Anda di halaman 1dari 46

BAB IV

PROFIL GEOPARK SANGKULIRANG

4.1 Profil Geopark


Geopark merupakan suatu wilayah geografis yang terbentuk atas beberapa unsur
diantaranya adalah situs warisan geologi (Geosite) dan kawasan dengan warisan
geologi (Geoheritage) yang memiliki kawasan dengan keragaman geologi
(Geodiversity), Kawasan dengan keanekaragaman hayati (Biodiversity), dan kawasan
dengan keragaman budaya (Cultural Diversity).

Wilayah yang terbentuk atas beberapa elemen tersebut kemudian dikelola untuk
keperluan konservasi, edukasi, dan pembangunan perekonomian rakyat. Dalam upaya
pengelolaan kawasan, pemerintah daerah dengan masyarakat setempat bertanggung
jawab untuk menjaga dan merawat kawasan Geopark.

Karst adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bentuk lahan yang
berkembang pada batuan mudah larut, seperti batuan gamping, marmer, dan gipsum.
Hasil pelarutan batuan tersebut menghasilkan bentuk lahan serta sistem pelorongan
bawah tanah dan hidrologi yang unik. Secara khusus karst didefinisikan oleh Ford dan
Williams (2007) sebagai bentukan medan dengan sistem hidrologi dan bentuk lahan
yang khas, terjadi karena adanya kombinasi batuan mudah larut dan porositas
sekunder yang telah berkembang dengan baik. Bentuk lahan tersebut dicirikan
dengan kehadiran sungai permukaan yang masuk ke bawah permukaan melalui
mulut-mulut gua, sistem pelorongan bawah tanah, cekungan tertutup, singkapan
batu yang beralur akibat pelarutan, dan mata air.

Selain sebagai keunikan bentuk lahan, karst juga berfungsi penting dalam penyediaan
kebutuhan air bersih, hunian manusia (Gunn, 2004), obyek daya tarik wisata, dan
penyimpan cadangan karbon inorganik sekaligus penjerap CO2 dari atmosfer. Batu
gamping yang menyusun kawasan karst juga digunakan sebagai salah satu bahan
baku industri semen. Kawasan karst sebagai penyedia air bersih merupakan peranan
yang sangat penting bagi kehidupan manusia, 20-25% kebutuhan air bersih populasi
global dipenuhi dari kawasan karst (Ford dan Williams, 2007).

Bentuk lahan karst menyusun kurang lebih 20% bentang lahan permukaan bumi (Ford
dan Williams, 2007), sedangkan di Indonesia luas kawasan karst diperkirakan

IV - 1
mencapai 20% dari total luas daratan (Balazs, 1968). Kawasan karst di Indonesia dapat
ditemui di seluruh pulau-pulau utama, termasuk di Semenanjung Mangkalihat, Pulau
Kalimantan yang memiliki kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat. Istilah kawasan
karst Sangkulirang-Mangkalihat digunakan sebagai indentitas kawasan karst yang
terletak di Semenanjung Mangkalihat, di sisi timur Pulau Kalimantan. Kawasan karst
tersebut terbagi ke dalam beberapa blok, dari wilayah pesisir hingga jauh ke arah hulu
dengan luas indikatif menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 67 Tahun
2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Karst Sangkulirang-
Mangkalihat di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur 362.706,11 hektar.
Gambar 4.1 Peta Kars Sangkulirang-Mangkalihat

Sumber : Badan Geologi, Kementerian ESDM

Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat telah lama dimanfaatkan oleh warga sekitar


sebagai lokasi hunian, pemungutan sarang burung walet, dan sumber air bersih.
Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat bagian hulu menjadi pemasok kebutuhan
air sungai-sungai besar di Semenanjung Mangkalihat, antara lain: Sungai Bengalon,
Sungai Kelay, dan Sungai Sangkulirang. Sungai-sungai besar tersebut dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air bersih, prasarana transportasi, dan lokasi
berburu.

Bentang Alam Karst Sangkulirang Mangkalihat ini memiliki banyak sekali peninggalan
sejarah yang belum diteliti secara utuh termasuk peninggalan kebudayaan, sejarah,
organisme yang hidup di Bentangan Karst tersebut. Terdapat peninggalan

IV - 2
kebudayaan dari manusia pada zaman purba yaitu bentuk lukisan cap-cap tangan,
gerabah dan masih banyak lagi. Sampai di tahun 2015 telah ditemukan ribuan lukisan
seni rock yang tersebar di 35 lokasi di tujuh pegunungan Karst yang berbeda yang
diyakini merupakan bentuk komunikasi manusia zaman purba.

Pada kawasan ini terdapat sembilan ‘gundukan’ kars raksasa yang tersebar dari barat
sampai ke timur, dengan luasan sekitar 100 km x 80 km. Bagian paling barat
merupakan bagian kars yang paling terangkat ke permukaan bumi. Ada dua puncak
tertinggi yang elevasinya mencapai lebih dari 1000 m dpl, dengan jejeran dinding-
dinding megah yang menjulang ratusan meter. Perbukitan kars berserakan ke arah
timur. Di timur sering kali dijumpai dataran kars yang luas yang memunculkan sumur-
sumur kars.

Kars Sangkulirang-Mangkalihat bahkan menyebar sampai ke pesisir-pesisir, lalu


muncul sebagai pulau-pulau kars kecil yang cantik di Laut Sulawesi, seperti di
Kepulauan Derawan, Birahbirahan atau Miang Besar. Sumber air kars bermunculan di
pulau-pulau kecil tersebut, dan banyak sungai kars yang bermuara di dasar laut pesisir
Sangkulirang-Mangkalihat. Pada daerah kars seperti itu, tak heran bila kehidupan
lautnya merupakan koloni terumbu karang.

Hingga saat ini berdasarkan Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), Kawasan
Sangkulirang – Mangkulihat masih tergolong sebagai geoheritage potensial yaitu
keragaman Geologi yang memiliki nilai lebih sebagai suatu warisan karena menjadi
rekaman yang pernah atau sedang terjadi di bumi yang karena nilai ilmiahnya tinggi,
langka, unik, dan indah, sehingga dapat digunakan untuk keperluan penelitian dan
pendidikan kebumian. Geoheritage ditetapkan oleh menteri yang tugas dan fungsinya
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang geologi. Penetapan ini dapat
digunakan sebagai dasar pengembangan geopark.

IV - 3
Gambar 4.2 Peta Sebaran Kars di Sangkulirang – Mangkalihat

IV - 4
4.1.1 Keragaman Geologi (Geodiversity)

Semenanjung Mangkalihat merupakan tinggian yang memisahkan Cekungan Tarakan


dan Cekungan Kutai, di bagian utara dibatasi oleh Maratua Fault Zone (MFZ), dan di
bagian selatan dibatas oleh Sangkulirang Fault Zone (SFZ) (Hall et al. 2008).
Merupakan salah satu pecahan Gondwana yang beringsut ke utara dari barat laut
Australia.

Diperkirakan mikro kontinen Mangkalihat terpisah dari Gondwana pada Zaman


Jurasik akibat dari pemekaran Samudra Cenotethys (Metcalfe 2011; Metcalfe 2006).
Mikro kontinen tersebut selanjutnya mengalami genang laut dan berada pada
lingkungan litoral dan lereng samudra. Selama periode tersebut diendapkan serial
batuan sedimen Pre-Tersier yang kemudian bergabung dengan ofiolit akibat dari
sesar geser yang berkerja di wilayah ini (Sikumbang 1986). Sedimentasi terus berlanjut
hingga Tersier saat pemekaran Selat Makassar, namun demikian- karena
Semenanjung Mangkalihat merupakan tinggian, sedimentasi yang terjadi tidak terlalu
tebal dibandingkan dengan sedimentasi Cekungan Tarakan di sebelah utaranya dan
Cekungan Kutai di selatannya. Litologi Semenanjung Mangkalihat didominasi oleh
batu gamping sehingga bentuklahan karst banyak berkembang di kawasan ini.
Rentang umur batugamping yang berkembang menjadi bentuklahan karst di kawasan
ini an-tara Eosen Awal (53 juta tahun yang lalu) hingga Miosen Akhir-Pliosen (4.8 juta
tahun yang lalu). Bentuk lahan karst di Semenanjung Mangkalihat tersebar dalam
beberapa blok dengan beberapa variasi formasi batuan, antara lain: Formasi Lebak,
Formasi Tabalar, Formasi Domaring, Formasi Tendehantu.

Morfologi karst pada Formasi Lebak berkembang dengan sangat spektakuler dengan
dominasi bukit dan kerucut karst yang menjulang puluhan meter. Sementara di
kawasan pesisir didominasi oleh bukit-bukit karst. Sementara itu, morfologi negatif
yang dapat ditemui adalah doline, polje, cockpit karst, dan lembah kering. Polje atau
cekungan luas dengan lantai yang relatif datar membentuk lanskap yang sangat
mengagumkan di blok karst Merabu-Kulat. Masyarakat setempat menyebut polje
tersebut dengan Tebo. Polje juga ditemukan di blok karst Batu Onyen dan Gergaji.
Keunikan morfologi karst Sangkulirang Mangkalihat juga dipengaruhi oleh setting
struktur geologinya. Blok karst Merabu-Kulat, Batu Onyen, dan Gergaji berkembang
pada setting lipatan, baik sinklin maupun antiklin. Morfologi polje berkembang pada
sumbu sinklinal di blok karst Merabu-Kulat dan Batu Onyen. Sedangkan pada sayap-
sayap sumbunya berkembang bukit dan kerucut karst sebagai morfologi positif dan
doline sebagai morfologi negatifnya.

IV - 5
Gambar 4.3 Kerucut Karst dan Danau Tebo (Sebuah Polje di Blok Karst Merabu-Kulat)

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Gambar 4.4 Tipologi Karst Sangkulirang-Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Pada blok karst Batu Onyen, lantai doline yang berkembang pada sayap-sayap
sinklinnya memiliki lantai yang miring ke arah sumbu sinklin. Blok karst Tutunambo-
Nyere, Sekerat, Pengadan, Tabalar-Domaring, dan Suaran diidentifikasi sebagai

IV - 6
bentuk lahan karst plato. Pada blok-blok karst tersebut juga berkembang morfologi
kerucut, bukit, doline, dan lembah kering. Lembah-lembah kering yang
perkembangannya dikontrol oleh kekar dan sesar menghasilkan labirin - labirin karst
di bagian utara blok karst Tutunambo Nyere dan sisi timur blok karst Suaran.
Morfologi yang unik ditemukan di blok karst Tutunambo-Nyere, yakni kerucut karst
yang memiliki lubang vertikal di bagian puncaknya sehingga mirip tabung/botol.
Melalui interpretasi foto udara resolusi tinggi diketahui bahwa diameter lubangnya
berkisar antara 5-7 meter. Melalui metode yang sama pula ditemukan beberapa
morfologi serupa di blok karst Merabu-Kulat.
Gambar 4.5 Blok Diagram Bentuk Lahan Karst di Setting Plato

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Gambar 4.6 Blok Diagram Bentuk Lahan Karst di Setting Lipatan

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

IV - 7
Keunikan morfologi karst Sangkulirang-Mangkalihat tidak berhenti pada
permukaannya saja. Gua-gua dengan berbagai variasi bentuk lorong, ornamen, dan
tingkatan lantai merupakan nilai penting yang sangat menarik. Selain itu, beberapa
gua atau ceruk menyimpan nilai sejarah sangat penting dengan keberadaan gambar
cadas (art rock) berusia ribuan tahun. Seperti yang ditemukan di gua-gua blok karst
Merabu-Kulat, Batu Onyen, Gergaji, Tutunambo-Nyere, Pengadan, dan Tabalar.
Gambar 4.7 Morfologi Kerucut Kars

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Gambar 4.8 Ornamen Gua Ambolabong

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

IV - 8
Gambar 4.9 Fitur Bentuk Lahan Karst Sangkulirang-Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Bentuk lahan karst memiliki sistem hidrologi yang unik karena sistem aliran
permukaan sangat jarang ditemui, kontras sekali dengan kondisi di bawah
permukaannya. Air dalam sistem hidrologi bawah permukaan kawasan karst
tersimpan dalam berbagai matrik ukuran. Air tersebut ada yang mengalir cepat
melalui saluran dengan ukuran besar (conduit ) atau tersimpan dalam zona antar butir
yang mengalir secara sangat lambat (diffuse).

Simpanan air tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam saluran sungai bawah tanah
ataupun keluar ke mataair. Simpanan air tersebut merupakan cadangan air yang

IV - 9
sangat besar yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air baik untuk saat
ini maupun masa yang akan datang. Perkembangan teknologi ekstraksi sumber daya
air pada masa yang akan datang diharapkan mampu menjadi solusi untuk
pemanfaatan air di kawasan karst. Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki
beberapa mata air karst dengan debit besar dan belum sepenuhnya termanfaatkan.
Beberapa mata air dengan debit besar ditemukan di antaranya di blok karst Suaran,
Merabu-Kulat, Tabalar, dan Mangkalihat. Lokasi mata air yang berada cukup jauh dari
pemukiman warga menjadikan pemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-
hari masyarakat masih sangat minim. Berdasarkan pengujian singkat, mataair tersebut
memiliki kualitas yang bagus.

Terlepas dari minimnya pemanfaatan mata air untuk pemenuhan kebutuhan domestik
masyarakat, mata air yang ada di kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki
peranan besar dalam ekosistem. Fungsi hidrologis penting lainnya dari kawasan karst
Sangkulirang-Mangkalihat dapat dilihat dengan keberadaan 6 sungai besar yang
berhulu ke kawasan ini. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Lesan, Sungai Tabalar,
Sungai Suaran, Sungai Bengalon, Sungai Karangan, dan Sungai Manubar. Kawasan
karst yang menjadi hulu dari sungai-sungai tersebut erat kaitannya dengan zona
produksi dalam sebuah sistem daerah aliran sungai (DAS). Zona produksi berperan
dalam menyuplai air, nutrient, dan biomassa dalam sebuah sistem DAS. Oleh karena
itu, kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat memiliki fungsi yang esensial dalam
menjaga keseimbangan ekosistem di Semenanjung Mangkalihat dan sekitarnya.
Gambar 4.10 Ilustrasi Sistem Hidrologi Karst

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

IV - 10
4.1.2 Nilai Warisan Geologi (Geoheritage)

Situs-situs gambar cadas pada kawasan Sangkulirang-Mangkalihat baru diketahui


keberadaannya setelah disurvei selama 10 tahunan. Survei dilakukan bersama-sama
Luc Henry, Chazine, Puslit Arkenas, Puslit Kebudayaan, Balai Arkeologi Banjar, dan
Badan Lingkungan Hidup, Kutai-Timur. Situs-situs tersebut sebelumnya ‘tidak
diketahui’ lokasinya karena keterbatasan aksesbilitas untuk menuju lokasi tersebut.

Kawasan Mangkalihat yang mempunyai sebaran gambar cadas paling banyak,


memiliki morfologi dengan deretan julangan tebing kars big wall dan tersebarnya
gua-gua raksasa. Kawasan ini seolah-olah merupakan gabungan antara Pegunungan
Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan), Pegunungan Carstenz (Papua) dan Pegunungan
Sewu (Yogyakarta).

A. Kondisi Air

Gunung-gunung kars Sangkulirang-Mangkalihat jelas telah jutaan tahun menjadi


‘tangki air’ utama bagi Kawasan Pesisir Timur Sangkulirang-Mangkalihat yang
sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Kutai Timur. Kelimpahan air itu
mengalirkan sungai-sungai utama yang meliuk menghindari dan menembus
bebatuan kars lalu membentuk sungai bawah tanah, air terjun, riam, atau ngarai
berbatu putih. Sungai-sungai kemudian saling bertemu dan membesar, berkelok
membelah kehijauan hutan dan rawa menuju pesisir timurnya. Sungai-sungai kars
dipenuhi dengan berbagai jenis ikan, udang, kura-kura, dan buaya sungai. Pantai di
pesisir timurnya ditopang larutan subur mineral dari gunung kars, menjadi tempat
bagi buaya-buaya muara raksasa dan tempat berbagai ikan-ikan besar seperti ikan
paus, hiu, tuna atau pari.

Terdapat tiga fenomena pengikisan air di kawasan ini. Pertama, kikisan yang terbentuk
karena sungai berusaha menembus gua menuju dataran yang lebih rendah, sampai
menembus gunung kars dari satu sisi ke sisi lainnya sejauh 3 sampai 5 km. Beberapa
lorong gua bahkan mempunyai ukuran raksasa, baik luas maupun tingginya. Gua
seperti ini tersebar pada beberapa gunung kars, dan dapat ditemukan berupa lorong-
lorong fosil pada ketinggian 400 m dpl, maupun yang masih aktif di kaki kars. Pada
lorong-lorongnya terdapat beberapa muara-muara gua yang lebih kecil dan lubang-
lubang amblesan kars sinkhole.

Gua-gua yang berukuran raksasa mempunyai lorong yang bertingkat-tingkat berupa


ceruk horizontal bersusun-susun, tertatah pada sepanjang tepian alur sungai yang
mengikisnya. Pada gua raksasa seperti itu, mudah ditemukan jurang-jurang dalam,
atau sinkhole yang sangat besar. Sinkhole besar ini terkadang di dasarnya
berkembang hutan kecil. Orang lokal menyebut gua-gua seperti itu dengan nama
lubang-tembus, dan tentunya gua tembus ini sangat menantang untuk dijelajahi.

IV - 11
Gua-gua tembus ini tampaknya menjadi hunian utama koloni-koloni walet yang
menghasilkan sarang liur emas. Pada satu sistem gua tembus, ditemukan kecoa
raksasa dengan ukuran badannya mencapai 10-11 cm dan khas hanya ditemukan
pada sistem ini.

Fenomena kedua adalah alur sungai yang mengikis salah satu sisi dari kaki gunung-
gunung kars. Jenis kikisan ini menghasilkan gua-gua yang sejajar dengan alur sungai
yang mengikisnya, sekaligus mengikuti lekukan-lekukan kaki gunung kars. Lorong-
lorong gua sejajar ini ada yang sudah menjadi fosil, ada yang terkadang tergenang air
banjir, dan ada pula yang masih aktif dikikis aliran sungai. Orang lokal mempunyai
beberapa sebutan untuk gua sejajar ini: lubang tembobos untuk gua yang banyak
muaranya, lubang terusan untuk gua yang mempunyai muara di hulu dan di hilir,
lubang kembar untuk lorong-lorong gua sejajar yang runtuh di tengah tengah,
sehingga seperti ada dua gua kembar yang saling berhadapan pada posisi hulu-hilir.
Di gua-gua tembobos lebih sering menjadi tempat bagi jutaan kelelawar yang terdiri
dari sedikitnya 90 spesies, dan dua di antaranya spesies langka.

Fenomena ketiga adalah terjebaknya air di lembah kars, membentuk rawa atau danau
kars. Jumlahnya sangat banyak. Rawa yang terkenal misalnya rawa-rawa di wilayah
Gergaji-Marang yang dikenal sebagai Danau Tebo. Lembahnya sendiri merupakan
fenomena melarutnya kars secara perlahan-lahan. Dasarnya membentuk polje, suatu
tegalan kars yang memanjang mengikuti arah lembah. Tegalan ini dapat berupa rawa,
kolam, atau danau, kemudian airnya merembes ke bawah. Rembesannya keluar pada
gua-gua di bawahnya. Masyarakat menyebut fenomena kars ini sebagai lubang-
sungai. Gua-gua seperti di sini umumnya pendek dan hanya mempunyai satu muara
gua. Arah lorongnya cenderung tegak lurus terhadap arah gua sejajar di atasnya. Pada
skala kecil, gua-gua ini disebut tebot dengan air yang keluar dari batuan kars disebut
air metam berupa air jernih yang biasanya dapat langsung diminum.

Walaupun demikian, pada kawasan ini banyak pula ditemukan gua vertikal sedalam
100 sampai 200 m. Gua-gua itu merupakan hasil dari gabungan fenomena di atas
yang sering mengakibatkan runtuhan-runtuhan baru. Masyarakat lokal mempunyai
istilah sendiri, seperti batu tebor yaitu gunung yang mudah longsor batunya, atau
ambur batu yaitu daerah yang batunya berhamburan.

Terdapat pula sedikit gejala tektonik berupa mata air panas yang keluar dari gua yang
disebut ampenas, artinya air panas. Selain itu, retakan atau kekar-kekar tampak
mengontrol arah tebing-tebing raksasa dengan bahasa setempat disebut ilas,
misalnya Ilas Tondoyan, Ilas Bungaan, Ilas Batu Merah. Air hujan yang meluncur turun
dari tebing-tebing tinggi ini, mengikis paparan kars di kaki tebing yang menyerupai

IV - 12
fenomena kars minor lapiaz berupa lubang-lubang dangkal seperti pada keju.
Penduduk menyebut lubang batu yang sisinya tajam sebagai batuan resak.

B. Situs Prasejarah

Situs-situs ini dulu begitu jauh dari hiruk-pikuk minyak dan batubara, sampai-sampai
Belanda juga tidak menyentuh pedalaman kars ini. Sampai saat ini tidak diketahui apa
penyebabnya. Bahkan hingga dewasa ini, situs-situs ini tetap masih jauh dari
keramaian kampung-kampung modern, namun sudah didekati oleh tambang-
tambang batubara.

Situs-situs gambar prasejarah tetap harus didekati dengan berjalan kaki. Ada yang
dapat dijangkau dalam hitungan menit dari sungai, namun ada yang memerlukan
perjalanan satu malam untuk mendekatinya. Gambar ini dilukis jauh pada masa silam,
ketika Kalimantan masih ‘berbagi’ daratan dengan Asia, Jawa, dan Sumatra. Gambar
cadas (garca) terawetkan ribuan tahun oleh pekatnya hutan dan jauhnya dari
keramaian modernitas.

Garca diduga dibuat oleh kaum Austro-asiatik yang bermata pencaharian berburu dan
meramu tingkat lanjut. Mereka datang sekitar 12.000 - 9.000 tahun lalu. Secara teoritis,
mereka berjalan kaki dari arah Vietnam menuju Serawak, Sabah, dan akhirnya sampai
ke daerah Sangkulirang. Ketika itu, air laut sedang naik menggenangi banyak pesisir
dan daratan Asia-Tenggara, dan boleh jadi itu adalah alasan perpindahan orang-
orang tadi. Para penggambar garca prasejarah tadi datang lebih dulu dari kaum
Austronesian yang merupakan nenek moyang kebanyakan Dayak yang ada sekarang.

Penggambar prasejarah yang disebut orang Kutai Prasejarah itu, tampaknya


memusatkan kegiatannya di Gunung Gergaji dan Kulat. Mereka menggunakan hampir
seluruh tingkat pada kedua gunung tersebut, khususnya Gunung Gergaji. Hal itu
terlihat dari sebaran situsnya: tingkat pertama situs dekat sungai, tingkat kedua situs
di tengah tebing atau di danau-danau kars di puncak gunung, serta tingkat ketiga
situs di puncak punggungan gunung batu.

Tingkat pertama, berupa situs kubur dan hunian. Ada situs yang bergambar, ada yang
tidak. Pada situs dekat sungai, ditemukan banyak kereweng-kereweng gerabah,
bermotif garis-garis dan tumpal. Pada satu ceruk dan satu gua, ditemukan tiga
kerangka yang berwajah ‘halus’, yaitu ciri wajah orang Mongoloid, mungkin juga
Austro-asiatik atau Austronesian, namun jelas bukan Melanesoid.

Tingkat kedua yang berada di tengah atau di lembah kars, merupakan tempat suci
untuk upacara saman. Situs saman ini paling sulit dijangkau dibandingkan dengan

IV - 13
situs yang berada di dekat sungai atau di punggungan gunung. Situs-situs tingkat dua
ini berada di tengah-tengah tebing, kurang-lebih 90-120 m di atas permukaan sungai.

Umumnya untuk mencapai situs tingkat kedua diperlukan pendakian antara satu
hingga dua jam. Pada beberapa tempat, perlu memanjat tangga kars bersudut 80-90o
setinggi 3-4 m. Situs tingkat ketiga merupakan situs di puncak punggungan gunung
malahan mempunyai jalan yang mudah diakses. Situs tingkat tiga merupakan situs
bergambar tertinggi di kawasan ini, dan tampaknya berfungsi sebagai tempat
berkumpul dalam melakukan upacara-upacara komunal.
Gambar 4.11 Cap Tangan di Karst Sangkulirang-Mangkalihat

Sumber : Badan Geologi, Kementerian ESDM

Gambar 4.12 Tingkatan dalam Situs Prasejarah di Karst Sangkulirang-Mangkalihat

Sumber : Badan Geologi, Kementerian ESDM

IV - 14
Gambar 4.13 Keunikan Setiap Blok Karst Sangkulirang Mangkalihat

IV - 15
4.1.3 Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)

Terdiri dari beberapa blok karst yang menempati Semenanjung Mangkalihat. Kawasan
karst Sangkulirang-Mangklihat merupakan salah satu ekosistem karst yang masuk
dalam daftar sepuluh teratas kawasan karst yang terancam versi Karst Waters Institute.

Ekosistemnya berupa hutan dipterokarpa dataran rendah merupakan rumah bagi


beragam spesies flora dan fauna. Pada bagian tertentu, kawasan ini menampilkan
ekosistem yang unik dengan dominasi singkapan batuan gamping minim vegetasi.

Terdapat 371 (tigas ratus tujuh puluh satu) jenis vegetasi, 98 (Sembilan puluh
delapan) diantaranya jenis dilindungi, 49 (empat puluh sembilan) jenis merupakan
endemik Pulau Kalimantan. Blok karst Suaran memiliki hutan relative terjaga
merupakan blok karst dengan jumlah jenis dilindungi terbanyak, yakni 54 (lima puluh
empat) jenis. Indeks kekayaan jenis vegetasinya tinggi dengan dominasi kehadiran
jenis Shorea sp. Uniknya, tingkat kesamaan jenis vegetasi antar kawasan karst
tergolong rendah yang dapat diartikan bahwa setiap blok karst memiliki kekhasan
masing-masing.
Gambar 4.14 Hutan di Karst Sangkulirang Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Selain itu 9 (Sembilan) dari 13 (tigas belas) jenis primata yang ada di Pulau Kalimantan
ditemukan di kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat, 7 (tujuh) di antaranya
termasuk dilindungi dan endemik. Beberapa jenis primata bernilai konservasi tinggi
yang berhasil ditemui antara lain orang utan (Pongo pygmaeus morio), owa
kalimantan (Hylobates muelerri), berangat (Presbytis hosei canicrus), bekantan

IV - 16
(Nasalis larvatus), kukang kayan (Nycticebus kayan), Tarsius (Cephalopachus bancanus
borneanus).
Gambar 4.15 Orang Utan di Karst Sangkulirang Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Sementara itu, terdapat 93 (sembilan puluh tiga) spesies Arthropoda yang dikoleksi
dari beberapa lokasi. Kelompok yang mendominasi antara lain laba-laba (Araneae),
kecoa (Blattaria), kumbang (Coleoptera) dan Hymenoptera. Salah satu jenis yang
cukup menarik adalah ditemukan kecoa gua raksasa Miroblatta baai (Blabridae,
Blattaria). Kecoa raksasa ini ditemukan di Gua Ambulabung, blok karst Tutunambo-
Nyere. Mereka hidup di dinding dan lubang-lubang yang ada di lantai gua, biasanya
ditemukan 2 individu bersama-sama. Diduga kecoa ini merupakan kecoa gua terbesar
pertama yang ditemukan di dunia dan berpotensi sebagai spesies baru. Genus- kecoa
ini berasal dari spesies yang sangat langka yang hidup di hutan-hutan Kalimantan-
dan diduga merupakan spesies kedua dari genus yang ada.

Selain itu, terdapat juga Cirolanidae yang merupakan salah satu spesies isopoda
akuatik yang menarik, di Indonesia ditemukan di Maros dan sekaligus spesies baru
yaitu Cirolana marosina. Di kawasan Asia Tenggara di temukan di Filipina dan
Indonesia. Cirolanidae di blok karst Gunung Gergaji sangat berbeda dibandingkan
dengan di Maros, berwarna coklat muda sedangkan di Maros berwarna putih dan
diduga merupakan spesies baru. Cirolanidae ditemukan sangat melimpah di kolam-
kolam kecil di lantai gua (rimpools) yang bersubstrat pasir. Cirolanidae hidup bersama
dengan udang buta (Atyidae), planaria, dan beberapa dengan kepiting.

4.1.4 Keragaman Budaya (Cultural Diversity)

Kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat menjadi ruang hidup bagi aneka suku


dengan kekhasan adat istiadatnya. Setidaknya terdapat dua rumpun suku asli yang

IV - 17
menghuni kawasan ini, yakni Dayak dan Kutai. Terdapat pula suku-suku pendatang
yang telah lama menghuni kawasan ini, seperti Bugis, Mandar, dan Banjar.

Suku Dayak dengan beberapa sub etnisnya telah lama menghuni kawasan karst
Sangkulirang-Mangkalihat. Sub etnis Dayak di kawasan ini ada yang memang
penghuni asli dan ada pula yang bermigrasi dari daerah hulu. Dayak Lebbo, Basap,
dan Ga’ai merupakan penduduk asli dan dapat ditemui di kampung-kampung
perikarst (pinggiran kawasan karst) maupun di dalam kawasan karst itu sendiri.
Sedangkan sub etnis Kenyah merupakan contoh suku asli Kalimantan yang bermigrasi
ke kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat. Penduduk-penduduk asli tersebut telah
turun temurun memanfaatkan jasa lingkungan kawasan karst dan sekitarnya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup mereka.

Mereka memanfaatkan rotan, damar, madu, sarang burung walet, binatang buruan,
dan lahan perladangan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik secara langsung
maupun untuk dijual. Suku asli lainnya yang memiliki sejarah panjang dengan
kawasan karst adalah Suku Kutai. Orang-orang Kutai yang tinggal di Desa Tepian
Langsat, Kabupaten Kutai Timur telah lama memanfaatkan kawasan karst Gunung
Gergaji sebagai sumber alternatif pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka selain dari
berladang. Gua-gua karst yang berkembang di kawasan ini menjadi hunian bagi
burung-burung walet yang sarang nya bernilai jual tinggi.
Gambar 4.16 Kampung Pana’an di Tepi Blok Karst Sangkulirang Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Keanekaragaman suku yang menempati kawasan karst Sangkulirang-Mangkalihat


tentu saja diikuti dengan keanekaragaman budayanya, baik yang benda maupun tak
benda, yang masih dipraktekkan maupun sudah menjadi tinggalan bernilai sejarah
tinggi. Salah satu tinggalan budaya yang sangat bernilai adalah keberadaan gambar-
gambar cadas (art rock) berusia ribuan tahun. Gambar cadas ditemukan di 35 situs

IV - 18
gua dan ceruk di blok karst Merabu-Kulat, Batu Gergaji, Pengadan, Tutunambo-Nyere,
dan Tabalar.
Gambar 4.17 Peninggalan Budaya di Karst Sangkulirang Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

Gambar 4.18 Sebaran Permukiman di Karst Sangkulirang Mangkalihat

Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016

IV - 19
4.2 Deliniasi Kawasan Geopark
Deliniasi Kawasan Geopark Sangkurilang terdiri menjadi 3 kawasan yaitu Kawasan Inti,
Kawasan Penyangga, dan Kawasan Pengaruh. Kawasan Inti di Geopark Sangkurilang
ini merupakan kawasan karst, kawasan penyangga merupakan kawasan yang
pariwisata dan aktivitas masyarakat yang saling berkaitan dengan kawasan inti
sehingga antara kawasan inti dan kawasan penyangga akan membentuk 4 (empat)
unsur Geopark yaitu Keragaman Geologi (Geodiversity), Nilai Warisan Geologi
(Geoheritage) Keanekaragaman Hayati (Biodiversity), dan Keragaman Budaya (Cultural
Diversity).

Kawasan Inti dan Kawasan Penyangga terdapat di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten
Kutai Timur dan Kabupaten Berau sedangkan kawasan pengaruh terdapat 2 (dua)
alternatif yaitu untuk alternatif pertama menjangkau hingga seluruh Kota Balikpapan,
sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara, seluruh Kota Samarinda, sebagian Kabupaten
Kutai Timur, seluruh Kota Bontang, sebagian Kabupaten Berau, dan sebagian
Kabupaten Bulungan (Provinsi Kalimantan Utara), sedangkan untuk alternatif kedua di
bagian Selatan hanya menjangkau hingga Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Untuk
melihat lebih jelas deliniasi kawasan Geopark Sangkulirang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel IV.1 Deliniasi Kawasan Inti dan Kawasan Penyangga di Geopark Sangkulirang

No Kawasan Kecamatan Kab/ Kota Luas (Ha)


Batu Putih Berau 26,996.01
Biatan Berau 36,737.63
Biduk-Biduk Berau 48,717.18
Kelay Berau 30,060.71
Sambaliung Berau 30,169.45
Tabalar Berau 72,010.21
1 Inti
Bengalon Kutai Timur 51,957.99
Karangan Kutai Timur 193,735.77
Kaubun Kutai Timur 3,853.31
Kombeng Kutai Timur 12,564.40
Sandaran Kutai Timur 43,507.85
JUMLAH 550,310.52
Batu Putih Berau 46,719.14
Biatan Berau 69,068.30
Biduk-Biduk Berau 10,864.94
2 Penyangga Kelay Berau 60,684.08
Sambaliung Berau 165,170.96
Tabalar Berau 68,271.31
Talisayan Berau 111,967.86

IV - 20
No Kawasan Kecamatan Kab/ Kota Luas (Ha)
Telukbayur Berau 2,635.63
Bengalon Kutai Timur 182,555.83
Kaliorang Kutai Timur 22,541.34
Karangan Kutai Timur 96,228.73
Karangan Kutai Timur 0.01
Kaubun Kutai Timur 94,354.95
Kombeng Kutai Timur 7,762.98
Sandaran Kutai Timur 246,885.17
Sangkulirang Kutai Timur 118,295.01
Sangkulirang Kutai Timur 0.01
JUMLAH 1,304,006.24
TOTAL KAWASAN INTI + PENYANGGA 1,854,316.76
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2019

IV - 21
Gambar 4.19 Deliniasi Geopark Sangkulirang Alternatif 1

IV - 22
Gambar 4.20 Deliniasi Geopark Sangkulirang Alternatif 2

IV - 23
4.3 Profil Kependudukan
Geopark Sangkulirang terdapat di 2 (dua) kabupaten yaitu Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur.

1) Kabupaten Berau

Jumlah penduduk di Kabupaten Berau pada tahun 2017 berjumlah 213.601 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Berau yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu
berada di Kecamatan Tanjung Redep dengan jumlah penduduk sebesar 67.380 jiwa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Berau Tahun 2013-2017

Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Kelay 4,784 4,979 5,159 5,428 5,892
2 Talisayan 11,311 11,739 12,057 10,644 11,542
3 Tabalar 5,467 5,615 5,809 6,321 6,835
4 Biduk Biduk 5,447 5,631 5,836 5,891 6,541
5 Pulau Derawan 9,565 9,947 10,293 8,836 9,081
6 Maratua 3,310 3,402 3,555 4,260 3,837
7 Sambaliung 26,594 27,605 28,783 26,390 33,841
8 Tanjung Redeb 71,459 75,110 77,609 75,184 67,380
9 Gunung Tabur 16,691 17,307 18,232 19,134 20,874
10 Segar 9,673 10,053 10,400 9,778 10,565
11 Teluk Bayur 23,801 24,920 26,099 27,280 28,579
12 Batu Putih 7,707 7,923 8,171 8,860 8,370
13 Biantan 5,756 5,904 6,121 6,822 264
Kab. Berau 201,565 210,135 218,124 214,828 213,601
Sumber : BPS Kabupaten Berau Tahun 2014-2018

Gambar 4.21 Grafik Perkembangan Penduduk di Kabupaten Berau Tahun 2013-2017

220,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)

215,000
210,000
205,000
200,000
195,000
190,000
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

IV - 24
Sementara itu, apabila dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Berau tahun 2017
maka kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Tanjung Redep dengan kepadatan
penduduk sebesar 2836 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel IV.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Berau Tahun 2017

Luas Jumlah Kepadatan


No Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Kelay 6,134.60 5,892 1
2 Talisayan 1,798.00 11,542 6
3 Tabalar 2,373.45 6,835 3
4 Biduk Biduk 3,002.99 6,541 2
5 Pulau Derawan 3,858.96 9,081 2
6 Maratua 4,118.80 3,837 1
7 Sambaliung 2,403.86 33,841 14
8 Tanjung Redeb 23.76 67,380 2836
9 Gunung Tabur 1,987.02 20,874 11
10 Segar 5,166.40 10,565 2
11 Teluk Bayur 175.70 28,579 163
12 Batu Putih 1,651.42 8,370 5
13 Biantan 1,432.04 264 1
Kab. Berau 34,147.00 213,601 234
Sumber : BPS Kabupaten Berau Tahun 2018

2) Kabupaten Kutai Timur

Jumlah penduduk di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2017 berjumlah 347.468 jiwa.
Kecamatan di Kabupaten Kutai Timur yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi
yaitu berada di Kecamatan Sangatta Utara dengan jumlah penduduk sebesar 98.325
jiwa. Sementara di Kecamatan Sangkulirang sendiri mempunyai jumlah penduduk
sebesar 21.953 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun 2013-2017

Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 Muara Ancolong 14,785 15,631 16,526 16,283 16,953
2 Busang 5,112 5,405 5,715 5,622 5,851
3 Long Mesangat 5,023 5,310 5,614 5,523 5,748
4 Muara Wahau 18,594 19,658 20,784 20,483 21,327
5 Telen 6,814 7,204 7,616 7,508 7,817

IV - 25
Tahun (Jiwa)
No Kecamatan
2013 2014 2015 2016 2017
6 Kongbeng 18,472 19,529 20,648 20,351 21,190
7 Muara Bengkal 13,390 14,157 14,967 14,742 15,347
8 Batu Ampar 4,965 5,249 5,549 5,460 5,682
9 Sangatta Utara 85,270 90,152 95,312 94,364 98,325
10 Bengalon 26,823 28,359 29,982 29,747 31,006
11 Teluk Pandan 14,427 15,253 16,126 15,966 16,639
12 Sangatta Selatan 21,501 22,731 24,033 23,769 24,761
13 Rantau Pulung 3,895 8,999 9,515 9,368 9,752
14 Sangkulirang 19,122 20,217 21,374 21,082 21,953
15 Kaliorang 9,452 9,993 10,565 10,417 10,847
16 Sandaran 7,674 8,144 8,578 8,454 8,803
17 Kaubun 11,371 12,022 12,710 12,581 13,109
18 Karangan 10,793 11,411 12,063 11,871 12,358
Kab. Kutai Timur 297,483 319,424 337,677 333,591 347,468
Sumber : BPS Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014-2018

Gambar 4.22 Grafik Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kutai Timur


Tahun 2013-2017

360,000
350,000
Jumlah Penduduk (Jiwa)

340,000
330,000
320,000
310,000
300,000
290,000
280,000
270,000
2013 2014 2015 2016 2017
Tahun

Sumber : BPS Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014-2018

Sementara itu, apabila dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Kutai Timur tahun
2017 maka kepadatan tertinggi berada di Kecamatan Sangatta Utara dengan
kepadatan penduduk sebesar 71 jiwa/km2. Sedangkan di Kecamatan Sangkulirang

IV - 26
sendiri mempunyai kepadatan sebesar 7 jiwa/km2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun 2017

Luas Jumlah Kepadatan


No Kecamatan Wilayah Penduduk Penduduk
(Km2) (Jiwa) (Jiwa/Km2)
1 Muara Ancolong 2,739.30 16,953 6
2 Busang 3,721.62 5,851 2
3 Long Mesangat 526.98 5,748 11
4 Muara Wahau 5,724.32 21,327 4
5 Telen 3,129.61 7,817 2
6 Kongbeng 581.27 21,190 36
7 Muara Bengkal 1,522.80 15,347 10
8 Batu Ampar 204.50 5,682 28
9 Sangatta Utara 1,262.59 98,325 78
10 Bengalon 3,196.24 31,006 10
11 Teluk Pandan 831.00 16,639 20
12 Sangatta Selatan 1,660.85 24,761 15
13 Rantau Pulung 143.82 9,752 68
14 Sangkulirang 3,322.58 21,953 7
15 Kaliorang 438.91 10,847 25
16 Sandaran 3,419.30 8,803 3
17 Kaubun 257.47 13,109 51
18 Karangan 3,064.36 12,358 4
Kab. Kutai Timur 35,747.52 347,468 21
Sumber : BPS Kabupaten Berau Tahun 2018

4.4 Profil Ekonomi


Secara makro PDRB Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur atas dasar harga
berlaku tahun 2014-2016 didominasi oleh sektor primer khususnya sektor
pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2016 jumlah PDRB atas dasar harga
berlaku di Kabupaten Berau berjumlah sekitar 28 triliun sedangkan di Kabupaten
Kutai Timur berjumlah sekitar 95 triliun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

IV - 27
Gambar 4.23 Grafik Perbandingan PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2014-2016

100,000,000
90,000,000
80,000,000
70,000,000
Juta Rupiah

60,000,000
50,000,000
40,000,000
30,000,000
20,000,000
10,000,000
0
2014 2015 2016
Tahun

Kab. Berau Kab. Kutai Timur

Sumber : BPS Kabupaten Berau dan Kutai Timur Tahun 2018

Sementara itu, untuk rincian PDRB berdasarkan lapangan usaha, dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel IV.6 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2014-2016 (Juta Rupiah)

Kab. Berau Kab. Kutai Timur


Lapangan Usaha Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2014 2015 2016 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan
1,876,461 2,382,597 2,539,847 7,494,625 7,635,250 8,274,810
Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian 13,109,012 16,188,309 18,540,755 77,332,261 75,081,903 75,207,223
C. Industri Pengolahan 1,207,846 1,166,688 1,076,872 2,520,049 2,555,036 3,043,712
D. Pengadaan Listrik dan Gas 4,485 4,868 4,891 4,494 7,444 8,609
E. Pengadaan Air, Pengelolaan
9,708 9,918 10,380 10,923 11,576 12,726
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 530,917 648,786 820,468 2,116,698 2,168,448 2,225,632
G. Perdagangan Besar dan Eceran;
1,245,555 1,421,642 1,602,101 1,576,068 1,719,412 1,777,954
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 1,066,498 1,217,027 1,383,887 1,035,423 1,076,098 1,123,712
I. Penyediaan Akomodasi dan
170,412 211,611 255,704 190,512 207,689 224,971
Makan Minum
J. Informasi dan Komunikasi 180,852 206,026 215,451 220,635 249,921 270,654
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 115,717 132,617 143,509 135,125 141,406 151,253
L. Real Estate 171,397 208,444 243,469 285,960 297,289 301,355

IV - 28
Kab. Berau Kab. Kutai Timur
Lapangan Usaha Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2014 2015 2016 2014 2015 2016
M,N. Jasa Perusahaan 21,112 22,694 26,699 70,979 73,896 76,414
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial 273,804 307,959 312,880 1,024,953 1,111,636 1,145,704
Wajib
P. Jasa Pendidikan 372,144 483,808 544,330 772,572 926,191 1,022,179
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
125,047 158,187 176,127 108,916 125,373 139,683
Sosial
R,S,T,U. Jasa lainnya 128,838 135,959 146,911 130,169 150,536 173,613
PRODUK DOMESTIK REGIONAL
20,609,804 24,907,139 28,044,279 95,030,362 93,539,102 95,180,206
BRUTO
Sumber : BPS Kabupaten Berau dan Kutai Timur Tahun 2018

Gambar 4.24 Grafik Perbandingan PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Berau dan
Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016 Dirinci Berdasarkan Lapangan Usaha

80,000,000

70,000,000

60,000,000

50,000,000

40,000,000

30,000,000

20,000,000

10,000,000

Kab. Berau Kab. Kutai Timur

Sumber : BPS Kabupaten Berau dan Kutai Timur Tahun 2018

IV - 29
4.5 Kedudukan Geopark Dalam WPS
Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) dikembangkan mengingat sangat luasnya
wilayah nasional Indonesia, sehingga untuk memudahkan pengelolaannya,
pengembangan wilayah dibagi menurut Pulau/ Kepulauan yang dikelompokan ke
dalam beberapa tipe wilayah pengembangan. Tujuan pembentukan WPS ini
dilakukan untuk meningkatnya keterpaduan perencanaan dan pemrograman
pengembangan “infrastruktur PUPR” dan “infrastruktur Non-PUPR”
Wilayah pengembangan strategis (WPS) merupakan strategi pembangunan
infrastruktur terpadu yang fokus pada pembangunan infrastruktur berbasis
pengembangan wilayah, terutama di kawasan-kawasan strategis sebagai pusat
pertumbuhan. Infrastruktur adalah katalisator pembangunan. Ketersediaan
infrastruktur yang memadai dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber
daya, sehingga dapat memacu produktifitas serta efisiensi, dan pada akhirnya mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan pilar pengembangan Geopark, keterpaduan infrastruktur menjadi kunci


keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan Geopark. Pengembangan
infrastruktur di sekitar kawasan Geopark dapat memberikan pengaruh yang cukup
signifikan di dalam pengembangan geopark, seperti kemudahan aksesibilitas dan
konektivitas, supply energi, supply air bersih, dan sebagainya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.25 Keterkaitan Infrastruktur didalam Pengembangan Geopark
Wilayah
Pengembangan
Strategis (WPS)

Terpadu

Geopark Sangkulirang berada di Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan Timur


tepatnya di Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau. Dimana mempunyai tema
besar pengembangan yaitu mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru
dunia, salah satu lumbung padi nasional, pengembangan industry berbasis komoditas
kelapa sawit dan karet, dan lumbung energy nasional dengan pengembangan

IV - 30
hilirisasi komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zircon, dan pasir
kuarsa. Geopark Sangkurilang terdapat di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai
Timur. Dalam Wilayah Pengembangan Strategis (WPS), Geopark Sangkurilang
terdapat di WPS 23 yaitu WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan – Samarinda
– Maloy.
Gambar 4.26 Posisi Geopark Sangkulirang terhadap WPS 23 Balikpapan – Samarinda
– Maloy

Geopark Sangkulirang
Sumber : Rencana Strategis Kementrian PUPR Tahun 2015-2019

Berdasarkan peta di atas, dapat dilihat bahwa sebagian kecil Kawasan Geopark
Sangkulirang masuk ke dalam WPS 23 Pusat Pertumbuhan Terpadu Balikpapan
– Samarinda – Maloy, tepatnya di bagian utara WPS tersebut. Di dalam
kawasan geopark terdapat pengembangan simpul sawit dan karet, KTM Maloy
Maliorang, dan KEK Maloy. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya,
geopark ini tidak hanya tergantung pada infrastruktur di dalam kawasan
geopark, tetapi juga keterpaduan infrastruktur wilayah sekitarnya.

Beberapa infrastruktur pedukung yang dapat dijadikan pintu masuk ke


Geopark Sangkulirang antara lain Bandara Internasional Sepinggan di

IV - 31
Balikpapan dengan kelas Bandara Pengumpul Primer (1A), Bandara APT
Pranoto di Samarinda, Pelabuhan Internasional Semayang Kota Balikpapan dan
Pelabuhan Utama Samarinda. Besarnya pengaruh infrastruktur-infrastruktur
tersebut terhadap pengembangan Geopark Sangkulirang, sehingga lokasi-
lokasi infrastruktur tersebut dijadikan sebagai wilayah pengaruh. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pengembangan infrastruktur pendukung Geopark Sangkulirang di dalam WPS


23 diterjemahkan ke dalam program-program utama pengembangan
infrastruktur. Terkait dengan Kawasan Geopark Sangkulirang, ada beberpa
program infrastuktur yang masuk ke dalam kawasan Geopark Sangkulirang,
diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pembangunan jalan akses Maloy


b. SPAM MBR dan SPAM IKK Kutai Timur
c. Pembangunan Jalan Sangkulirang – Taliyasan – Guntur – Tanjung Redep

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 4.27 Program Utama WPS 23 di dalam Kawasan Geopark Sangkulirang

Geopark Sangkulirang
Sumber : Rencana Strategis Kementrian PUPR Tahun 2015-2019

IV - 32
Gambar 4.28 Peta Kedudukan Wilayah Pengaruh Geopark Sangkulirang di dalam WPS 23

IV - 33
4.6 Profil Infrastruktur
A) Infrastruktur PUPR

a. Sumber Daya Air

Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No 12 Tahun 2012 Tentang


Penetapan Wilayah Sungai, Geopark Sangkurilang memiliki 2 Wilayah Sungai (WS),
yaitu WS Berau-Kelai yang memiliki 15 Daerah Aliran Sungai (DAS) dan WS Karangan
memiliki 43 Daerah Aliran Sungai (DAS).

Sementara itu, untuk daerah irigasi di Geopark Sangkurilang terdapat 2 jenis Daerah
Irigasi (D.I) yang terdiri dari Daerah Irigasi (D.I) Permukaan dan Daerag Irigasi (D.I)
Rawa. Secara rinci sebaran Daerah Irgasi (D.I) di Kawasan Geopark Sangkurilang dapat
dilihat pada tabel senagai berikut:
Tabel IV.7 Daerah Irigas (D.I) Kewenangan di Geopark Sangkurilang

No Daerah Irigasi Kabupaten/Kota Luas (Ha)

Daerah Irigasi Permukaan


1 D.I Biatau Kab. Berau 1.779
2 D.I Labanan Kab. Berau 1.1
3 D.I Merancang Kab. Berau 1.2
4 D.I Semurut Kab. Berau 1.089
5 D.I Kali Orang Kab. Kutai Timur 1.3
6 D.I Selangkau Kab. Kutai Timur 2.987
Total 9.455
Daerah Irigasi Rawa
1 D.I.R Rantau Pangau Kab. Berau 1.5
2 D.I.R Sei Kuran Kab. Berau 1
3 D.I.R Sukan Tengah Kab. Berau 1
4 D.I.R Tanjung Perengat Kab. Berau 2.5
5 D.I.R Urutang Kab. Berau 2
6 D.I.R Bengalon Kab. Kutai Timur 2
Total 10
Sumber : Lampiran II, Peraturan Meteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah Irigasi

Sedangkan untuk bendungan di Kawasan Geopark Sangkuringan terdapat 4 buah


yaitu Bendungan Beriwit, Bendungan Manggar, Bendungan Merancang, dan
Bendungan Waru yang berada di Kabupaten Berau.

IV - 34
b. Bina Marga

Kawasan Geopark Sangkurilang memiliki panjang jalan yang terdiri dari Nasional
563,84 Km, Provinsi 408,64 Km, dan Kabupaten 2.791,85 Km. Nama ruas jaringan jalan
Nasional di Kawasan Geopark dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel IV.8 Panjang Jalan Nasional per Lintas di Kawasan Geopark Sangkurilang

Panjang
No Nomor Ruas Nama Ruas
Ruas (KM)
1 14 BONTANG - SANGATA 54,84
2 15 SANGATA - SP. PERDAU 32,02
3 15 11 K JLN. YOS SUDARSO (SANGATA) 11,88
4 16 SP. PERDAU - MUARA LEMBAK 13,05
MUARA LEMBAK - PELABUHAN RONGGANG
17
5 (SANGKULIRANG) 61,43
SP. 3 SANGKULIRANG - PELABUHAN MALOY
18
6 (MALOY) 8,7
7 19 SP.PERDAU - BATU AMPAR 94,41
8 20 BATU AMPAR - SP. 3 MUARA WAHAU 35,97
SP. 3 MUARA WAHAU - KELAY (KM. 100 - MUARA
21
9 WAHAU / PDC) 103,37
10 22 KELAY - LABANAN (LABANAN - KM 50) 67,38
11 23 LABANAN - TANJUNG REDEB 22,49
12 23 11 K JLN. BATANG MIAN (TJ. REDEP) 1,79
13 23 12 K JLN. BUJANGGA (TJ. REDEP) 0,77
14 23 13 K JLN. SAMBIT (TJ. REDEP) 1,44
15 23 14 K JLN. PEMUDA (TJ. REDEP) 1,18
16 24 TANJUNG REDEB - BTS. BULUNGAN 54,71
17 24 11 K JLN. MAULANA (TJ. REDEP) 0,58
18 35 AKSES PELABUHAN MALOY 16,67
GUNUNG TABUR (SIMPANG TIGA MALUANG) -
36
19 USIRAN *) 56,3
20 37 USIRAN - TANJUNG BATU (DERMAGA DERAWAN) *) 52,68
*) : Jalan Strategis Nasional
Sumber : Kepmen PUPR No 290/KPTS/M/2015 Tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai
Jalan Nasional

c. Cipta Karya

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kawasan Geopark Sangkurilang terdapat 14


SPAM yang tersebar di Kabupaten Kutai Timur dan Kebupaten Berau. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

IV - 35
Tabel IV.9 Sebaran Infrastruktur Air Minum di Kawasan Geopark Sangkurilang,
Tahun 2016

No Infrastruktur Kecamatan Kapasitas (l/dt) Kabupaten Provinsi

1 SPAM Desa Kasai Sambaliung 5 Berau Kalimantan Timur

2 SPAM IKK Suaran Sambaliung 10 Berau Kalimantan Timur

3 SPAM IKK Merancang Merancang 10 Berau Kalimantan Timur

4 SPAM IKK Batu Putih 1 Batu Putih 10 Berau Kalimantan Timur

5 SPAM IKK Kaliorang Kaliorang 10 Kutai Timur Kalimantan Timur

6 SPAM IKK Long Mesangat Long Mesangat 10 Kutai Timur Kalimantan Timur

7 SPAM IKK Karangan Karangan 5 Kutai Timur Kalimantan Timur

8 SPAM IKK Kaubun Kaubun 5 Kutai Timur Kalimantan Timur

9 SPAM IKK Ma. Ancalong Ma. Ancalong 10 Kutai Timur Kalimantan Timur

10 SPAM IKK Batu Ampar Batu Ampar 5 Kutai Timur Kalimantan Timur

11 SPAM IKK Bengalon Bengalon 10 Kutai Timur Kalimantan Timur

12 SPAM IKK Telen Telen 10 Kutai Timur Kalimantan Timur

13 SPAM IKK Muara Bengkal Muara Bengkal 20 Kutai Timur Kalimantan Timur

14 SPAM IKK Busang Busang 10 Kutai Timur Kalimantan Timur


Sumber : Web Pusdatin PU Tahun 2016

Di Kawasan Geopark Sangkuringan terdapat 2 TPA yaitu TPA Bujangga berada di


Kabupaten Berau dan TPA Sangatta berada di Kabupaten Kutai Timur. Secara rinci
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel IV.10 Sebaran Infrastruktur Persampahan di Kawasan Geopark Sangkurilang

Timbulan
No Infrastruktur Kecamatan Kabupaten Luas (Ha) Sampah
(Ton/Hari)
1 TPA Bujangga Tanjung Redeb Berau 12 105,50

2 TPA Sangatta Sangatta Kutai Timur 14 120,00


Sumber : Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Tahun 2018, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan

IV - 36
B) Infrastruktur Non-PUPR

a. Perhubungan

Sektor perhubungan merupakan salah


satu sektor yang mendukung mobilitas
penduduk di suatu wilayah. Di Kawasan
Geopark Sangkurilang terdapat 1
Terminal Bus yaitu Terminal Pasar Inpres
Tipe C yang berada di Kabupaten Berau.
Untuk transportasi udara di Kawasan
Geopark terdapat 2 Bandar Udara yang
berada di Kabupaten Kutai Timur yaitu
Bandara Muara Wahau dan Bandara Tanjung Bara/ Sangata, dan 2 Bandar Udara
Berada di Kabupaten Berau yaitu Bandara Maratua dan Bandara Kalimaru. Selain itu,
di Kawasan Geopark Sangkurilang terdapat 4 Pelabuhan, 1 Pelabuhan berada di
Kabupaten Berau yaitu Pelabuhan Tanjung Redeb, dan 3 pelabuhan berada di
Kabupaten Kutai Timur yaitu Pelabuhan Maloy, Pelabuhan Sangatta, dan Pelabuhan
Sangkurilang.

b. Energi

Sektor energi merupakan sektor yang mendukung kegiatan penduduk ataupun


kegiatan lainnya seperti perdagangan, industri, dll. Saat ini pelayanan listrik di
Kawasan Geopark Sangkurilang sudah terlayani sampai kedalaman desa. Distribusi
Listrik pada tahun 2017 sebesar 319.274,82 MWh yang tersebar di Kabupaten Berau
dan Kabupaten Kutai Timur. Sebagian besar sumber energi listrik di Kawasan Geopark
Sangkurilang hingga saat ini masih dipasok oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Selain itu, terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berada di Kabupaten
Berau yaitu PLTU Lati dengan Kapasitas 2x7 MW.
Tabel IV.11 Jumlah Pelanggan Listrik Dan Jenis Sumber Listrik Di Kawasan Geopark
Sangkurilang

No Kabupaten/Kota Listrik PLN Listrik Non PLN Jumlah

1 Kutai Timur 41.593 36.285 77.878

2 Berau 46.981 7.173 54.154


Sumber : Kalimantan Timur dalam angka, Tahun 2018

IV - 37
Tabel IV.12 Rasio Desa Berlistrik dan Rasio Elektrifikasi di Kawasan Geopark
Sangkurilang

No Kabupaten/Kota Rasio Desa Berlistrik Rasio Elektrifikasi

1 Kutai Timur 100,00 80,84

2 Berau 100,00 82,37

Kalimantan Timur 97,01 84,07


Sumber : Kalimantan Timur dalam angka, Tahun 2018

4.7 Kedudukan Geopark Dalam Pariwisata Nasional


Dalam Rencana Induk Pariwisata Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2011 dijelaskan bahwa pengembangan parisawata Nasional
dilakukan dengan meliputi destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, industry
pariwisata, dan kelembagaan pariwisata. Pengembangankepariwisataan nasional
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata,
mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan media
pemasaran secara secara efektif, efisien dan bertanggung jawab, mewujudkan
industry pariwisata yang mampu menggerakan perekonomian nasional, dan
mengembangan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu
mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata dan Industri
Pariwisata secara professional, efektif, dan efisien. Untuk lebih jelas dalam melihat
keterkaitan dalam ke 4 (empat) aspek tersebut, dapat dilihat pada gambar di bawah
ini :
Gambar 4.29 Skema Pembangunan Kepariwisataan Nasional

IV - 38
Dalam arah pembangunan kepariwisataan nasional dilakukan perwilayahan
pembangunan DPN (Destinasi Pariwisata Nasional) yang meliputi DPN dan KSPN
(Kawasan Strategis Pariwisata Nasional). Di Provinsi Kalimantan Timur sendiri terdapat
12 KPPN dan 3 DPN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.13 Pembagian KPPN dan DPN di Provinsi Kalimantan Timur

KPPN DPN
KPPN Long Apari dan Sekitarnya
KPPN Long Bangun dan Sekitarnya DPN Long Bagun-Melak dan Sekitarnya
KPPN Melak-Kersik Luway dan Sekitarnya
KPPN Kota Bangun-Tanjung Isuy dan Sekitarnya
KPPN Tenggarong dan Sekitarnya
KPPN Samarinda Kota dan Sekitarnya DPN Tenggarong-Balikpapan dan Sekitarnya
KPPN Bontang-Sangat dan Sekitarnya
KPPN Balikpapan-Semboja dan Sekitarnya
KPPN Tanjung Redeb dan Sekitarnya
KPPN Derawan-Sangalaki dan Sekitarnya
DPN Derawan-Kayan Mentarang dan Sekitarnya
KPPN Kayan Mentarang dan Sekitarnya
KPPN Tarakan dan Sekitarnya
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2011

Dari hasil KPPN dan DPN ini tidak ada yang secara khusus menyebutkan Kawasan
Karst Sangkulirang namun Sangkulirang termasuk dalam KPPN Tanjung Redeb dan
sekitarnya sedangkan dalam pembagian 88 KSPN, Geopark Sangkulirang tidak
termasuk dalam prioritas nasional.

4.8 Implikasi Kebikajan Terjadap Geopark Sangkulirang


a. Kebijakan Spasial
a) Peraturan Pemerintah No.13 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No.26 Tahun 2008

- Kawasan Geopark Sangkurilang berdasarkan sistem perkotaan nasional


termasuk kedalam lingkup PKW Tanjung Redeb yang diarahkan pada
tahap pengembangan/Peningkatan fungsi Revitaslisasi dan Percepatan
Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional dan PKW Sangata yang
diarahkan sebagai Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi.

b) Peraturan Presiden No.3 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Pulau
Kalimantan

IV - 39
- Penataan ruang Pulau Kalimantan bertujuan mewujudkan Kelestarian
kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi
lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45% dari luas
Pulau Kalimantan sebagai Paru-Paru Dunia;

- Kebijakan dalam mewujudkan Kelestarian kawasan konservasi


keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung meliputi :

 Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan


dan satwa endemik kawasan;

 Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi;

 Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan


berfungsi lindung yang terdegradasi; dan

 Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu


kawasan berfungsi lindung,

- Strategi operasional perwujudan sistem perkotaan nasional yaitu


Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan
ekowisata dan wisata budaya meliputi: Pusat pengembangan ekowisata di
PKW Tanjung Redeb dan Pusat Pengembangan wisata budaya di PKW
Sangata.

- Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa


cagar alam geologi meliputi: merehabilitasi dan melestarikan kawasan
cagar alam geologi yang memiliki keunikan batuan dan fosil; dan
mempertahankan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki
keunikan bentang alam.

- Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa


pengendalian kawasan rawan bencana alam geologi meliputi:
mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya terbangun pada
kawasan rawan bencana alam geologi; dan menyelenggarakan upaya
mitigasi dan adaptasi bencana melalui penetapan lokasi dan jalur evakuasi
bencana, pembangunan prasarana dan sarana pemantauan bencana, serta
penetapan standar bangunan gedung untuk mengurangi dampak akibat
bencana alam geologi.

- Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan lindung geologi berupa


kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah dilakukan
dengan mengendalikan perkembangan kegiatan budi daya terbangun
pada kawasan imbuhan air tanah.

IV - 40
 Rehabilitasi dan pelestarian kawasan cagar alam geologi yang memiliki
keunikan batuan dan fosil dilakukan di Kabupaten Kutai Timur.

 Pemertahanan fungsi kawasan cagar alam geologi yang memiliki


keunikan bentang alam berupa karst dilakukan pada kawasan
karst di Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Berau, Kabupaten
Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Barito
Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Tabalong, dan Kabupaten
Tapin.

- Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan pariwisata


meliputi:

 Pengembangan dan pemanfaatan kawasan ekowisata berbasis


ekosistem

 Pengembangan prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekowisata


pada zona pemanfaatan di kawasan konservasi dengan prinsip -
prinsip berkelanjutan

 Pengembangan prasarana dan sarana transportasi yang


menghubungkan antara kawasan ekowisata, wisata budaya, obyek
wisata lainnya, dan kawasan perkotaan

- Strategi operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan


dengan sektor unggulan pariwisata meliputi:

 Pengembangan kawasan untuk kegiatan sektor unggulan pariwisata,


termasuk kegiatan pendukung pariwisata, permukiman, serta jaringan
prasarana dan sarana, salah satunya yaitu Kawasan Andalan Tanjung
Redeb.

 Meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan pariwisata serta antara


pusat kegiatan pariwisata dengan kawasan perkotaan nasional sebagai
pusat pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pariwisata, yang terlayani terutama oleh pelabuhan dan/ atau bandar
udara yaitu Kawasan Andalan Tanjung Redeb dan sekitarnya dengan
kawasan perkotaan PKW Tanjung Redeb, yang terlayani terutama oleh
Bandar Udara Kalimarau - Berau;

c) Peraturan Daerah No.1 Tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2016-2036

IV - 41
- Tujuan penataan ruang provinsi adalah Mewujudkan Ruang Wilayah
Provinsi yang mendukung Pertumbuhan Ekonomi Hijau yang Berkeadilan
dan Berkelanjutan berbasis Agroindustri dan Energi Ramah Lingkungan.

- Kebijakan penataan ruang wilayah provinsi, meliputi :

 Pengembangan sektor ekonomi produktif migas dan batubara yang


bernilai tambah tinggi dan berwawasan lingkungan menjadi sektor
unggulan provinsi untuk memacu pertumbuhan ekonomi serta
pemanfaatannya bagi segenap masyarakat;

 Pengembangan sektor unggulan untuk mengantisipasi berkurangnya


sumberdaya migas dan batubara yang tidak dapat diperbaharui
melalui pengembangan sektor pertanian, pariwisata dan energi yang
dapat diperbaharui, sebagai bagian upaya meningkatkan ketahanan
pangan dan energi wilayah dan nasional;

 Perwujudan ruang yang bersinergi dengan pertumbuhan ekonomi


hijau;

 Perwujudan pemerataan hasil pembangunan dan pelayanan bagi


seluruh masyarakat dengan memberikan kesempatan pada seluruh
bagian wilayah untuk berkembang sesuai potensi; dan

 Perwujudan pembangunan yang berkelanjutan dengan menjaga


harmonisasi kegiatan ekonomi, investasi, sosial dengan
mempertimbangkan daya dukung dan kelestarian lingkungan serta
menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan.

- Sistem perkotaan wilayah provinsi dan sistem perkotaan nasional yang


terkait dengan wilayah provinsi, meliputi :

 PKW, meliputi: Kota Sangatta, Tanjung Redeb;

 PKL, meliputi: Muara Bengkal, Muara Wahau, Sangkulirang (Kabupaten


Kutai Timur), Merancang, Tepian Buah, Tanjung Batu, Talisayan,
Mangkajang, Labanan, Sido Bangen (Kabupaten Berau),

- Kawasan suaka alam, pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu


pengetahuan, meliputi: suaka margasatwa Pulau Semama, terletak di
Kabupaten Berau, Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)
Labanan, di Kabupaten Berau;

- Kawasan lindung geologi meliputi kawasan bentang alam karst di


Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau seluas 307.337 Ha tersebar
di Hutan Lindung dan kawasan budidaya.

IV - 42
- Kawasan pariwisata termasuk di dalam : Kawasan Pengembangan
Pariwisata Nasional (KPPN) meliputi Kota Bontang – Sangatta dan
sekitarnya, Kota Balikpapan – Samboja dan sekitarnya, Tanjung Redeb dan
sekitarnya.

- Kawasan Andalan Nasional, meliputi Kawasan Sangkulirang, Sangatta, dan


Muara Wahau (SASAMAWA); dan Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya.

- Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup di dalam wilayah provinsi yaitu Kawasan
Ekosistem Karst Sangkulirang Mangkalihat;

b. Kebijakan Sektoral
a) Undang-Undang No 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005

- Visi Pembangunan Nasional 2005-2025: Indonesia yang Mandiri, Maju,


Adil dan Makmur

- RPJPN Ke-4 (Tahun 2020-2024) ditujukan untuk mewujudkan


masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui
percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.

b) Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019

- Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan ditopang oleh 3 sektor utama,


yaitu pertambangan dan penggalian, pertanian terutama perkebunan, dan
industri pengolahan; serta sektor perikanan dan kehutanan.

- Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Pulau Kalimantan, maka


tema besar Pembangunan Wilayah Kalimantan:

 Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan


meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan
lindung, dan hutan produksi; serta mengembangkan sistem
pencegahan dan penanggulangan bencana alam banjir dan kebakaran
hutan.

 Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas


batu bara, termasuk pengembangan energi baru terbarukan berbasis

IV - 43
biomassa dan air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA
masing-masing provinsi

 Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet,


bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa.

 Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.

- Arah Pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan, meliputi:

 Pengembangan Kawasan Strategis

Kebijakan pengembangan kawasan strategis bidang ekonomi di


Wilayah Pulau Kalimantan difokuskan untuk pusat produksi dan
pengolahan hasil perkebunan, tambang, dan lumbung energi nasional
yang berdaya saing. Fokus lokasi pengembangan wilayah strategis
salah satunya yaitu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya di Provinsi Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

 Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Arah kebijakan pengembangan kawasan perkotaan di Wilayah Pulau


Kalimantan diprioritaskan pada percepatan keterkaitan dan manfaat
antarkota dan desa dengan kota, Penguatan Sistem Perkotaan
Nasional (SPN) Berbasis Kewilayahan melalui pembentukan 1 Kawasan
perkotaan metropolitan baru; optimalisasi 3 kota sedang sebagai
buffer urbanisasi; dan membangun 3 kota baru publik yang mandiri
dan terpadu sebagai sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota dan
kawasan perkotaan.

Arah kebijakan pengembangan desa dan kawasan perdesaan di


Wilayah Kalimantan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan
melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan
prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Lokasi Prioritas Peningkatan Keterkaitan Desa-Kota Untuk


Memperkuat Pusat Pertumbuhan Di Kalimantan, salah satunya yaitu
Sangata dan sekitarnya (Kab. Kutai Timur, Prov. Kaltim), dan Tanjung
Redeb dan sekitarnya (Kab. Berau, Prov. Kaltim).

 Pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan

IV - 44
Arah kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal di
Wilayah Kalimantan difokuskan pada promosi potensi daerah
tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga terbangun
kemitraan dengan banyak pihak.

Arah kebijakan Pengembangan Kawasan Perbatasan di Wilayah Pulau


Kalimantan difokuskan untuk meningkatkan peran sebagai halaman
depan negara yang maju dan berdaulat dengan negara Malaysia di
perbatasan darat dan laut.

 Penanggulangan Bencana

Untuk mendukung pengembangan wilayah Pulau Kalimantan, arah


kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi
risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat terhadap bencana. bencana alam
yang paling dominan berpotensi terjadi di wilayah Kalimantan adalah
bencana kebakaran hutan dan lahan, banjir, dan kekeringan.

 Penataan Ruang Wilayah Pulau Kalimantan

Prioritas Lokasi Pengembangan Pusat Kegiatan Pulau Kalimantan


Periode 2015-2019 yaitu PKW Tanjung Redeb dan PKW Sangata.

 Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah

Arah kebijakan pengembangan Wilayah Pulau Kalimantan yakni


peningkatan kapasitas pemerintahan daerah dalam mendorong
pembangunan daerah dengan mempertimbangkan kelestarian alam
dan konektivitas wilayah.

c) Peraturan Daerah No.2 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2019-2023

- Visi Rencana Pembangunan Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan


Timur 2005- 2025 “Terwujudnya Masyarakat yang Adil dan Sejahtera
dalam Pembangunan Berkelanjutan.

- Prioritas pembangunan daerah 2019-2023, meliputi:

 Peningkatan daya saing sumber daya manusia dan tenaga kerja

 Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk komoditi unggulan


daerah

 Optimalisasi sumber-sumber pendapatan daerah, penataan perizinan


dan pengendalian investasi

IV - 45
 Penguatan konektivitas dan pemerataan pelayanan infrastruktur dasar

 Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan penataan


ruang

 Peningkatan kinerja tata kelola pemerintah daerah dan kualitas


pelayanan publik.

d) Peraturan Gubernur No.67 Tahun 2012 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Ekosistem Karst Sangkurilang-Mangkalihat di Kabupaten Berau
dan Kabupaten Kutai Timur

- Perlindungan dan pengelolaan ekosistem Karst Sangkurilang-Mangkalihat


di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur terpadu dilaksanakan
secara partisipatif, terpadu dan berkelanjutan berdasarkan rencana
perlindungan dan pengelolaan ekosistem karst Sangkurilang-Mangkalihat
di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur.

- Tujuan perlindungan dan pengelolaan ekosistem Karst di Kabupaten Berau


dan Kabupaten Kutai Timur terpadu adalah

 Menjamin keberadaan ekosistem karst dengan luasan yang cukup dan


sebaran yang prposional

 Mengoptimalkan aneka fungsi ekosistem karst yang meliputi fungsi


konservasi dan fungsi lindung untuk mencapai manfaat lingkungan
sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari

 Meningkatkan daya dukung hidrologi di daerah aliran sungai diatas


bentukan karst sungai di dalam bentukan karst dan daerah tangkap air
di bentang-alam karst; dan

 Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan


keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan
berwawasan lingkungan di bentang-alam karst, sehingga mampu
menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap
akibat perubahan eksternal dan menjamin distribusi manfaat yang
berkeadilan dan berkelanjutan.

IV - 46

Anda mungkin juga menyukai