Anda di halaman 1dari 2

PENGEMBANGAN WARISAN GEOLOGI DAN GEOWISATA

KABUPATEN MUNA

Kawasan karst merupakan sumberdaya alam non hayati yang tidak dapat
diperbaharui karena proses pelarutan dan pembentukannya membutuhkan waktu ribuan tahun
bahkan jutaan tahun. Karakteristik khas yang ada pada kawasan karst adalah salah satu
penciri proses geologi yang bekerja pada kawasan karst. Kawasan karst yang memiliki
bentang alam unik ini diakibatkan oleh proses karstifikasi yaitu suatu proses pembentukan
bentang lahan karst yang disebabkan oleh proses pelarutan. Akibat proses karstifikasi
tersebut, dapat meng- hasilkan bentang alam karst yang berbeda - beda pada setiap daerah
yang berpotensi karst.
Kawasan karst nusantara cukup luas yang tersebar pada beberapa kepulauan besar
hingga kecil di Indonesia. Kabupaten Muna merupakan salah satu kawasan potensi karst yang
didukung oleh batu gamping yang me- nyusun pulau tesebut. Hal ini dapat terlihat pada tebing
tebing batu gamping di sepanjang pantai timur Pulau Muna. Keberadan batu gamping Pulau
Muna juga diketahui setelah beberapa peneliti karst Indonesia melakukan pengkasifikasian nilai
strategis kawasan karst yang hasilnya yaitu beberapa objek dalam kawasan karst Pulau Muna
memiliki nilai dalam aspek Pariwisata. Keunikan karst yang sebagian besar sebagai objek
pariwisata juga berfungsi sebagai sarana kepentingan sosial pada masyarakat muna. Beberapa
komponen seperti mata air yang muncul dari mulut goa dijadikan sebagai tempat untuk
memenuhi kebutuhan air oleh masyarakat (Winarno, dkk, 2018).
Geologi Pulau Muna relatif sederhana. Pulau itu hanya disusun oleh dua formasi, yaitu
Formasi Mukito berupa sekis-filit berumur Pra-Trias yang tersebar terbatas sebesar 5% di tepi
pantai Tanjungbatu dan Pulau Bangko, dan Formasi Wapulaka berupa batuan karbonat Pleistosen
yang tersebar hampir 80% dari seluruh pulau, serta 15% endapan aluvial Kuarter tersebar di
pantai barat dan timur laut. Kars Pulau Muna berkembang sangat baik terutama di sisi sebelah
timur. Di daerah Liang Kabori dan sekitarnya, lebih kurang 5 km selatan ibukota Kabupaten
Muna, Raha, wilayah kars berkembang sebagai kars bertipe Gunungsewu tetapi mempunyai
tebing-tebing vertikal yang dominan. Gua dengan lorong-lorong panjang tidak dominan.
Observasi dan pemetaan terhadap beberapa gua menunjukkan berkembangnya gua-gua pendek
menyerupai ceruk yang dikontrol oleh perlapisan batugamping. Gua-gua yang berkembang
sebagai mata air tersebar terutama di bagian tengah dan utara. Kemunculan mata air dan gua
berair dikontrol oleh perubahan fasies batu gamping.
Di wilayah kars Muna tersebar gua-gua dengan lukisan prasejarah yang berpotensi
sebagai geoheritage (warisan geologi). Keberadaan gua dengan lukisan prasejarah dan potensi
morfologi kars yang unik, bukit menara kars dan danau sinkhole, serta fenomena-fenomena kars
lain menjadi wisata interpretatif atau geowisata yang potensial di Sulawesi Tenggara (Iagi, 2013).

Referensi
Winarno, dkk. 2018. Studi geologi karst sebagai kawasan lindung geologi di kabupaten muna
dan kabupaten muna barat. Kendari: Universitas Halu Oleo.
IAGI. 2013. Geologi kars pulau muna untuk pengembangan geoheritage dan geowisata.Jakarta
Selatan: Ikatan Ahli Geologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai