Litologi
Ultramafik yang terdiri atas Dunit, Peridotit, Harzbugit Werkit dan Serpentinite
Kelompok Batuan Ultramafik (Ku) tersebut tertindih secara tidak laras oleh
Sedimen Kalsilutut dan bersisipan dengan napal serpih, rijang dari formasi
Oolute Formasi Selodik (Tems) yang berumur Eosen. Diatas formasi salodik
secara tidak selaras diendapkan batuan sedimen yang terdiri dari Konglomerat,
Batupasir, dan Lempung. Formasi Pandua (Tmpp) yang berumur Pliosen. Pada
saat pleistosen diendapkan batuan sediment yang terdiri dari batupasir dan
ultrafik dan semakin keatas batuannya berumur lebih muda seperti yang
berada dibagian selatan dan barat Sulawesi yang terdiri dari batuan skis dan
mengandung endapan laterit dan Sebagian lagi membentuk iron cap khususnya
1.1.3. Alterasi
Batuan ultrabasa yang didominasi oleh mineral olivin akan berubah menjadi
Endapan nikel laterit Sulawesi lain yang berkembang dengan baik yaitu di
peroditit. Endapan laterit nikel ekonomi berasal dari batuan induk yang kaya
akan kandungan mineral olivine dan orto piroxen. Faktor lain yang berpengaruh
adalah adanya kontrol aktifitas pensesaran dan pengkayaan yang cukup intensif
dan bentuk bentang alam yang germofologi relative landai dengan kemiringan
mana flora dan faunanya berbeda jauh dengan flora dan fauna Asia yang
terbentang di Asia dengan batas Kalimantan, juga berbeda dengan flora dan
fauna Oceania yang berada di Australia hingga Papua dan Pulau Timor. Garis
maya yang membatasi zona ini disebut Wallace Line, sementara kekhasan flora
berbulu sedikit dan memiliki taring pada mulutnya, tersier, monyet tonkena
varietas binatang berkantung serta burung maleo yang bertelur pada pasir yang
panas.
Hutan Sulawesi juga memiliki ciri tersendiri, didominasi oleh kayu agatis
pengkajian ilmiah. Untuk melindungi flora dan fauna, telah ditetapkan taman
nasional dan suaka alam seperti Taman Nasional Lore Lindu, Cagar Alam
Morowali, Cagar Alam Tanjung Api dan terakhir adalah Suaka Margasatwa di
Bangkiriang.
2.3.3. Iklim
Curah hujan dan hari hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat
produksi Penambangan Bijih nikel dan upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam
data diperoleh dari UPP Bungku dari tahun 2005 sampai dengan 2009.
mm/tahun dengan rata-rata curah hujan bulanan mencapai 100,83 mm. Bulan
dengan curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Maret (170 mm) dan curah
hujan terendah pada bulan Agustus (43 min). Hasil analisis curah hujan
dengan nilai O-5926 S6. Berdasarkan Peta Agrokilmat dan Oldemen, daerah ini
mempunyai Tipe iklim E3. Rata-rata bulan basahnya sebanyak 5,4 bulan
dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm bulan“, dan rata-rata
bulan keringnya sebanyak 3,2 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan
kurang dari 60 mm bulan”. Berdasarkan data curah hujan dari tahun 2005-
2010, maka diketahui sebaran curah hujan bulanan bervariasi. Rerata curah
hujan tertinggi (170,00 mm) diperoleh pada bulan Maret dengan rerata hari
hujan 10 hari, dan rerata curah hujan terendah (44,20 mm) diperoleh pada