Anda di halaman 1dari 6

Cut Tarinda Ardellya

1912101010071

Incident Command System (ICS): Command, Safety, and Communication, Triage, Treatment,
and Tranportation.

 Definisi

ICS (Incident Command System) adalah seperangkat manajemen untuk


mengkoordinasikan insiden atau peristiwa yang mungkin melebihi kapasitas harian untuk
direspon. Incident Commander mengasumsikan fungsi perintah. Dia bertanggung jawab
di lokasi insiden dan harus sepenuhnya memenuhi syarat untuk mengelola respons.

(Concepts of Incident Command System for the Caribbean Region. Pan American Health
Organization, 2021)

ICS adalah sebuah standar manajemen kegawat daruratan yang merupakan kombinasi
berbagai fasilitas, peralatan, personal, prosedur dan komunikasi yang bertujuan
untuk keadaan emergensi selama terjadinya bencana baik pada skala yang besar
ataupun kecil (FEMA, 2008)

Tim tanggap darurat dan/atau bencana atau Incident Command System harus terdiri
dari sumber daya manusia yang yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih, dengan
jumlah anggota yang memadai dan menunjuk seorang pemimpin/ ketua tim.

(Petunjuk teknis kesiapsiagaan kondisi darurat dan/atau bencana di RS. Jakarta :


Kemenkes RI, 2020)

 Struktur ICS
(Fema,2018)

(Kemenkes, 2021)

 Fungsi masing masing jabatan

Incident Command

The National Incident Management System (NISM) mendefinisikan Incident command


sebagai tindakan mengarahkan, memerintahkan, atau mengendalikan berdasarkan
undang-uandang, peraturan, atau otoritas yang didelegasikan secara ekspilit.
Fungsi :
 Menentukan tujuan, strategi dan prioritas penanganan insiden
 Menjalankan tanggungjawab keseluruhan penanganan insiden
Tanggung jawab :
 Memastikan penanganan insiden yang aman
 Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan baik internal maupun
eksternal
 Membentuk dan mempertahankan liaison – penghubung dengan institusi yang
terlibat dalam penanganan insiden

Command Staff

Memberikan informasi, keselamatan dan fungsi pelayanan penghubung untuk


seluruh organisasi.
● Public Information Officer. Merupakan staff yang berinteraksi dengan publik dan media
atau lembaga lainnya terkait informais mengenai insiden
● Safety Officer. Merupakan staff yang memantau operasi insiden dan memberi saran
kepada Incident Commander tentang hal yang berkaitan dengan keselamatan.
● Liaison Officer. Staff yang menjadi penghubung Incident Commander untuk perwakilan
instansi pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi sektor swasta

General Staff

Operation Section

 Penanggung jawab operasional medis dan/atau non medis mengatur semua


kegiatan yang sesuai dengan rencana tanggap darurat dan/atau bencana.
 Memiliki tugas mengkoordinasikan kegiatan operasional tanggap darurat
yang terdiri dari infrastruktur, pengamananan, penyelamatan,
pendampingan pasien dan SDM untuk mendukung manajemen medis.

Planning Section
 Penanggung jawab perencanaan mengumpulkan, mengevaluasi dan
menyebarluaskan informasi
 Menyiapkan rencana tanggap darurat dan/atau bencana secara berkala
 Menyiapkan laporan status kondisi darurat dan/atau bencana
 Mendata sumber daya yang ada dan mengidentifikasi kekurangan sumber
daya yang dibutuhkan.

Logistic Section

 Penanggung jawab logistik menyediakan semua kebutuhan pada saat


kondisi darurat dan/atau bencana
 Bertanggung jawab dalam penyediaan sumber daya termasuk memperoleh
bantuan sumber daya dari dalam dan luar Rumah Sakit, organisasi lain dan
pusat krisis kesehatan setempat.

Finance Administration Section

 Penanggung jawab keuangan/administrasi mengkoordinasikan bagian


pengadaan, kompensasi, dan pembayaran
 Menghitung anggaran yang dibutuhkan dalam rencana tanggap darurat
dan/atau bencana
 Membuat kontrak, kebutuhan pengadaan dan pembayaran seluruh sumber
daya

 Konsep Komando

Tindakan mengarahkan, memerintahkan atau mengendalikan, berdasarkan


hukum, peraturan atau kewenangan yang didelegasika secara jelas. Di lokasi
terjadinya insiden, Incident Commander mempunyai kewenangan untuk
melakukan fungsi-fungsi komando. (Fema,2008)

Fungsi komando : Menurut PERKA (2016), fungsi komando adalah

Mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronasikan seluruh unsur dalam


organisasi komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat
kejadian bencana

Prinsip Komando :
 Rantai komando : Merupakan garis kewenangan yang jelas dan teratur dalam
sebuah organisasi respons, Memungkinkan para manajer insiden untuk
memberikan arahan dan mengendalikan kegiatan- kegiatan seluruh personil
yang berada dibawah supervisinya, Mencegah terjadinya kebingungan dengan
memastikan seluruh perintah datang dari supervisor masing-masing personil,
Tidak berarti personil yang terlibat dilarang untuk berbagi informasi.
 Kesatuan Komando : Di bawah kesatuan komando,personil Melapor hanya
kepada satu supervisor dalam insiden, Menerima tugas pekerjaan hanya dari
supervisor terkait yang sedang bertugas.

 Konsep Safety
Hirarki Safety
Aman Diri
Aman Lingkungan
Aman pasien
Resiko dan Bahaya Terkait dengan Tanggap Bencana
• Lingkungan yang tidak dikenal
• Jatuhnya puing-puing bangunan yang rusak
• Terpaparnya biokimia yang berbahaya
• Kebisingan yang berlebih
• Durasi kerja yang lama, kekurangan makanan dan dehidrasi
• Tidak menggunakan APD
• Cuaca yang buruk
Siklus Manajemen Dalam Mengelola resiko Bencana
• Mengumpulkan informasi tentang situasi yang terjadi
• Menganalisa opsi yang tersedia dan membuat keputusan
• Menerapkan atau melaksanakan keputusan yang sudah dibuat.
(Ciottone, 2006)

KOMUNIKASI

Sebelum insiden terjadi, sangatlah penting untuk membangun sistem/sistem peralatan


komunikasi baik dalam bentuk data maupun suara serta prosedur2 terkait yang
diperlukan. Berbagai komunikasi dalam penanganan insiden difasilitasi melalui:
 Pengembangan dan penggunaan rencana komunikasi bersama
 Interoperabilitas peralatan komunikasi, prosedur dan system
(Fema, 2008)

TRIAGE
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage and Rapid
Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori, MERAH, KUNING,
HIJAU dan HITAM.

Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T


Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang
telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan
jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4. Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar
bila ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini
berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri
MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.

Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan
ke penderita berikutnya.

TREATMENT
Prinsip-prinsip treatment yaitu
1. Mengidentifikasi dan menetapkan area yang sesuai untuk operasi perawatan
2. Berkoordinasi dengan Pimpinan Unit Triage perpindahan pasien
3. Tetapkan area terpisah untuk pasien yang diklasifikasikan berdsarkan prioritas triase
4. Identifikasi dan minta sumber daya tambahan sesuai kebutuhan seperti manajer
perawatan, peralatan perawatan dan unit pendukung lain
5. Pastikan pasien diterima di area perawatan
6. Dinilai kembali pasien untuk erawatan berkelanjutan
7. Dapatkan perawatan yang cepat dan efisien sesuai dengan protokol dukungan hidup
lanjutan / dukungan hidup dasar (ALS / BLS) yang telah ditetapkan
8. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Supervisor Grup Transportasi Pasien
9. Menugaskan, mengawasi, dan mengoordinasikan personel di dalam area perawatan.
10. Pastikan terdapat keamanan semua anggota yang beroperasi di area perawatan
11. Pastikan kemanjuran operasi pengobatan.
12. Berikan laporan kemajuan secara berkala kepada Supervisor Grup Medis.
13. Menjaga dokumentasi insiden

TRANSPORTASI
Dipengaruhi oleh infrastruktur di daerah, keadaan geografi dan jenis transportasi yang tersedia
Ambulans darat atau ambulans jalan raya untuk ketersediaan jalan raya di daerah seperti P. Jawa –
Sumatra dengan jarak jangkauan maksimal 2 jam dari fasilitas kesehatan.

(Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2015)

Pada tempat bencana, korban dibagi dalam dua kelompok:


1.Kelompok korban yang dapat berjalan
2.Kelompok korban yang tidak dapat berjalan

Anda mungkin juga menyukai