KELOMPOK 6 KELAS B12-B Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat di kemudian hari
Kesiapsiagaan adalah upaya menghadapi situasi
darurat serta mengenali berbagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, Hal ini bertujuan agar warga mempunyai persiapan yang lebih baik untuk menghadapi bencana. Contoh tindakan kesiapsiagaan : Pembuatan system peringatan dini Membuat system pemantauan ancaman Pembuatan rencana evakuasi Membuat tempat dan sarana evakuasi Penyusun rencana darurat, rencana siaga Pelatihan, gladi, simulasi atau uji coba Memasang rambu evakuasi dan peringatan dini
• Pendidikan kesiapsiagaan bencana adalah salah satu pendekatan untuk
meningkatkan kesiapan tenaga kesehatan dan sektor public
• Pendidikan siaga bencana adalah sarana mendidik masyarakat siap, tanggap,
dan cekatan saat bencana datang. Pendidikan dan pelatihan kebencanaan merupakan salah satu upaya penanggulangan bencana pada tahap kesiapsiagaan bencana. (Renstra BNPB 2010-2014) Perawat sebagai lini depan pada suatu pelayanan kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang besar dalam penanganan pasien gawat darurat sehari-hari maupun saat terjadi bencana Peran perawat dalam upaya kesiapsiagaan bencana yaitu : Membuat, memperbaharui dan mengimplementasikan disaster plan Melakukan pengkajian risiko pada komunitas seperti membuat peta bahaya dan analisis kerentanan Melakukan tindakan pencegahan bencana seperti menumbuhkan kewaspadaan bencana 1. Pelatihan mengenai manajemen resiko bencana, diharapkan petugas memiliki wawasan mengenai manajemen bencana termasuk perundang- undangannya sehingga mampu mengembangkannya dilingkungan masing- masing, mampu menyusun dan menilai suatu analisa resiko bencana. 2. Pelatihan mengenai penanganan suatu bencana menurut jenisnya, misalnya bencana banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, bencana industri, atau bencana sosial. 3. Teknik melakukan pertolongan seperti resque atau penyelamatan lainnya. 4. Teknik bantuan medis (P3K) dan bantuan medis lainnya. 5. Pelatihan mengenai prosedur penanggulangan bencana yang meliputi mitigasi bencana, kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan rehabilitasi dan rekonstruksi. 6. Pelatihan mengenai sistem informasi dan komunikasi bencana. 7. Pelatihan manajemen logistik bencana. 8. Pelatihan standar pelayanan minimal kesehatan bencana dan pengungsi. 1. Cepat dan tepat: Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan. 2. Prioritas: Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia. 3. Koordinasikan dan keterpaduan: Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung. 4. Berdaya guna dan berhasil guna: Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat. 5. Transparansi dan akuntabilitas: Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum. 6. Kemandiriaan: Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya 7. Nondiskriminasi: Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun. 8. Nonproletisi: Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana. Metode role playing/ bermain peran: Metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadiankejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang yang pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Metode Mendongeng dengan Media Pop up BOOK : Suatu media komunikasi yang ampuh dalam mentransfer ide dan gagasan kepada anak dalam sebuah kemasan yang menarik. Selain itu, dapat pula membuat anak lebih peka dan dapat mengasah daya ingat siswaPenyampaian materi melalui dongeng dan pop up book, membuat siswa lebih tertarik untuk memberikan feedback positif berupa, memperhatikan, teratur, dan aktif berinteraksi dengan guru dan siswa dalam membahasan materi. Metode play therapy atau terapi permainan: Penggunaan media permainan (alat dan cara bermain) dalam pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan gangguan-gangguan atau penyimpangan-penyimpangan. Seperti gangguan dan penyimpanga pada fisik, mental, sosial, sensorik, dan komunikasi . Adapun permainannya seperti: Media permainan pusijump berupa langkah-langkah mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami. Permainan puzzle berisi langkah mitigasi sebelum terjadi bencana gempa bumi dan tsunami, permainan musik berisi langkah mitigasi saat terjadi bencana gempa dan tsunami. Permainan magic jump berisi langkah mitigasi setelah terjadi bencana gempa bumi dan tsunami. Latihan kesiapsiagaan diartikan sebagai bentuk latihan koordinasi, komunikasi dan evakuasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (pemerintah dan masyarakat umum Ada tiga tahapan latihan, yakni tahap pelatihan, tahap simulasi, dan tahap uji sistem. Ketiganya memilik alur, yakni: Bertahap berarti dalam latihan kesiapsiagaan dilaksanakan mulai dari tahap awal analisis kebutuhan, perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Berjenjang, berarti bahwa latihan dilakukan mulai dari tingkat kompleksitas paling dasar, yakni sosialisasi, hingga kompleksitas paling tinggi, yakni latihan terpadu/gladi lapang. Berkelanjutan, dalam arti latihan kesiapsiagaan dilakukan secara terus menerus dan rutin. Pada tahap latihan kesiapsiagaan, salah satu jenis latihan adalah evakuasi mandiri. Evakuasi mandiri adalah kemampuan dan tindakan individu/masyarakat secara mandiri, cepat, tepat, dan terarah berdasarkan langkah-langkah kerja dalam melakukan penyelamatan diri dari bencana. Secara umum, kegiatan latihan kesiapsiagaan dibagi menjadi 5 (lima) tahapan utama, yakni tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Membentuk Tim Perencana: a. Bentuk organisasi latihan kesiapsiagaan agar pelaksaaan evakuasi berjalan dengan baik dan teratur. b. Tim Perencana terdiri dari pengarah, penanggung jawab, bidang perencanaan yang ketika pelaksanaan tim perencana berperan sebagai tim pengendali. Fungsi masing-masing, yakni: Pengarah, bertanggung jawab memberi masukan yang bersifat kebijakan untuk penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan, dan dapat memberikan masukan yang bersifat teknis dan operasional, mengadakan koordinasi, serta menunjuk penanggung jawab organisasi latihan kesiapsiagaan. Penanggung Jawab, membantu pengarah dengan memberikan masukan- masukan yang bersifat kebijakan, teknis, dan operasional dalam penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan. Bidang Perencanaan/Pengendali, merencanakan latihan kesiapsiagaan secara menyeluruh, sekaligus menjadi pengendali ketika latihan dilaksanakan. Bidang Opersional Latihan menjalankan perannya saat latihan. Yang terdiri dari Peringatan Dini, Pertolongan Pertama, Evakuasi dan Penyelamatan, Logistik serta Keamanan turut diuji dalam setiap latihan. Bidang Evaluasi, mengevaluasi latihan kesiapsiagaan yang digunakan untuk perbaikan latihan ke depannya. c. Jumlah anggota tergantung tingkat kompleksitas latihan yang dirancang. d. Anggota organisasi bertanggung jawab pada perencanaan, pelaksanaan, hingga akhir latihan. e. Tugas dari tim perencana ini meliputi : Menentukan risiko/ancaman yang akan disimulasikan. Menentukan skenario bencana yang akan disimulasikan. Merumuskan strategi pelaksanaan latihan kesiapsiagaan. Menyiapkan kerangka kegiatan simulasi kesiapsiagaan (tipe simulasi, maksud, tujuan dan ruang lingkup latihan). Mengintegrasikan kegiatan simulasi kesiapsiagaan menjadi kegiatan rutin dalam jangka panjang. Menetapkan jadwal kegiatan latihan kesiapsiagaan. Mendukung persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi latihan. Menyiapkan Rencana Tindak Lanjut setelah pelaksanaan kegiatan latihan kesiapsiagaan. Rencana latihan tersebut berisi: 1. Tujuan, sasaran, dan waktu pelaksanaan latihan kesiapsiagaan. 2. Jenis ancaman yang dipilih atau disepakati untuk latihan kesiapsiagaan.. 3. Membuat skenario latihan kesiapsiagaan. Skenario dibuat berdasarkan kejadian yang paling mungkin terjadi di desa. 4. Menyiapkan atau mengkaji ulang SOP/Protap yang sudah ada yaitu memastikan kembali. Memastikan beberapa area/tempat alternatif yang akan dijadikan sebagai pusat evakuasi, tempat pengungsian maupun tempat perlindungan sementara. 5. Menentukan tempat pengungsian yang dipilih setelah mempertimbangkan kapasitas ketersediaan logistik (seperti makanan atau minuman, pakaian, obat-obatan dan peralatan medis, keperluan tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar, dan lain-lain), serta ketersediaan fasilitas umum. f. Menetapkan dan menyiapkan jalur evakuasi, dengan memperhatikan beberapa hal penting sebagai berikut: Jalur evakuasi yang merupakan rute tercepat dan teraman bagi pengungsi menunju tempat pengungsian. Rute alternatif selain rute utama. Kesesuaian waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tempat pengungsian. Kelengkapan sumber daya termasuk ketersediaan kendaraan yang dapat digunakan dalam proses evakuasi. Penting juga mempertimbangkan posisi kendaraan dan jumlah minimum muatan jika dibutuhkan. Peta evakuasi berdasarkan hasil survei dan desain yang menginformasikan jalur evakuasi, tempat pengungsian dan waktu untuk mencapainya, jalur alternatif, lokasi-lokasi aman bencana, serta posisi posko siaga tim evakuasi. g. Orientasi sebelum Latihan Sosialisasi untuk mendapat pembelajaran terbaik, seluruh peserta latih dan pelaksana yang terlibat perlu memahami tujuan dari latihan. Tidak dianjurkan membuat latihan tanpa kesiapan yang baik dari peserta latih maupun pelaksana. Perkenalkan kembali pemahaman risiko bencana di lingkungan, sebelum dan sesudah latihan dilakukan Sampaikan tujuan latihan, waktu pelaksanaan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan Himbau pentingnya keterlibatan aktif dan keseriusan semua pihak dalam mengikuti latihan Sampaikan tanda bunyi yang akan digunakan dalam latihan tanda latihan dimulai, tanda evakuasi, tanda latihan berakhir). Pastikan seluruh peserta latih memahami tanda ini. h. Dalam melaksanakan latihan, yang akan melakukan simulasi juga dapat mengundang pengamat atau observer untuk membantu memberikan masukan dan umpan balik proses latihan, untuk perbaikan kedepan i. Perencanaan Dokumentasi. Kegiatan pendokumentasian ini dilakukan pada keseluruhan tahap kegiatan penyelenggaraan, mulai dari perencanaan, persiapan dan pelaksanaan hingga selesainya pelaksanaan simulasi bencana. Dokumentasi kegiatan tidak hanya berupa foto dan video saja, tetapi juga mencakup laporan, dokumen- dokumen output termasuk peta- peta, surat edaran, manual latihan/SOP, dokumen skenario dan SOP simulasi, formulir evaluasi (atau panduannya jika ada), kumpulan catatan masukan, rencana perbaikan dan tindak lanjut, ringkasan laporan dan rekomendasi. a. Briefing-briefing untuk mematangkan perencanaan latihan. Informasi penting yang harus disampaikan selama kegiatan ini, yakni: Waktu, Batasan Simulasi, Lokasi, Keamanan. b. Memberikan poster, leaflet, atau surat edaran kepada siapa saja yang terlibat latihan kesiapsiagaan. c. Menyiapkan gedung dan beberapa peralatan pendukung, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan masyarakat. Misalnya, gedung dan fasilitas medis, persediaan barang-barang untuk kondisi darurat, dan lain-lain. d. Memasang peta lokasi dan jalur evakuasi di tempat umum yang mudah dilihat semua orang. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan saat latihan kesiapsiagaan berlangsung: 1. Tanda Peringatan. Tentukan tiga tanda peringatan berikut: Tanda latihan dimulai (tanda gempa) Tanda Evakuasi Tanda Latihan Berakhir 2. Reaksi Terhadap Peringatan: Latihan ini ditujukan untuk menguji reaksi peserta latih dan prosedur yang ditetapkan 3. Dokumentasi: Rekamlah proses latihan dengan kamera foto. Jika memungkinkan, rekam juga dengan video Evaluasi adalah salah satu komponen yang paling penting dalam latihan. Tanpa evaluasi, tujuan dari latihan tidak dapat diketahui, apakah tercapai atau tidak.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti