Anda di halaman 1dari 4

Kawasan Karst Maros mempunyai kekayaan alam yang tak ternilai harganya, baik yang

terdapat di atas permukaan (epikarst) maupun di bawah permukaan (endokarst). Kawasan


karst Maros mempunyai 268 buah gua yang tersebar di area hutan lindung Pattunuang dan
Karaengta Kabupaten Maros, diantaranya 18 dengan artefak (Nur, 2004). Gua Batu
mempunyai lantai yang cukup kering, tidak berair, dengan bagian langit-langit yang
meneteskan air (Suharjono et al, 2007).

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki fenomena eksokars dan endokars yang menakjubkan dan
dianggap paling lengkap di Indonesia, itulah kawasan kars Maros-Pangkep. Gugusan bukit-
bukit batugamping ini menempati bagian tengah daerah Maros menyebar ke utara hingga
daerah Pangkep. Panorama alam yang dikenal orang awam sebagai perbukitan kapur
melampar bagai hutan batu, tampak dari kejauhan begitu megah, indah dan eksotis.

Kawasan kars bukan sekedar deretan bukit-bukit kerucut yang cadas dengan sungai bawah
tanah, air terjun ataupun telaga diatas bukit, dan menyajikan pemandangan yang menarik
untuk menjelajahinya, tetapi suatu kawasan yang dapat dikembangkan dan dikelola lebih dari
yang ada saat ini, disamping nilai ilmiah dan budayanya. Dan yang tidak kalah pentingnya,
kawasan kars ini memilki fungsi ekologis untuk menjaga keseimbangan ekosistem kars dan
lingkungan sekitarnya.

1. Geologi Umum
Sebaran perbukitan batugamping Maros - Pangkep, menempati lahan sekitar 42.000 hektare.
Posisi geografis kawasan ini terletak antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur Timur dan
antara 4° 42’ 49” – 5° 06’ 42” Lintang Selatan. Secara administratif berada dalam wilayah
Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.
Struktur Geologi yang bekerja pada formasi ini adalah sesar, kekar dan perlipatan,. Struktur
geologi yang berkembang sangat intensif dimulai kala Miosen Tengah, yang membentuk
patahan utama berarah barat laut-tenggara. Sesar terdiri dari sesar sungkup, sesar normal dan
sesar geser, umumnya berarah barat laut- tenggara dan utara-selatan. Rekahan sangat dominan
dijumpai pada batuan karbonat ini, hal ini disebabkan pada batuan ini relatif lebih rapuh di
banding batuan lainnya di kawasan tersebut.
Perlipatan berarah umum utara-selatan dan barat laut tenggara. Perlipatan ini mungkin
terbentuk oleh adanya gaya mendatar berarah timur laut pada kala Miosen Akhir hingga
Pliosen, setempat-setempat arahnya berubah oleh gangguan terobosan batuan beku dan sesar.
(Rab Sukamto, dalam Darwis Falah, 1990). Berdasarkan pola penyebaran struktur geologi
dikawasan ini, dapat diinterpretasikan bahwa proses deformasi yang bekerja cukup kuat. Hal
tersebut ditandai oleh penyebaran litologi yang dikontrol oleh struktur geologi, intensitas
pengkekaran yang tinggi, dan kerapatan sesar yang bekerja.

2. Morfologi dan Karsologi


Di kawasan Kars ini banyak ditemukan mataair permanen yang berhubungan erat dengan
keberadaan sungai-sungai bawah tanah, dimana air bawah tanah tersebut sebagian muncul
menjadi sungai dipermukaan, memilki potensi mataair tinggi (berdebit 100 – 500 liter/detik),
disamping terdapat juga beberapa matair yang memiki potensi mata air sedang dan rendah
(Darwis Falah, 1990).
Nuhung,2016

Kawasan Kars adalah suatu bentang alam yang menampakkan karakteristik relief dan drainase
yang khas, terutama disebabkan oleh derajat pelarutan bebatuan dalam air yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan kawasan lain (Ko, 1996). Di wialayah Kabupaten Maros – Pangkep
(Sulawesi Selatan), terdapat kawasan kars yang khas dengan bukit-bukit menjulang
menyerupai menara. Menurut Imran, dkk. (2004) menara kars ini terbentuk akibat besarnya
kontrol tektonik terhadap pembentukan morfologi dikawasan kars tersebut. Ekosistem kars
Maros – Pangkep sangat spesifik. Sebagaimana kawasan kars lainnya, kawasan kars Maros -
Pangkep mempunyai nilai ekonomi, ilmiah dan kemanusiaan.

Morfologi
Kars Maros-Pangkep memiliki karakteristik geomorfologis yang khas. Bukit-bukitnya
mempenyai lereng tebing yang amat curam atau terjal dengan kelerengan berkisar 57o-82o
dengan puncak tumpul. Batuannya adalah batugamping dengan sistem kekar berupa kekar
tiang (columnar joint) dan kekar lapis atau kekar lembar (sheet joint). Proses kartisifikasi
menghasilkan benyukan seperti gua yang di dalamnya dijumpai stalaktit, stalagmit, pilar, batu-
alir (flowstone), dan endapan traventin (Sunarto, 1997). Bentuk topografi berelief tinggi, dan
berbentuk menara, serta sebagian berupa dataran. Diantara menara-menara kars, terdapat
endapan aluvium sungai berupa bongkah, monyetkal, kerikil, pasir dan lempung (Departemen
Pertambangan dan Energi Sulawesi Selatan dan Tenggara, 1997).
Prawitosari 2011

1. Pendahuluan
Dalam perjalanan ilmiahnya pada tahun 1856-1857, naturalis Alfred Russel Wallace terpesona
dengan keindahan alam Maros, yang dituliskannya sebagai ‘sebaran lembah yang dalam dan
menjorok jauh ke dalam serta gawir tebing terjal, yang tidak pernah aku jumpai di kepulauan
(Nusantara) lainnya’ (WALLACE, 1869). Yang dijumpai oleh Wallace tersebut diatas adalah
topografi karst yang unik di Propinsi Sulawesi Selatan, terbentang di wilayah Kabupaten Maros
dan Pangkep, dimana secara geologi dimasukkan ke dalam Mandala Sulawesi Selatan Bagian
Barat. Hadir dalam bentuk sebagai tipe karst menara (tower karst), sebaran bukit-bukit sisa
pelarutan mendominasi dataran aluvial dan pesisir pantai seluas 300 km2.
Topografi karst Maros terbentuk pada Formasi Tonasa yang berumur Eosen Awal hingga
Miosen Tengah (SUKAMTO, 1982). Meskipun Formasi Tonasa yang tersusun oleh
batugamping terumbu dan batugamping klastika tersebar di berbagai tempat di Sulawesi
Selatan bagian barat; yaitu daerah Barru – Ralla di bagian utara, daerah Biru – Malawa di
bagian timur, daerah Jeneponto – Allu di bagian selatan, dan daerah Maros – Pangkajene di
bagian tengah; namun hanya di bagian tengah saja topografi karst menara berkembang dengan
baik. Telah banyak diketahui bahwa pembentukan topografi karst sangat dipengaruhi oleh
sebaran struktur geologi dan perkembangan tektonik yang dialami oleh daerah tersebut.
MOSELEY (1973) pernah melakukan kajian terhadap pembentukan kekar dan sesar
berorientasi baratlaut, utara dan timurlaut yang berkembang pada batugamping Formasi Alston
dan Askrigg di baratlaut Inggris, dan menemukan hubungannya terhadap gaya kompresi relatif
utara-selatan yang bekerja sin-genetik ketika batugamping kedua formasi tersebut terendapkan
pada Zaman Karbon Akhir.

Tataan Geologi Sulawesi Selatan Bagian Barat


Pulau Sulawesi terletak pada daerah yang kompleks secara tektonik, dimana tiga lempeng
besar, yaitu Lempeng Pasifik-Phillippina yang bergerak ke arah barat-baratlaut, Lempeng
Indo-Australia yang bergerak ke arah utara-timurlaut, dan Lempeng Eurasia yang bergerak ke
arah tenggara, telah berinteraksi semenjak Masa Mesozoikum. Sulawesi Selatan bagian barat
terpisahkan secara struktural dari lengan barat Sulawesi oleh Depresi Walanae yang
memanjang berarah utara-baratlaut – selatan-tenggara. SUKAMTO (1975) dan VAN
LEEUWEN (1981) menginterpretasikan Depresi Walanae sebagai zonasesar geser sinistral.

Tataan Geologi Maros


Batugamping Formasi Tonasa yang diendapkan daerah tengah, antara Maros dan Pangkajene,
memiliki ketebalan setidaknya 600 m (WILSON, 1995). Batugamping tersebut diendapkan
pada lingkungan laut dangkal berupa paparan yang stabil dengan dimensi lebar setidaknya 80
km (WILSON & BOSENCE, 1996). Pengendapan batugamping tersebut setidaknya
membutuhkan kecepatan penurunan paparan sebesar 3 cm / 1000 tahun (WILSON, 1995).

Husein s. dkk

Keberadaan kawasan karst di Indonesia, dewasa ini dianggap memiliki nilai-nilai yang sangat
strategis. Di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, luas kawasan karst mencapai hampir 20%
dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis yang dimaksud, selain merupakan kawasan sebagai
pemasok dan tandon air untuk keperluan domestik (PBB memperkirakan persediaan air sekitar
25% penduduk dunia merupakan sumber air karst, Ko 1997),
Daerah karst dicirikan oleh morfologi permukaan berupa bukit-bukit kerucut (conical hills),
depresi tertutup (dolin), lembah kering (dry valley) dan banyak dijumpai sungai-sungai bawah
tanah. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh struktur geologi berupa pengekaran (joint)karena
umumnya karst terbentuk pada daerahberbatuan karbonat (gamping, dolomit, ataugypsum).

Di Pulau Sulawesi kawasan karst berkembang dengan baik khususnya (pada sebaran batu
gamping) di Sulawesi Selatan. Bentang alam karst Maros sangat terkenal, luasnya diperkirakan
mencapai 400 km2. Telah diidentifikasi sedikitnya ada 29 gua di kawasan ini yang layak
dilindungi. Kabupaten Maros terletak di bagian barat Sulawesi Selatan antara 400 40’ - 500
07’ Lintang selatan dan 1090 205 - 1290 12’ Bujur timur, merupakan daerah penyangga Ibu
Kota Provinsi Sulawesi selatan dengan jarak sekitar 30 Km arah utara Kota Makassar dengan
kawasan pantai sepanjang + 31 Km di Selat Makassar, yang berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Dengan Kabupaten Pangkep Sebelah Selatan : Dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur : Dengan Kabupaten Bone Sebelah Barat : Dengan Selat Makassar Luas wilayah
Kabupaten Maros 1.619 Km2 atau sekitar 2,6 % wilayah Sulawesi selatan secara administratif
dibagi ke dalam 14 kecamatan dan 80 Desa serta 23 Kelurahan.

Palloan,2009

Anda mungkin juga menyukai