Anda di halaman 1dari 14

G.

BANDA API, Kepulauan Banda, Maluku

G. Banda Api, 2005 (A.Solihin).

KETERANGAN UMUM
Nama Lain : "Etna van Indonesia" Menurut Dr.R.D.M Verbeek 1900
Lokasi
a. Geografi : 4o 31' 30" LS dan129 o 52' 17" BT
b. Administratif : Kecamatan P. Banda, Kab. Maluku Tengah, Propinsi Maluku
Ketinggian : a. + 641 m dari muka air laut
b. + 1150 m dari dasar laut
Luas Pulau : 7.3446 Km persegi
Kota Terdekat : Ambon Propinsi Maluku, Kabupaten Maluku Tengah, Kecamatan
Pulau Banda. l.k. 120 mil laut atau 150 Km dari Kota Ambon
Tipe Gunungapi : strato
Pos Pengamatan Desa Dwi Warna, kecamatan Banda Neira Propinsi Maluku
Geografi : 04o 31 45,78 LU dan 129o 54 08,54 BT, ketinggian
lk. 8 m dml

PENDAHULUAN
Dr.R.D.M.Verbeek seorang ahli Geologi pada (1900). menjuluki G.Banda-api
sebagai Etna van Indonesie (G.Etna di Itali terkenal dengan letusan-letusan khasnya
yaitu semburan bara api susul-menusul seperti pesta kembang api pada malam hari).
Selain keindahan alam, hasil rempah-rempah (pala dan fulinya) sudah menarik
perhatian orang Eropah untuk mengarungi samudera luas semenjak Abad ke 16 bahkan
sempat mempertahankan kepentingannya di wilayah ini. Sisa-sisa peninggalan kekuasaan
691
mereka dapat kita lihat dari sisa bangunan ataupun benteng-benteng pertahanan yang
mereka bangun yaitu Benteng Nassau dan Benteng Belgica di P.Neira.
Pada waktu pembangunan negara R.I. sedang giat dilaksanakan (1987) Kep Banda
ini mulai dipromosikan sebagai obyek pariwisata karena keindahan alamnya (terutama
tumbuhan dan binatang di dalam laut) begitu pula peninggalan sejarah dan kesenian
daerah setempat. Di balik keindahan alam yang menakjubkan itu, masih ada obyek yang
tidak kalah penting yakni sebuah kerucut gunungapi aktif (G.Banda Api yang muncul di
tengah puing-puing gunungapi yang lebih tua.
Semenjak Th.1856 sampai dengan 1901, sekurang-kurangnya telah terjadi 19 kali
masa giat (letusan-letusan) di antaranya dua kali yang mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan korban jiwa. Sampai akhir Th.1987 gunungapi ini telah menjalani masa
tenang selama 86 tahun. Waktu tenang ini cukup berarti untuk pengumpulan energi bagi
letusan di kemudian hari yang cukup besar.

Cara Pencapaian
Dari Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang maupun Kapal Laut, langsung
menuju Kota Ambon dan G. Banda Api.

Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi


Potensi alam ; Berupa tanaman palawija, buah pala, cengkih sebagai rempah-
rempah sejak zaman Belanda (VOC), sudah dikenal oleh para pedagang di Eropa maupun
Dunia.
Sumber daya alam komplek gunungapi Banda-api terdiri dari bahan galian berupa
batu pecah, kerikil dan pasir sebagai bahan bangunan dan batu belah bahan untuk batu
tempel dinding, dari aliran lava dan sedikit belerang yang terdapat dari pada sublimasi
solfatara dan fumarola dikawahnya.

Wisata
Komplek Gunungapi Banda-api tidak hanya dikenal dengan kesuburan tanahnya,
tetapi dikenal juga dengan potensi wisata lautnya, diantaranya panorama alam yang indah
dengan Fauna dan Flora di kedalaman dasar laut.
Wisata sejarah diantaranya adalah Benteng Belgica dibangun pada tahun 1611,
Nassau dibangun pada tahun 1617 dan sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun
1875 di Pulau Neira, yang merupakan peninggalan Portugis, Belanda dan Inggris yang
pernah menduduki kepulauan Banda antara Abad ke 17 hingga Abad ke 19

692
SEJARAH LETUSAN
Selama 4 Abad terakhir ini paling tidak terjadi 24 erupsi G. Banda Api, termasuk
yang berlangsung pada 9 Mei 1988. Hanya 4 peristiwa diantaranya yang menimbulkan
korban, yaitu tahun 1598, 1615, 1690 dan 1988.
1586, 17 April, letusan di puncak
1598-1602 letusan di puncak, jumlah korban tidak dilaporkan, terjadi kerusakan lahan.
1609 Letusan di puncak
1615 letusan terjadi pada bulan Maret setelah mengalami masa tenang 16 tahun, pada waktu itu
Gubernur Jenderal Gerard Regust sedang dalam perjalanan (berlayar) dari Ambon ke
Neira, tiba pada tanggal 16 Maret, jadi letusan gunungapi mulai terjadi sebelum Tgl.16
Maret selain merusak lingkungan terdapat pula korban manusia tewas (tidak tercatat
jumbalh korbannya)
1632 Desember, letusan dikawah puncak didahului oleh gempabumi terasa oleh penduduk Niera
sejak April sampai dengan Juli.
1690-1696, Pada tahun 1690 - 1696 terjadi letusan-letusan yang kemudian berkepanjangan selama 6
tahun masa giat, dikatakan bahwa letusan yang terjadi pada tahun 1696 lebih hebat dari
pada tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun ini terjadi kecelakaan 2 orang tewas pada
waktu pergi ke kawah untuk mencari informasi.
1712 Mei sampai dengan Desember, letusan kecil di puncak
1723 letusan di puncak
1749 letusan di puncak
1765-1766. 19-29 April 1765 hingga Oktober 1766, letusan dipuncak
1773 6 Februari, letusan di puncak.
1774 Mungkin terjadi letusan
1778 Mungkin terjadi letusan
1816 11-14 Oktober, desember, gempa bumi kuat dan letusan
1820 11 Juni hingga 8 Agustus, letusan mulai berlangsung pukul 11.30 waktu setempat,
terbentuk tiang asap, penduduk Niera mengungsi ke Pulau Lonthor. Pukul 14 tampak
lontaran bom vulkanik, terdengar ledakan-ledakan kuat - air schock- menggetarkan rumah-
rumah dan kapal; pasir vulkanik mengendap di pulau Lonthor, separuh kerucut dari puncak
tertutup bara api, terbentuk kawah yang baru di lereng barat laut dan selatan. Pada 17 Juni
terdapat tenggang waktu diantara letusan-letusan terjadi leleran lava ke arah barat-baratlaut
(Tanjung Kapal Pica) yang mencapai laut. Mulai 18 Juni tenggang waktunya bertambah
panjang dengan waktu letusan berakhir pada 8 Agustus. Tidak jatuh korban penduduk.
1824 22 April - 2 Juni letusan dari kawah puncak, terbentuk tiang asap.
1890 November, letusan di kawah puncak
1901 Mei, letusan di kawah puncak.
1908 Letusan diragukan
1988 9 sampai 31 Mei, terjadi erupsi dari 6 lubang letusan ; 3 penduduk tewas.

Erupsi G. Banda Api 9 Mei 1988 dimulai dari pemunculan gejala pra erupsi yang
jelas, baik visual maupun kegempaan.

Gejala pra erupsi (jam dalam WIT)


Pada 4 -5 Mei terjadi gempa terasa yang dapat dirasakan sampai ke Kota Neira, dengan
magnituda 2,8 dan 4 SR.

693
Pada 5 Mei terekam peningkatan gempa vulkanik dalam (32 kejadian) yang sebelumnya
hanya terekam 1-2 kejadian perhari. Gempa bumi terasa oleh penduduk di pulau
gunungapi dan di P. Neira.
Pada 7 Mei sejak pukul 06:16 kerapatan gempa terasa bertambah persatuan waktu dan
menjadi lebih rapat, kurang dari 5 menit.
Secara Visual terlihat asap berwarna putih dari kawah di puncak (kawah Puncak),
hembusannya menguat bersama waktu.kemudian asap putih muncul di kawah lereng
barat laut (Kawah Utara). Asap sejenis dilaporkan penduduk dari lereng sebelah selatan
menenggara (Kawah Selatan) asap putih tersebut menunjukkan suatu letusan uap yang
dikenal sebagai letusan freatik.
Pada 8 Mei gempa tersebut semakin rapat dan menjadi gempa beruntun (swarm).
Pada 9 Mei mulai pukul 01:00 mulai terekam gempa yang menerus (tremor vulkanik)
sampai erupsi berlangsung.
Secara visual, pukul06:00, dari Kawah Utara terlihat asap putih kehitaman bercampur
lontaran lava.

Erupsi Utama
G. Banda Api meletus pada hari Senin 9 Mei 1988 pukul 06:30. Peristiwa yang
langka terjadi ialah erupsi berlngsung dari 6 lubang letusan selama kurang dari 12 jam
pada satu kerucut gunungapi.
06:30 : Lubang letusan pertama di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 200 m
: Lubang letusan kedua di lereng selatan, tinggi abu lebih kurang 150 m
: Lubang letusan ketiga di lereng utara, tinggi abu lebih kurang 350 m
: Lubang letusan keempat di tepi pantai selatan

Tiang asap dari keempat lubang letusan tersebut hanya tampak sebagai dua tiang
asap besar di selatan (Kawah Selatan) dan di utara (Kawah Utara). Lubang letusan kelima
(Kawah Puncak) dan ke enam (di lereng utara) terbentuk siang hari
Lubang-lubang letusan tersebut berderet membentuk busur ber arah utara
selatan. Setelah peristiwa itu, hanya 3 lubang letusan yang aktif, yaitu Kawah Puncak,
Kawah Utara dan Kawah Selatan. Tinggi tiang asap letusan dari Kawah Puncak mencapai
3,5 km. Asap bergumpal-gumpal, berwarna hitam membangun bentuk cendawan.
Bom vulkanik jatuh di sekitar kawah, sedangkan abu dan lapili menyelimuti 2/3
bagian barat pulau gunungapi. Ketebalan rata-rata 40 cm di perkampungan sepanjang
pantai barat, di selatan dan utara 20 cm. Abu setelal 2 cm mengendap di Pulai Ai yang
terletak 12 km sebelah barat pulau tersebut. Kota Banda Neira bebas dari endapan abu.

694
Selain rempah vulkanik, terjadi pula awan panas, kemungkinan terjadi pada letusan kedua
dengan arah ke selatan menenggara. Lava meleler dari 3 lubang letusan dan satu keluar
dari rekahan sebelah timur lubang keempat. Lava yang ke utara melanda Kampung Kalobi
dan Kampung Batuangus. Kemungkinan lain ialah lewat rekahan yang terbentuk pada
tahun 1978. Volum keempat leleran lava itu lebih kurang 6 juta m 3

Purna Erupsi Utama


Asap letusan masih dihembuskan dari ke tiga kawah setelah 9 Mei, namun yang
terkuat keluar melalui Kawah Puncak. Asap letusan dari Kawah Selatan berhenti pada 13
Mei kemudian diikuti oleh Kawah Utara pada 16 M ei. Menjelang 18 Mei letusan vulkanian
Kawah Puncak berubah menjadi jenis letusan stromboli. Sejak 18 Mei hanya tampak
kepulan asap yang sangat lemah

Letusan G. Banda Api 1988

Karakter Letusan
Sifat dan bahaya letusan G. Banda Api, dengan mempelajari sifat dan tingkah laku
letusan masa lampau, orang dapat memperkirakan bahaya apa yang dapat ditimbulkan
oleh letusan yang akan terjadi di masa depan.
Dari uraian bab-bab terdahulu hal tersebut dapat disimpulkan dan langkah-langkah
apa yang perlu dilakukan untuk menghadapinya. G. Banda Api sekurang-kurangnya
merupakan generasi ke-empat dari gunungapi purba G.Lonthor.
Era pembangunan G. Lonthor tentunya dimulai dengan letusan-letusan lemah,
aliran lava meningkat menjadi letusan lebih kuat dan akhirnya dengan letusan dahsyat
sehingga terjadi kaldera Lonthor, sesuai dengan perubahan magma (dengan komposisi
kimia) dari basa ke asam.

695
Perioda Letusan Gunungapi Banda-api
1586
23 tahun
1609
6 tahun
1615
17 tahun
1632
58 tahun
1690
6 tahun
1696
16 tahun
1712
10 tahun
1723
26 tahun
1749
16 tahun
1765
1 tahun
1766
7 tahun
1773
2 tahun
1775
3 tahun
1778
38 tahun
1816
4 tahun
1820
4 tahun
1824
66 tahun
1890
1 tahun
1901
7 tahun
1908
70 tahun
1988

GEOLOGI
G. Banda Api muncul dari pada ujung utara deretan gunungapi yang terletak pada
busur dalam Vulkanik Banda ( Van Bemmelen, 1949, Hal.219) Busur itu terbentuk kira kira
1,5 juta tahun yang lalu, mekanisma pembentukannya rumit dipandang dan teori tektonik
lempeng. Interaksi antara lempeng utama (Pasifik, Indo-Australia) dengan beberapa
lempeng mikro serta pengaruh sesar transform Irian dan sesar-sesar lokal lainnya
menyebabkan kompleksnya wilayah itu dilihat dari sudut struktur geologi regional.
Peristiwa tersebut menyebabkan wilayah Busur Banda dan lautan sekelilingnya menjadi
sumber gempa tektonik.

696
Geologi tinjau pulau-pulau yang besar di Kepulauan Banda disusun oleh Verbeek
1900, beberapa ekspedisi meneliti kimia batuan, kegempaan dan kedalaman laut antara
tahun 1964-1986 Bandingan pembentukan Gunungapi Banda Api dengan Gunung Anak
Krakatau dilakukan oleh G.A.De Neve 1985 dan Matahelemual 1988 Berawal dari
pembentukan kaldera Lontor, dimaulailah proses 4 tahap terjadinya Gunngapi Banda Api
(Matahelemual, 1988, hal.20-24)
Untuk mendapatkan masukan dalam pembahasan mengenai sifat dan bahaya
letusan gunungapi maka perlu ditinjau secara umum latar belakang geologi Kep.Banda.
Selain Verbeek (1900) yang membahas geologi Kep.Banda ini beberapa akhli geologi
pernah ke Kep.Banda dalam expedisi Baruna I dan Expedisi Snellius II.

P. Banda Api
Luas pulau l.k.7,3446 Km2 dan merupakan puncak tertinggi di antara Kep Banda
yaitu l.k.658m dari permukaan laut (pengukuran terakhir pada tahun 1980, 641m dari
permukaan laut)
Di bagian selatan tenggara (kaki gunungapi) terdapat andesit piroksen biasa,
dibagian utara (aliran lava Batuangus) andesit piroksen yang kaya akan kaca begitu pula
di lereng tenggara terdapat aliran lava andesit piroksen yang kaya akan kaca. Di bagian
puncak terdapat bom vulkanik piroksen andesit yang mengandung olivin
Ulu Weru di semenanjung timur laut nampaknya bukan bagian dari G.Banda-api,
Batuannya berwarna kelabu tua, berbutir halus dan agak berling renik, kerak coklat hitam
dengan felspat-felspat porfirik, dibawah mikroskop, andesit piroksen
Ada orang yang beranggapan bahwa mungkin semua Kep.Banda berasal dari satu
gunungapi yang besar sekali sehingga apa yang nampak sekarang (sebagian) merupakan
sisa tepi kaldera dengan jari-jari lingkaran l.k.26 Km ) P.Sewangi, Run dan Fatu
Rozengain) hal ini memang fantastik karena apabila benar maka merupakan kaldera
terbesar di dunia, Verbeek berpendapat tidak demikian, tetapi P.Run dan P.Ai dapat
merupakan sisa dari satu gunungapi begitu pula P.Rozengain dan Fatu Rozengain.
P.Sewangi juga sisa gunungapi tersendiri (Matahelemual juga sependapat dengan
Verbeek)
Gamping koral yang terdapat dibeberapa pulau disini menandakan telah terjadi
pengangkatan oleh karena pengerutan (pencembungan) kerak samudera sebagai akibat
dari tubrukan dua lempeng tektonik, tentu saja pengangkatan ini terjadi setelah magma
keluar ke permukaan berupa letusan gunungapi.

697
Dalam hal ini pembentukan kaldera Lonthor ini sudah terjadi jauh sebelum
pengangkatan tersebut begitu pula dengan letusan G.Neira (bila P.Krakah termasuk
sebagian tubuh G.Lonthor) Karena terletak di dalam satu busur kepulauan dan tidak
begitu terpisah jauh satu sama lainnya maka pulau-pulau lain (tidak termasuk P.banda-
api) juga mengalami pengangkatan dalam waktu bersamaan. Dari posisi geografinya
nampak ada sesuatu rekahan, P.Rozengain, Fatu, Rozengain, P.Lonthor terus ke
P.Sewangi dengan arah Tenggara-baratlaut begitu pula P.Run, P.Ai dan Lonthor (arah
Barat-Timur) jika demikian Lonthor (termasuk Neira, Banda-api, dll) merupakan titik silang
dari dua rekahan tersebut, sehingga merupakan sesuatu peluang untuk penerobosan
magma kepermukaan bumi dibanding dengan pulau (gunungapi) lain di Laut Banda ini.

Hipotesa Evolusi Gunungapi


Pada mulanya tumbuh sebuah gunungapi besar (G.Lonthor) dari dasar laut, letusan
tidak eksplosif karena komposisi magmanya leih bersifat basa karena berasal dari magma
yang belum benyak mengalami perobahan komposisi kimianya.
Gunungapi tersebut semakin hari semakin tinggi dan akhirnya muncul di permukan
laut, sehingga merupakan suatu gunungapi yang besar, kecuali kawah utama, mungkin
saja ada beberapa kawah samping yang turut membangun tubuh gunungapi tersebut.
Tipe letusan bervariasi dari tipe Stromboli ke tipe Volkano dan sebaliknya. Sementara era
pembangunan G.Lonthor ini maka magma yang telah mengisi dapur magma berubah
komposisi yang mengarah kepada magma yang bersifat asam (magma andesit) yang
kaya akan Gaas. Perobahan komposisi magma ini disebabkan adanya proses diferensiasi
(pemisahan diri) di mana terjadi pengkristalan mineral berat yang kemudian oleh gravitasi
mengendap ke dasar dapur dan juga proses assimilasi (penyatuan) dengan batuan
dinding atau lingkungan dapur.
Tahap berikut ini adalah tahap penghancuran bila tekanan yang begitu besar dari
dapur magma sudah tidak dapat dibendung lagi. Maka terjadilah suatu letusan yang
dahsyat yang menghancurkan sebagian puncak gunungapi (letusan tipe Plini) lagi pula
sebagian tubuh runtuh ke dalam laut dan sebagian masih muncul di permukaan laut.
Kawah Raksasa akibat letusan dahsyat dan runtuhan ini disebut Kaldera Lonthor sebagian
dinding kaldera yang masih nampak dipermukaan kemudian dikenal sebagai P.Lonthor,
P.Pisang dan P.Kapal.
Setelah terbentuk kaldera Lonthor, kemudian tumbuh sebuah tubuh gunungapi baru
di dalam puing-puing dasar kaldera tersebut.

698
GEOFISIKA
Kegempaan
Pengamatan kegempaan G. Banda Api secara kontinyu dilakukan menggunakan
seismograf PS-2 yang dioperasikan menggunakan sistem pancar.
Penyelidikan kegempaan G. Banda Api dilakukan pada bulan Oktober-Nopember
2005 dengan memasang stasiun seismik tambahan sebanyak 3 buah. Dari keempat
Datamark LS-7000 tersebut tiga diantaranya dipasang di sekitar tubuh G. Banda Api.
Beberapa gempa vulkanik yang terekam bersumber di bawah tubuh G. Banda Api
dengan kedalaman gempa sekitar 2,4 km dari muka laut.

DEFORMASI
EDM
Pemantauan dengan metoda EDM di G. Banda Api baru dilakukan pertama kali
(Nopember 2005), sebagai langkah awal pemantauan dengan metoda deformasi (EDM)
perlu dibuat atau dibangun titik-titik pengukuran .
Lokasi BM yang ada di sekitar lereng G. Banda Api berada pada ketinggian 290 m
dari muka laut dinamakan titik BM BDA_1 yang memiliki posisi geografi 04 31,55 LS dan
129 59,113129 59,113 BT. Sedangkan BM yang dibangun di sekitar puncak G. Banda
Api terletak pada ketinggian 594 m dari muka laut dan memiliki posisi geografi 04 31,421
LS04 31,421 LS dan 129 52,894 BT dinamakan titik BM BDA_3.
Karena pengukuran deformasi dengan metoda EDM baru pertama kali dilakukan,
maka hasil dari rata-rata pengukuran baru merupakan data dasar bagi pengukuran EDM
di G. Banda Api.
Pengukuran deformasi dengan metoda EDM dilakukan 3 kali dalam sehari.
Pengukuran dilakukan dari arah Pos PGA dan Bandara di Neira ke arah dua titik reflektor
di P. Banda Api.

GEOKIMIA
Jenis Batuan : Menurut Verbeek, 1908, batuan yang dihasilkan oleh Gunungapi
Banda-api adalah ; Andesit piroksen ditemukan di kaki selatan G.Banda-api dan andesit
piroksen serupa gelas di Batu Angus dan disebelah aliran lava dilereng tenggara sebuah
bom di tepi kawah terdiri dari andesit piroksen yang mengandung olivin, kadar SiO2 56 -
59% Menurut Kraeff, 1952 telah memeriksa 6 contoh batuan (lokasi tidak disebutkan)

699
Hasilnya adalah 2 buah Basalt hiperstein augit yang mengandung kaca, sebuah tuf kaca
putih, dua buah batuan basaltik berliang renik dan sebuah breksi tuf basaltik.

MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI


Sistem Pemantauan
Aktifitas vulkanik G. Banda Api diamati kontinyu secara visual dari Pos PGA di
Banda Neira, yang berjarak lk. 3 km dari titik kegiatan saat ini.

Visual
Aktifitas yang tampak di permukaan pasca letusan tahun 1988 berupa tembusan
solfatara dan fumarola hanya tampak dari arah sekitar puncak. Umumnya tinggi
hembusan asap solfatara ini berkisar antara 15 20 m di atas puncak. Sedangkan dari
arah kawah utara maupun kawah selatan tidak tampak adanya aktifitas hembusan
solfatara maupun fumarola

Pemeriksaan Kawah
Untuk mengetahui secara langsung aktifitas di sekitar Kawah Utama, Kawah Utara,
dan Kawah Selatan, pada November 2005 dilakukan beberapa kali pendakian puncak
serta pemeriksaan kawah. Dari hasil pemeriksaan Kawah Utama, aktifitas yang tampak di
permukaan berupa beberapa titik lubang tembusan solfatara/fumarola. Terdapat 3 titik
tembusan solfatara/fumarola yang terletak segaris pada bidang rekahan yang ada di
sekitar puncak. Asap yang keluar pada lubang-lubang tersebut berupa asap putih tipis
dengan bau belerang yang tidak tajam serta tekanan gas yang lemah, asap dari ketiga
lubang inilah yang tampak dengan jelas dari arah Pos PGA di Banda Neira setinggi 15
20 m. Dua lubang diantaranya dilakukan pengukuran suhu, sebagai titik tetap pengukuran.
Sedangkan terdapat satu lubang hembusan solfatara/fumarola lain yang terletak pada
dinding kawah yang berbentuk sirip hiu, karena faktor kesulitan pencapaian pada lokasi
ini, sehingga tidak dilakukan pengukuran suhu.

Pengukuran suhu solfatara/fumarola di sekitar puncak G. Banda Api.


Pengukuran suhu Lokasi I ( C) Lokasi II ( C)
17 Nopember 2005 95,5 92,5
22 Nopember 2005 95,5 93,2

Pengamatan secara langsung pada areal sekitar Kawah Utama, umumnya dinding
sekitar kawah banyak ditumbuhi pepohonan. Di dalam dasar kawah tidak tampak adanya
700
hembusan asap solfatara/fumarola, sedangkan pada dinding sekitar kawah hanya pada
dinding bagian timur atau yang dekat dengan ketiga lubang solfatara/fumarola yang ada di
sekitar puncak. Asap yang keluar pada dinding ini berupa asap putih tipis dengan bau
belerang yang tidak tajam serta tekanan yang lemah. Pada areal sekitar tembusan
solfatara/fumarola ini juga ditemukan adanya rekahan berarah utara-selatan.

Kegempaan
Pemantauan kegempaan G. Banda Api dilakukan dengan memasang seismometer
(sensor gempa,tipe L4C, satu komponen vertikal) dipasang di sebelah selatan puncak G.
Banda Api pada posisi geografi 04 32,043 LS dan 129 52,863 BT,.sinyal gempa
dipancarkan dengan sistem radio telemetri ke Pos Pengamatan

Kawasan Rawan Bencana Gunungapi


Menurut catatan di akhir tahun 1987, di P.Banda-api (P.Gunungapi) terdapat
l.k.1856 orang yang bermukim di sana yaitu 808 orang di Desa Gunungapi utara dan 1048
orang di Desa Gunungapi Selatan. Mungkin juga ada sejumlah orang di daerah pesisir
tenggara P.Neira, tetapi mereka dapat mengungsi apabila sudah diketahui bahaya yang
mengancam.
Meskipun sesudah erupsi 1988 harus dikosongkan, namun kini penduduk Pulau
Gunungapi berjumlah 1956 jiwa (1991).
Menurut catatan terakhir tahun 1987, di P.Neira terdapat l.k.5176 orang dan di
Desa Lonthor (P.Lonthor l.k.2646 orang) .

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Banda Api dibagi dalam tiga tingkat kerawanan
dari tinggi ke rendah yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan
Kawasan Rawan Bencana I.

Kawasan Rawan Bencana III


Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang sangat berpotensi terlanda
awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), dan atau gas beracun.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa awan panas, aliran lava,
guguran lava pijar, gas beracun.
2. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Pada Kawasan ini sering ditemukan lontaran batu berukuran bongkah (> 64 mm).

701
Berdasarkan letusan terdahulu hingga terakhir serta pusat erupsi saat ini, erupsi
yang akan datang diperkirakan terbatas di sekitar Puncak G. Banda Api dan rekahan-
rekahan di lereng gunung berarah Utara-Selatan. Kawasan rawan bencana III meliputi
hampir seluruh tubuh gunung apinya.
Kawasan Rawan Bencana III digambarkan dalam peta dengan warna merah tua
solid untuk rawan bencana terhadap aliran massa dan lingkaran garis putus-putus warna
merah yang sama, dengan radius lingkaran 1 km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana II


Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda perluasan
awan panas, surge, lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran masa berupa perluasan awan panas, dan
surge
2. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
Pada kawasan ini sering ditemukan endapan jatuhan piroklastika berukuran
kerikil/lapilli. Kawasan Rawan Bencana II digambarkan dalam peta dengan warna merah
muda untuk rawan bencana terhadap aliran massa dan lingkaran garis putus-putus warna
merah muda, dengan radius lingkaran 2 km dari pusat erupsi.

Kawasan Rawan Bencana I


Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar,
tertimpa material jatuhan berupa hujan abu. Apabila letusan membesar, kawasan ini
berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat, lontaran batu (pijar).
Tidak ada kawasan rawan bencana I untuk aliran masa di G. Banda Api karena
seluruh tubuh gunungapinya termasuk kawasan rawan bencana II dan III. Kawasan Rawan
Bencana I hanya mencakup kawasan yang rawan terhadap material jatuhan berupa hujan
abu lebat dan kemungkinan jatuhan material pijar tanpa memperhitungkan arah tiupan
angin.
Berdasarkan erupsi-erupsi terdahulu dapat didefinisikan bahwa kawasan rawan
bencana I terhadap hujan abu mencapai jarak 4 km dari pusat erupsi. Pada jarak ini sering
ditemukan material jatuhan piroklastika berdiameter kurang dari 2 cm. Kawasan Rawan
Bencana I terhadap lontaran dan hujan abu pada peta digambarkan dengan lingkaran
warna kuning garis putus-putus.

702
Peta Kawasan Rawan Bencana G. Banda Api

703
DAFTAR PUSTAKA
De Neve. G.A., 1985. Banda and Krakatau A Comparison of two calderas Bul Jurusan
Geologi (abstract) v.14. pp.15
Verbeek, R.D.M., 1900. Geologische Beschrijving van de Banda Eilanden, Mijnw.
Nederl. Ind. Jaarb, v. 29, p. 1-29.
van Bemmelen. R. W., 1949. The Geology of Indonesia v. I.A. Government Printing
Office.
Tjia H.D., 1965. Banda Island Group, Baruna expedition, v.7 section A, B,
MS. Kusumadinata. K., 1969. Preliminary Geological Report of the Baruna expedition
1964, Volcanoes p.17-32.
MS. Kusumadinata K., 1972. Beberapa ringkasan terjemahan laporan-laporan lama
mengenai G.Banda, Direktorat Geologi.
Hamilton, W., 1979. Tectonics of the Indonesian Region, U.S. geological Survey
profesional Paper, 1078, 345.p.
Kristianto., Estu, K, Y.S Simatupang, Nia H., 2005 Pengamatan Terpadu G. Banda Api,
Oktober Nopember 2005, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi
Kusumadinata. K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi.
Matahelemual. J., 1988. G.Banda Api Berita Berkala Vulkanologi, No.115 Direktorat
Vulkanologi.
Liek Pardyanto, 1992, G. Banda Api, Berita Berkala Vulkanologi, edidi khusus No. 193
Casadeval. T.J. L.Pardyanto, H.Abbas, Tulus., 1989. The 1988 eruption of Banda Api
volcano, Maluku Indonesia Geol Indon, v.12,n.1,pp.603-635.
Tulus., 1989. Hubungan antara kegempaan dengan erupsi G.Banda Api, 1988, Pit.IAGI,
XVIII Yogyakarta 11-13 Desember 1989.

704

Anda mungkin juga menyukai