Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN SURVEI

HEALTH SEEKING BEHAVIOR PADA MASYARAKAT DI DESA


LEGOSARI, KECAMATAN PLOSOKLATEN, KABUPATEN KEDIRI
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Sosiologi dan Antropologi Kesehatan
Dosen Pengampu :
Vivien Dwi Purnama Sari, S.KM., M.Kes

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Adinda Ulfadz Z. (10322004) 15. Nadi Fatullaili Qotrun N. (10322051)
2. Afina Putri Utomo (10322005) 16. Natania Sharon Pramesti (10322052)
3. Amelia Sesa Cahyani (10322011) 17. Nurisya Fibi Andini (10322056)
4. Amevia Ceysa Bulan P. (10322012) 18. Rachel Natasha (10322059)
5. Anna Dzikri A. D. (10322015) 19. Rizka Sukma Purnama (10322065)
6. Carista Anggraini P. P. (10322020) 20. Syerlie Dyah Ayu A. (10322074)
7. Cindy Prastika Saiful (10322021) 21. Uciek Zah’ain (10322078)
8. Dinda Satya Larasati (10322027) 22. Yaskhanida Wisla I. (10322079)
9. Fera Riyana Herawati (10322034) 23. Artha Rahma Hamidia (10322081)
10. Gretania Cahya R. (10322037) 24. Bintang Aisyah Putri (10322083)
11. Irna Septiana (10322039) 25. Camelia Sofi Nur R. (10322084)
12. Krisnata Prambudi A. (10322040) 26. Iis Nur Aini (10322087)
13. Lina Elliyana (10322043) 27. Nayodya Shafiranisa (10322092)
14. Lutfia Anggraini (10322046) 28. Setya Nurhaliza Blesinta (10322095)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2023 / 2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan waktu. Tanpa kehendak-Nya tentunya tidak akan mampu
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami ucapkan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
berupa sehat jasmani maupun rohani, sehingga penulis bisa menyelesaikan pembuatan laporan
survei mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dengan judul “Health Seeking
Behavior Pada Masyarakat Di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kesalahan serta kekurangan di dalamnya.

Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih sempurna. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya Dosen kami yang
telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kediri, 15 Januari 2023

Penulis
Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
I.2 Tujuan ................................................................................................................................... 3
I.3 Manfaat ................................................................................................................................. 4
I.4 Teknik Analisis Data ............................................................................................................ 4
BAB II
KARAKTERISTIK RESPONDEN
II.1 Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................................................. 6
II.2 Berdasarkan Umur............................................................................................................... 6
II.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................................................................................... 7
II.4 Berdasarkan Pekerjaan ........................................................................................................ 7
II.5 Berdasarkan Penghasilan..................................................................................................... 8
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
III.1 Hasil Survey ..................................................................................................................... 10
III.2 Pembahasan...................................................................................................................... 21
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
IV.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 25
IV.2 Rekomendasi.................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27
LAMPIRAN
A. DOKUMENTASI ........................................................................................................ 28
B. OUTPUT SPSS ............................................................................................................ 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan hak fundamental setiap manusia sebagaimana tertuang dalam
Pasal 5 Ayat 1 Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya di bidang kesehatan. Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang baik
dapat dicapai dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan Kesehatan (Pemerintah Pusat RI, 2016).
Data dari Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2021 menunjukkan bahwa
84,23% warga Indonesia yang mengalami keluhan memilih untuk mengobati dirinya sendiri.
Sementara itu, penduduk yang memilih untuk berobat jalan setelah mengalami keluhan dalam
1 (satu) bulan terakhir sebanyak 40,47% pada tahun 2021. Hasil Susenas 2021 juga
menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak diakses oleh masyarakat ialah
klinik / praktik dokter bersama dengan persentase 39,57%, diikuti oleh praktik mandiri
dokter/bidan sebesar 31,55%, puskesmas/pustu sebanyak 17,87%, rumah sakit swasta sebesar
5,50%, rumah sakit pemerintah 5,24%, UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
2,69%, pengobatan tradisional 1,67%, dan lainnya sebesar 0,95% (Badan Pusat Statistik,
2021).
Penduduk Jawa Timur yang mengalami keluhan kesehatan dan memilih untuk
mengobati dirinya sendiri dalam satu bulan terakhir mengalami peningkatan dari 71,04%
penduduk pada tahun 2019 menjadi 83,80% penduduk pada tahun 2021. Sementara itu,
persentase penduduk Jawa Timur yang memiliki keluhan kesehatan dan berobat jalan dalam
satu tahun terakhir mengalami penurunan dari 51,45% pada tahun 2019 menjadi 39,66% pada
tahun 2021. Fasilitas Kesehatan yang dipilih untuk berobat jalan ialah praktik dokter / bidan
sebesar 43,87%, klinik/praktik dokter bersama sebesar 31,92%, puskesmas / pustu sebesar
12,10%, rumah sakit swasta sebesar 5,06%, UKBM sebesar 4,38%, rumah sakit pemerintah
sebanyak 4,20%, pengobatan tradisional sebanyak 2,10%, dan lainnya sebanyak 1,11% (Badan
Pusat Statistik, 2021).

1
Ketika seseorang merasakan gejala yang mengganggu kesehatannya, maka
beberapa kemungkinan tanggapan atau upaya yang dilakukan oleh individu tersebut adalah
tidak melakukan upaya apapun, melakukan upaya penyembuhan sendiri tanpa menggunakan
obat – obatan, melakukan upaya pengobatan sendiri dengan menggunakan obat – obatan baik
modern maupun tradisioal / herbal, mengupayakan penyembuhan dengan melakukan rujukan
atau berkonsultasi dengan pihak lain.
Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor internal dan ekternal individu. Faktor
internal individu misalnya faktor sosio demografi ekonomi dan faktor sosio kognitif, seperti
pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi terhadap lingkungan, dan persepsi tentang konsep
“sehat” dan “sakit”. Sedangkan faktor ekternal dapat disebutkan dua yang utama yaitu sistem
kesehatan yang diterapkan di tingkat institutional maupun nasional dan budaya lokal.
Mempertimbangkan faktor – faktor tersebut maka pola perilaku pencarian pengobatan dapat
dipandang sebagai salah satu cerminan implementasi sistem kesehatan nasional dan akses
terhadap pelayanan kesehatan.
Pada konteks perilaku pencarian pengobatan di Indonesia, dalam naskah Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dinyatakan adanya peningkatan dalam pemanfaatan fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat (Depkes, 2009). Hal tersebut merupakan salah satu indikasi
yang positif dari penyelenggaraan upaya kesehatan. Namun demikian, seperti telah diuraikan
di atas perilaku pencarian pengobatan mencakup juga upaya pengobatan di luar pusat
pelayanan kesehatan formal.
Bahkan, dalam konteks sebuah negara yang kaya akan budaya dan kearifan lokal
seperti Indonesia, perilaku pencarian pengobatan dapat melibatkan sumber – sumber daya di
luar atau bahkan yang belum terakomodasi dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di dalam
sistem kesehatan nasional. Hal ini harus mendapatkan perhatian yang memadai di dalam
kerangka pembangunan kesehatan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengeksplorasi
lebih jauh lagi pola tindakan pencarian pengobatan.
Pada penelitian ini eksplorasi berfokus pada kalangan masyarakat di Desa Legosari,
Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri pada 17 Desember 2023. Hasil penelitian yang
secara ringkas dipaparkan dalam laporan ini dapat menambah informasi mengenai
pola tindakan pencarian pengobatan terutama di kalangan masyarakat desa. Hasil
penelitian diharapkan pula dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan program – program peningkatan perilaku kesehatan dan akses terhadap
upaya kesehatan.

2
Health Seeking Behaviour atau perilaku pencarian pengobatan diartikan sebagai
perilaku masyarakat yang merasa sakit atau mengalami keluhan kesehatan lain untuk mencari
pengobatan sehingga masalah kesehatannya teratasi (Notoatmodjo, 2014). Apabila seseorang
tidak merasakan apa – apa terhadap penyakit yang dideritanya, maka individu tersebut tidak
akan melakukan apa – apa. Seseorang akan mencari pengobatan apabila ia merasakan sakit
akibat gejala – gejala atau tanda-tanda dari penyakit yang dideritanya (Ariana, 2016).
Desa Legosari Kecamatan Plosoklaten merupakan salah satu desa yang terdapat di
Kabupaten Kediri. Fasilitas kesehatan yang dapat diakses dari desa tersebut ialah klinik, praktik
dokter, puskesmas, pengobatan tradisional, dan rumah sakit terletak cukup jauh. Selain itu, di
Desa Legosari juga banyak terdapat warung atau apotek untuk membeli obat. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran health seeking behavior pada masyarakat
Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri berdasarkan kepemilikan asuransi
kesehatan, sumber informasi kesehatan, upaya pemulihan kesehatan, frekuensi memilih
pelayanan kesehatan, akses pelayanan kesehatan, dan kualitas pelayanan kesehatan.

I.2 Tujuan
Adapun tujuan yang kami buat, antara lain :
1. Untuk mengetahui distribusi karakteristik masyarakat.
2. Untuk mengetahui kepemilikan asuransi kesehatan yang dimiliki masyarakat.
3. Untuk mengetahui sumber informasi kesehatan pada masyarakat.
4. Untuk mengetahui upaya pemulihan kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat.
5. Untuk mengetahui frekuensi memilih pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat.
6. Untuk mengetahui akses pelayanan kesehatan.
7. Untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan.

3
I.3 Manfaat
Perilaku pencarian kesehatan individu dipengaruhi oleh persepsinya terhadap manfaat
dan dorongan bertindak dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Persepsi terhadap manfaat
layanan kesehatan dan dorongan untuk bertindak merupakan faktor penting dalam menentukan
apakah seseorang akan mencari layanan kesehatan atau tidak. Hal ini didukung oleh fakta
bahwa kualitas pelayanan kesehatan, fasilitas, dan harga berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan pasien. Selain itu, pendidikan, akses terhadap layanan kesehatan, dan dukungan
keluarga juga berkorelasi dengan pemanfaatan layanan kesehatan. Adapun manfaat yang kami
buat, antara lain :
1. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan pada pelayanan kesehatan menurut
presepsi masyarakat Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.
2. Memahami kebutuhan dan preferensi masyarakat untuk pelayanan kesehatan.
3. Memahami apakah masyarakat mencari perawatan kesehatan sebelum atau setelah
kondisi kesehatan memburuk.
4. Membantu menyadarkan masyarakat akan pentingnya mendapatkan perawatan
kesehatan yang optimal.
5. Untuk mengidentifikasi kepatuhan masyarakat legosari terhadap upaya pencegahan
penyakit.
6. Dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang Health Seeking Behavior
Masyarakat di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.

I.4 Teknik Analisis Data


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang
dilakukan kepada masyarakat di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri
pada 17 Desember 2023. Variabel penelitian terdiri dari kepemilikan asuransi kesehatan,
sumber informasi kesehatan, upaya pemulihan kesehatan, frekuensi memilih pelayanan
kesehatan, akses pelayanan kesehatan, dan frekuensi gejala yang dirasakan. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri.

4
Sampel ditentukan menggunakan teknik simple random sampling, yakni dengan
melibatkan pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dijadikan sampel sehingga sampel penelitian ini berjumlah 35 warga Desa Legosari. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner yang digunakan terdiri dari
butir pertanyaan sesuai variabel penelitian. Data primer yang telah terkumpul akan diolah dan
disajikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, histogram, dan
diagram pie. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk menggambarkan variabel
– variabel yang akan diteliti.

5
BAB II
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui keragaman dari responden


berdasarkan jenis kelamin, usia, pendikan pekerjaan dan penghasilan per bulan. Hal tersebut
Jenis diharapkan dapat memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dari
responden Berdasarkan dan kaitannya dengan masalah dan tujuan penelitian tersebut.
II.1 Berdasarkan Jenis Kelamin
Keragaman responden berdasarkan jenis kelamin dapat ditunjukkan pada tabel 2.1
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 15 43%
Perempuan 20 57%
Total 35 100%
Hasil penelitian yang termuat dalam tabel 2.1 menunjukkan bahwa dari 35 orang
responden yang diteliti, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 orang
(43%) dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 20 orang (57%).

II.2 Berdasarkan Umur


Keragaman responden berdasarkan umur atau usia dapat ditunjukkan pada tabel 2.2
sebagai berikut :
Tabel 2.2
Responden Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Presentase
18-23 5 14,3%
24-29 2 5,7%
30-55 18 51,5%
>56 10 28,5%
Total 35 100%

6
Hasil penelitian yang termuat dalam tabel 2.2 menunjukkan bahwa dari 35 orang
responden yang diteliti, mayoritas responden berusia 30-55 tahun sebanyak 18 orang (51,5%),
kemudian responden berusia >=56 tahun sebanyak 10 orang (28,5%), serta responden berusia
18-23 tahun sebanyak 5 orang (14,3%) dan responden paling sedikit berusia 24-29 sebanyak 2
orang (5,7%).

II.3 Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Keragaman responden berdasarkan Pendidikan dapat ditunjukkan pada tabel 2.3
sebagai berikut :
Tabel 2.3
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Frekuensi Presentase
SD 12 34,3%
SMP 8 22,9%
SMA 10 28,5%
S1 5 14,3%
Total 35 100%
Hasil penelitian yang termuat dalam tabel 2.3 menunjukkan bahwa dari 35 orang
responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki riwayat Pendidikan terakhir SD
sebanyak 12 orang (34,3%), kemudian responden dengan pendidikan SMP sebanyak 8 orang
(22,9%), serta responden dengan pendidikan SMA sebanyak 10 orang (28,5%) dan responden
dengan pendidikan S1 sebanyak 5 orang (14,3%)

II.4 Berdasarkan Pekerjaan


Keragaman responden berdasarkan Pekerjaan dapat ditunjukkan pada tabel 2.4 sebagai
berikut :

7
Tabel 2.4
Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pendidikan Frekuensi Presentase
IRT 11 31,5%
Wiraswasta 8 22,9%
Petani 6 17,1%
Pedagang 6 17,1%
PNS 2 5,7%
Tidak Bekerja 2 5,7%
Total 35 100%
Hasil penelitian yang termuat dalam tabel 2.4 menunjukkan bahwa dari 35 orang
responden yang diteliti, mayoritas responden memiliki mata pencaharian sebagai IRT sebanyak
11 orang (31,5%), kemudian responden dengan pencaharian Wiraswasta sebanyak 8 orang
(22,9%), responden dengan pencaharian Petani sebanyak 6 orang (17,1%), Pedagang sebanyak
6 orang (17,1), PNS sebanyak 2 orang (5,7%) serta responden yang tidak bekerja sebanyak 2
orang (5,7%).

II.5 Berdasarkan Penghasilan


Keragaman responden berdasarkan Penghasilan dapat ditunjukkan pada tabel 2.5
sebagai berikut :
Tabel 2.5
Responden Berdasarkan Penghasilan
Penghasilan Frekuensi Presentase
0 – Rp 500.000 21 60%
Rp 600.000 – Rp 1.000.000 4 11,4%
Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 5 14,3%
>Rp 2.000.000 5 14,3%
Total 35 100%

8
Hasil penelitian yang termuat dalam tabel 2.5 menunjukkan bahwa dari 35 responden
yang diteliti, mayoritas responden berpenghasilan 0 – Rp 500.000 sebanyak 21 orang (60%),
responden yang berpenghasilan Rp 600.000 – Rp 1.000.000 sebanyak 4 orang (11,4%),
responden yang berpenghasilan Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 5 orang (14,3%), dan
responden yang berpenghasilan > Rp 2.000.000 sebanyak 5 orang (14,3%).

9
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Survey


Hasil dan pembahasan penelitian akan dipaparkan yang meliputi gambaran umum
masyarakat di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, karakteristik santri,
serta gambaran Heath Seeking Behaviour berdasarkan Kepemilikan Asuransi Kesehatan,
Kualitas Pelayanan Kesehatan, Akses Pelayanan Kesehatan, Data Sumber Informasi
Kesehatan, Upaya Pemulihan, dan Frekuensi Pelayanan Kesehatan.
A. Gambaran Umum Masyarakat Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri
Desa Legosari merupakan salah satu desa yang terletak di bagian timur Kota Kediri
yang tepatnya berada di Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri. Desa Legosari merupakan
cakupan kerja dari kelurahan plosokidul. Desa ini memiliki penduduk kurang lebih sekitar 217
penduduk. Desa Legosari merupakan salah satu desa yang dimana masyarakatnya bermayoritas
memiliki matapencaharian sebagai seorang petani.
Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya sawah yang rindang dan luas yang berada di
sekitar kiri dan kanan jalan desa tersebut. Sarana dalam Desa Legosari ini salah satunya adalah
memiliki 2 (dua) mushola yang dapat diakses oleh masayrakat untuk tempat beribadah. Hampir
setiap masyarakat di desa tersebut, memiliki hewan ternak seperti sapi, kambing, dan ayam
yang dijadikan sebagai penghasilan dan sumber pangan mereka.
Bangunan rumah masyarakat di wilayah pedesaan tersebut juga bervariasi, ada yang
masih memakai dinding bambu, batako, atau bata. Untuk akses ke layanan kesehatan, umunya
masayrakat perlu mengendarai sepeda motor sekitar 300 meter dari lokasi desa mereka untuk
dapat mengakses Rumah Sakit, Apotek, Maupun Klinik. Namun, jika mereka memiliki
penyakit umum (batuk, panas, pilek), mereka dapat membeli obat bebas di warung terdekat.

10
B. Analisis Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor Perilaku Health Seeking Behaviour
di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri
1. Faktor Kepemilikan Asuransi Kesehatan
Tabel 3.1
Distribusi Faktor Kepemilikan Asuransi Kesehatan

Health Seeking Behavior


Kepemilikan No Action Self-Treatment Public Medicine Traditional Remedy
Asuransi
Kesehatan
N % N % N % N %

Punya 5 14,2 4 11,4 15 42,8 2 5,7

Tidak Punya 3 8,5 2 5,7 2 5,7 2 5,7


Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat desa legosari yang
memiliki kepemilikan asuransi kesehatan dengan kategori No Action berjumlah 5 orang
(14,2%), Memiliki asuransi kesehatan dengan kategori Self-Treatment berjumlah 4 orang
(11,4%), Memiliki asuransi kesehatan dengan kategori Public Medicine berjumlah 15 orang
(42,8%), dan memiliki asuransi kesehatan dengan kategori Traditional Remedy berjumlah 2
orang (5,7%).
Adapun masyarakat yang tidak memiliki kepemilikan asuransi kesehatan dengan
kategori No Action berjumlah 3 orang (8,5%), tidak memiliki asuransi kesehatan dengan
kategori Self-Treatment berjumlah 2 orang (5,7%), tidak memiliki asuransi kesehatan dengan
kategori Public Medicine berjumlah (5,7%), dan tidak memiliki asuransi kesehatan dengan
kategori Traditional Remedy berjumlah 2 orang (5,7%). Adapun hasil penelitian mengenai
kepemilikan asuransi kesehatan oleh masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri dimuat dalam diagram pie sebagai berikut :

11
Gambar 3.1
Diagram Pie
Faktor Kepemilikan Asuransi Kesehatan
Dari hasil diagram pie
tersebut dapat diketahui bahwa dari
total populasi sebanyak 35 orang
(100%), terdapat 28 orang (80%)
yang memiliki kepemilikan asuransi
kesehatan, dan sebanyak 7 orang
(20%) yang tidak memiliki
kepemilikan asuransi kesehatan.

2. Faktor Kualitas Pelayanan Kesehatan


Tabel 3.2
Distrribusi Faktor Kualitas Pelayanan Kesehatan

Health Seeking Behavior


Kualitas
Pelayanan No Action Self – Treatment Public Medicine Traditional Remedy
Kesehatan
N % N % N % N %
Sangat 0 0 1 2,8 4 11,4 0 0
Memuaskan
Memuaskan 2 5,7 5 14,28 15 42,8 1 2,8

Biasa 0 0 2 5,7 4 11,4 1 2,8

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat desa legosari yang
memiliki menilai kualitas pelayanan kesehatan dengan kategori sangat memuaskan dan No
Action berjumlah 0 orang (0%), Self Treatment berjumlah 1 orang (2,8%), Public Medicine
berjumlah 4 orang (11,4%), dan Traditional Remedy sebanyak 0 orang (0%). Dengan kategori
Memuaskan dan No Action berjumlah 2 orang (5,7%), Self Treatment berjumlah 5 orang
(14,28%), Public Medicine berjumlah 15 orang (42,8%), dan Traditional Remedy berjumlah 1
orang (2,8%).

12
Adapun dengan kategori Biasa dan No Action berjumlah 0 orang (0%), Self Treatment
berjumlah 2 orang (5,7%), Public Medicine berjumlah 4 orang (11,4%), dan Traditional
Remedy berjumlah 1 orang (2,8%). Adapun Hasil penelitian mengenai kualitas pelayanan
kesehatan oleh masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri dimuat
dalam diagram pie sebagai berikut :
Gambar 3.2
Diagram Pie
Kualitas Pelayanan Kesehatan
Dari hasil diagram pie tersebut
dapat diketahui bahwa dari total populasi
sebanyak 35 orang (100%), terdapat 7
orang (20%) yang menilai “biasa saja” pada
kualitas pelayanan kesehatan, sebanyak 5
orang (14.29%) yang menilai
“memuaskan” pada kualitas pelayanan
kesehatan, dan sebanyak 23 orang
(65.71%) yang menilai “sangat
memuaskan” pada kualitas pelayanan
kesehatan.
3. Sumber Informasi Kesehatan
a. Media Sosial
Tabel 3.3.1
Sumber Informasi berdasarkan Media Sosial
Health Seeking Behavior
Media Traditional
No Action Self – Treatment Public Medicine
Sosial Remedy
N % N % N % N %
Pernah 4 11,4 4 11,4 17 48,5 1 2,8
Tidak
1 2,8 2 5,7 6 17,1 1 2,8
Pernah

13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas warga plosoklaten pernah
mendapatkan informasi kesehatan dari media sosial seperti Instagram, Facebook, Tikok dengan
jumlah total keseluruhan adalah sebanyak 35 orang. Dari 25 responden tersebut terdapat 4
orang dengan kategori No Action (11,4%). Kategori self-treatment berjumlah 4 orang (11,4%),
kategori Pulic Medicine berjumlah 17 orang (48,5%), dan kategori traditional remedy
berjumlah 1 orang (2,8%). Adapun masyarakat yang tidak pernah mendapatkan sumber
informasi kesehatan sebanyak 10 responden, diantaranya adalah dilihat dari kategori no action
berjumlah 1 orang (2,8%), kategori self-treatment berjumlah 2 orang (5,7%), kategori Pulic
Medicine berjumlah 6 orang (17,1%), dan kategori traditional remedy berjumlah 1 orang
(2,8%).
b. Media Massa
Tabel 3.3.2
Sumber Informasi berdasarkan Media Massa
Health Seeking Behavior
Media Traditional
No Action Self – Treatment Public Medicine
Massa Remedy
N % N % N % N %
Pernah 2 5,7 2 5,7 10 28,5 0 0
Tidak
7 20 4 11,4 10 28,5 0 0
Pernah
Selain media sosial, masyarakat juga pernah memperoleh informasi dari media massa
seperti poster, leaflet, dan koran dengan jumlah keseluruhan sebanyak 14 responden. Tindakan
pencarian informasi kesehatan dengan kategori no action berjumlah 2 orang (5,7%), kategori
self-treatment berjumlah 2 orang (5,7%), kategori Pulic Medicine berjumlah 10 orang (28,5%),
serta tidak ada yang masuk dalam kategori traditional remedy (0%). Adapun masyarakat yang
tidak pernah mendapatkan sumber informasi kesehatan sebanyak 21 responden, diantaranya
adalah dilihat dari kategori no action berjumlah 7 orang (20%), kategori self-treatment
berjumlah 4 orang (11,4%), kategori Pulic Medicine berjumlah 10 orang (28,5%), dan kategori
traditional remedy berjumlah 0 orang (0%). Hasil penelitian mengenai perolehan sumber
informasi kesehatan oleh masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri
dimuat dalam diagram pie sebagai berikut :

14
Gambar 3.3.2
Diagram Pie
Faktor Sumber Informasi Kesehatan Berdasarkan Media Massa

Dari hasil diagram pie tersebut dapat diketahui bahwa dari total populasi sebanyak 35
orang (100%), terdapat 14 orang (40%) yang pernah mendapatkan sumber informasi kesehatan
dan sebanyak 21 orang (60%) yang tidak pernah memperoleh informasi kesehatan dari media
massa.
c. Keluarga / Teman
Tabel 3.3.3
Sumber Informasi berdasarkan Keluarga/Teman
Health Seeking Behavior
Media Traditional
No Action Self – Treatment Public Medicine
Massa Remedy
N % N % N % N %
Pernah 2 5,7 2 5,7 10 28,5 0 0
Tidak
7 20 4 11,4 10 28,5 0 0
Pernah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas warga plosoklaten juga pernah
mendapatkan saran dan rekomendasi informasi kesehatan dari keluarga dengan kategori No
Action berjumlah 4 orang (11,4%), kategori self-treatment berjumlah 5 orang (14,8%), kategori
Pulic Medicine berjumlah 10 orang (28,5%), dan kategori traditional remedy berjumlah 3 orang
(8,5%). Sedangkan warga yang memperoleh informasi dari teman yang berkategori no action
sebanyak 1 orang (2,8%), kategori self-treatment berjumlah 4 orang (11,4%), kategori Pulic
Medicine berjumlah 7 orang (20%), dan kategori traditional remedy berjumlah 1 orang (2,8%).

15
d. Tenaga Kesehatan
Tabel 3.3.4
Sumber Informasi berdasarkan Tenaga Kesehatan
Health Seeking Behavior
Tenaga Traditional
No Action Self Treatment Public Medicine
Kesehatan Remedy
N % N % N % N %
Dokter 2 5,7 0 0 17 48,5 0 0
Perawat 0 0 0 0 1 2,8 0 0
Tenaga
1 2,8 0 0 14 40 0 0
Promkes
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat plosoklaten pernah
mendapatkan saran dan rekomendasi informasi kesehatan dari tenaga kesehatan. Diantaranya
memilih dokter dengan kategori No Action berjumlah 2 orang (5,7%), kategori Pulic Medicine
berjumlah 17 orang (48,5%), untuk kategori self treatment & traditional remedy tidak ada yang
memilih hal ini (0%). Sedangkan warga yang memperoleh informasi dari perawat berkategori
Pulic Medicine berjumlah 1 orang (2,8%) dan tidak ada responden yang masuk ke dalam
kategori no action, self treatment, traditional remedy. Serta memilih dari petugas tenaga
promosi kesehatan dengan kategori no action sebanyak 1 orang (2,8%), kategori public
medicine sebanyak 14 orang (40%) begitu juga tidak ada satupun warga yang masuk dalam
kategori self treatment dan traditional remedy.
e. Tidak / Pernahnya Memperoleh Informasi
Tabel 3.3.5
Sumber Informasi berdasarkan Tidak / Pernahnya Memperoleh Informasi
Health Seeking Behavior
Sumber Traditional
No Action Self Treatmen Public Medicine
Informasi Remedy
N % N % N % N %
Selalu 0 0 3 8,5 10 28,5 0 0
Jarang 1 2,8 2 5,7 14 40 0 0
Tidak 2 5,7 2 5,7 1 2,8 0 0

16
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas warga Plosoklaten yang selalu
mendapatkan informasi kesehatan ditinjau dari Kategori self-treatment berjumlah 3 orang
(8,5%), kategori public medicine sebanyak 10 orang (28,5%), dan untuk kategori no action
serta traditional remedy berjumlah 0 (0%) artinya tidak ada yang masuk dalam kategori ini.
Adapun masyarakat yang jarang mendapatkan sumber informasi kesehatan sebanyak 15
responden, diantaranya adalah dilihat dari kategori no action berjumlah 1 orang (2,8%),
kategori self-treatment berjumlah 2 orang (5,7%), kategori Pulic Medicine berjumlah 14 orang
(40%), dan kategori traditional remedy berjumlah 0 (0%). Masyarakat yang tidak pernah
mendapatkan informasi kesehatan sangat sedikit yakni hanya 5 responden, diantaranya adalah
dilihat dari kategori no action berjumlah 2 orang (5,7%), kategori self-treatment berjumlah 2
orang (5,7%), kategori Pulic Medicine berjumlah 1 orang (2,8%), dan kategori traditional
remedy berjumlah 0 (0%).
4. Akses Pelayanan Kesehatan
Pada tabel ini memaparkan tentang distribusi Health Seeking Behavior akses pelayanan
kesehatan yang ditempuh oleh masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten Kabupaten
Kediri.
Tabel 3.4
Sumber Informasi berdasarkan akses pelayanan

Health Seeking Behavior


Akses No Action Self-Treatment Public Medicine Traditional
Pelayanan Remedy
N % N % N % N %
Mudah 2 5,7 4 11,4 25 71,4 3 8,5

Biasa 0 0 0 0 1 2,8 0 0
Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden memilih public medicine
dengan jumlah 25 responden (71,4%), di antaranya memilih pergi ke rumah sakit, puskesmas,
klinik, apotek, dan praktik bidan. Selain public medicine, responden yang melakukan self-
treatment berjumlah 4 responden (11,4%). Dari 4r esponden tersebut hanya beristirahat dan
berdiam diri di kamar, meminum obat yang dibeli di warung atau apotek dan melakukan
aktifitas fisik seperti berolahraga.

17
Sementara itu, responden yang tidak melakukan apa-apa (no action) berjumlah 2 orang
(5,7%) dan responden yang memilih pengobatan tradisional (traditional remedy) berjumlah 3
orang (8,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat desa Legosari, Kecamatan
Plosoklaten Kabupaten Kediri pergi ke public medicine untuk berobat. Hal ini sesuai dengan
penelitian (Salasi dkk., 2021) yang menunjukan bahwa mayoritas responden memilih
melakukan pengobatan di public medicine.
Sementara itu, public medicine yang sering dikunjungi yakni puskesmas, rumah sakit,
klinik, dan bidan praktik. Warga setempat mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh
fasilitas layanan kesehatan tersebut memuaskan. Penelitian yang dilakukan oleh (Fadlilah &
Listyorini, 2022) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pasien klinik Al-Fatah, Kudus. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
apabila kualitas pelayanan kesehatan baik, maka kepuasan pasien akan meningkat.
5. Upaya Pemulihan Kesehatan
Tabel 3.5
Hasil distribusi Upaya pemulihan Kesehatan

18
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Masyarakat desa legosari yang
melakukan Upaya pemulihan Kesehatan dengan mempercayai bahwa penyakit yang di derita
sembuh dengan sendirinya dengan kategori No Action berjumlah 2 orang atau (5,7%),
melakukan Upaya pemulihan Kesehatan dengan mempercayai bahwa penyakit yang di derita
sembuh dengan sendirinya dengan kategori Self-Treartment berjumlah 20 orang atau (11,4%),
melakukan Upaya pemulihan Kesehatan dengan mempercayai bahwa penyakit yang di derita
sembuh dengan sendirinya dengan kategori Public Medicine berjumlah 5 orang atau (14,2%),
melakukan Upaya pemulihan Kesehatan dengan mempercayai bahwa penyakit yang di derita
sembuh dengan sendirinya dengan kategori Traditional Remedy berjumlah 1 orang atau (2,8%).
Adapun Masyarakat yang melakukan Upaya pemulihan Kesehatan dengan mengabaikan gejala
dari sakit yang dialami Masyarakat dengan kategori No Action berjumlah 3 orang atau (8,5%).
Adapun Masyarakat yang tidak melakukan Tindakan apapun pada Upaya pemulihan Kesehatan
pada kategori No Action berjumlah 4 orang atau (11,4%).
Gambar 3.5
Diagram Pie
Upaya Pemulihan Kesehatan
Dari hasil diagram pie
tersebut dapat diketahui bahwa dari
total populasi sebanyak 35 orang
(100%). Terdapat 28 orang (80%)
yang melakukan Upaya pemulihan
Kesehatan dengan mempercayai
bahwa penyakit akan sembuh
sendirinya. Adapun terdapat 3
orang (8,5%) yang melakukan
Upaya pemulihan Kesehatan
dengan mengabaikan gejala dari
sakit yang dialami,Selanjutnya
Adapun juga Masyarakat yang
tidak melakukan tindakan pada
Upaya pemulihan Kesehatan
sebanyak 4 orang (11,4%).

19
6. Frekuensi Memilih Layanan Kesehatan
Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Pelayanan Kesehatan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Masyarakat desa legosari yang
selalu pergi ke Layanan Kesehatan dengan kategori Public Medicine berjumlah 10 orang atau
(40%),Adapun Masyarakat yang jarang pergi ke Layanan Kesehatan dengan kategori No Action
berjumlah 11 orang atau (31,4%), Masyarakat yang jarang pergi ke Layanan Kesehatan dengan
kategori Self Treatment berjumlah 8 orang atau (22,8%), Masyarakat yang jarang pergi ke
Layanan Kesehatan dengan kategori Public Medicine berjumlah 2 orang atau (5,7%).
Gambar 3.6
Diagram Pie
Frekuensi Pelayanan Kesehatan
Dari hasil diagram pie
tersebut dapat diketahui bahwa dari
total populasi sebanyak 35 orang
(100%), terdapat 14 orang (40%)
yang selalu pergi ke layanan
Kesehatan Ketika merasakan gejala
/sakit. Adapun Masyarakat
sejumlah 21 orang (60%) yang
jarang pergi ke layanan Kesehatan
Ketika merasakan gejala / sakit.

20
III.2 Pembahasan
A. Health Seeking Behaviour Berdasarkan Kepemilikan Asuransi Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan faktor kepemilikan asuransi dengan kategori Punya dan pola
pencarian pelayanan kesehatan dengan tidak ada tindakan memiliki peringkat pertama yaitu
sebesar 14,2%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Fauziyah, dkk yang menyatakan bahwa adanya nilai P value sebesar 0,000 pada uji regresi
linier berganda dan nilai tersebut <0,05 yang artinya H1 diterima atau ada hubungan antara
kepemilikan cakupan asuransi dengan Health Seeking Behaviour berpola No Action (Fauziyah,
et al., 2021).
Adapun hasil uji statistik distribusi yang menunjukkan faktor kepemilikan asuransi
kesehatan dengan kategori punya dengan pola pencarian pelayanan kesehatan Public Medicine
memiliki peringkat kedua yaitu sebesar 42,8%. Dimana penelitian ini sejalan dengan SSzilagyi,
dkk bahwa seperti halnya pada uji bivariate, hasil analisa dengan multivariat menunjukkan
bahwa peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan tidak disebabkan oleh adanya faktor
demografi atau faktor-faktor lain pelayanan kesehatan yang pernah diterima, namun asuransi
kesehatan yang dapat meningkatkan akses, kesinambungan dan kualitas pelayanan kesehatan
(Szilagyi, et al., 2013)
B. Health Seeking Behaviour Berdasarkan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian pada kategori memuaskan dengan pola Public Medicine Health
Seeking Behaviuour memiliki nilai yang sangat tinggi yakni sebesar 42,28%, Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri
menilai bahwa dengan adanya pemberian kualitas pelayanan kesehatan yang memuaskan,
dapat meningkatkan akses bagi masyarakat untuk memilih mencari pelayanan kesehatan
terhadap penyakitnya di rumah sakit ataupun klinik.
C. Health Seeking Behaviour Berdasarkan Sumber Informasi Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 orang (48,5%) mendapatkan informasi
kesehatan dari media sosial seperti instagram, facebook, tiktok dan para warga tersebut
menggunakan public medicine sebagai health seeking behavior. Adanya perkembangan
teknologi membuat masyarakat dapat mengakses informasi dalam ‘genggaman tangan’. Selain
itu, masyarakat dapat mengetik dan mencari informasi tentang penyebab dan gejala yang
sedang dialami di internet.

21
Bahkan pasien dapat berkonsultasi langsung dengan dokter tanpa harus tatap muka dan
mengantre melalui telemedicine (Dewi et al., 2018). Penelitian ini menunjukkan bahwa pola
health seeking behavior masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri
berdasarkan segala kategori sumber informasi kesehatan adalah pergi ke public medicine.
Sumber informasi kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pasien untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan (Fatimah & Indrawati, 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Fleary dkk., 2018) menyebutkan bahwa
literasi kesehatan yang baik pada remaja berhubungan dengan perilaku kesehatan yang lain dan
mempengaruhi remaja untuk menggunakan informasi kesehatan dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan individu tersebut. Literasi kesehatan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menyaring dan mengevaluasi informasi kesehatan dari berbagai sumber
yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi masyarakat (Mahfudah,
2020).
Berdasarkan data yang disediakan, dapat dilihat bahwa sumber informasi kesehatan dari
berbagai media dan individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pencarian
kesehatan. Dari tabel 3.3.1, 3.3.2, 3.3.3, 3.3.4, dan 3.3.5 diatas terlihat bahwa berdasarkan
sosial media, media massa, keluarga/teman, tenaga kesehatan memiliki kontribusi yang cukup
besar dalam memberikan informasi kesehatan. Sebagian besar responden yang pernah
memperoleh informasi dari sumber-sumber ini cenderung melakukan tindakan pencarian
kesehatan, baik itu dengan mengonsumsi obat sendiri, menggunakan pengobatan medis publik,
maupun pengobatan tradisional.
Sementara itu, dari tabel 3.3.4 terlihat bahwa seorang tenaga kesehatan, terutama
dokter, juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan tindakan pencarian
kesehatan. Mayoritas responden yang memperoleh informasi dari dokter cenderung melakukan
tindakan pencarian kesehatan, terutama dengan menggunakan pengobatan medis publik, baik
dari rumah sakit, klinik, puskesmas, maupun bidan praktik. Dari tabel 3.3.5, terlihat bahwa
frekuensi memperoleh informasi juga berpengaruh terhadap tindakan pencarian kesehatan.

22
Responden yang jarang memperoleh informasi cenderung melakukan tindakan
pencarian kesehatan lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak pernah memperoleh
informasi. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa sumber informasi kesehatan dari
berbagai media dan individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku pencarian
kesehatan, dan penting untuk memperhatikan kredibilitas dan keakuratan informasi yang
diperoleh dari berbagai sumber.
D. Health Seeking Behaviour Berdasarkan Akses Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki akses pelayanan
kesehatan yang mudah (71,4%), biasa (2,8%) memilih health seeking behavior berupa public
medicine. Akses pelayanan kesehatan merupakan kemudahan masyarakat untuk mencapai
pelayanan kesehatan yang ditinjau keadaan geografis, keadaan sosial ekonomi, organisasi, dan
bahasa (Andriana Masita, 2015). Keadaan geografis atau keadaan wilayah berkontribusi dalam
pemanfaatan pelayanan kesehatan yang dapat diukur berdasarkan jarak, waktu tempuh, kondisi
jalan, dan alat transportasi yang digunakan (Masita dkk., 2016; Megatsari dkk., 2019).
Penelitian (Basith & Prameswari, 2020) menyebutkan bahwa akses pelayanan kesehatan
yang baik akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Penelitian yang dilakukan
oleh (Rahman et al., 2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara akses pelayanan
kesehatan dengan health seeking behavior masyarakat desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri. Namun, hasil penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan pola health
seeking behavior warga meskipun aksesibilitas warga menuju public medicine berbeda-beda.
Hal ini sesuai dengan penelitian (Purbantari et al., 2019) bahwa akses kesehatan yang sulit
bukan halangan bagi pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Masyarakat
desa Legosari, Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri cenderung memilih public medicine,
yakni puskesmas, praktik bidan atau apotek terdekat yang jaraknya ±2 km dari rumah. Kondisi
jalan yang dilewati untuk menempuh pelayanan kesehatan mulus tetapi ada jalan yang rusak,
dan pelayanan kesehatan ditempuh menggunakan sepeda motor.

23
E. Health Seeking Behaviour Berdasarkan Upaya Pemulihan Kesehatan
Hasil dari penelitian Upaya pemulihan kesehatan pada kategori Masyarakat
mempercayai bahwa penyakit sembuh dengan sendirinya dengan memilih Health seeking
behavior berupa memilih pengobatan di public medicine memiliki nilai tertinggi yaitu
(14,2%),hal tersebut menunjukkan bahwa Masyarakat Desa Legosari,Kecamatan Plosoklaten,
Kabupaten Kediri cenderung pergi public medicine untuk berobat.Public Medicine yang
didatangi oleh Masyarakat desa legosari seperti puskesmas,bidan,dokter,Rumah sakit.Dapat
dikatakan terdapat pengaruh positif antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien, Hal
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa apabila kualitas pelayanan kesehatan baik, maka
kepuasan pasien akan meningkat. (Salasi dkk., 2021) (Fadlilah & Listyorini, 2022).
F. Health Seeking Behaviour Berdasakran Frekuensi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pola health seeking behavior Mayarakat Desa
Legosari, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri berdasarkan kategori frekuensi Layanan
Kesehatan adalah berobat ke public medicine sebanyak (40%). Mayarakat Desa Legosari,
Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri ketika mengalami gejala sakit akan memilih untuk
berobat ke public medicine karena merasa aman, mengetahui tentang penyakit yang diderita
secara jelas, dan mengetahui langkah apa saja yang harus ia lakukan setelah berobat. Dapat
dikatakan bahwa masyarakat Desa legosari memanfaatkan public medicine karena merasa
aman dan terdapat monitoring terhadap penyakit yang dimiliki apabila berobat di pelayanan
kesehatan umum. (Pangestika dkk., 2022).

24
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV. 1 Kesimpulan
Pengamatan Health Seeking Behavior yang ada pada masyarakat Desa Legosari,
Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri ditinjau berdasarkan kepemilikan asuransi
Kesehatan, kualitas pelayanan Kesehatan, akses pelayanan Kesehatan, data sumber informasi
Kesehatan, upaya pemulihan, serta frekuensi pelayanan Kesehatan. Jika ditinjau dari
kepemilikan asuransi Kesehatan sesuai dengan hasil pengamatan, bahwasannya sebagian besar
masyarakat memiliki asuransi Kesehatan.
Dengan presentase 80% dari masyarakat memiliki asuransi Kesehatan dan 20% sisanya
tidak memiliki asuransi Kesehatan. Kualitas pelayanan yang ada di Desa Legosari dianggap
memuaskan sesuai dengan hasil pegamatan. Kualitas pelayanan yang dianggap memuaskan ini
dapat meningkatkan akses bagi masyarakat untuk memilih mencari pelayanan Kesehatan
terhadap penyakitnya di rumah sakit maupun klinik. Masyarakat sebagian besar mendapat
informasi Kesehatan melalui social media.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini juga dapat menunjang bidang
Kesehatan melalui tersebarnya informasi Kesehatan secara mudah di berbagai social media.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan public medicine sebagai
health seeking behavior. Sumber informasi yang berasal dari berbagai social media ini
memiliki pengaruh besar terhadap perilaku pencarian Kesehatan. Untuk akses pelayanan
kesahatan yang ada di Desa Legosari menunjukkan hasil yang memuaskan.
Perbedaan pola health seeking behavior tidak ditunjukkan disini meskipun warga
menuju public medicine yang berbeda-beda. Hal ini berarti bahwa akses Kesehatan yang sulit
tidak menjadi halangan untuk warga agar mendapat pelayanan kesahatan yang baik. Akan
tetapi, ada beberapa rute jalan yang masih rusak untuk menuju ke pelayanan kesahatan.
Mayoritas masyarakat Desa Legosari melakukan upaya pemulihan kesehatan cukup dengan
melakukan pengobatan di public medicine karena mereka percaya bahwa penyakit yang
mereka derita akan sembuh dengan sendirinya.

25
Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan yang baik, dapat
meningkatkan kepuasan pasien. Masyarakat disana memilih untuk berobat ke public medicine
agar mendapat penjelasan yang akurat tentang penyakit dan gejala-gejala yang dialami karena
masyarakat merasa lebih aman. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Legosari merasa
lebih aman dan mendapat monitoring terhadap penyakit yang di derita. Dengan demikian,
masyarakat di Desa Legosari sudah memiliki pola health seeking behavior yang sesuai dan baik.

IV.2 Rekomendasi
1. Edukasi Asuransi Kesehatan
Melakukan kegiatan sosialisasi ataupun edukasi untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang manfaat asuransi kesehatan, khususnya bagi mereka
yang belum memiliki. Ini dapat membantu meningkatkan tingkat kepemilikan asuransi.
2. Perbaikan Infrastruktur Jalan
Dengan kondisi insfrastruktur jalan desa legosari menuju pusat pelayanan
kesehatan diharapkan dapat melakukan perbaikan rute jalan menuju pelayanan
kesehatan untuk memastikan akses yang lebih baik, terutama bagi mereka yang
mengalami kesulitan dalam mencapai tempat pengobatan.
3. Pengembangan Sumber Informasi Kesehatan
Memberikan dukungan berapa penyediaan informasi kesehatan yang akurat dan
dapat dipercaya melalui sumber-sumber tradisional dan digital, dengan melibatkan
kampanye penyuluhan langsung atau penguatan literasi digital.
4. Kolaborasi dengan Pusat Kesehatan
Meningkatkan kerjasama dengan pusat kesehatan, rumah sakit, dan klinik
dalam memastikan penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau
untuk masyarakatnya.
5. Promosi Pola Health Seeking Behavior yang Sehat
Mendorong masyarakat untuk aktif dalam mencari pelayanan kesehatan
preventif dan menghindari kecenderungan mengandalkan pengobatan di public
medicine sebagai satu-satunya solusi. Implementasi rekomendasi ini dapat membantu
memperkuat pola Health Seeking Behavior yang sudah baik di Desa Legosari,
meningkatkan kesehatan masyarakat, dan memperkuat sistem pelayanan kesehatan di
wilayah tersebut.

26
DAFTAR PUSTAKA

Lailida, T, dkk. (2023). Health Seeking Behavior Santri Pondok Pesantren Miftahul Huda
Mojokerto. Sport Science and Health Journal. Universitas Negeri Malang, 5.10 : 1047
– 1062. Diakses dari http://journal3.um.ac.id/index.php/fik/article/view/4361 pada 02
Desember 2023. Pukul 09.00 WIB.

27
LAMPIRAN

A. Dokumentasi

28
29
30
B. Output SPSS
1. Kepemilikan Asuransi Kesehatan

2. Kualitas Pelayanan Kesehatan

3. Akses Pelayanan Kesehatan

4. Frekuensi Memilih Pelayanan Kesehatan


31
5. Upaya Pemulihan Kesehatan

32
6. Sumber Informasi Kesehatan

Statistics
MEDIA SOSIAL
N Valid 35
Missing 0
Mode 1
Statistics
MEDIA MASSA
N Valid 35
Missing 0
Mode 2

33
Statistics
KELUARGA ATAU TEMAN
N Valid 35
Missing 0
Mode 1
Statistics
TENAGA KESEHATAN
N Valid 35
Missing 0
Mode 1

Statistics
TIDAK PERNAH MENDAPAT
INFORMASI KESEHATAN
N Valid 35
Missing 0
Mode 2

34

Anda mungkin juga menyukai