DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 Kep IV A
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia
kepada kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang
KEDUDUKAN PUSKESMAS, SYSTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN,
PERAN PERAWAT PUSKESMAS, PERAN DAN FUNGSI KADER
KESEHATAN.
Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
komunitas yang diberikan oleh Ibu Helmanis Suci selaku dosen mata kuliah
keperawatan komunitas. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Ns.
Helmanis Suci, M.Kep yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta
kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
keperawatan komunitas baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup STIKes
ALIFAH PADANG.
Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi kalangan
pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah keperawatan komunitas tentang
KEDUDUKAN PUSKESMAS, SYSTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN,
PERAN PERAWAT PUSKESMAS, PERAN DAN FUNGSI KADER
KESEHATAN ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.
Padang, 23 juni
2021
Penulis
DAFTAR ISI
Kedudukan Puskesmas...................................................................................
Sistem Rujukan Upaya Kesehatan.................................................................
Peran Perawat Puskesmas..............................................................................
Peran dan Fungsi Kader Kesehatan................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui defenisi puskesmas
2. Untuk mengetahui fungsi puskesmas
3. Untuk mengetahui visi puskesmas
4. Untuk mengetahui misi puskesmas
5. Untuk mengetahui strategi puskesmas
6. Untuk mengetahui kegiatan pokok puskesmas
7. Untuk megetahui peran puskesmas
8. Untuk mengetahui wilayah kerja puskesmas
9. Untuk mengetahui fasilitas penunjang
10. Untuk mengetahui kedudukan puskesmas
11. Untuk mengetahui struktur organisasi puskesmas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
KEDUDUKAN PUSKESMAS
A. Definisi Puskesmas
Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH (1980) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1981) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada
masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1987)
1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu
diwilayah kerjanya.
2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara porfesional
melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran
serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyrakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
B. Fungsi Puskesmas
Menurut Mubarak (2014) ada 3 fungsi puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan
lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan penegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
C. Visi Puskesmas
D. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah (Mubarak, 2014) :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dlan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
E. Strategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan (Mubarak,
2014) antara lain :
1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh ( comprehensive
health care service).
2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh
(holistic approach).
6. Upaya pengobatan
a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui :
pengumpualan informasi riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan membuat diagnosis.
b. Melaksanakan tindakan pengobatan.
c. Melakukan upaya rujukan.
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di
klinik, rumah , dan kelompok – kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan
tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten terdapat tenaga –
tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.
8. Kesehatan olahraga.
9. Kesehatan masyarakat.
10. Kesehatan kerja.
11. Kesehatan gigi dan mulut.
12. Kesehatan mata.
13. Kesehatan jiwa.
14. Laboratorium sederhana.
15. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan.
16. Kesehatan usia lanjut.
17. Pembinaan pengobatan tradisional.
18. Kesehatan remaja
19. Dana sehat
G. Peran Puskesmas
Menurut mubarak (2014) dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis.
Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh
kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
ditunjukkan dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komperhensif dan terpadu.
I. Fasilitas Penunjang
Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan,
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana, antara lain sebagai berikut (Mubarak, 2014) :
1. Puskesmas pemabantu
Puskesmas pembantu yang lebih sering disebut Pustu atau pusBan
adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi
menunjang dan membantu pelaksanaan kegiatan – kegiatan
puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
2. Puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda empat atau perahu
motor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah
tenaga yang berasal dari puskesmas.
3. Bidan desa
Disetiap desa yng belum memiliki pelayanan kesehatan, bidan desa
ditetapkan untuk tinggal didesa tersebut untuk memberikan
pelayanan kesehatan.bidan desa bertanggung jawab langsung kepada
kepala puskesmas.wilayah kerja bidan desa adalah suatu desa
dengan jumlah penduduk rata – rata 3.000 jiwa.
J. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya antara lain :
1. Sistem kesehatan nasional
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
K. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dillakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala puskesmas adalah penanggung jwab pembangunan
kesehatan di tingakta kecamatan. Kepala puskesmas mempunyai
tugas memimpin dan mengawasi kegiatan puskesmas.
2. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas di bidang kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat serta pencacatan dan
pelaporan.
3. Unit I melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, KB, serta
perbaikan gizi.
4. Unit II melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
5. Unit III melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja, serta kesehatan usia lanjut.
6. Unit IV melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah,
olahraga, dll.
7. Unit V melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan dan
penyuluhan kepada masyarakat.
8. Unit VI melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.
9. Unit VII melaksanakan tugas kefarmasian.
A. Sistem rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti
antar sarana pelayanan kesehatan yang sama
B. Jenis rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni :
1) Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan
pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public
health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni
rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu
hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional.
2) Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama
halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik
antara lain:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
C. Manfaat rujukan
Dikutip dari Lestari (2013), Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang
akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat
sebagai berikut:
1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem
pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan
administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
(health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain
meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan
wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara
lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi;
membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui
kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban
tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban
tertentu
D. Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan
1. Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
2. Ketentuan Umum
Berdasarkan panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS
Kesehatan, ketentuan umum dari sistem rujukan berjenjang adalah:
1) Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik.
5) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh
BPJS Kesehatan.
7) Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka
BPJS Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja
fasilitas kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan
kerjasama
8) Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
9) Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
10) Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
11) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan.
12) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
E. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
Berdasarkan panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan,
tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang adalah:
a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
d. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
e. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
b. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di
faskes tersier.
c. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti
ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
d. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
e. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien
di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
a) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
b) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk
C. Fungsi Kader
BAB 3
PENUTUP
.1. Kesimpulan
Puskesmas dan Pustu sangat berperan penting dalam meningkatkan akses
peningkatan pelayanan kesehatan yang merata, seperti pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan kelarga dan masyarakat, pusat
30
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods).
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
menyeluruh yang meliputi Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya
pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-
ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1987. Peran Serta Masyarakat. Jakrta : Depkes RI, Pusat Pembinaan
dan Pelatihan Masyarakat.
Depkes RI. 1991. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit.Jen.Yanmedik.
Elfiatri M, V., Kusnanto, H. & Lazuardi, Lutfan, (2008) Analisis Spasial Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Sebagai Faktor Risiko Diare di Kecamatan Sangir
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2007. Tesis Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada.
Entjang Indan., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
32
Mubarak, Wahit Iqbal. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Salemba
Medika.
Anita, Betri. Dkk. 2015. Puskesmas dan Jaminan Kesehatan Nasional. Yogyakarta
: Penerbit Deepublish.
33