Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN

KESIAPSIAGAAN
BENCANA
Pengertian
Pendidikan kesiapsiagaan bencana adalah
salah satu pendekatan untuk meningkatkan kesiapan
tenaga kesehatan dan sektor public. Studi berikut
bertujuan untuk menggambarkan satu pendekatan
meningkatkan kesiapsiagaan bencana bagi perawat
dan tenaga kesehatan lainnya melalui studi akademik
di dalam maupun luar negeri.
Kesiapsiagaan adalah suatu upaya yang dilaksanakan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna
menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat di kemudian hari
Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi
masyarakat yang baik secara individu maupun kelompok yang
memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya bencana di kemudian hari
(Gregg et al., 2004; Perry dan Lindell, 2008; Sutton dan Tierney,
2006).
Peran perawat dalam pendidikan
kesiapsiagaan bencana
Perawat sebagai lini depan pada suatu pelayanan
kesehatan mempunyai tanggung jawab dan peran yang
besar dalam penanganan pasien gawat darurat sehari-hari
maupun saat terjadi bencana.
Kompetensi perawat dalam fase kesiapsiagaan
adalah pendidikan dalam keperawatan bencana, pelatihan
untuk pencegahan bencana, mengamati pelayanan ditinjau
dari peralatan dan sumber daya, serta melakukan
konfirmasi dan membuat jejaring yang mendukung
keperawatan (Ohara, 2007 cit, Hidayati, 2008).
Prinsip-prinsip dalam pendidikan kesiapsiagaan
Bencana.
 Cepat dan tepat.
Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat
sesuai dengan tuntunan keadaan.
 Prioritas.
Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat
prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.
 Koordinasikan dan keterpaduan.
Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan
saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana
dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja
sama yang baik dan saling mendukung.
 Berdaya guna dan berhasil guna.
Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi
kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan
biaya yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan
masyarakat.
 Transparansi dan akuntabilitas.
Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan,
sedangkan akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan secara
etik dan hukum.
 Kemandiriaan.
Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan
oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
 Nondiskriminasi.
Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras dan aliran politik apapun.
 Nonproletisi.
Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama
atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan
darurat bencana.
Metode dalam Pendidikan
Kesiapsiagaan Bencana
 Metode role playing/ bermain peran
Metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-
kejadian yang mungkin muncul pada masa
mendatang yang pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
 Metode Mendongeng dengan Media Pop
Up Book
suatu media komunikasi yang ampuh
dalam mentransfer ide dan gagasan
kepada anak dalam sebuah kemasan
yang menarik. Selain itu, dapat pula
membuat anak lebih peka dan dapat
mengasah daya ingat siswa .
Penyampaian materi melalui dongeng dan
pop up book, membuat siswa lebih tertarik
untuk memberikan feedback positif berupa,
memperhatikan, teratur, dan aktif
berinteraksi dengan guru dan siswa dalam
membahasan materi.
 Metodeplay therapy atau terapi
permainan

Penggunaan media permainan (alat dan


cara bermain) dalam pembelajaran pada
anak berkebutuhan khusus yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan
gangguan-gangguan atau
penyimpangan-penyimpangan. Seperti
gangguan dan penyimpanga pada fisik,
mental, sosial, sensorik, dan komunikasi .
Adapun permainannya seperti:
 Media permainan pusijump
berupa langkah-langkah mitigasi bencana
gempa bumi dan tsunami.
 Permainan puzzle berisi langkah mitigasi
sebelum terjadi bencana gempa bumi
dan tsunami, permainan musik berisi
langkah mitigasi saat terjadi bencana
gempa dan tsunami.
 Permainan magic jump berisi langkah
mitigasi setelah terjadi bencana gempa
bumi dan tsunami.
Aktivitas Pokok Terkait Pendidikan
Kesiapsiagaan Bencana
Aktivitas-aktivitas pokok dalam kesiapsiagaan
bencana yang dapat menjadi syarat dan harus ada dalam
kegiatan Kesiapsiagaan dapat dikelompokan dalam 3
kelompok besar aktivitas sebagai berikut :
 Adanya Rencana Untuk Menghadapi Bencana/Bahaya
 Adanya Pembagian Peran Yang Jelas (Koordinasi, Teknis,
Support) Untuk Melaksanakan Rencana Tersebut Baik
Untuk Sebelum Maupun Saat Bahaya/ Bencana.
 Adanya Upaya Peningkatan Kapasitas Berupa Pelatihan
Dan Simulasi
Adanya Rencana Untuk Menghadapi
Bencana/Bahaya

Baik rencana SEBELUM terjadi


bahaya/bencana maupun rencana SAAT terjadinya
bahaya). Termasuk aktivitas Kajian Risiko Bencana
(Kajian Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas) yang
akan menjadi dasar pembuatan rencana
kesiapsiagaan. Rencana saat terjadinya bahaya juga
meliputi rencana evakuasi, sistem peringatan dini,
manajemen informasi dan komunikasi.
Adanya Pembagian Peran Yang Jelas (Koordinasi,
Teknis, Support) Untuk Melaksanakan Rencana
Tersebut Baik Untuk Sebelum Maupun Saat
Bahaya/ Bencana.
Termasuk memastikan bahwa semua orang
tahu/mampu mengerjakan tugas yang lain, sehingga
dalam keadaan tertentu bisa saling menggantikan
(sebagai sebuah rencana kontinjensi), misalnya orang
yang bertanggung jawab tidak berada di tempat saat
ancaman bahaya muncul, atau justru menjadi korban
saat bahaya muncul. Dalam hal ini juga harus
dipikirkan support untuk orang-orang yang
bertanggung jawab ini, termasuk di dalamnya support
secara psikologis saat ancaman bahaya terjadi.
Adanya Upaya Peningkatan Kapasitas
Berupa Pelatihan Dan Simulasi
Melakukan Kajian Kapasitas yang diperlukan
untuk rencana kesiapsiagaan, baik yang sudah dapat
dilakukan maupun belum, juga latihan latihan untuk
mencapai kapasitas dan ketrampilan yang belum
dimiliki serta melakukan banyak simulasi bahaya.
Tanpa latihan dan simulasi, semua rencana yang telah
dibuat tidak akan berguna, melalui pelatihan dan
simulasi yang terus menerus dan ajeg kapasitas akan
meningkat dan mengetahui apa saja yang masih perlu
dan dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai