Anda di halaman 1dari 7

Seri Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan

KERTAS • AKSES TERBUKA

Merancang jalur interpretasi wisata alam di Tahura Gunung


Menumbing, Bangka Barat
Mengutip artikel ini: EE Krisma dan H Marhaento 2021 IOP Conf. Ser .: Lingkungan Bumi. Sci. 623 012055

Lihat artikel online untuk pembaruan dan peningkatan.

Konten ini diunduh dari alamat IP 182.1.114.58 pada 22/04/2021 pukul 06:06
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

Merancang jalur interpretasi wisata alam di Tahura


Gunung Menumbing, Bangka Barat

EE Krisma 1 *, HMarhaento 1
1 Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

ega.e@mail.ugm.ac.id

Abstrak. Taman Hutan Raya ( Tahura) Gunung Menumbing adalah kawasan lindung yang terkenal di
Bangka Barat, Indonesia, dan situs warisan populer untuk rumah bersejarah lamanya yang terletak di
puncak gunung yang digunakan oleh Belanda untuk mengisolasi para pendiri negara Republik
Indonesia selama era perang. Meski sudah menjadi tempat wisata yang populer, banyak potensi
objek wisata di Tahura Gunung Menumbung yang masih belum tereksplorasi. Penelitian ini bertujuan
untuk merancang jalur interpretasi wisata alam di Tahura Gunung Menumbing untuk meningkatkan
daya tarik destinasi wisata. Untuk mencapai tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan kombinasi
survei lapangan, tinjauan pustaka, dan wawancara. Kami mengikuti prosedur dari Biro Manajemen
Tanah untuk menilai daya tarik lanskap. Ditemukan 142 jenis tumbuhan, 61 jenis hewan, dan 12 titik
kepentingan lanskap yang berpotensi menjadi objek interpretasi. Kami mengidentifikasi 10 jalur
interpretasi dengan panjang 160 hingga 4.200 meter dan berisi 2 - 8 objek interpretasi. Enam
program interpretasi kemudian diusulkan, seperti Trek Hutan Menumbing, Eksplorasi Penambangan
Timah, Primata Menumbing, Ular untuk Dijelajahi, Petualangan Sabuk Menumbing, dan lanskap dan
sosial budaya Menumbing.

1. Perkenalan
Taman Hutan Raya ( Tahura) Gunung Menumbing adalah kawasan lindung yang terkenal di Kabupaten Bangka
Barat, Indonesia karena keunikan tumbuhan dan satwa di dalamnya mewakili ekosistem hutan dataran rendah
Pulau Bangka-Belitung. Selain memiliki kekayaan keanekaragaman hayati, Tahura Gunung Menumbing (TGM)
juga terkenal sebagai situs warisan budaya tua berupa rumah bersejarah lokal. pesanggrahan, Terletak di puncak
gunung (± 450 mdpl) yang digunakan oleh Belanda untuk mengasingkan para pendiri negara Republik Indonesia
seperti Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, antara lain pada masa perang. Apalagi pemandangan di sekitarnya pesanggrahan
Indah, di mana Selat Bangka terlihat jelas bersama dengan pemandangan kota Muntok. Oleh karena itu, TGM
telah menarik wisatawan domestik maupun internasional dan menjadi salah satu tujuan wisata populer di
Muntok dan dengan demikian memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(Pendapatan Asli Daerah) ( BANTALAN) Kabupaten Bangka Barat.
Meski sudah menjadi destinasi wisata populer, namun masih banyak potensi objek wisata di TGM
yang belum tergali dan dikelola secara optimal. Rencananya Kabupaten Bangka Barat, TGM akan
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Dalam rangka pengembangan ekowisata di TGM,
diperlukan kegiatan interpretasi alam yang bermanfaat bagi konservasi dan masyarakat sekitar.
Melalui interpretasi alam, pendidikan lingkungan dapat disampaikan untuk mendidik wisatawan agar
menghargai dan menghargai alam dan lingkungan.

Konten dari karya ini dapat digunakan di bawah persyaratan Lisensi Creative Commons Attribution 3.0 . Distribusi lebih lanjut dari
karya ini harus mempertahankan atribusi ke penulis dan judul karya, kutipan jurnal dan DOI.
Diterbitkan di bawah lisensi oleh IOP Publishing Ltd 1
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

Interpretasi alam menggunakan jalur interpretasi yang akan membawa wisatawan ke pengalaman baru
dalam memahami alam. Jalur interpretasi akan menghubungkan beberapa tempat menarik yang berisi
objek dan atraksi unik dengan pesan konservasi dan lingkungan. Trek interpretasi berisi program
interpretasi yang menyampaikan pesan tentang fenomena alam, nilai sejarah, dan nilai geologi, dll kepada
pengunjung [1].
Penelitian ini bertujuan untuk merancang trek interpretasi alam di TGM ke meningkatkan daya tarik
destinasi pariwisata. Kita mengikuti pedoman dari Biro Tanah Manajemen untuk menilai daya tarik lanskap
dan kemudian mengembangkan program interpretasi. Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak
berwenang seperti Dinas Pariwisata Bangka Barat dan Dinas Lingkungan Hidup Bangka Barat untuk
meningkatkan perekonomian dan ekologi TGM. Selain itu, melalui program interpretasi alam ini, aktivitas
perambahan hutan secara ilegal di TGM berpotensi dapat diminimalisir karena adanya alternatif
pendapatan bagi masyarakat.

2. Metodologi

2.1 Area studi


Tahura Gunung Menumbing (± 3.333,20 Ha) secara administratif terletak di Kecamatan Muntok, Kabupaten
Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis, Tahura Gunung Menumbing terletak antara 105 °
09'29 '' - 105 ° 14'34 '' Bujur Timur dan antara 1 ° 59'26 '' - 2 ° 02'29 '' Lintang Utara. Kondisi topografinya berkisar
dari lereng datar sampai sangat terjal, dengan puncak tertingginya mencapai 450 meter di atas permukaan laut
(mdpl). TGM memiliki tipe iklim A menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson yang menunjukkan kondisi sangat
basah sepanjang tahun dengan variasi curah hujan bulanan antara 0,8 (bulan kemarau) hingga 311,0 mm (bulan
basah). Curah hujan terendah terjadi pada bulan September, sedangkan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 23,5 ° -26,5 ° C, dan kelembaban udara berkisar 57-97%.

Gambar 1. Lokasi Tahura Gunung Menumbing.

2.2 Metode
Untuk merancang jalur interpretasi, pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, studi
literatur, dan wawancara. Data tersebut mencakup sumber daya alam seperti flora, fauna, dan
lanskap, serta budaya lokal di dalam TGM. Potensi objek interpretasi ditentukan berdasarkan jenis
flora, fauna, dan lanskap apakah menarik, langka, dan unik yang ditemukan di sepanjang jalur
pengamatan. Selanjutnya, untuk setiap objek, kami mengidentifikasi karakteristik morfologi dan daya
tarik potensial. Khusus untuk daya tarik lanskap, kami menggunakan pedoman dari Biro Pengelolaan
Pertanahan yang penilaian potensi lanskap didasarkan pada elemen lanskap seperti bentuk lanskap,

2
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

vegetasi, warna, pemandangan, kelangkaan, dan modifikasi struktur [2]. Untuk daya tarik budaya lokal,
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada pengelola TGM dan masyarakat sekitar.
Semua potensi objek interpretasi ditandai dengan menggunakan GPS (Global Positioning System).
Seiring dengan objek interpretasi, trek interpretasi dirancang berdasarkan kriteria berikut: jalan
pendek menuju objek spektakuler, jalur pejalan kaki yang ada, hindari komunitas tumbuhan yang
sensitif dan habitat satwa liar, hindari jalur lurus dan mempertimbangkan total durasi waktu [3] .

2.3 Analisis data


Kami menggunakan analisis deskriptif berdasarkan tinjauan pustaka dan wawancara dengan pemandu lokal
untuk menentukan semua objek interpretasi potensial baik objek alam maupun budaya. Analisis spasial dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS v.10.4 untuk membuat jalur interpretasi dan menemukan lokasi
tujuan. Kemudian, kami memvisualisasikan trek interpretasi bersama dengan posisi geografisnya, kondisi
topografinya, dan berbagai informasi lain yang diperlukan untuk mendukung program interpretasi.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Potensi objek interpretasi alam dan budaya di Tahura Gunung Menumbing
Kami mengidentifikasi flora sebanyak 142 jenis pohon, semak, palem, anggrek dan tumbuhan di dalam
TGM. Dari jumlah flora tersebut, sebanyak 21 jenis yang dijadikan objek interpretasi, diantaranya
Chalophyllum pulcherimum, Palaquium rostatum, Eurycoma longifolia, Syzygium zeylanicum,
Arenga pinnata, Calamus rotang, Dillenia suffruticosa, Mangifera caesia, Calamus manan,
Melaleuca leucadendron, Handroanthus chrysotrichus, Ficus exasperata, Ficonusasili , Acacia
mangium, Pithecellobium jiringa, Parkia speciosa, dan Aeschynanthus pulcher. Spesies ficus
yang ditemukan tersebar di sepanjang jalur pengamatan dan menarik karena memiliki buah
yang kecil dan tumbuh tersebar di batang (lateralis). Selain itu, kami menemukan anggrek yaitu Dendrobium
leonis yang tumbuh dengan baik di bebatuan. Apalagi kami temukan Palaquium rostatum Itulah
flora identitas Pulau Bangka Belitung.
Selain flora, ditemukan fauna sebanyak 16 jenis mamalia, 30 jenis burung, dan 15 jenis
herpetofauna. Sebanyak 19 jenis digunakan sebagai objek tafsir yaitu Tarsius bancanus,
Nycticebus bancanus, Prionodon linsang, surga Chrysopelea, hiasan Chrysopelea, Ahaetulla
prasina, Gonyosoma oxycephalum, Lycodon capucinus, Tropidolaemus wagleri, Macaca
fascicularis, Polypodates leucomenic, Prinia indrophylax dan Rana chalconota. Tarsius
bancanus, Prionodon linsang, dan Haliaeetus leucogaster terdaftar sebagai spesies yang
dilindungi menurut Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup nomor 106. Selain itu, Tarsius
bancanus dan Nycticebus bancanus terdaftar sebagai spesies yang rentan menurut
database IUCN Redlist [4] [5]. Kedua spesies ini dikenal sebagai fauna identitas Pulau
Bangka Belitung.
Berdasarkan pantauan lapangan, kami mengidentifikasi setidaknya 12 tempat menarik yang memiliki
pemandangan lanskap yang indah di TGM. Berdasarkan pedoman dari Biro Pengelolaan Lahan, diketahui
bahwa empat titik perhatian memiliki tingkat kualitas lanskap sedang dan delapan titik memiliki tingkat
kualitas lanskap tinggi. Empat titik yang memiliki kualitas sedang yaitu Pos 1 Menumbing, Goa Jepang,
Kelekak, dan perbatasan Tahura, sedangkan yang sudah berkualitas adalah gazebo 3,
Pesanggrahan Menumbing, Lereng Menumbing, Menara TVRI, Sumber Air Menumbing, Sumber Air Tanggul,
Sumber Air Argotirta, dan Bekas Tambang Ilegal. Dari 12 titik ketertarikan tersebut, ternyata sumber air Argotirta
memiliki nilai tertinggi karena titik ini memiliki pemandangan perbukitan yang hijau dan simpanan air yang
melimpah.
Untuk objek potensi budaya di TGM, yaitu Pesanggrahan Menumbing menjadi daya tarik utama di TGM
dimana kita bisa melihat bangunan tua bersejarah, tempat pengasingan 8 tokoh nasional termasuk para
pendiri negara Republik Indonesia, presiden dan wakil presiden pertama, Ir Soekarno dan Moh. Hatta pada
masa penjajahan. Pesanggrahan Menumbing juga pernah ditetapkan sebagai cagar budaya di Muntok,
Bangka Barat.

3
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

3.2 Jalur interpretasi alam yang diusulkan di Tahura Gunung Menumbing


Gambar 2. menunjukkan peta jalur interpretasi yang diusulkan termasuk objek interpretasi. Kami
mengidentifikasi sepuluh trek interpretasi yang bervariasi dari 160 hingga 4.200 meter panjangnya dan
berisi 2 - 8 objek interpretasi. Enam program interpretasi diusulkan, seperti Menumbing Jungle Tracks, Tin
Mining Explorations, Primate of Menumbing, Snakes to Explore, Menumbing-Belt Adventure, dan
Lansekap dan sosial budaya Menumbing.

Gambar 2. Peta trek interpretasi.

Pos 2 - Trek interpretasi sumber air Menumbing berjarak 160 meter dan 10 menit berjalan
kaki. Kondisi jalur pada awalnya sudah ditata dengan balok-balok dan anak tangga yang
tersusun, namun di ujung jalan masih terdapat jalan tanah. Lagu ini memiliki objek interpretasi
Prionodon linsang, Ficus rumphii, Nycticebus bancanus, Ficus exasperata, Palaquium rostatum,
Rana chalconota, dan lanskap sumber air Menumbing. Pos 2 - Trek interpretasi menara TVRI
berjarak 230 meter dan 15 menit berjalan kaki. Kondisi relnya ditata dengan bebatuan, hanya
saja di tengah jalur diatur undakan hingga ke puncak menara, di sisi kanan dan kiri rel masih
dibiarkan alami. Lagu ini memiliki objek interpretasi Polypedates leucomystax, Acacia mangium,
Pithecellobium jiringa, Haliaeetus leucogaster, Ficus variegata, dan lanskap menara TVRI. Pos 1 -
Trek interpretasi sumber air tanggul berjarak 810 meter dan 30 menit berjalan kaki. Kondisi
lintasan yaitu lintasan kurang dari 1 m yang membelah hutan, saat melintasi lintasan harus
berhati-hati karena banyak terdapat tumbuhan berduri seperti rotan. Lagu ini memiliki objek
interpretasi Prinia inormata, Mangifera caesia, Calamus manan, Centropus sinensis,
Chalophyllum pulcherimum, Eurycoma longifolia, Tarsius bancanus, dan lanskap sumber air
tepian air. Jalur keluar interpretasi Menumbing memiliki jarak 670 meter dan 45 meter

4
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

menit berjalan kaki. Di trek ini, tidak ada trek biasa, yang lebih terlihat seperti melewati hutan. Di
tanjakan Menumbing itulah Anda harus lebih berhati-hati karena beberapa titik di lintasan cukup
terjal. Lagu ini memiliki objek interpretasi Ficus annulata, Handroanthus chrysotrichus, Macaca
fascicularis, Chalophyllumpulcherimum, Bentang alam lereng menumbing dan Goa Jepang.

Jalur interpretasi batas wilayah berjarak 870 meter dan 30 menit dengan berjalan kaki. Kondisi trek
berupa jalan setapak yang melewati perkebunan karet yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, namun
pada sisi yang mendekati perbatasan kawasan yang ditandai dengan vegetasi ubi kayu, kendaraan
bermotor dapat melewatinya. Lagu ini memiliki objek interpretasi Hevea brasiliensis, Parkia speciosa,
Phaenicophaeus curvirostris, Caprimulgus affinis, kelekak lanskap, dan perbatasan Tahura. Pos 1 - Trek
Interpretasi Puncak Menumbing berjarak 4200 meter dengan waktu tempuh 15 menit berjalan kaki dengan
kendaraan bermotor. Kondisi jalan di track ini sudah beraspal, banyak tikungan dan tanjakan. Pada lintasan
ini terdapat dua objek tafsir primata yaitu Macaca fascicularis
dan Tarsius bancanus. Pos 1 - Jalur interpretasi sumber air Argotirto berjarak 2000 meter dengan berjalan kaki 60
menit. Di jalur ini, kondisinya berupa jalur tanah dan beberapa aliran air bekas tambang. Saat melintasi jalur ini,
Anda harus berhati-hati karena merupakan kawasan bekas penambangan liar yang beberapa titiknya mungkin
masih berlumpur. Trek ini memiliki obyek tafsir berupa bentang alam bekas penambangan liar, Melaleuca
Leucadendron, Dillenia suffruticosa, Alcedo Meninting, Haliaeetus leucogaster,
dan lanskap sumber air argotirto.
Sumber air- trek interpretasi Menumbing teratas berjarak 350 meter dan 20 menit dengan berjalan kaki.
Kondisi trek jalan beraspal kemudian berundak batu. Trek ini memiliki objek interpretasi dari beberapa
jenis ular yang ditemukan di dekat pesanggrahan, termasuk Surga Chrysopelea, hiasan Chrysopelea,
Ahaetulla prasina, Gonyosoma oxycephalum, Lycodon capucinus, Tropidolaemus wagleri, dan Malayopython
reticulatus. Pos 1 - Trek Interpretasi Paviliun 1 berjarak 4130 meter dan ditempuh dalam waktu 20 menit
dengan kendaraan bermotor dan sekitar 50 meter berjalan kaki dari tempat parkir untuk mencapai Paviliun
1. Trek ini mempunyai objek interpretasi berupa pemandangan di pos 1 Menumbing , gazebo 3, bagian
atas Pesanggrahan Menumbing, dan paviliun 1. Trek terakhir, trek interpretasi lingkaran Menumbing
berjarak 280 meter dan 10 menit berjalan kaki. Kondisi jalur ini merupakan jalan beraspal yang cukup lebar.
Lagu ini memiliki objek interpretasi Syzygium zeylanicum, Aeschynanthus pulcher, Caprimulgus affinis,
Haliaeetus leucogaster, Dendrobium Leonis, Ficus annulata, Arenga pinnata, dan Calamus rotang.

3.3 Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sepuluh trek interpretasi dirancang kemudian enam tema program interpretasi
diusulkan, yaitu Trek Hutan Menumbing, Eksplorasi Penambangan Timah, Primata Menumbing, Ular untuk Jelajahi,
Petualangan Sabuk Menumbing, dan lanskap dan sosial budaya Menumbing. Tema Menumbing Jungle Tracks
merupakan program yang bertujuan untuk memperkenalkan sumber daya alam Menumbing termasuk flora, fauna dan
lanskap. Tema ini digunakan pada pos 2 - jalur sumber air Menumbing, pos 2 - jalur menara TVRI, pos 1 - jalur sumber air
Watervank, jalur keluar Menumbing, dan jalur lingkar Menumbing. Tema Eksplorasi Penambangan Timah yang
digunakan pada pos 1 - jalur sumber air Argotirto bertujuan untuk mengenalkan ekosistem hutan terdampak
penambangan liar dan sumber daya alam yang masih ada. Tahura GunungMenumbing (TGM). Topik yang diangkat dari
tema ini adalah karakteristik, perilaku dan persebaran primata tersebut. Tema Ular Jelajah yang terletak di atas trek
sumber air Menumbing bertujuan untuk mengenalkan ular-ular di sekitar Wisma Menumbing agar mereka dapat
mengenali jenis-jenis ular, habitatnya, dan cara penanganannya. Tema Menumbing Belt Adventure digunakan di garis
perbatasan kawasan ini untuk memperkenalkan kawasan tahura dan vegetasi sekitarnya. Terakhir, tema lansekap dan
sosial budaya Menumbing digunakan pada lintasan pos 1 - Paviliun 1, yang bertujuan untuk mengenalkan sejarah di
daerah tersebut serta cerita-cerita yang hidup di masyarakat dan titik-titik yang memiliki pemandangan alam yang
menarik. Keenam tema tersebut membentuk inti itu

5
INCRID 2020 Penerbitan IOP
IOP Conf. Seri: Ilmu Bumi dan Lingkungan 623 ( 2021) 012055 doi: 10.1088 / 1755-1315 / 623/1/012055

TGM merupakan habitat alami bagi flora dan fauna di dalamnya serta memiliki keindahan alam tersendiri yang dapat menjadi
daya tarik wisata alam.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa TGM memiliki potensi sumberdaya alam dan
budaya yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan interpretasi alam. Potensi sumberdaya alam dan budaya
di kawasan tersebut, termasuk potensi flora terdapat 142 jenis, sedangkan potensi fauna memiliki 61 jenis
fauna, potensi bentang alam memiliki 12 titik potensi, dan potensi budaya terdapat pada bangunan
bersejarah Pesanggrahan Menumbing, warisan budaya dan mitos penjaga ular yang menyertainya.
Rancangan trek interpretasi alam di kawasan TGM menghasilkan sepuluh trek interpretasi dengan jarak
bervariasi 160-4200 meter dan setiap trek memiliki sekitar 2-8 objek interpretasi. Rancangan program
interpretasi yang diusulkan terdiri dari enam tema interpretasi yaitu Trek Hutan Menumbing, Eksplorasi
Penambangan Timah, Primata Menumbing, Ular untuk Dijelajahi, Petualangan Sabuk Menumbing, dan Lansekap
dan sosial budaya Menumbing. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya alam dan budaya di TGM
dapat dikembangkan sebagai ekowisata di masa mendatang. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan
dapat meningkatkan pengawasan dan pengelolaan kawasan secara maksimal serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dengan mengoptimalkan potensi yang ada.

Pengakuan
Penulis pertama ingin menyampaikan apresiasi atas dukungan semua pihak baik yang telah membantu dalam masalah
administrasi dan teknis maupun memberikan masukan selama proses penelitian dan penulisan. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada UGM yang telah mendanai sebagian penelitian ini Rekognisi Tugas Akhir ( RTA) program 2020.

Referensi

[1] Fandeli C dan Mukhlison 2000 Pengusahaan Ekowisata ( Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Tekan)
[2] Fandeli C dan Muhammad 2009 Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap ( Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press)
[3] Muntasib EKSH Rachmawati E Meilani R Mardiastuti A Rushayati SB Sunkar A dan
Kosmaryandi N 2014 Interpretasi Alam ( Bogor: IPB Press)
[4] Shekelle M dan Yustian I 2008 Tarsius bancanus Daftar Merah IUCN untuk Spesies Terancam
[5] Punah Nekaris KAI dan Marsh C 2020 Nycticebus bancanus Daftar Merah Terancam IUCN
Jenis

Anda mungkin juga menyukai