Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

KEDUDUKAN PUSKESMAS, SYSTEM RUJUKAN UPAYA


KESEHATAN, PERAN PERAWAT PUSKESMAS, PERAN DAN
FUNGSI KADER KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2 Kep IV A

Annisa Khairani Rezvigel Amanda Putri Utami Wulandari


1914201010 1914201035 R.
1914201030
Wiwin Putri Handayani Nur Havifah Hasanah Afriawatri Yodelvi
1914201044 1914201027 1914201005
Amelia Gustri Yeni Susanti Indah Anggina Marito
1914201007 1914201004 1914201018
Vella Febrina Efita Alivia Dafa Savitri Nisma Kharani Lubis
1914201042 1914201006 1914201025
Anggresya Putri Malini Cindy Sonia Putri Fadhila Putri
1914201009 1914201011 1914201014
Frischa Helvira Sukma Melisa Andora Mutia Helmi
1914201017 1914201019 1914201022
Riska Sofia Delmi Sari Intan Sesra Med Madurisa
1914201036 1914201038 1914201039
Della sepnita
1914201012
DOSEN PENGAMPU : Ns. Helmanis Suci M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG/T.A 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia
kepada kami sehingga kami senantiasa dapat menyelesaikan makalah tentang
KEDUDUKAN PUSKESMAS, SYSTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN,
PERAN PERAWAT PUSKESMAS, PERAN DAN FUNGSI KADER
KESEHATAN.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
komunitas yang diberikan oleh Ibu Helmanis Suci selaku dosen mata kuliah
keperawatan komunitas. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Ns.
Helmanis Suci, M.Kep yang telah memberikan pengajaran kepada kami, serta
kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini disajikan terutama kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah
keperawatan komunitas baik yang ada di luar maupun di dalam lingkup STIKes
ALIFAH PADANG.

Makalah ini juga dapat digunakan sebagai referensi tambahan bagi kalangan
pelajar dan mahasiswa. Namun, makalah keperawatan komunitas tentang
KEDUDUKAN PUSKESMAS, SYSTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN,
PERAN PERAWAT PUSKESMAS, PERAN DAN FUNGSI KADER
KESEHATAN ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Padang, 23 juni
2021
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

A. Latar Belakang ..............................................................................................


B. Tujuan Penulisan............................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...............................................................................

Kedudukan Puskesmas...................................................................................
Sistem Rujukan Upaya Kesehatan.................................................................
Peran Perawat Puskesmas..............................................................................
Peran dan Fungsi Kader Kesehatan................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang


Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan bagian integral
daripelayanan kesehatan.Setiap dekade fungsi puskesmas terus berkembang
yang semulasebagai tempat untuk pengobatan penyakit dan luka-luka kini
berkembang kearahkesatuan upaya pelayanan untuk seluruh masyarakat yang
mencakup aspek promotif,preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Pusat Kesehatan Masyarakat adalah satu kesatuan organisasi fungsionil
yanglangsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat
dalam suatuwilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok
(Azwar, 1999).
Di Indonesia Pusat Kesehatan Masyarakat merupakan tulang punggung
pelayanankesehatan tingkat pertama dengan wilayah kerja tingkat kecamatan
atau pada suatudaerah dengan jumlah penduduk 30.000 - 50.000 jiwa (Entjang,
2000).Puskesmas adalahsalah satu alternatif utama dalam pemilihan pelayanan
kesehatan, tetapi sampai saat inipemanfaatan pelayanan puskesmas masih
rendah.
Menurut Depkes RI (2004) upaya kesehatan di Indonesia belum
terselenggarasecara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.Jumlah sarana
dan prasaranakesehatan masih rendah tercatat jumlah Puskesmas untuk seluruh
Indonesia sebanyak7.237 unit, Puskesmas Pembantu (Pustu) 21.267 unit,
Puskesmas Keliling (Pusling) 6.392unit.Penyebaran sarana dan prasarana
kesehatan belum merata.Rasio sarana danprasarana kesehatan terhadap jumlah
penduduk diluar pulau jawa lebih baik dibandingkandengan pulau jawa hanya
saja keadaan transportasi diluar pulau jawa lebih baikdibandingkan dengan
pulau jawa.
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti
Puskesmastelah terdapat disemua kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh
tiga puskesmaspembantu, namun upaya kesehatan belum dapat dijangkau oleh
masyarakat.Indonesiamasih menghadapi permasalahan pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan,diperkirakan hanya 30% penduduk yang
memanfaatkan pelayanan Puskesmas danPuskesmas Pembantu (Depkes RI,
2004).
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (2007) menunjukkan
sekitar33% penduduk yang sakit berobat ke Puskesmas, sedangkan layanan
kesehatan lain yangdituju adalah praktik dokter, poliklinik dan rumah sakit
swasta. Rendahnya pemanfaatanpelayanan Puskesmas tersebut mungkin
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranyaadalah umur, pengetahuan, status
pendidikan, ekonomi, jarak, waktu tempuh, perilakupetugas kesehatan,
kebutuhan kesehatan dan stigma atau pengaruh luar terhadappelayanan
Puskesmas.
Menurut Abbas dan Kristiani (2006) faktor biaya menjadi alasan
masyarakat tidakmemanfaatkan pelayanan bidan didesa.Elfiatri, Kusnanto dan
Lazuardi (2008)menyebutkan bahwa faktor keterpencilan, sulit dan mahalnya
transportasi merupakanhambatan untuk menjangkau sarana
kesehatan.Nurcahyani (2000) menyimpulkan adahubungan antara biaya
berobat, biaya transportasi, jarak dan lama waktu terhadappemanfaatan
pelayanan.
Didalam tata pandangan masyarakat secara sosiologis kuntjaningrat
menyatakan bahwa aspek kesehatan bagi masyarakat traditional, masih
merupakan sesuatu hal yang relatif kehadirannya sudah diterima lama di
tengah-tengah masyarakat untuk berbagai jenis kesehatan. Kebutuhan kesehatan
sebagai kebutuhan fisik minimum sejak lama diakui oleh masyarakat traditional
sebagaimana yang pernah kita rasakan terhadap peranan ibu bidan atau pak
mantri. Oleh karena itu kami membuat makalah tentang puskesmas untuk lebih
memahami tentang konsep tentang puskesmas.

.2. Tujuan penulisan


a. Tujuan umum
Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja puskesmas agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

b. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui defenisi puskesmas
2. Untuk mengetahui fungsi puskesmas
3. Untuk mengetahui visi puskesmas
4. Untuk mengetahui misi puskesmas
5. Untuk mengetahui strategi puskesmas
6. Untuk mengetahui kegiatan pokok puskesmas
7. Untuk megetahui peran puskesmas
8. Untuk mengetahui wilayah kerja puskesmas
9. Untuk mengetahui fasilitas penunjang
10. Untuk mengetahui kedudukan puskesmas
11. Untuk mengetahui struktur organisasi puskesmas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

KEDUDUKAN PUSKESMAS
A. Definisi Puskesmas
Menurut Dr. Azrul Azwar, MPH (1980) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1981) pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi kepada
masyarkat diwilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan pokok.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1987)
1. Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu
diwilayah kerjanya.
2. Puskesmas adalah suatu unit organisasi yang secara porfesional
melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran
serta masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyrakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1991) puskesmas adalah suatu
kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
B. Fungsi Puskesmas
Menurut Mubarak (2014) ada 3 fungsi puskesmas, yaitu :
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu
berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan
lintas sector termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar
perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaan, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung
jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas adalah :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan penegahan penyakit.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan
yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara :


1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif
dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
4. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sector-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanankan program puskesmas (Mubarak, 2014).

C. Visi Puskesmas

Menurut (Mubarak, 2014) visi Puskesmas adalah mewujudkan “Kecamatan


Sehat” menuju terwujudnya “Indonesia Sehat” adalah gambaran masyarakat
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator utama “Kecamatan Sehat” (Mubarak, 2014) adalah sebagai
berikut:
a.      Lingkungan sehat
b.      Perilaku sehat
c.      Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d.      Derajat kesehatan yang optimal bagi penduduk kecamatan

D. Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut
adalah (Mubarak, 2014) :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin
berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dlan
kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

E. Strategi Puskesmas
Strategi puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan (Mubarak,
2014) antara lain :
1. Pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh ( comprehensive
health care service).
2. Pelayanan kesehatan yang menerapkan pendekatan yang menyeluruh
(holistic approach).

F. Kegiatan Pokok Puskesmas


Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru, terdapat 20
usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun,
pelaksanaannya sangat bergntung pada faktor tenaga, sarana dan prasarana,
biaya tersedia, serta kemampuan manajemen dari tiap – tiap
puskesmas.Kegiatan pokok puskesmas (Mubarak, 2014) antara lain sebagai
berikut:
1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan
menyusui, serta bayi, anak balita, dan anak prasekolah.
b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna
mencegah gizi buruk.
c. Imunisasi
d. Pemberian pendidikan kesehata tentang perkembangan anak
dan cara menstimulasinya.

2. Upaya Keluarga berencana (KB)


a. Mengadakan kursus Keluarga Berecana untuk para ibu dan
calon ibu yang mengunjungi KIA.
b. Mengadakan khursus keluarga berencana kepada dukun yang
akan bekerja sebagai penggerak calon peserta Keluarga
Berencana.
c. Memberikaj pendidikan kesehatan mengenai cara
pemasangan IUD, cara –cara penggunaan pil, kondom, dan
alat – alat kontrasepsi lainnya.

3. Upaya Perbaikan Gizi


a. Mengenali penderita – penderita kekeurangan gizi.
b. Mengenalkan program perbaikan gizi.
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
4. Upaya Kesehatan lingkungan
a. Penyehatan air bersih.
b. Penyehatan pembuangan kotoran.
c. Penyehatan lingkungan perumahan.
d. Penyehatan limbah.
e. Pengawasan sanitasi tempat umum.
f. Penyehatan makanan dan minuman.
g. Pelaksanaan peraturan perundangan.

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular


a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit.
b. Melaporkan kasus penyakit menular.
c. Menyelidiki benar atau tidaknya laporan yang masuk.
d. Melakukan tindakan permulaan untuk mencegah penyebaran
penyakit menular.
e. Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi
sumber infeksi.
f. Memberi imunisasi.
g. Pemberantasan vektor.
h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat.

6. Upaya pengobatan
a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui :
pengumpualan informasi riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboratorium, dan membuat diagnosis.
b. Melaksanakan tindakan pengobatan.
c. Melakukan upaya rujukan.
7. Upaya penyuluhan kesehatan masyarakat
a. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan oleh petugas di
klinik, rumah , dan kelompok – kelompok masyarakat.
b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan
tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten terdapat tenaga –
tenaga koordinator penyuluhan kesehatan.

8. Kesehatan olahraga.
9. Kesehatan masyarakat.
10. Kesehatan kerja.
11. Kesehatan gigi dan mulut.
12. Kesehatan mata.
13. Kesehatan jiwa.
14. Laboratorium sederhana.
15. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan.
16. Kesehatan usia lanjut.
17. Pembinaan pengobatan tradisional.
18. Kesehatan remaja
19. Dana sehat

G. Peran Puskesmas
Menurut mubarak (2014) dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas
mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis.
Puskesmas dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh
kedepan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut
ditunjukkan dengan ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem
perencanaan yang matang dan realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi,
serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Puskesmas juga dituntut
berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komperhensif dan terpadu.

H. Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian sebagian
dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah geografis, dan keadaan
infrastuktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh bupati
setelah mendengar saran tekhnis dari kantor wilayah departemen kesehatan
provinsi (Mubarak, 2014).

I. Fasilitas Penunjang
Dalam rangka memperluas jangkauan pelayanan kesehatan yang diberikan,
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana, antara lain sebagai berikut (Mubarak, 2014) :
1. Puskesmas pemabantu
Puskesmas pembantu yang lebih sering disebut Pustu atau pusBan
adalah unit pelayanan kesehatan sederhana yang berfungsi
menunjang dan membantu pelaksanaan kegiatan – kegiatan
puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.

2. Puskesmas keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda empat atau perahu
motor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah
tenaga yang berasal dari puskesmas.

3. Bidan desa
Disetiap desa yng belum memiliki pelayanan kesehatan, bidan desa
ditetapkan untuk tinggal didesa tersebut untuk memberikan
pelayanan kesehatan.bidan desa bertanggung jawab langsung kepada
kepala puskesmas.wilayah kerja bidan desa adalah suatu desa
dengan jumlah penduduk rata – rata 3.000 jiwa.

J. Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya antara lain :
1. Sistem kesehatan nasional
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan nasional adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem kesehatan kabupaten/kota
Kedudukan puskesmas dalam sistem kesehatan kabupaten/kota
adalah sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggungjawab menyelenggarakan sebagian tugas
pembangunan kesehatan kabupaten/kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem pemerintahan daerah


Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah
sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
merupakan unit struktural pemerintah daerah kabupaten/kota bidang
kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan
kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat
dan swasta, seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek
bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat. Kedudukan
puskesmas di antara berbagal sarana pelayanan kesehatan strata
pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah kerja puskesmas
terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan berbasis dan
bersumberdaya masyarakat seperti posyandu, polindes, pos obat
desa dan pos UKK. Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana
pelayanan kesehatan, berbasis dan bersumberdaya masyarakat
adalah sebagai pembina.
(Mubarak, 2014)

K. Struktur Organisasi
Struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten/kota dillakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala puskesmas adalah penanggung jwab pembangunan
kesehatan di tingakta kecamatan. Kepala puskesmas mempunyai
tugas memimpin dan mengawasi kegiatan puskesmas.
2. Kepala urusan tata usaha mempunyai tugas di bidang kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, surat menyurat serta pencacatan dan
pelaporan.
3. Unit I melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak, KB, serta
perbaikan gizi.
4. Unit II melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberantasan
penyakit.
5. Unit III melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut, kesehatan
tenaga kerja, serta kesehatan usia lanjut.
6. Unit IV melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat, sekolah,
olahraga, dll.
7. Unit V melaksanakan kegiatan pembinaan, pengembangan dan
penyuluhan kepada masyarakat.
8. Unit VI melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan inap.
9. Unit VII melaksanakan tugas kefarmasian.

L. Tata Kerja Puskesmas


1. Dalam melaksanakan tugasnya puskesmas wajib mengkoordinasi,
integrasi dan sinkronisasi yankes baik didalam maupun diluar
gedung puskesmas.
2. Wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bimbingan teknis yang
ditetapkan oleh dinkes.
3. Ka PKM bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan
semua unsur dalam lingkungan PKM.
4. Setiap unsur di PKM wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggung jawab kepada PKM (Syafrudin, dkk, 2009).

SISTEM RUJUKAN UPAYA KESEHATAN

A. Sistem rujukan
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti
antar sarana pelayanan kesehatan yang sama
B. Jenis rujukan
Sistem Kesehatan Nasional membedakannya menjadi dua macam yakni :
1) Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan
pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public
health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni
rujukan teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu
hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke
fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan opersional.
2) Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada
dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical service). Sama
halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga
macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang
timbul baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis rujukan medik
antara lain:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
C. Manfaat rujukan
Dikutip dari Lestari (2013), Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang
akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat
sebagai berikut:
1) Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan
(policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu
penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam
peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem
pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan pekerjaan
administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2) Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
(health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain
meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan, karena diketahui dengan jelas fungsi dan
wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3) Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan.
Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang diperoleh antara
lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi;
membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui
kerjasama yang terjalin; memudahkan dan atau meringankan beban
tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban
tertentu
D. Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan
1. Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal
yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
2. Ketentuan Umum
Berdasarkan panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS
Kesehatan, ketentuan umum dari sistem rujukan berjenjang adalah:
1) Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan
dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3) Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
4) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi subspesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan subspesialistik.
5) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh
BPJS Kesehatan.
7) Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka
BPJS Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja
fasilitas kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan
kerjasama
8) Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
9) Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
10) Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi
atau sebaliknya.
11) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke
tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan.
12) Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke
tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk
alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka panjang;
dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
E. Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang
Berdasarkan panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang BPJS Kesehatan,
tata cara pelaksanaan sistem rujukan berjenjang adalah:
a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
d. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer.
e. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
b. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia di
faskes tersier.
c. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti
ketentuan yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan
atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
d. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
e. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien
di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
a) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan
b) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
c) Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk

PERAN PERAWAT DIPUSKESMAS

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh


orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam ataupun
dari luar dan bersifat stabil (Mubarak & Chayatin dalam Isnaeni, 2013).
Peran perawat adalah sebagai pelaksana pelayanan keperawatan,
pengelola pelayanan keperawatan, dan institusi pendidikan, sebagai
pendidik, peneliti, serta pengembang keperawatan (Mubarak &
Chayatin dalam Isnaeni, 2013). Peran utama dari perawat kesehatan
masyarakat adalah memberikan asuhan keperawatan  pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
atau yang mempunyai masalah kesehatan/keperawatan apakah itu
dirumah, sekolah, panti, dan sebagainya sesuai kebutuhan (Depkes
dalam Isnaeni, 2013).
Dalam melaksanakan perawatan kesehatan masyarakat, perawat
idealnya memiliki 12 peran dan fungsi. Peran tersebut antara lain
pemberi pelayanan kesehatan, penemu kasus, sebagai
pendidik/penyuluhan kesehatan, koordinator pelayanan kesehatan,
konselor keperawatan, panutan (role model)  , pemodifikasi
lingkungan, konsultan, advokadt, pengelola, peneliti dan pembaharu
(inovator)  . Namun karena masih rendahnya tingkat pendidikan yaitu
mayoritas tingkat pendidikan SPK dan D3, dari seluruh peran dan
fungsi yang harus dilakukan oleh perawat hanya 6 saja yang menjadi
prioritas (Depkes dalam Isnaeni, 2013). Keenam fungsi tersebut adalah:
1) Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Provider) 
Peran perawat pelaksana (care provider)  bertugas
untuk memberikan pelayanan berupa asuhan keperawatan secara
langsung kepada klien (individu, keluarga, maupun komunitas)
sesuai dengan kewenangannya. Asuhan keperawatan ini dapat
dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia melalui pemberian Peran sebagai care provider
menuntut perawat untuk memberi kenyamanan dan rasa aman
bagi klien, melindungi hak dan kewajiban klien agar tetap
terlaksana dengan seimbang, memfasilitasi klien dengan anggota
tim kesehatan lainnya, dan berusaha mengembalikan kesehatan
klien (Isnaeni, 2013).
Peran perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, masyarakat
berupa asuhan keperawatan masyarakat yang utuh (holistik) 
serta berkesinambungan (komprehensif)  . Keperawatan
yang diberikan kepada klien/keluarga bisa diberikan secara
langsung (direct care) maupun secara tidak langsung
(indirect care) pada berbagai tatanan kesehatan yaitu meliputi
di Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, sekolah, panti, posyandu,
keluarga (rumah pasien/klien) (Depkes dalam Isnaeni, 2013).
2) Peran Sebagai Penemu Kasus
Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi serta
dalam menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya
penyakit. Penemu kasus dapat dilakukan dengan jalan mencari
langsung ke masyarakat (active case finding ) dan dapat pula
didapat tidak langsung yaitu pada kunjungan pasien ke
Puskesmas ( passive case finding ) (Isnaeni, 2013).
3)   Peran Sebagai Pendidikan Kesehatan
Peran sebagai pendidik kesehatan (educator)  menuntut
perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik  setting
dirumah, di Puskesmas, serta dimasyarakat secara terorganisir
dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai
tingkat kesehatan yang optimal (Mubarak & Chayatin dalam
Isnaeni, 2013).
Perawat berperan sebagai pendidik kesehatan harus
mampu mengkaji kebutuhan klien yaitu individu, keluarga,
kelompok masyarakat, pemulihan kesehatan dari suatu penyakit
menyusun program penyuluhan/pendidik kesehatan baik sehat
maupun sakit, seperti nutrisi, latihan olah raga, menajemen stres,
penyakit dan pengelolaan penyakit; memberikan informasi tepat
untuk kesehatan dan gaya hidup antara lain informasi yang tepat
tentang penyakit, pengobatan; serta menolong klien menyeleksi
informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku, koran,
televisi atau teman (Depkses dalam Isnaeni, 2013).
4) Peran Sebagai Koordinator dan Kolabolator
Peran koordinator perawat dilakukan dengan
mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan Puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya, sehingga
tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan (Fauziah
dalam Isnaeni, 2013).
Perawat melakukan koordinasi terhadap semua
pelayanan kesehatan yang diterima keluarga diberbagai
program, dan bekerjasama (kolaborasi) dengan tenaga
kesehatan lain atau keluarga dalam perencanaan pelayanan
kesehatan serta sebagai penghubung dengan institusi
pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya (Depkes
dalam Isnaeni, 2013). Peran ini salah satu bentuk kerjasama
antar bidang kesehatan di Puskesmas (Isnaeni, 2013).

5) Peran Sebagai Konselor


Perawat sebagai konselor melakukan konseling
keperawatan sebagai usaha memecahkan masalah secara efektif.
Sebagai konselor, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan
data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti
aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal
yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien, serta melibatkan sumber-
sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang
direncanakannya (Potter & Perry dalam Isnaeni, 2013).
Pemberian konseling dapat dilakukan di klinik,
Puskesmas, Puskesmas pembantu, rumah klien, posyandu,
dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Kegiatan
yang dapat dilakukan perawat Puskesmas antara lain
menyediakan informasi mendengar secara objektif, memberi
dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan klien, menolong
klien mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor terkait,
memandu klien menggali permasalahan, dan memilih
 pemecahan masalah yang dikerjakan (Depkes dalam Isnaeni,
2013).

6)   Peran Sebagai Panutan (Role Model) 


Perawat Puskesmas harus dapat memberikan contoh yang
baik dalam bidang kesehatan pada individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat tentang bagaimana cara hidup yang sehat yang
dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Fauziah dalam
Isnaeni, 2013).
Perawat Puskesmas sebagai role model diharapkan
berperilaku hidup yang sehat, baik dalam tingkat pencegahan
yang pertama, kedua, maupun pencegahan ketiga yang dalam
kehidupan sehari-hari dapat menjadi contoh masyarakat.
Kegiatan yang dapat dilakukan perawat antara lain memberi
contoh praktik menjaga tubuh yang sehat baik fisik maupun
mental makanan bergizi, menjaga berat badan, olah raga secara
teratur, tidak merokok, menyediakan waktu untuk istirahat setiap
hari, komunikasi efektif, dan lain-lain (Depkes dalam Isnaenis,
2013).

PERAN DAN FUNGSI KADER KESEHTAN


A. Peran Kader

Unit pengelola Posyandu dipimpin oleh seorang ketua kader


yang dipilih dari para anggotanya. Bentuk organisasi unit pengelola
Posyandu, tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur
pengelola Posyandu, disepakati dalam unit atau kelompok pengelola
Posyandu bersama masyarakat (Kemenkes R.I, 2012). Kader
Posyandu adalah seorang yang karena kecakapannya atau
kemampuannya diangkat, dipilih dan atau ditunjuk untuk memimpin
pengembangan Posyandu disuatu tempat atau Desa (Depkes, 2008).
B. Persyaratan Menjadi Kader

Para kader kesehatan masyarakat harus memiliki latar


belakang pendidikan kesehatan yang cukup sehingga
memungkinkan mereka untuk membaca, menulis, dan menghitung
secara sederhana (Meilani Niken, dkk 2009).

Menurut R. Fallen, dkk (2010) syarat umum yang dapat


dipertimbangkan untuk memilih kader antara lain:

1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia


2. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugaskader
3. Mempunyai penghasilansendiri
4. Tinggal tetap di Desa yang bersangkutan dan tidak sering
meninggalkan tempat untuk waktu yanglama

5. Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunandesa


6. Berwibawa
7. Sanggup membina paling sedikit 10 kepalakeluarga

C. Fungsi Kader

Fungsi kader dalam kegiatan Posyandu dimasyarakat meliputi :

1) Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan


Poskesdes bersamabidan
2) Mengembangkan dan mengelola upaya kesehatan bersumber
daya masyarakat (UKBM) meliputi : perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), kesehatan lingkungan (Kesling), KIBB-balita,
keluarga sadar gizi (kadarzi), Dana Sehat, tanaman obat
keluarga (TOGA), dan lain –lain.
3) Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang
berdampak terhadap kesehatanmasyarakat.
4) Memecahkan masalah bersama masyarakat (DepKes, 2010).

BAB 3
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Puskesmas dan Pustu sangat berperan penting dalam meningkatkan akses
peningkatan pelayanan kesehatan yang merata, seperti pusat pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan kelarga dan masyarakat, pusat

30
pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public
goods).
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan
menyeluruh yang meliputi Kuratif (pengobatan), Preventif (upaya
pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan Rehabilitatif (pemulihan
kesehatan).
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik,
baik secara vertikal dalam arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata
sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horisontal dalam arti antar
sarana pelayanan kesehatan yang sama

Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health
consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya
pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-
ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Kristiani, 2006. Pemanfaatan Pelayanan Bidan di Desa Kabupaten Muaro


Jambi, Tesis KMPK-UGM

Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi 2. (Jakarta:PT. Binapura


Aksara,1980)..

Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi.


Yogyakarta: Sigma Alpha.

Departemen Kesehatan R.I., 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan


DirektoratGizi DepKes R.I. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Depkes RI. 1987. Peran Serta Masyarakat. Jakrta : Depkes RI, Pusat Pembinaan
dan Pelatihan Masyarakat.

Depkes RI. 1991. Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta :
Direktorat Rumah Sakit. Khusus dan Swasta, Dit.Jen.Yanmedik.

DepKes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional 2004, Jakarta.

Elfiatri M, V., Kusnanto, H. & Lazuardi, Lutfan, (2008) Analisis Spasial Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat Sebagai Faktor Risiko Diare di Kecamatan Sangir
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2007. Tesis Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Gadjah Mada.

Entjang Indan., 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti.
Bandung.

32
Mubarak, Wahit Iqbal. 2014. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Salemba
Medika.

Nurcahyani ; Dewi, Y., 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan


pelayanan pengobatan di puskesmas. (Working Paper series No.04, Oktober
2008, first draft).

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2003-2007. Jakarta : BPS.

Syafrudin dkk. 2009. kebidanan komunitas. Jakarta : EGC.

Ikatan dokter indonesia ( tahun 2015-2018). Penataan sistem pelayanan rujukan.


Jakarta

Anita, Betri. Dkk. 2015. Puskesmas dan Jaminan Kesehatan Nasional. Yogyakarta
: Penerbit Deepublish.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori


dan Praktik dalam Keperawatani. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Heru, Adi. 1993. Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai