars di kaki tebing yang menyerupai
IV - 12
fenomena kars minor lapiaz berupa lubang-lubang dangkal seperti pada keju.
Penduduk menyebut lubang batu yang sisinya tajam sebagai batuan resak.
B. Situs Prasejarah
Situs-situs ini dulu begitu jauh dari hiruk-pikuk minyak dan batubara, sampai-sampai
Belanda juga tidak menyentuh pedalaman kars ini. Sampai saat ini tidak diketahui apa
penyebabnya. Bahkan hingga dewasa ini, situs-situs ini tetap masih jauh dari
keramaian kampung-kampung modern, namun sudah didekati oleh tambang-
tambang batubara.
Situs-situs gambar prasejarah tetap harus didekati dengan berjalan kaki. Ada yang
dapat dijangkau dalam hitungan menit dari sungai, namun ada yang memerlukan
perjalanan satu malam untuk mendekatinya. Gambar ini dilukis jauh pada masa silam,
ketika Kalimantan masih ‘berbagi’ daratan dengan Asia, Jawa, dan Sumatra. Gambar
cadas (garca) terawetkan ribuan tahun oleh pekatnya hutan dan jauhnya dari
keramaian modernitas.
Garca diduga dibuat oleh kaum Austro-asiatik yang bermata pencaharian berburu dan
meramu tingkat lanjut. Mereka datang sekitar 12.000 - 9.000 tahun lalu. Secara teoritis,
mereka berjalan kaki dari arah Vietnam menuju Serawak, Sabah, dan akhirnya sampai
ke daerah Sangkulirang. Ketika itu, air laut sedang naik menggenangi banyak pesisir
dan daratan Asia-Tenggara, dan boleh jadi itu adalah alasan perpindahan orang-
orang tadi. Para penggambar garca prasejarah tadi datang lebih dulu dari kaum
Austronesian yang merupakan nenek moyang kebanyakan Dayak yang ada sekarang.
Tingkat pertama, berupa situs kubur dan hunian. Ada situs yang bergambar, ada yang
tidak. Pada situs dekat sungai, ditemukan banyak kereweng-kereweng gerabah,
bermotif garis-garis dan tumpal. Pada satu ceruk dan satu gua, ditemukan tiga
kerangka yang berwajah ‘halus’, yaitu ciri wajah orang Mongoloid, mungkin juga
Austro-asiatik atau Austronesian, namun jelas bukan Melanesoid.
Tingkat kedua yang berada di tengah atau di lembah kars, merupakan tempat suci
untuk upacara saman. Situs saman ini paling sulit dijangkau dibandingkan dengan
IV - 13
situs yang berada di dekat sungai atau di punggungan gunung. Situs-situs tingkat dua
ini berada di tengah-tengah tebing, kurang-lebih 90-120 m di atas permukaan sungai.
Umumnya untuk mencapai situs tingkat kedua diperlukan pendakian antara satu
hingga dua jam. Pada beberapa tempat, perlu memanjat tangga kars bersudut 80-90o
setinggi 3-4 m. Situs tingkat ketiga merupakan situs di puncak punggungan gunung
malahan mempunyai jalan yang mudah diakses. Situs tingkat tiga merupakan situs
bergambar tertinggi di kawasan ini, dan tampaknya berfungsi sebagai tempat
berkumpul dalam melakukan upacara-upacara komunal.
Gambar 4.11 Cap Tangan di Karst Sangkulirang-Mangkalihat
IV - 14
Gambar 4.13 Keunikan Setiap Blok Karst Sangkulirang Mangkalihat
IV - 15
4.1.3 Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Terdiri dari beberapa blok karst yang menempati Semenanjung Mangkalihat. Kawasan
karst Sangkulirang-Mangklihat merupakan salah satu ekosistem karst yang masuk
dalam daftar sepuluh teratas kawasan karst yang terancam versi Karst Waters Institute.
Terdapat 371 (tigas ratus tujuh puluh satu) jenis vegetasi, 98 (Sembilan puluh
delapan) diantaranya jenis dilindungi, 49 (empat puluh sembilan) jenis merupakan
endemik Pulau Kalimantan. Blok karst Suaran memiliki hutan relative terjaga
merupakan blok karst dengan jumlah jenis dilindungi terbanyak, yakni 54 (lima puluh
empat) jenis. Indeks kekayaan jenis vegetasinya tinggi dengan dominasi kehadiran
jenis Shorea sp. Uniknya, tingkat kesamaan jenis vegetasi antar kawasan karst
tergolong rendah yang dapat diartikan bahwa setiap blok karst memiliki kekhasan
masing-masing.
Gambar 4.14 Hutan di Karst Sangkulirang Mangkalihat
Selain itu 9 (Sembilan) dari 13 (tigas belas) jenis primata yang ada di Pulau Kalimantan
ditemukan di kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat, 7 (tujuh) di antaranya
termasuk dilindungi dan endemik. Beberapa jenis primata bernilai konservasi tinggi
yang berhasil ditemui antara lain orang utan (Pongo pygmaeus morio), owa
kalimantan (Hylobates muelerri), berangat (Presbytis hosei canicrus), bekantan
IV - 16
(Nasalis larvatus), kukang kayan (Nycticebus kayan), Tarsius (Cephalopachus bancanus
borneanus).
Gambar 4.15 Orang Utan di Karst Sangkulirang Mangkalihat
Sementara itu, terdapat 93 (sembilan puluh tiga) spesies Arthropoda yang dikoleksi
dari beberapa lokasi. Kelompok yang mendominasi antara lain laba-laba (Araneae),
kecoa (Blattaria), kumbang (Coleoptera) dan Hymenoptera. Salah satu jenis yang
cukup menarik adalah ditemukan kecoa gua raksasa Miroblatta baai (Blabridae,
Blattaria). Kecoa raksasa ini ditemukan di Gua Ambulabung, blok karst Tutunambo-
Nyere. Mereka hidup di dinding dan lubang-lubang yang ada di lantai gua, biasanya
ditemukan 2 individu bersama-sama. Diduga kecoa ini merupakan kecoa gua terbesar
pertama yang ditemukan di dunia dan berpotensi sebagai spesies baru. Genus- kecoa
ini berasal dari spesies yang sangat langka yang hidup di hutan-hutan Kalimantan-
dan diduga merupakan spesies kedua dari genus yang ada.
Selain itu, terdapat juga Cirolanidae yang merupakan salah satu spesies isopoda
akuatik yang menarik, di Indonesia ditemukan di Maros dan sekaligus spesies baru
yaitu Cirolana marosina. Di kawasan Asia Tenggara di temukan di Filipina dan
Indonesia. Cirolanidae di blok karst Gunung Gergaji sangat berbeda dibandingkan
dengan di Maros, berwarna coklat muda sedangkan di Maros berwarna putih dan
diduga merupakan spesies baru. Cirolanidae ditemukan sangat melimpah di kolam-
kolam kecil di lantai gua (rimpools) yang bersubstrat pasir. Cirolanidae hidup bersama
dengan udang buta (Atyidae), planaria, dan beberapa dengan kepiting.
IV - 17
menghuni kawasan ini, yakni Dayak dan Kutai. Terdapat pula suku-suku pendatang
yang telah lama menghuni kawasan ini, seperti Bugis, Mandar, dan Banjar.
Suku Dayak dengan beberapa sub etnisnya telah lama menghuni kawasan karst
Sangkulirang-Mangkalihat. Sub etnis Dayak di kawasan ini ada yang memang
penghuni asli dan ada pula yang bermigrasi dari daerah hulu. Dayak Lebbo, Basap,
dan Ga’ai merupakan penduduk asli dan dapat ditemui di kampung-kampung
perikarst (pinggiran kawasan karst) maupun di dalam kawasan karst itu sendiri.
Sedangkan sub etnis Kenyah merupakan contoh suku asli Kalimantan yang bermigrasi
ke kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat. Penduduk-penduduk asli tersebut telah
turun temurun memanfaatkan jasa lingkungan kawasan karst dan sekitarnya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup mereka.
Mereka memanfaatkan rotan, damar, madu, sarang burung walet, binatang buruan,
dan lahan perladangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik secara langsung
maupun untuk dijual. Suku asli lainnya yang memiliki sejarah panjang dengan
kawasan karst adalah Suku Kutai. Orang-orang Kutai yang tinggal di Desa Tepian
Langsat, Kabupaten Kutai Timur telah lama memanfaatkan kawasan karst Gunung
Gergaji sebagai sumber alternatif pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka selain dari
berladang. Gua-gua karst yang berkembang di kawasan ini menjadi hunian bagi
burung-burung walet yang sarang nya bernilai jual tinggi.
Gambar 4.16 Kampung Pana’an di Tepi Blok Karst Sangkulirang Mangkalihat
IV - 18
gua dan ceruk di blok karst Merabu-Kulat, Batu Gergaji, Pengadan, Tutunambo-Nyere,
dan Tabalar.
Gambar 4.17 Peninggalan Budaya di Karst Sangkulirang Mangkalihat
IV - 19
4.2 Deliniasi Kawasan Geopark
Deliniasi Kawasan Geopark Sangkurilang terdiri menjadi 3 kawasan yaitu Kawasan Inti,
Kawasan Penyangga, dan Kawasan Pengaruh. Kawasan Inti di Geopark Sangkurilang
ini merupakan kawasan karst, kawasan penyangga merupakan kawasan yang
pariwisata dan aktivitas masyarakat yang saling berkaitan dengan kawasan inti
sehingga antara kawasan inti dan kawasan penyangga akan membentuk 4 (empat)
unsur Geopark yaitu Keragaman Geologi (Geodiversity), Nilai Warisan Geologi
(Geoheritage) Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural
Diversity).
Kawasan Inti dan Kawasan Penyangga terdapat di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten
Kutai Timur dan Kabupaten Berau sedangkan kawasan pengaruh terdapat 2 (dua)
alternatif yaitu untuk alternatif pertama menjangkau hingga seluruh Kota Balikpapan,
sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, seluruh Kota Samarinda, sebagian Kabupaten
Kutai Timur, seluruh Kota Bontang, sebagian Kabupaten Berau, dan sebagian
Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara), sedangkan untuk alternatif kedua di
bagian Selatan hanya menjangkau hingga Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Untuk
melihat lebih jelas deliniasi kawasan Geopark Sangkulirang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel IV.1 Deliniasi Kawasan Inti dan Kawasan Penyangga di Geopark Sangkulirang
IV - 20
No Kawasan Kecamatan Kab/ Kota Luas (Ha)
Telukbayur Berau 2,635.63
Bengalon Kutai Timur 182,555.83
Kaliorang Kutai Timur 22,541.34
Karangan Kutai Timur 96,228.73
Karangan Kutai Timur 0.01
Kaubun Kutai Timur 94,354.95
Kombeng Kutai Timur 7,762.98
Sandaran Kutai Timur 246,885.17
Sangkulirang Kutai Timur 118,295.01
Sangkulirang Kutai Timur 0.01
JUMLAH 1,304,006.24
TOTAL KAWASAN INTI + PENYANGGA 1,854,316.76
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2019
IV - 21
Gambar 4.19 Deliniasi Geopark Sangkulirang Alternatif 1
IV - 22
Gambar 4.20 Deliniasi Geopark Sangkulirang Alternatif 2
IV - 23
4.3 Profil Kependudukan
Geopark Sangkulirang terdapat di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur.
1) Kabupaten Berau
Jumlah penduduk di Kabupaten Berau pada tahun 2017 berjumlah 213.601 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Berau yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu
berada di Kecamatan Tanjung Redep dengan jumlah penduduk sebesar 67.380 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Berau Tahun 2013-2017
Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Kelay 4,784 4,979 5,159 5,428 5,892
2 Talisayan 11,311 11,739 12,057 10,644 11,542
3 Tabalar 5,467 5,615 5,809 6,321 6,835
4 Biduk Biduk 5,447 5,631 5,836 5,891 6,541
5 Pulau Derawan 9,565 9,947 10,293 8,836 9,081
6 Maratua 3,310 3,402 3,555 4,260 3,837
7 Sambaliung 26,594 27,605 28,783 26,390 33,841
8 Tanjung Redeb 71,459 75,110 77,609 75,184 67,380
9 Gunung Tabur 16,691 17,307 18,232 19,134 20,874
10 Segar 9,673 10,053 10,400 9,778 10,565
11 Teluk Bayur 23,801 24,920 26,099 27,280 28,579
12 Batu Putih 7,707 7,923 8,171 8,860 8,370
13 Biantan 5,756 5,904 6,121 6,822 264
Kab. Berau 201,565 210,135 218,124 214,828 213,601
Sumber : BPS Kabupaten Berau Tahun 2014-2018
220,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
215,000
210,000
205,000
200,000
195,000
190,000
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
IV - 24
Sementara itu, apabila dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Berau tahun 2017
maka kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Tanjung Redep dengan kepadatan
penduduk sebesar 2836 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel IV.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Berau Tahun 2017
Jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2017 berjumlah 347.468 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi
yaitu berada di Kecamatan Sangatta Utara dengan jumlah penduduk sebesar 98.325
jiwa. Sementara di Kecamatan Sangkulirang sendiri mempunyai jumlah penduduk
sebesar 21.953 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013-2017
Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Muara Ancolong 14,785 15,631 16,526 16,283 16,953
2 Busang 5,112 5,405 5,715 5,622 5,851
3 Long Mesangat 5,023 5,310 5,614 5,523 5,748
4 Muara Wahau 18,594 19,658 20,784 20,483 21,327
5 Telen 6,814 7,204 7,616 7,508 7,817
IV - 25
Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
6 Kongbeng 18,472 19,529 20,648 20,351 21,190
7 Muara Bengkal 13,390 14,157 14,967 14,742 15,347
8 Batu Ampar 4,965 5,249 5,549 5,460 5,682
9 Sangatta Utara 85,270 90,152 95,312 94,364 98,325
10 Bengalon 26,823 28,359 29,982 29,747 31,006
11 Teluk Pandan 14,427 15,253 16,126 15,966 16,639
12 Sangatta Selatan 21,501 22,731 24,033 23,769 24,761
13 Rantau Pulung 3,895 8,999 9,515 9,368 9,752
14 Sangkulirang 19,122 20,217 21,374 21,082 21,953
15 Kaliorang 9,452 9,993 10,565 10,417 10,847
16 Sandaran 7,674 8,144 8,578 8,454 8,803
17 Kaubun 11,371 12,022 12,710 12,581 13,109
18 Karangan 10,793 11,411 12,063 11,871 12,358
Kab. Kutai Timur 297,483 319,424 337,677 333,591 347,468
Sumber : BPS Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014-2018
360,000
350,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)
340,000
330,000
320,000
310,000
300,000
290,000
280,000
270,000
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun
Sementara itu, apabila dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Kutai Timur tahun
2017 maka kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Sangatta Utara dengan
kepadatan penduduk sebesar 71 jiwa/km2. Sedangkan di Kecamatan Sangkulirang
IV - 26
sendiri mempunyai kepadatan sebesar 7 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun 2017
IV - 27
Gambar 4.23 Grafik Perbandingan PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014-2016
100,000,000
90,000,000
80,000,000
70,000,000
Juta Rupiah
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
0
2014 2015 2016
Tahun
Sementara itu, untuk rincian PDRB berdasarkan lapangan usaha, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel IV.6 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2016 (Juta Rupiah)
IV - 28
Kab. Berau Kab. Kutai Timur
Lapangan Usaha Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2014 2015 2016 2014 2015 2016
M,N. Jasa Perusahaan 21,112 22,694 26,699 70,979 73,896 76,414
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 273,804 307,959 312,880 1,024,953 1,111,636 1,145,704
Wajib
P. Jasa Pendidikan 372,144 483,808 544,330 772,572 926,191 1,022,179
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
125,047 158,187 176,127 108,916 125,373 139,683
Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 128,838 135,959 146,911 130,169 150,536 173,613
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
20,609,804 24,907,139 28,044,279 95,030,362 93,539,102 95,180,206
BRUTO
Sumber : BPS Kabupaten Berau dan Kutai Timur Tahun 2018
Gambar 4.24 Grafik Perbandingan PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 Dirinci Berdasarkan Lapangan Usaha
80,000,000
70,000,000
60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
IV - 29
4.5 Kedudukan Geopark Dalam WPS
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) dikembangkan mengingat sangat luasnya
wilayah nasional Indonesia, sehingga untuk memudahkan pengelolaannya,
pengembangan wilayah dibagi menurut Pulau/ Kepulauan yang dikelompokan ke
dalam beberapa tipe wilayah pengembangan. Tujuan pembentukan WPS ini
dilakukan untuk meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman
pengembangan “infrastruktur PUPR” dan “infrastruktur Non-PUPR”
Wilayah pengembangan strategis (WPS) merupakan strategi pembangunan
infrastruktur terpadu yang fokus pada pembangunan infrastruktur berbasis
pengembangan wilayah, terutama di kawasan-kawasan strategis sebagai pusat
pertumbuhan. Infrastruktur adalah katalisator pembangunan. Ketersediaan
infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber
daya, sehingga dapat memacu produktifitas serta efisiensi, dan pada akhirnya mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Terpadu
IV - 30
hilirisasi komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zircon, dan pasir
kuarsa. Geopark Sangkurilang terdapat di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai
Timur. Dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), Geopark Sangkurilang
terdapat di WPS 23 yaitu WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan – Samarinda
– Maloy.
Gambar 4.26 Posisi Geopark Sangkulirang terhadap WPS 23 Balikpapan – Samarinda
– Maloy
Geopark Sangkulirang
Sumber : Rencana Strategis Kementrian PUPR Tahun 2015-2019
Berdasarkan peta di atas, dapat dilihat bahwa sebagian kecil Kawasan Geopark
Sangkulirang masuk ke dalam WPS 23 Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan
– Samarinda – Maloy, tepatnya di bagian utara WPS tersebut. Di dalam
kawasan geopark terdapat pengembangan simpul sawit dan karet, KTM Maloy
Maliorang, dan KEK Maloy. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
geopark ini tidak hanya tergantung pada infrastruktur di dalam kawasan
geopark, tetapi juga keterpaduan infrastruktur wilayah sekitarnya.
IV - 31
Balikpapan dengan kelas Bandara Pengumpul Primer (1A), Bandara APT
Pranoto di Samarinda, Pelabuhan Internasional Semayang Kota Balikpapan dan
Pelabuhan Utama Samarinda. Besarnya pengaruh infrastruktur-infrastruktur
tersebut terhadap pengembangan Geopark Sangkulirang, sehingga lokasi-
lokasi infrastruktur tersebut dijadikan sebagai wilayah pengaruh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Geopark Sangkulirang
Sumber : Rencana Strategis Kementrian PUPR Tahun 2015-2019
IV - 32
Gambar 4.28 Peta Kedudukan Wilayah Pengaruh Geopark Sangkulirang di dalam WPS 23
IV - 33
4.6 Profil Infrastruktur
A) Infrastruktur PUPR
Sementara itu, untuk daerah irigasi di Geopark Sangkurilang terdapat 2 jenis Daerah
Irigasi (D.I) yang terdiri dari Daerah Irigasi (D.I) Permukaan dan Daerag Irigasi (D.I)
Rawa. Secara rinci sebaran Daerah Irgasi (D.I) di Kawasan Geopark Sangkurilang dapat
dilihat pada tabel senagai berikut:
Tabel IV.7 Daerah Irigas (D.I) Kewenangan di Geopark Sangkurilang
IV - 34
b. Bina Marga
Kawasan Geopark Sangkurilang memiliki panjang jalan yang terdiri dari Nasional
563,84 Km, Provinsi 408,64 Km, dan Kabupaten 2.791,85 Km. Nama ruas jaringan jalan
Nasional di Kawasan Geopark dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel IV.8 Panjang Jalan Nasional per Lintas di Kawasan Geopark Sangkurilang
Panjang
No Nomor Ruas Nama Ruas
Ruas (KM)
1 14 BONTANG - SANGATA 54,84
2 15 SANGATA - SP. PERDAU 32,02
3 15 11 K JLN. YOS SUDARSO (SANGATA) 11,88
4 16 SP. PERDAU - MUARA LEMBAK 13,05
MUARA LEMBAK - PELABUHAN RONGGANG
17
5 (SANGKULIRANG) 61,43
SP. 3 SANGKULIRANG - PELABUHAN MALOY
18
6 (MALOY) 8,7
7 19 SP.PERDAU - BATU AMPAR 94,41
8 20 BATU AMPAR - SP. 3 MUARA WAHAU 35,97
SP. 3 MUARA WAHAU - KELAY (KM. 100 - MUARA
21
9 WAHAU / PDC) 103,37
10 22 KELAY - LABANAN (LABANAN - KM 50) 67,38
11 23 LABANAN - TANJUNG REDEB 22,49
12 23 11 K JLN. BATANG MIAN (TJ. REDEP) 1,79
13 23 12 K JLN. BUJANGGA (TJ. REDEP) 0,77
14 23 13 K JLN. SAMBIT (TJ. REDEP) 1,44
15 23 14 K JLN. PEMUDA (TJ. REDEP) 1,18
16 24 TANJUNG REDEB - BTS. BULUNGAN 54,71
17 24 11 K JLN. MAULANA (TJ. REDEP) 0,58
18 35 AKSES PELABUHAN MALOY 16,67
GUNUNG TABUR (SIMPANG TIGA MALUANG) -
36
19 USIRAN *) 56,3
20 37 USIRAN - TANJUNG BATU (DERMAGA DERAWAN) *) 52,68
*) : Jalan Strategis Nasional
Sumber : Kepmen PUPR No 290/KPTS/M/2015 Tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai
Jalan Nasional
c. Cipta Karya
IV - 35
Tabel IV.9 Sebaran Infrastruktur Air Minum di Kawasan Geopark Sangkurilang,
Tahun 2016
6 SPAM IKK Long Mesangat Long Mesangat 10 Kutai Timur Kalimantan Timur
9 SPAM IKK Ma. Ancalong Ma. Ancalong 10 Kutai Timur Kalimantan Timur
10 SPAM IKK Batu Ampar Batu Ampar 5 Kutai Timur Kalimantan Timur
13 SPAM IKK Muara Bengkal Muara Bengkal 20 Kutai Timur Kalimantan Timur
Timbulan
No Infrastruktur Kecamatan Kabupaten Luas (Ha) Sampah
(Ton/Hari)
1 TPA Bujangga Tanjung Redeb Berau 12 105,50
IV - 36
B) Infrastruktur Non-PUPR
a. Perhubungan
b. Energi
IV - 37
Tabel IV.12 Rasio Desa Berlistrik dan Rasio Elektrifikasi di Kawasan Geopark
Sangkurilang
IV - 38
Dalam arah pembangunan kepariwisataan nasional dilakukan perwilayahan
pembangunan DPN (Destinasi Pariwisata Nasional) yang meliputi DPN dan KSPN
(Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Di Provinsi Kalimantan Timur sendiri terdapat
12 KPPN dan 3 DPN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.13 Pembagian KPPN dan DPN di Provinsi Kalimantan Timur
KPPN DPN
KPPN Long Apari dan Sekitarnya
KPPN Long Bangun dan Sekitarnya DPN Long Bagun-Melak dan Sekitarnya
KPPN Melak-Kersik Luway dan Sekitarnya
KPPN Kota Bangun-Tanjung Isuy dan Sekitarnya
KPPN Tenggarong dan Sekitarnya
KPPN Samarinda Kota dan Sekitarnya DPN Tenggarong-Balikpapan dan Sekitarnya
KPPN Bontang-Sangat dan Sekitarnya
KPPN Balikpapan-Semboja dan Sekitarnya
KPPN Tanjung Redeb dan Sekitarnya
KPPN Derawan-Sangalaki dan Sekitarnya
DPN Derawan-Kayan Mentarang dan Sekitarnya
KPPN Kayan Mentarang dan Sekitarnya
KPPN Tarakan dan Sekitarnya
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011
Dari hasil KPPN dan DPN ini tidak ada yang secara khusus menyebutkan Kawasan
Karst Sangkulirang namun Sangkulirang termasuk dalam KPPN Tanjung Redeb dan
sekitarnya sedangkan dalam pembagian 88 KSPN, Geopark Sangkulirang tidak
termasuk dalam prioritas nasional.
b) Peraturan Presiden No.3 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan
IV - 39
- Penataan ruang Pulau Kalimantan bertujuan mewujudkan Kelestarian
kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi
lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% dari luas
Pulau Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia;
IV - 40
Rehabilitasi dan pelestarian kawasan cagar alam geologi yang memiliki
keunikan batuan dan fosil dilakukan di Kabupaten Kutai Timur.
c) Peraturan Daerah No.1 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036
IV - 41
- Tujuan penataan ruang provinsi adalah Mewujudkan Ruang Wilayah
Provinsi yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang Berkeadilan
dan Berkelanjutan berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan.
IV - 42
- Kawasan pariwisata termasuk di dalam : Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN) meliputi Kota Bontang – Sangatta dan
sekitarnya, Kota Balikpapan – Samboja dan sekitarnya, Tanjung Redeb dan
sekitarnya.
- Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup di dalam wilayah provinsi yaitu Kawasan
Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat;
b. Kebijakan Sektoral
a) Undang-Undang No 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005
IV - 43
biomassa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA
masing-masing provinsi
IV - 44
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Kalimantan difokuskan pada promosi potensi daerah
tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun
kemitraan dengan banyak pihak.
Penanggulangan Bencana
IV - 45
Penguatan konektivitas dan pemerataan pelayanan infrastruktur dasar
IV - 46