Anda di halaman 1dari 8

Macam-Macam Fi'il

JENIS FI'IL: MU'ROB DAN MABNI


1. SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
2. Definisi fiil
3. Karakteristik fiil
4. Klasifikasi fiil
5. Klasifikasi fiil mu'rob
6. Klasifikasi fiil mabni

PEMBAHASAN
1. Definisi fiil


Agus Shohib Khoironi mengatakan:

'Kata yang menunjukkan makna sesuatu yang disertai dengan waktu baik lampau,
sekarang maupun esok.'
2. Karakteristik fiil
Tanda-tanda baku yang dapat mengarahkan kita pada suatu fiil dengan seketika agaknya
tidak sama dengan pedoman baku yang memudahkan kita dalam mengetahui suatu isim
dengan cepat. dalam kajian ini, akan dipahami lebih mudah tentang tanda-tanda yang
dapat mengarahkan kita untuk mendeteksi fiil secara cepat bahkan secara otomatis dapat
mengetahui jenis fiil berdasarkan tandanya, karena pada dasarnya tanda ini ada karena
perbedaan waktu pada fiil.
3. Klasifikasi fiil
Klasifikasi fiil dengan didasarkan pada berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut:
1.
Menurut waktunya
1.
Fiil madli
2.

Fiil mudhori'

3.

Fiil amar

2.

Menurut bentuknya
1.

Fiil mabni

2.

Fiil mu'rob

2.

Menurut sifatnya yang butuh pada maf'ul


1.

Fiil lazim (kata kerja tak berobyek/ intransitif)

2.

Fiil muta'addi (kata berobyek/ transitif)

4.

Menurut penegasnya
1.

Fiil muakkad

2.

Fiil ghoir muakkad

5.

Menurut failnya
1.

Fiil mabni ma'lum (kata kerja aktif)

2.

Fiil mabni majhul (kata kerja pasif)

5.

Menurut bina'nya (unsur penyusunnya)


1.

Fiil salim

2.

Fiil mu'tal

5.

Menurut jumlah huruf


1.

Fiil tsulasi
1.

Fiil tsulasi mujarrod

2.

Fiil tsulasi mazid

2.

5.

2.

Fiil ruba'i
1.

Fiil rub'I mujarrod

2.

Fiil rub'I mazid


Menurut sifatnya yang dapat berubah kedalam bentuk lain

1.

Fiil jamid

2.

Fiil mutashorrif

Klasifikasi fiil mu'rob

Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa mu'rob adalah keadaan suatu kata yang
dapat berubah-ubah dikarenakan amil yang mempengaruhinya. Begitu juga pada fiil, fiil
yang mu'rob adalah fiil mudhori', namun dengan kriteria dan keadaan tertentu. Karena
pada asalnya, kalimat fiil dan juga kalimat huruf adalah mabni.
Selanjutnya, sifat mu'rob fiil mudhori' terjadi ketika sunyi dari adanya nun jamak inats
(nun
yang
menunjukkan
pelaku
(subjek)
perempuan
plural

)dan nun taukid (nun yang berfungsi menegaskan fiil). Jika hal itu terjadi, maka fiil
mudhori'bersifat mabni. Yaitu mabni sukun jika bertemu nun jamak inats, dan mabni
fathah jika bertemu nun taukid.
Sifat fiil mudhori' yang berbeda dengan hukum asli fiil yang mabni, karena ada alas an
tertentu yaitu keserupaan fiil mudhori' dengan isim --dalam hal ini adalah isim fail-dalam makna dan lafadznya. Dalam lafadznya, keduanya sama dalam jumlah huruf,
harokat dan sukun. dengan , dengan ,dan dalam maknanya, keduanya
bermakna hal (sekarang) dan istiqbal (mendatang).
Dalam susunan kalimat, Fiil mudhori' ada yang dibaca rofa' (marfu'), nashob (mansub),
dan jazem (majzum), dan kei'robannya bisa secara implicit (lafdzon), eksplisit (taqdiron),
atau maal.
Fiil mudhori'dibaca rafa' ketika sunyi dari 'amil nashib dan 'amil jazim. Dan tanda
rofa'nya adalah dhommah dhohiroh (tampak di akhir kata). Contoh:
(lafdzon), ( dikira-kirakan).
Fiil mudhori' mansub (dibaca nashob) ketika ada 'awamil al-nashibah yang
mempengaruhinya. Contoh:
'Awamil al-nashibah tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1.
'Awamil al-nashibah yang menasobkan dengan sendirinya, ada empat,
yaitu:
1.
, yaitu huruf masdariyyah, huruf nashob, dan huruf istiqbal.
Contoh: ( al-nisa: 28)
Huruf ini dinamakan huruf masdariyah adalah karena ia menjadikan kata
setelahnya dalam takwilan masdar. Dalam contoh diatas berarti

2.

Dinamakan juga huruf nashob, karena dapat membuat fiil mudhori' dibaca
nashob. Dan dinamakan pula huruf istiqbal karena menunjukkan waktu
istiqbal (masa datang) murni.
, yaitu huruf nashob, huruf nafi, dan huruf istiqbal. Contoh:


Huruf ini dinamakan huruf nafi karena berfungsi untuk menegaskan
negatifnya (nafi)-nya zaman istiqbal, seperti dan untuk menegaskan
positifnya zaman istiqbal.
3.
, yaitu huruf jawab, huruf jaza', huruf nashob dan huruf
istiqbal. Contoh: sebagai jawaban dari perkataan orang .
Dinamakan huruf jawab karena menjadi jawaban atas perkataan yang
mendahuluinya. Dinamakan juga huruf jaza' (arab: balasan), karena kalam
yang dimasuki berarti ungkapan balasan bagi kalam sebelumnya. Namun
hal ini tidak selalu begini, kadang juga hanya berfungsi sebagai jawaban saja,

yang tidak mengandung pernyataan balasan. Seperti : dan dijawab


.
Namun fungsi huruf ini sebagai amil yang menasobkan tidak akan terjadi bila
tidak memenuhi tiga syarat berikut:
1.
Berada di awal jumlah (arab: kalimat). Berarti tidak
didahului oleh kata apapun yang terkait dengan setelahnya . Seperti
lafadz yang berada setelah menjadi khobarnya kata sebelumnya ,
contoh: , atau sebagai jawabnya qosam (arab: sumpah),
seperti: , atau jawabnya syarat (arab: ungkapan
pengandaian), seperti: . . fiil mudhori' dalam kalimat
semua itu tidak dibaca nashob.
2.
Fiil mudhori' setelahnya menunjukkan istiqbal, jika
tidak maka dibaca rofa' seperti: dan dijawab .
Karena ungkapan ini menunjukkan hal (arab: sekarang).
3.

Tidak ada pemisah antara dengan fiil mudhori'


setelahnya. Bila tidak maka dibaca rofa', seperti contoh:
, jawaban dari ungkapan: .

Dalam kitab Audhoh al-Manahij ada satu syarat tambahan lagi, yaitu:
4.
Berfaidah jaza' (sebagai balasan dari ungkapan sebelumnya),
jika tidak maka dibaca rofa'. Seperti: dan dijawab .
5.
, yaitu huruf masdariyyah, huruf nashob dan huruf istiqbal.
Contoh: . pada umumnya didahului lam ta'lil (untuk
menunjukkan alasan, keterangan, dan dorongan) seperti:
( al-Hadid: 23), jika tidak ada maka sesungguhnya lam tersebut
tersimpan (dikara-kirakan) seperti: .
2.

'Awamil al-nashibah yang meyimpan sebagai sebab


nashobnya fiil mudhori'. Dan ragam tersimpannya ini ada dua, yaitu:
1.

Hukum tersimpannya itu bersifat jaiz (boleh ya boleh


tidak), jika berada setelah enam huruf berikut;
1.

, disebut juga , yaitu lam huruf jer yang


menunjukkan kata setelah sebagai 'illat (alasan, dorongan) tujuan, dan
sebab atas kata sebelumnya, atau dalam kata lain, kata sebelumnya
adalah sebagai maksud dan tujuan terciptanya kata setelahnya .
Contoh: ( an-Nahl: 44). Secara batiniahnya adalah:
.
Tersimpannya setelah ini selama tidak didahului oleh
atau , jika memang didahului maka harus menampakkan
( al-Nisa:
. yang didahului seperti:
165),
dan
yang
didahului

seperti: ( al-Hadid: 29)

/ / , atau disebut juga

2.

, yaitu lam huruf jer yang menunjukkan kata setelahnya sebagai akibat
dan hasil pekerjaan dari kata sebelumnya, tidak sebagai sebab dan Alasan
. Contoh: dari kata sebelumnya seperti yang ada pada
((al-Qoshosh: 8
, asalnya: , seperti :
, asalnya: , seperti:

, asalnya: , seperti:
, seperti:
, asalnya:
. Dan juga firman Allah:

1.
2.
3.
4.

)(al-Syuro: 51
, Asalnya:
itu bersifat wajib (harus), jika berada setelah lima huruf 1. Hukum tersimpannya
berikut:
, yaitu lam huruf jer yang , atau disebut juga oleh sebagian ulama, sebagai 1.
yang nafi. Seperti: berada setelah




)(al-'Ankabut: 40
, seperti: atau , yaitu huruf jer yang yang bermakna
(thoha: 91). Berarti: : Yang bermakna

berarti: : Yang bermakna


.
Huruf
dan ini dapat berlaku sebagai amil nashob dengan syarat harus menyimpan maknanya
, seperti:
: Yang bermakna
.
.
: Yang bermakna


,
, yaitu huruf yang menjelaskan bahwa kata sebelumnya menjadi sebab bagi kata
. Contoh: setelahnya, karenanya dinamakanlah
) (Thoha: 81
, yaitu huruf yang menjelaskan terjadinya lafadz sebelumnya dengan syarat
, yang bersamaan dengan keberadaan lafadz setelahnya. Dan menggunakan maknanya
, (bersamaan/ beriringan). Contoh: berarti

1.

1.

1.

1.

Sebagai
tambahan,
syarat

dan dapat beramal sebagai amil al-nashib, yaitu harus berkedudukan sebagai
jawabnya nafi atau tholab yang murni. Syarat kedua huruf tersebut terangkum dalam bait
berikut:

1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.

Amar, baik dengan shighotnya maupun dengan lam amar: ,



Nahi: . , .
Doa: ,
Istifham: ,
'irdh: ,
Tahdhidh, opposite dari 'irdh:

Tamanni: ,
Tarojji: ,
Nafi: baik dengan huruf ( , , , , , ,), seperti: , atau dengan fiil,
seperti:
, ataupun dengan isim, seperti: .
Bila syarat diatas tidak terpenuhi, maka fiil mudhori' yang jatuh setelah fa sababiyyah atau
wawu ma'iyyah, tetap dibaca rofa'.

1.
1.
2.
1.

2.

3.
4.
1.

Kemudian, fiil mudhori' majzum (dibaca jazem) bila didahului oleh 'awamil al-jawazim,
yaitu sebagai berikut:
'Awamil al-jawazim yang menjazemkan satu fiil, ada empat huruf, yaitu:
, yaitu huruf nafi, huruf jazem, dan huruf qolb (memindah zaman mudhori' yang awalnya
istiqbal atau hal menjadi madhi), seperti:
, sama dengan huruf diatas. Contoh:
Perbedaan dua huruf diatas:
menafikan waktu lampau secara muthlaq (Indonesia: tidak) namun boleh juga
meneruskannya hingga waktu sekarang/ atau bahkan hingga waktu yang tidak bisa
ditentukan (), contoh: ( al-Ikhlas: 3), jadi dalam ayat ini menegaskan
bahwa Allah sekali-kali tidak dilahirkan maupun melahirkan, baik dari dulu, sekarang atau
bahkan hingga waktu yang tidak bisa ditentukan ().
Sedang menafikan waktu lampau ( )secara menyeluruh hingga waktu kini ( )
saja (indonesia: belum), tidak boleh lebih dari itu. Maka oleh karenanya maka huruf ini juga
disebut yang berarti menafikan zaman madhi secara total.
Nafi dengan , berarti tidak menunggu aktualitanya karena pada hakikatnya ia tidak
menghasilkan apa-apa (hanya merupakan negative word), sedang nafi dengan berarti
masih menunggu aktualitanya, karena pada hakikatnya ia tertunda.
Huruf boleh terletak setelah huruf syarat, contoh: , sedang tidak
demikian.
Boleh membuang majzum-nya (fiil mudhori' yang majzum) huruf , sedang tidak
demikian. Contoh: , maksudnya:
, yaitu amar dengan bentuk mudhori' yang digandeng dengan
, maknanya sama dengan tujuan asli amar, yaitu tuntutan untuk melaksanakan yang
disebutkan. Contoh:

2.

, negasi dari sebelumnya, yaitu tuntutan untuk meninggalkan yang disebutkan,


seperti:

.( al-Isro': 29)
1.

'Awamil al-jawazim yang menjazemkan dua fiil mudhori', fiil yang pertama disebut fiil
syarat dan fiil yang kedua disebut fiil jawab, ada 13 amil, yaitu:
1. . Huruf ini merupakan pokok/ intisari bagian 'Awamil al-jawazim ini. Karena 'awamil
selanjutnya hanya meyimpan maknanya untuk kemudian bisa menjazemkan dua fiil mudhori'.
Contoh:
( al-Baqoroh: 248)
1. ,
2. , yaitu isim mubham (arab: samar) yang menjelaskan objek yang berakal (manusia),
contoh: ( al-Nisa: 123)
3. , isim mubham yang menjelaskan objek yang tidak berakal (seluruh benda selain manusia),
contoh: ( al-Baqoroh: 197)
4. , sama dengan , yaitu menjelaskan objek yang tidak berakal, seperti:

( al-A'rof: 132)
1. , isim zaman yang menyimpan makna syarat, seperti syair:

1. , isim zaman yang menyimpan makna syarat, seperti syair:
.

1. , isim makan (tempat) yang menyimpan makna syarat seperti:
( al-Nisa: 78)

1.
2.
3.

4.

Pada umumnya, isim ini sering ditambah dengan , dengan tujuan untuk menegaskan
(taukid) seperti contoh diatas.
, isim makan yang meyimpan makna syarat, seperti:
, isim makan yang meyimpan makna syarat, seperti:
, isim mubham yang meyimpan makna syarat, seperti:
Sifat
menggandeng
dengan ini adalah suatu pilihan diantara ya dan tidak.
, isim mubham yang meyimpan makna syarat, seperti:
( al-Isro: 110)

Isim ini yang harus dimudhofkan dengan isim lain bersifat mu'rob sesuai kedudukannya
dalam I'rob, baik marfu', mansub, atau majrur. Contoh:

,
1. , isim zaman yang menyimpan makna syarat. Amil yang satu ini unik karena hanya berlaku
sebagai 'Awamil al-jawazim hanya pada syair, selain itu tidak, seperti:

5. Klasifikasi fiil mabni


Pembahasan selanjutnya adalah mengenai fiil mabni. Fiil yang mabni adalah fiil madhi dan
fiil amar, serta fiil mudhori' dengan kriterianya.

1.Mabninya fiil madhi


Fiil madhi seluruhnya mabni, baik yang tsulasi (tiga huruf) atau ruba'I (empat huruf), begitu
pula mujarrod maupun mazid.
Dan ragam kemabnian fiil madhi ada tiga, yaitu;
1.Mabni fath, yaitu bina asli pada fiil ini, dengan kriteria:
1.Bila huruf akhir fiil madhi tidak bertemu dengan apapun (walau huruf akhirnya berupa huruf
'illat, namun mabni fath-nya dikira-kirakan). Seperti: , , , ,, dll.
2.Bila huruf akhir fiil madhi bertemu dengan alif tatsniyah, seperti: , , , , dll.
2.Mabni dhommah, bila huruf akhir bertemu dengan wawu jama', seperti: , , ,,
dll.
3.Mabni sukun, bila huruf akhir fiil madhi bertemu dengan dhomir rafa' mutaharrik (dhomir
muttashil yang menggandeng kepada huruf akhir fiil madhi sebagai indikator pelaku (fail)
dari fiil madhi tersebut), seperti: , ,, dll. Yang termasuk dhomir rafa'
mutaharrik adalah , , , , , , ,,
2.Mabninya fiil amar
1.Mabni sukun, yaitu bina asli fiil ini, dengan kriteria:
1.Huruf Fiilnya tidak berupa huruf 'ilat (baca: shohih), seperti:
2.Huruf Fiilnya bertemu dengan nun niswah, seperti: .
2.Mabni hadzf harf 'illat, yaitu Huruf Fiilnya berupa huruf 'ilat (,,), seperti: , ,
3.Mabni hadzf nun, yaitu bila huruf fiilnya bertemu dengan: alif tatsniyah, wawu jama', atau ya'
mukhotobah, seperti: , ,
4.Mabni fath, yaitu bila huruf akhirnya bergandeng dengan salah satu nun taukid (mukhoffah atau
tsaqilah), seperti: ,
3.Mabninya fiil mudhori'
Keadaan fiil ini ada dua, yaitu diantara mu'rob dan mabni. Keadaan saat mu'rob telah
dijelaskan dimuka beserta amil yang mempengaruhi kemu'robannya. Dan kini saatnya
mengupas tentang kemabnian fiil mudhori'.
Kemabnian fiil mudhori' didapat ketika huruf akhirnya bergandengan dengan salah satu
diantara dua nun taukid atau nun niswah. Yaitu mabni sukun jika bertemu nun jamak inats,
dan mabni fathah jika bertemu nun taukid, seperti: , ,

Anda mungkin juga menyukai