Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan

prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang seperti

Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup

besar, banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat

(etnik). Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) sebagai lembaga pendidikan yang fokus

terhadap bidang kepariwisataan, mengadakan suatu kegiatan bagi mahasiswa/I unuk

melakukan pembelajaran lapangan yaitu Fieldtrip. Kegiatan fieldtrip ini diharapkan bisa

menambah ilmu yang sudah didapatkan selama proses belajar mengajar dan menerapkan nya

di lapangan. Dalam kegiatan fieldtrip ini kami mengunjungi beberapa destinasi yang kegiatan

nya berhubungan dengan industri pariwisata.

Industri pariwisata senantiasa melibatkan suatu gejala yang sangat kompleks seperti

objek wisata, akomodasi, souvenir, pramuwisata, angkutan wisata, biro perjalanan, rumah

makan, dan lain sebagainya. Seperti dijelaskan Robert Mc Intosh bersama Shashikant Gupta

(dalam Pendit, 2002 :34) bahwa pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang

timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah serta masyarakat tuan rumah

dalam proses menarik dan melayani para wisatawan dan pengunjung lainnya.

Kota Bandung mmerupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki daya tarik
wisata yang beragam bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Dalam hal ini
pemerintah memiliki peran yang besar dalam kemajuan pariwisata kota Bandung. . Dalam
kunjungan ini, Mahasiswa/i dituntut untuk memahami bagaimana kebijakan pariwisata
dibuat. Dan juga untuk mengetahui karakteristik daya tarik wisata dari setiap lokus yang
dikunjungi.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas dalam uraian

ini adalah pendekatan teori-teori terhadap kegiatan pariwisata. Dengan pengamatan secara

langsung diharapkan dapat memunculkan ide die baru yang bisa memajukan dan serta dapat

mengaplikasikan mengenai toeri teori kepariwisataan.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Kunjungan orientasi industri ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi

mengenai bagaimana pemerintah memutuskan dan menerapkan strategi strategi

pembangunan pariwisata serta untuk menganalisa daya tarik dan potensi-potensi yang

dimiliki oleh berbagai lokus yang dikunjungi. Selain itu, kunjungan ini berguna untuk

memperluas dan memperkuat teori teori pariwisata yang telah dipelajari di Kampus. Dengan

pendekatan-pendekatan yang dilakukan maka dapat ditemukan suatu bentuk atau format baru

bagi prospek pengembangan pariwisata seterusnya. Tujuan pembuatan laporan ini adalah

untuk melengkapi hasil dari studi lapangan ini yang dilaksanakan oleh mahasiswa/i.

1.3 TEMA / SIFAT PROGRAM STUDI INDUSTRI

Tema yang diberikan dalam kegiatan studi orientasi ini adalah yang berorientasi pada

pemahaman pengayaan konseptual, pemantapan konsepsi teoritis dan lapangan/industri untuk

melakukan pendekatan keilmuan dan pengetahuan industri kepariwisataan. Bahan-bahan

penulisan laporan ini berasal dari industri-industri yang telah dikunjungi, local guide ataupun

informasi yang ada. Informasi juga didapat melalui internet dan buku yang memuat informasi

mengenai hal yang bersangkutan.

2
1.4 WAKTU DAN LOKASI PENINJAUAN

Kegiatan ini berlangsung di daerah Bandung dan Bandung Selatan , dengan lokus :

 Tangkuban Perahu

 Rumah Makan Alas Daun

 Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat

 Museum Geologi

 SAU ( Saung Angklung Udjo )

Lama kegiatan berlangsung selama 1 (satu) hari pada tanggal 9 September 2015

1.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dibagi kedalam 5 bab yang terdiri dari :

a. BAB I Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan uraian tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian,

Tema/Sifat program Studi Industri, Waktu dan Lokasi Peninjauan, serta Sistematika

Penulisan.

b. BAB II Tinjauan Umum Lokus Studi Industri

Pada bab ini akan dijelaskan deskripsi dari masing-masing lokus. Tinjauan yang

dibahas adalah:

1) Letak Geografis (Lokasi, Batas kawasan)

2) Kondisi fisik

3) Aksesibilitas

4) Prasarana

5) Fasilitas/Sarana Wisata yang tersedia

6) Aktivitas wisata yang dapat dilakukan

3
7) Pasar wisata / pengunjung

8) Pengelola

9) Latar Belakang Sejarah

10) Obyek & Daya Tarik Wisata yang dikunjungi

c. BAB III Pendekatan Teori

Penjelasan teori-teori pariwisata yang sesuai atau relevan dengan lokus yang dibahas

yang akan digunakan sebagai dasar pemecahan persoalan.

d. BAB IV Pembahasan Studi

Dalam bab ini akan dijelaskan tentang prospek / peluang pengembangan serta kendala

/ permasalahan yang mencakup lokus kajian studi industri.

e. BAB V Kesimpulan & Saran

Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dari hasil pemecahan masalah dan

analisisnya, serta dikemukakan pula saran-saran yang dianggap perlu.

4
BAB II

Tinjauan Umum Obyek & Daya Tarik Wisata

2.1 Tangkuban Perahu

2.1.1 Letak Geografis

Secara geografis gunung tangkuban perahu berada pada 64 derajat 06 LS dan 107

derajat 36 BT dengan puncak tertinggi kurang lebih 2,084 meter. Gunung ini

merupakan gunung Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke

barat. Objek wisata gunung tangkuban perahu terletak tidak jauh dari jalan raya

bandung-Jakarta Via Subang,cikampek.Sekitar 30 km bandung(merupakan ibukota

provinsi jawa barat) kearah utara 200 km dari Jakarta atau 32 km sebelah selatan kota

Subang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten

Bandung Barat.Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah

lavadan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfurbelerang, mineral yang

dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban

Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17 oC pada

siang hari dan 2 oC pada malam hari.

2.1.2 Kondisi Fisik

Memasuki kawasan daerah wisata Gunung Tangkuban Parahu, pengunjung disambut

jajaran pinus yang berbaris hijau di kiri kanan jalan . Selain pohon pinus pengunjung

dapat melihat hamparan perkebunan the sukawarna yang dapat memanjakan

pengunjung. ..sejak memasuki kawasan Tangkuban Perahu. Hawa yang sejuk juga

memberikan rasa nyaman ketika berada di daerah kawah Tangkuban Perahu, ada

kalanya pengunjung dapat menikmati pergerakan kabut yang luar bisa menambah

megahnya panorama kebun teh yang tentunya akan memberikan pengalaman

5
istimewa untuk anda kenang di masa mendatang Tangkuban Parahu. Berdasarkan

klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklimnya termasuk type iklim B dengan curah

hujan rata-rata 2000-3000 mm per tahun. Temperatur berkisar antara 15°C- 29°C dan

kelembaban udara rata-rata 45 %-97%.

2.1.3 Aksesibilitas

Berjarak sekitar 30 Km dari Bandung dan dapat ditempuh dengan mudah melalui jalur

Bandung-Ledeng-Lembang. Bagi pengguna kendaraan roda dua, gunakan jalur

alternatif Bandung-Lembang, yaitu melalui Dago dan Pagerwangi yang berjarak

sekitar 5 Km, melewati Pasar Lembang. Jalan menuju kawasan wisata ini sudah

teraspal dengan baik, tetapi terdapat beberapa tikungan tajam yang curam. Dari

Lembang, hanya 11 Km ke arah Subang untuk dapat mencapai gerbang utama obyek

wisata.Kawasan Gunung Tangkuban Parahu dapat dicapai dengan berbagai macam

kendaraan baik itu kendaraan pribadi maupun transportasi umum, menggunakan

mobil, sepeda motor, atau dengan berjalan kaki semuanya dapat dilakukan untuk

mencapai kawasan Tangkuban Parahu. Tanngkuban perahu juga memiliki alat

transportasi lokasi yang bernama Ontang Anting. Ontang Anting merupakan

kendaraan bertipe mini bus yang berkapasitas 12 orang. Ontang Anting beroprasi di

terminal Jayagiri dan berhenti tepat didepan Kawah Ratu. Untuk biaya, cukup

menyediakan 7.000 rupiah per orang untuk bisa menggunakan jasa Ontang Anting.

Harga tiket masuk :

- Wisatawan asing : Rp. 300.000

- Wisatwan domestic : Rp. 30.000

6
Harga masuk kendaraan :

- Weekdays : 110.000

- Weekend : 150.000

2.1.4 Prasarana

Prasarana yang terdapat di kawasan wisata Gunung Tangkuban Parahu sudah baik

dalam mendukung kegiatan kepariwisataan. Prasarana yang tersedia antara lain:

a. Jalan Raya : jalan yang dapat dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor

b. Jalan Setapak : jalan setapak biasa digunakan para wisatawan yang hendak

hiking menuju kawasan tangkuban perahu dan jalan yang menghubungkan

Kawah Ratu dan Kawah Domas

c. Transportasi : Ontang Anting merupakan transportasi umum yang bisa

mengantarkan wisatawan dari kawasan parkir mobil menuju kawasan kawah.

Selain itu masih banyak lagi transportasi umum lainnya.

2.1.5 Fasilitas / Sarana Wisata yang Tersedia

Fasilitas yang terdapat di kawasan Gunung Tangkuban diantaranya :

- Pemandu lokal

- Information Service

- Tempat sampah

- Lavatory

- Restoran ( warung )

- Toko souvenir

- klinik

- equipment

7
2.1.6 Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan

Banyak aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sekitar kawasan Gunung Tangkuban

Parahu antaranya adalah menikmati indahnya pemandangan lanskap kawasan gunung

Tangkuban Perahu dan melihat 12 kawah yang ada di area Tangkuban Perahu,

terdapat 4 kawah yang tidak berbahaya diantaranya kawah upas, kawah ratu, kawah

domas, dan kawah baru. Tetapi hanya dua kawah yang bisa di jangkau secara dekat

karena kawah kawah lain masih aktif dan memiliki kandungan gas yang beracun.

kegiatan lain yang dilakukan adalah Hiking dan tracking atau lintas Alam. Para

wisatawan yang menyukai kegiatan adventure juga dapat melakukan camping di

sekitar bumi perkemahan Jayagiri. di kawasan Gunung Tangkuban Parahu wisatawan

dapat melakukan kegiatan wisata ilmiah berupa kegiatan pengamatan flora dan fauna

yang terdapat di area Gunung Tangkuban Perahu. Aktifitas yang lainya adalah

fotografi di Gunung Tangkuban Perahu memiliki spot spot fotografi dengan

karakteristik alam yang berbeda. Kegiatan terakhir yang bisa dilakukan di Tangkuban

Perahu adalah spa. Tersedia jasa spa dan relaksasi belerang di daerah Kawah Domas.

Pengunjung bisa merasakan dipijat dengan belerang asli dan berendam di mata air

panas langsung dari Kawah Domas.

2.1.7 Pasar Wisata / Pengunjung

Pasar wisata / Pengunjung yang berkunjung ke kawasan wisata Gunung Tangkuban

Parahu menurut demografi pengunjung untuk wisatawan dari semua umur , berasal

dari daerah dataran rendah, dengan pekerjaan yang tidak berkaitan dengan alam.

Umumnya Tangkuban Perahu sangat diminati oleh anak muda yang bisa melakukan

kegiatan Hiking menuju kawasan gunung tangkuban parahu ataupun Camping di

kawasan tersebut.

8
2.1.8 Pengelola

Pada saat ini kawasan wisata Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh PT. Graharani

Putra Persada.

2.1.9 Latar Belakang Sejarah

Bagi sebagaian orang gunung Tangkuban Parahu sangatlah identik dengan legenda

yang sangat terkenal di jawa barat yaitu Legenda Sangkuriang dimana legenda itu

mencaritakan seorang anak bernama Sangkuriang yang ingin menikahi ibunya sendiri,

dan konon gunung Tangkuban Parahu itu adalah perahu buatan Sangkuriang yang

ditendang sampai terbalik sehingga menjadi gunung yang menyerupai perahu terbalik

(Tangkuban Parahu = Perahu terbalik) karena dia tidak berhasil menyunting ibunya

Namun menurut proses geologi menyatakan bahwa lekukan kawah Tangkuban parahu

terjadi karena letusan gunung Tangkuban Parahu, gunung ini pernah meletus pada

tahun 1829, 1846, 1862, 1887, 1910, 1926, 1938, dan 1969 sehingga mengakibatkan

bagian runcing dari gunung ini hilang atau sudah hancur akibat letusan yang berulang

ulangdan pada saat ini yang tersisa hanyalah bagian tengah dari keruncingan gunung

tersebut. Terakhir gunung Tangkuban Perahu aktif di tahun 2013 dengan mencatat

rekor baru, 11 letusan freatik dalam kurun waktu 4 hari (5-10 oktober 2013)

2.1.10 Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi

Obyek wisata dan daya tarik wisata yang terdapat di gunung Tangkuban Parahu

adalah kawah. Terdapat 12 kawah, diantaranya adalah Kawah Ratu, Kawah Upas,

Kawah Baru, Kawah Lanang, Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, Kawah

Domas, Kawah Jarian, dan Pangguyangan Badak..

Kawah yang sering dikunjungi wisatawan adalah Kawah Ratu, Kawah Domas dan

9
Kawah Upas. Kawah ratu pada saat ini sudah tidak aktif, kawah ini terdapat di

ketinggian 1830 m diatas laut, dan di kawah ratu ini merupakan pusat dari semua

kegiatan wisata di Tangkuban Parahu.

Kawah Domas saat ini masih aktif. Selain itu terdapat lipatan dan patahan geologis

yang sangat indah.

Selain potensi alam berupa kawah, kawasan gunung Tangkuban Parahu juga memiliki

poteni wisata pada keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di dalamnya. Untuk

flora terdapat tanaman seperti Puspa, Pasang, Kihiur, Jamuju, Rengas, Saninten dan

lainnya. Sedangkan untuk faunanya data ditemukan hewan seperti macan liar, Lutung,

dll. Untuk Kawah Upas, sejak 2013 setelah letusan terakhir akses nya ditutup untuk

umum dikarenakan gas beracun yang terus menerus keluar dan sangat

membahayakan.

2.2 Museum Geologi

2.2.1 Letak Geografis

Museum Geologi terletak di Jalan Diponegoro 57, Bandung 40122. Luas kawasan

bangunan ini +4000 m2. Sedangkan Luas bangunan Museum ini + 2200 m2. Jarak

museum ini dengan Ibukota kecamatan + 3 km , dan jarak museum ini dengan

bandara + 20 km sedangkan jarak dengan akomodasi terdekat + 2 km . Temperatur

rata-rata adalah 22 oC.

2.2.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik dari museum ini dapat dikatakan sangat baik , selain bersih koleksi-

koleksi yang terdapat di museum ini pun tertata rapi dan teratur. Pembagian

ruangannya pun di bedakan berdasarkan konsep tampilan ruangan masing masing

10
gunanya supaya pengunjung dapat merasakan kondisi kehidupan dari awal sampai

modern. Di museum ini luas ruangannya sangatlah luas sehingga jarak pandang

pengunjung dapat leluasa untuk melihat koleksi-koleksi disana. Perawatan yang

diperhatikan di bagian dalam maupun koleksi-koleksi dalam museum ini. Bagian luar

museum juga sangat menarik karena baru saja direnovasi . Dengan ditambahnya

berbagai media pembelajaran elektronik, museum ini menjadi sangat menarik.

2.2.3 Aksesibilitas

Untuk menuju Museum Geologi sangatlah mudah karena letaknya yang berada

ditengah kota sehingga aksesnya pun menjadi lebih mudah. Kita dapat menggunakan

berbagai sarana transportasi baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum untuk

menuju ke Museum Geologi ini.

Perkiraan waktu tempuh :

30 menit dari bandara Husein Sastranegara.

30 menit dari terminal bus Leuwi Panjang.

15 menit dari Stasiun kereta api Bandung.

15 menit dari terminal bus Cicaheum.

Untuk melakukan kunjungan ataupun study tour ke Museum Geologi ini dipungut

biaya untuk tiket masuk sebesar :

 Dewasa : Rp. 3000,-

 Anak-anak : Rp. 2000,-

 Pelajar/Mahasiswa : Rp. 2000,-

 Asing : Rp. 10.000,-

11
2.2.4 Prasarana

Prasarana di museum ini cukup baik .dari aspek kebersihan maupun perawatan di

ruangan sangatlah baik. Akan tetapi di museum geologi tidak terdapat tempat parkir,

sehingga kendaraan pengunjung hanya di parkir di pinggir jalan tepat di depan gedung

Museum Geologi.

2.2.5 Fasilitas / Sarana Wisata yang Tersedia

Fasilitas di museum geologi cukup baik dan terdapat berbagai fasilitas seperti :

- restoran/ kios makanan

- tempat sampah,

- Toilet

- sarana peribadatan

- klinik

- Peralatan

- Laayanan informmasi

- Toko souvenir

Adapun fasilitas wisata lainnya yakni, Taman batuan, Ruang Auditorium, Ruang

Edukasi, dan Ruang Orientasi.

2.2.6 Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan

Terdapat bebarap aktifitas yang dapat dilakukan di museumm geologi. Wisatawan

dapat melihat berbagai peninggalan sejarah di Indonesia seperti fosil-fosil, jenis bjenis

batuan mineral, dan artefak yang terdapat di Indonesia. Wisatawan juga dapat mencari

berbagai informasi terkait dengan museum ini menggunakan tc lcd yang terdapat

materi materi mengenai benda benda tersebut. Di tempat ini pun dapat dijadikan

12
tempat untuk melakukan study tour. Disini juga dapat diadakan tour untuk melihat isi

museum ini. Dan juga bagi mahasiswa/I dapat dijadikan objek observasi. Karena

tempat ini sangat erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan terutama Sejarah dan

geologo. Selain itu pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan film tentang

bagaimana bumi terbentuk yang disediakan oleh pihak Museum. Film tersebut sangat

berbasis pada edukasi dan pengetahuan, karena pengunjung dapat mengetahui

fenomena muka bumi berada di seluruh penjuru dunia melalui film itu.

2.2.7 Pasar Wisata / Pengunjung

Pengunjung yang datang ke tempat wisata ini adalah wisatawan domestic maupun

mancanegara yang ingin menambah ilmu pengetahuan mereka. Wisatawan

Mancanegara yang berkunjung ke Museum ini berasal dari berbagai negara. Bahkan

keluarga yang memang sengaja ingin datang ke museum ini. Para wisatawan datang

untuk melihat barang-barang prasejarah yang terdapat di dalamnya. Keunikan dan

keindahan gedung bersejarah yang masih erat dengan arsitekturt belanda ini

dimanfaatkan dengan baik oleh para pecinta foto atau photographer untuk melakukan

kegiatan pemotretan. Selain untuk pemotretan arsitektur bernuansa kan belanda dapat

menjadi bahan nostalgia bagi wisatawan asing khususnya belanda.

2.2.8 Pengelola

Pengelolaan Museum Geologi berada di bawah Kementrian Energi dan Sumber Daya

Mineral .

2.2.9 Latar Belakang Sejarah

Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah
penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak
pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi
industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang
sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan

13
bahan galian di wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri
di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van
het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada
tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya
mineral.

 Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan


dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada
tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat
Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang
kemudian juga disebut Geologisch Museum.

 Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh


arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300
pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada
pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.

 Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu


Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di
Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.

2.2.10 Obyek dan Daya Tarik Wisata yang dikunjungi

Museum Geologi memiliki daya tarik yang cukup menarik bagi para wisatawan .

karena Museum Geologi memiliki banyak koleksi bersejarah yang mampu menarik

minat wisatawan khususnya pelajar untuk mengunjungi museum ini. Kelengakapan

koleksi yang ada dalam museum ini menjadi nilai tambahan daya tarik museum ini.

Variasi jenis koleksi di Museum Geologi ini meliputi objek arkeologi, prasejarah,

sejarah, keramik asing, sejarah alam, serta kawasan nusantara. Selain koleksi museum

yang lengkap museum geologi juga memiliki bentuk arsitektur yang bernuansa

bangunan belanda yang dapat memberikan perbedaan dari museum lainnya.

14
2.3 Rumah MakanAlas Daun

2.3.1 Letak Geografis

Rumah makan Alas Daun ini berada di Jl. Citarum No.34, Bandung.

2.3.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik dari Rumah makan ini cukup baik dan memberikan rasa nyaman untuk

para pengunjung. Dengan nuansa tradisional yang sangat lekat dan dekorasi yang

minimalis inilah yang membuat para pengunjung betah berlama-lama untuk

menikmati berbagai menu makanan yang tersedia di Rumah Makan ini. Tetapi

terdapat beberapa kekurangan dari rumah makan ini, sirkulasi udara yang kurang baik

sehingga menimbulkan sedikit ketidaknyamanan, lalu atap di bagian depan atau luar

terbuat dari seng sehingga ketika di siang hari panas matahari daoat terserap

mennyebabkan hawa di area tersebut menjadi panas.

2.3.3 Aksesibilitas

Untuk datang ke Rumah Makan Alas Daun ini sangatlah mudah, bisa menggunakan

kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Rumah Makan Bumbu desa sendiri

memiliki beberapa gerai di Kota Bandung yakni : Jl. Citarum No. 34, Bandung

2.3.4 Prasarana

Prasarana dari Rumah Makan ini sangatlah baik, dengan kebersihan yang terjaga

dengan baik dan rapi. Untuk tempat parkir sendiri tersedia dia Rumah Makan ini

dengan kapasitas yang cukup luas. Dan di desain dengan tempat yang unik serta

makan dengan beralaskan daun. Namun ada beberapa kekurangan kipas angin yang

15
ada di area rumah makan tidak bisa digunakan sehingga terkadang membbuat tempat

tersebut menjadi panas.

2.3.5 Fasilitas / Sarana Wisata yang tersedia

Fasilitas dari Rumah Makan ini cukup lengkap, beberapa aspek fasilitas ada di Rumah

Makan ini. Seperti : Tempat sampah, wastafel, toilet, temmpat parkir, kipas angin,

musik. Ada beberapa fasilitas yang tidak terdapat di Rumah Makan ini seperti :

Hiburan, Televisi, dan Coffe break.

2.3.6 Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan

Di Rumah Makan Alas Daun ini kita dapat menikmati berbagai menu andalan dari

Rumah Makan ini seperti :

a. Ayam Kecap : Rp. 16.000,-

b. Es Padjajaran: Rp. 25.000,-

2.3.7 Pasar wisata / pengunjung

Pengunjung dari Rumah Makan ini adalah pengunjung domestic maupun

mancanegara. Sebagian besar adalah pengunjung di luar kota Bandung, terutama

pengunjung dari Kota Jakarta. Saat istirahat makan siang tiba, Rumag Makan ini

ramai dikunjungi oleh Pegawai Negeri Sipil yang sekedar dating untuk makan siang

atau berbincang bersama rekan kerja untuk waktu yang cukup lama.

16
2.3.8 Pengelola

Rumah Makan Alas Daun ini didirikan oleh Bpk. Ari dan PT. RBJ (Roda Boga Jaya)

pada tahun 2011. Kemudian sekarang dikelola oleh Bpk Wawan dengan bantuan Bpk.

Budiono.

2.3.9 Latar Belakang Sejarah

Rumah Makan Alas Daun berdiri sejak 15 April 2011 berlokasi di Bandung

tepatnya di Jl. Citarum No. 34, tepat di pertemuan antara Jl. Supratman dan Jl.

Dipenogoro, berada di lokasi Elite kawasan Gedung Sate atau Gasibu Bandung

dengan bangunan arsitektur zaman Belanda menyajikan satu pilihan menarik wisata

kuliner di Bandung dengan konsep unik, yaitu sensasi makan tanpa piring.

2.3.10 Obyek & Daya Tarik Wisata yang dikunjungi

Daya tarik resto ini makan menggunakan daun pisang sebagai tempat

makanan. Hal ini sangat menarik bagi para turis untuk merasakan sensai makan yang

baru dengan makan beralaskan daun pisang.

17
2.4 Saung Angklung Udjo

2.4.1 Letak Geografis

Saung Angklung Udjo terletak di Jalan Padasuka 118 , Bandung 40192.

2.4.2 Kondisi Fisik

Kondisi fisik bangunan di tempat ini sangatlah terkonsep dengan baik . Bwntuk

bangunan tradisional yang menggambarkan suasana tatar sunda. Laliu terdapat

beberapa pohon bambu yang berguna untuk mempertegas suasana khas sunda.

Kebersihan dan kenyamanan di tempat ini pun sangat terjaga dengan baik.

Pengunjung tidak akan bosan untuk berlama-lama di objek wisata ini karena suasana

tradisional yang sangat melekat memberi kesan tersendiri untuk tempat ini.

2.4.3 Aksesibilitas

Untuk dapat mencapai tempat ini dapat menggunakan mobil pribadi ataupun bus ,

contohnya saja bila berangkat dari Dinas Pariwisata akan menghabiskan waktu + 25

menit. Kita juga dapat menggunakan angkutan umum / angkot , yaitu dengan

menggunakan angkot yang, melewati daerah Padasuka. Dengan Jalur-jalur angkot

tertentu. Biaya tiket masuk untuk Saung Angklung Udjo sendiri adalah sebagai

berikut :

 Domestik : Rp. 60.000,-

 Asing : Rp. 150.000,-

 Pelajar : Rp. 50.000,-

18
2.4.4 Prasarana

Saung Angklung Udjo merupakan tempat wisata eksklusif, memiliki prasarana dan

infrastuktur yang yang baik dan sangat mendukung. Standart kebersihan kawasan

Saung Angklung Udjo ini dapat dikatakan baik. Tempat sampah yang disediakan

cukup memadai dan tempat parkir yang disediakan juga memadai untuk menampung

para wisatawan. Salah satu kelebihannya wisatawan yang membawa kendaraan tidak

di pungut biaya parkir.

2.4.5 Fasilitas / Sarana yang tersedia

Fasilitas di Saung Angklung Udjo cukup memadai . Diantaranya terdapat : pusat

layanan informasi, toko souvenir, guide local, perlatan, tempat sampah, toilet,

restaurant. Tempat menonton pertunjukan yang disediakan pun cukup luas sehingga

dapat menampung banyak wisatawan.

2.4.6 Aktivitas Wisata yang Dapat Dilakukan

Banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan di Saung Angklung Udjo selain melihat

pertunjukan angklung kita juga diperbolehkan memainkan angklung secara

bersamaan, selain itu kita juga bernyanyi dan menari bersama. Pertunjukan yang

diperlihatkan juga tak hanya pertunjukan angklung saja tetapi juga Demonstrasi

Wayang Golek, Helaran, Tari tradisional, Calung dan Arumba.

2.4.7 Pasar Wisata / Pengunjung

Pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo adalah para wisatawan

mancanegara serta domestic, disertai wisatawan yang membawa keluarga yang ingin

19
melihat pertunjukan angklung. Dan juga para rombongan dari suatu organisasi atau

institusi.

2.4.8 Pengelola

Pengelolaan Saung Angklung Udjo dikelola secara pribadi yang dikelola oleh

keluarga Udjo Ngalagena dan warga sekitar.

2.4.9 Latar Belakang Sejarah

Saung Angklung Udjo dibangun pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena atau juga
dikenal sebagai Mang Udjo bersama dengan istrinya, Uum Sumiati, dengan tujuan
melestarikan seni dan budaya tradisional Sunda.

Udjo Ngalagena adalah seorang seniman angklung yang berasa dari Jawa Barat. Lahir
pada tanggal 5 Maret 1929, Udjo Ngalagena adalah anak keenam dari pasangan
Wiranta dan Imi. Udjo Ngalagena sudah mengenal kesenian angklung dengan akrab
sejak berumur 4 tahun sehingga tidak heran bila Udjo Ngalagena sangat mencintai
kesenian ini sampai akhirnya mendirikan Saung Angklung Udjo.

Selain angklung, Udjo Ngalagena juga mendalami seni bela diri tradisional yaitu
pencak silat, gamelan, kecapi, dan juga lagu-lagu daerah berbahasa Indonesia dan
Belanda. Karena itu Saung Angklung Udjo tidak hanya menyajikan pertunjukan
angklung, namun juga berbagai macam kesenian khas JawaBarat.

Sepeninggal Udjo Ngalagena pada tanggal 03 Mei 2001, Saung Angklung Udjo tetap
diteruskan oleh para putra – putri Udjo Ngalagena sehingga Saung Angklung Udjo
tetap ramai dengan pengunjung yang ingin menyaksikan keindahan kesenian
tradisional daerah.

2.4.10 Obyek dan Daya Tarik Wisata yang di kunjungi

Saung Angklung Udjo memiliki banyak daya tarik yang dapat menarik minat

wisatawan untuk mengunjungi tempat ini . Di Saung Angklung Udjo terdapat banyak

20
atraksi yang menjadi ciri khas budaya Bandung dan Jawa Barat seperti : Demonstrasi

wayang golek, Khitanan atau Helaran, Arumba, Tari Topeng, Angklung perfomance.

Selain itu , disediakan toko souvenir yang menyediakan souvenir-souvenir khas Jawa

Barat. Selain itu pengunjung dapat merasakan pengalaman bermain angklung dan

belajar mmembuat kesenian yang berbahan dasar bambu.

21
BAB III

PENDEKATAN TEORI

3.1. Pengertian Pariwisata

secara etimologis, istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri

dari dua suku kata yaitu "pari dan "wisata".Pari berarti berulang-ulang atau berkali-

kali, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata berarti

perjalanan yang dilakukan secara berulang-ulang (Musanef, 1996 : 8). Menurut

definisi yang lebih luas yang dikemukakan oleh Kodhyat (1983, h.4) pariwisata

adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain bersifat sementara, dilakukan

perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan dan kebahagiaan

dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu.

Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjungke

tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Menurut

Pandit (l990), pari-wisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,

peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas

lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang kompleks juga meliputi industri-industri

klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan dan cinderamata, penginapan dan

transportasi, secara ekonomis juga dipandang sebagai industri.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perjalanan

yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan

22
daya tarik wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-

usaha yang terkait di bidang tersebut (UU Republik Indonesia No. 9 Th.1990 Tentang

Kepariwisataan).

Robert Mclntosh bersama Shashikant Gupta mencoba mengungkapkan

bahwapariwisata adalah “gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses

menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta pengunjung lainnya.”

E.Guyer-Freuler di dalam bukunya yang berjudul Handbuch des Schweizerischen

Volkswirtschaft, merumuskan pariwisata ini sebagai berikut: “Pariwisata dalam arti

modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan

akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap

keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya

disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam

masyarakat sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta

penyempurnaan alat-alat pengangkutan.”

Menurut seorang ahli ekonomi dan politik Austria bernama Herman von

Schullern zu Schrattenhofen pada tahun 1910 merumuskan pariwisata sebagai berikut

: “Pariwisata adalah istilah bagi semua, lebih-lebih bagi ekonomi, proses yang

ditimbulkan oleh arus lalu-lintas orang-orang asing yang datang dan pergi kedan dari

suatu tempat, daerah atau Negara dan segala sesuatunya yang ada sangkut-pautnya

dengan proses tersebut,” di dalam bukunya yang berjudul Jahrbuch fűr National

őkőnomie und Statistik.

Sedangkan dua guru besar Swiss, yaitu Prof. Hunziker dan Prof. Krapf, yang

terkenal dengan ‘bapaknya’ ilmu pariwisata, memiliki konsep lain yang berbunyi

23
sebagai berikut: “Sejumlah hubungan-hubungan dan dan gejala-gejala yang dihasilkan

dari tinggalnya orang-orang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan

timbulnya tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat sementara atau permanen

sebagai usaha mencari kerja penuh.”

Menurut Yoeti (2008:8) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini,

yaitu:

1) perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan

di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal;

2) tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa

mencari nafkah di negara, kota atau DTW yang dikunjungi.

3) uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari negara asalnya, di

mana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha

selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan; dan

4) perjalanan dilakukan minimal 24 jam atau lebih.

Dalam pengertian kepariwisataan terdapat empat faktor yang harus ada dalam

batasan suatu definisi pariwisata. Faktor-faktor tersebut adalah perjalanan itu

dilakukan dari satu tempat ke tempat lain, perjalanan itu harus dikaitkan dengan

orang-orang yang melakukan perjalanan wisata semata-mata sebagai pengunjung

tempat wisata tersebut.

24
3.2. Pengertian Wisatawan

Berdasarkan Undang-Undang RI No.9 tahun 2010 tentang

kepariwisataanmenyebutkan bahwa, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

Berdasarkan Undang-Undang No.9 tahun 1969 menyebutkan bahwawisatawan

adalah orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untukberkunjung ke tempat lain

dengan menikmati perjalanan dari kunjungannya itu.

Beberapa hal yang dapat dianggap sebagai wisatawan yaitu :

1. Orang-orang yang berpergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan

keluarga,untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya;

2. Orang-orang yang berpergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili

kedudukan sebagai diplomat;

3. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila

merekatinggal kurang dari 24 jam (Nyoman, 1994:25).

Berdasarkan Konferensi Perserikat Bangsa Bangsa mengenai

perjalananinternasional dan pariwisata di Roma tahun 1963 menyatakan bahwa

wisatawanadalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara tempat

tinggalnyayang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari nafkah dan melakukan

suatupekerjaan yang menguntungkan di negara yang dikunjungi. Dari definisi

tersebuttelah mencakup wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang datang paling

sedikit 24jam di negara yang dikunjungi. Dan Pelancong (excursionist) yaitu seorang

pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjungi.

25
3.3. Bentuk Pariwisata

1. Menurut asal wisatawan  Wisatawan domestik atau mancanegara

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran  Pariwisata aktif atau

pasif

3. Menurut jangka waktu  waktu lamanya tinggal di tempat atau disuatu

negara

4. Menurut jumlah wisatawan  wisatawan datang sendiri atau rombongan

5. Menurut alat angkut yang digunakan  transportasi udara, laut, darat,

kereta api.

3.4. Jenis Pariwisata

1. Wisata budaya

2. Wisata kesehatan

3. Wisata olahraga

4. Wisata komersial

5. Wisata industry

6. Wisata politik

7. Wisata konvensi

8. Wisata social

9. Wisata pertanian

26
10. Wisata maritime (marina) atau bahari

11. Wisata cagar alam

12. Wisata buru

13. Wisata pilgrim

14. Ekowisata

15. Wisata minat khusus

16. Wisata bulan madu, dan

17. Wisata petualangan.

Secara harfiah “rekreasi “ berarti “re - kreasi”, yaitu kembali kreatif.

Sedang rekreasi itu sendiri merupakan kegiatan (bahkan kegiatan itu

direncanakan) dan dilaksanakan karena seseorang ingin melaksanakan.Jadi

dapat diartikan usaha atau kegiatan yang dilaksanakan pada waktu senggang

untuk mengembalikan kesegaran fisik (Clawson dan Knetsch, 1966 dalam

Basuni dan Sudargo, 1988).Basuni dan Soedargo (1988), menambahkan

kegiatan rekreasi dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu rekreasi aktif dan

rekreasi pasif.Rekreasi aktif adalah rekreasi yang lebih berorientasi pada

manfaat fisik daripada mental, sedang rekreasi pasif adalah rekreasi yang

berorientasi pada manfaat mental dari pada fisik.

3.5. Pariwisata Sebagai Ilmu

Pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan karena dapat

memberikan manfaat secara ekonomi, sosial dan kultural, serta mendukung

27
keberlanjutan.Karena pentingnya sektor ini maka ilmu pariwisata diposisikan penting

pada sistem pendidikan nasional, dengan diakuinya sebagai disiplin ilmu mandiri pada

tahun 2008. Focus of interest ilmu pariwisata adalah pergerakan wisatawan, aktivitas

masyarakat yang memfasilitasi pergerakan wisatawan dan implikasi atau akibat-akibat

pergerakan wisatawan serta aktivitas masyarakat yang memfasilitasinya terhadap

kehidupan masyarakat secara luas.

Menurut Laksaguna, pariwisata memiliki basis yang kuat untuk dipandang

sebagai ilmu mandiri, karena syarat-syarat ontologis, epistemologis, dan aksiologis

sudah dapat dipenuhi dengan baik. Karena itu, keraguan atas status keilmuan dari

ilmu pariwisata sudah saatnya ditinggalkan dan pariwisata hendaknya semakin

ditumbuhkembangkan dalam sistem pendidikan tinggi pada berbagai strata, di

samping pendidikan vokasional yang sudah ada.

Memposisikan pariwisata pada sistem pendidikan nasional merupakan upaya

kerja keras yang cukup panjang di mana struktur keilmuannya harus secara

konseptual diperoleh secara sistematis yang diperoleh berdasarkan pengalaman

(empirik) dan percobaan (eksperimen) dengan menggunakan metode-metode yang

dapat diuji, dan telah memnuhi tiga syarat ilmu yaitu ontologi (objek atau focus of

interest yang dikaji), epistemologi (metodologi untuk memperoleh pengetahuan); dan

aksiologi (nilai manfaat pengetahuan).

3.6. Pembangunan Pariwisata

Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang

artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang

sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat”

(Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995). Pembangunan pariwisata berkelanjutan,

28
seperti disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) adalah

pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi,

juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan

berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas

hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan

pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.

Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan

kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan

seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian,

pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga

isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri,

hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’

pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.

Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan dapat dikenali melalui prinsip-

prinsipnya yang dielaborasi berikut ini. Prinsip-prinsip tersebut antara lain partisipasi,

keikutsertaan para pelaku (stakeholder), kepemilikan lokal, penggunaan sumber daya

secara berkelanjutan, mewadahi tujuan-tujuan masyarakat, perhatian terhadap daya

dukung, monitor dan evaluasi, akuntabilitas, pelatihan serta promosi.

1. Partisipasi

Masyarakat setempat harus mengawasi atau mengontrol

pembangunan pariwisata dengan ikut terlibat dalam menentukan visi

pariwisata, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dipelihara

dan ditingkatkan, serta mengembangkan tujuan-tujuan dan strategi-

strategi untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata.

29
Masyarakat juga harus berpartisipasi dalam mengimplementasikan

strategi-strategi yang telah disusun sebelumnya.

2. Keikutsertaan Para Pelaku/Stakeholder Involvement

Para pelaku yang ikut serta dalam pembangunan pariwisata

meliputi kelompok dan institusi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat),

kelompok sukarelawan, pemerintah daerah, asosiasi wisata, asosiasi

bisnis dan pihak-pihak lain yang berpengaruh dan berkepentingan serta

yang akan menerima dampak dari kegiatan pariwisata.

3. Kepemilikan Lokal

Pembangunan pariwisata harus menawarkan lapangan pekerjaan

yang berkualitas untuk masyarakat setempat.Fasilitas penunjang

kepariwisataan seperti hotel, restoran, dsb.seharusnya dapat

dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Lebih lanjut,

keterkaitan (linkages) antara pelaku-pelaku bisnis dengan masyarakat

lokal harus diupayakan dalam menunjang kepemilikan lokal tersebut.

4. Penggunaan Sumber Daya yang Berkelanjutan

Pariwisata harus dapat menggunakan sumber daya dengan

berkelanjutan yang artinya kegiatan-kegiatannya harus menghindari

penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui (irreversible)

secara berlebihan.Hal ini juga didukung dengan keterkaitan lokal dalam

tahap perencanaan, pembangunan dan pelaksanaan sehingga pembagian

keuntungan yang adil dapat diwujudkan.Dalam pelaksanaannya,

kegiatan pariwisata harus menjamin bahwa sumber daya alam dan

30
buatan dapat dipelihara dan diperbaiki dengan menggunakan kriteria-

kriteria dan standar-standar internasional.

5. Mewadahi Tujuan-Tujuan Masyarakat

Tujuan-tujuan masyarakat hendaknya dapat diwadahi dalam

kegiatan pariwisata agar kondisi yang harmonis antara

pengunjung/wisatawan, tempat dan masyarakat setempat dapat terwujud.

Misalnya, kerja sama dalam wisata budaya atau cultural tourism

partnership dapat dilakukan mulai dari tahap perencanaan, manajemen,

sampai pada pemasaran.

6. Daya Dukung

Daya dukung atau kapasitas lahan yang harus dipertimbangkan

meliputi daya dukung fisik, alami, sosial dan budaya.Pembangunan dan

pengembangan harus sesuai dan serasi dengan batas-batas lokal dan

lingkungan.Rencana dan pengoperasiannya seharusnya dievaluasi secara

reguler sehingga dapat ditentukan penyesuaian/perbaikan yang

dibutuhkan.Skala dan tipe fasilitas wisata harus mencerminkan batas

penggunaan yang dapat ditoleransi (limits of acceptable use).

7. Monitor dan Evaluasi

Kegiatan monitor dan evaluasi pembangunan pariwisata

berkelanjutan mencakup penyusunan pedoman, evaluasi dampak

kegiatan wisata serta pengembangan indikator-indikator dan batasan-

batasan untuk mengukur dampak pariwisata. Pedoman atau alat-alat

31
bantu yang dikembangkan tersebut harus meliputi skala nasional,

regional dan lokal.

8. Akuntabilitas

Perencanaan pariwisata harus memberi perhatian yang besar pada

kesempatan mendapatkan pekerjaan, pendapatan dan perbaikan

kesehatan masyarakat lokal yang tercermin dalam kebijakan-kebijakan

pembangunan.Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam seperti

tanah, air, dan udara harus menjamin akuntabilitas serta memastikan

bahwa sumber-sumber yang ada tidak dieksploitasi secara berlebihan.

9. Pelatihan

Pembangunan pariwisata berkelanjutan membutuhkan

pelaksanaan program-program pendidikan dan pelatihan untuk

membekali pengetahuan masyarakat dan meningkatkan keterampilan

bisnis, vocational dan profesional.Pelatihan sebaiknya meliputi topik

tentang pariwisata berkelanjutan, manajemen perhotelan, serta topik-

topik lain yang relevan.

10. Promosi

Pembangunan pariwisata berkelanjutan juga meliputi promosi

penggunaan lahan dan kegiatan yang memperkuat karakter lanskap,

sense of place, dan identitas masyarakat setempat.Kegiatan-kegiatan dan

penggunaan lahan tersebut seharusnya bertujuan untuk mewujudkan

pengalaman wisata yang berkualitas yang memberikan kepuasan bagi

pengunjung.

32
BAB IV

PEMBAHASAN STUDI

4.1 Tangkuban Perahu

Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi

Jawa Barat, Indonesia.Sekitar 22 km ke arah utara Kota Bandung, di setkitar area

terdapat pohon pinus dan hamparan kebun teh, Gunung Tangkuban Parahu

mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter .Secara administratif Gunung Tangkuban

Perahu berada di wilayah Kecamatan Sagala Herang kabupaten Subang dan

Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung

Gunung Tangkuban Perahu berbeentuk Stratovulcano dengan pusat erupsi yang

berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan

kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang,

mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah

Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh perusahaan milik swasta yaitu PT. Graha

Rani Putra Persada (PT. GRPP)..Suhu rata-rata harian di Gunung Tangkuban Perahu

adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.

4.2 Museum Geologi

Museum Geologi merupakan tempat untuk memperlihatkan bendsa benda


bersejarah maupun hasil bumi yang terdapat di Indonesia. Di dalamnya terdaapat
fosil, batuan, mineral, dan artefak. koleksi yang dimiliki Museum Geologi Bandung
sangat berguna untuk pendidikan serta mempunyai nilai-nilai sejarah kehidupan dan

33
pelestarian alam yang sangat mendidik Tempat ini juga berfungsi sebagai pusat
penelitian dan pengembangan ilmu sejarah dan geografi oleh lembaga penelitia.

4.3. Rumah Makan Alas Daun

Rumah makan Alas Daun terletak di Jalan Citarum No.34, Bandung, Jawa Barat,

kode pos 40116. Rumah makan alas merupakan rumah makan yang berkonsep sunda

baik dari makanan maupun arsitekturnya. Rumah makan Alas Daun memiliki

keunikan dalam penyanjian makanannya yaitu menggunakan daun pisang sebagai alas

untuk makan sehingga dapat menjadi cirri khas tersendiri bagi restaurant ini.

4.4 Saung Angklung Udjo (SAU)

Visi dan Misi :

Visi SAU yaitu sebagai objek Pariwisata Seni dan Budaya pilihan utama yang

memiliki kepedulian dalam pembinaan dan pelestarian seni bersama-sama dengan

komunitas seniman budaya Jawa Barat, khususnya kesenian angklung. Disamping itu

juga menjadi pusat kajian, pelatihan, pagelaran dari industri seni musik angklung di

Indonesia. Misi SAU yaitu turut berperan aktif secara bergotong royong dengan

masyarakat sekitar dan komunitas seniman budayawan Jawa Barat dalam

mengembangkan dan melestarikan kesenian melalui pagelaran didalam maupun di

luar negeri.

Program Pertunjukan

Pertunjukan rutin di SAU dilaksanakan setiap hari, jam 15.30-17.30,

menampilkan “Pertunjukan Bambu Petang” berupa “Kaulinan Urang Lembur” dengan

kesenian angklung yang atraktif. Pertunjukan berikutnya adalah Caruban Sunda atau

kependekan dari Caraka Rupi-rupi Budaya Sunda, yaitu pertunjukan menarik dengan

konsep pembelajaran yang khusus dirancang untuk para siswa. Ada juga Pertunjukan

34
khusus yang disediakan oleh SAU, khusus menyediakan paket acara khusus sesuai

permintaan, seperti acara ulang tahun, pernikahan, reuni dll. Acara ini bisa

dilaksanakan di Saung Angklung Udjo maupun di tempat yang anda inginkan. Ada

juga Acara “Bale Paseban di Taman Terbuka”, dengan suasana khas Sunda, di SAU

yang mampu menampung 800 orang, sangat cocok dipergunakan untuk acara-acara

khusus, seperti pernikahan, ulang tahun, dll. Lengkap dengan berbagai fasilitasnya.

Dalam hal pelatihan, SAU memberikan program pelatihan untuk grup angklung baru

dan pelatihan untuk pelatih. Yang terakhir dari SAU Adjo adalah Galeri Alat Musik

dan Cindera Mata, yang menjual berbagai alat musik bamboo, seperti Angklung,

Arumba, Suling, Calung dan kendang, beserta aneka cindera mata seperti Wayang

Golek, Angklung mini dan dan aneka kerajinan bamboo yang menarik.

35
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan kegiatan fieldtrip yang telah dilaksanakan pada 9 September 2015,

bahwa dari setiap lokus yang dikunjungi dapat disimpulkan bahwa masing-masing

lokus memiliki karakteristik dan daya tarik tersendiri yang sesuai dengan bidangnya.

Dari mulai pembangunan pariwisata, kebijakan pembangunan pariwisata, sampai

rencana pembangunan pariwisata. Dari situlah kita diberi gambaran tentang

bagaimana pembangunan pariwisata yang dilakukan oleh pemerintahan Indonesia.

Kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi kendala pembangunannya dan tantangan

apa yang harus kita hadapi.

Dari lokus-lokus yang berhubungan dengan sejarah dan wisata atau rekreasi,

masing-masing memiliki potensi yang sangat baik untuk dijadikan daerah tujuan

wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Oleh

karena itu, peningkatan mutu, layanan, fasilitas, aksesibilitas, kualitas, dan dari objek

wisata itu sendiri sangat diperlukan disini. Agar dapat mendatangkan keuntungan

yang besar bagi Indonesia.

36
5.2 Saran

Diharapkan perbaikan bagi aspek aspek yang masih kurang dari setiap lokus agar

dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang lebih baik lagi bagi para

wpengunjung/ wisatwan. Karena kenyamanan merupakan hal yang mutlak yang harus

di miliki setiap destinasi. Oleh karena itu koordinasi antara pihak penyelenggara baik

itu pemerintahan atau stekeholder dapat memainkan peran nya dengan baik sehingga

sesuai dengan target dan tujuan dari destinasi tersebut.

37

Anda mungkin juga menyukai