Anda di halaman 1dari 31

ILMU

MA’ANI
PRESENT BY1.
: AHMAD ZAKARIA
2. ALYA EKA JANUARI
3. AYU RAHAYU
4. AZZA NAZILAH
5. DIFLA AFIA
6. NURLIANA FITRIA
7. OLIVIA ANANDA FITRAH
ILMU MA’ANI
Ilmu ma'ani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara
menyampaikan kalam Arab sesuai dengan situasi dan kondisi.
Menyatakan makna yang tersimpan yang menjadi tujuan
pembicaraan mutakalim (orang yang bicara) dengan
rangkaian kata yang mencakup semua makna yang akan
disampaikan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dengan ilmu ma'ani kita tahu bagaimana cara
menyusun kalimat Arab yakni makna yang
ingin kita sampaikan tepat pada kondisi yang
berbeda-beda, mutakalim mampu
menyampaikan kalam terhadap orang yang
polos (kholi dzihni) atau kepada orang yang
meragukan (mutaroddid) ucapan mutakalim
atau orang yang menolak (munkir) terhadap
perkataan mutakalim
CONTOH DALAM
AYAT :

‫”"واان ال اريد ارشأريد مبن يف األرض ام اراد هبم رهبم رشدا‬


“Dan sesungguhnya saya tidak mengetahui apa kejelekan yang
dikehendaki pada orang yang dibumi atau Tuhan mereka
menghendaki kebaikan”
KALAM
KHABAR
Kalam khobar adalah perkataan atau ungkapan yang dapat
dinilai benar atau bohong karena isinya menunjukan berita. Yang
dimaksud dengan kebenaran suatu berita adalah jika apa yang
dikatakan sesuai dengan apa yang terjadi dan dikatakan berita
tersebut bohong jika apa yang dikatakan tidak sama dengan
kenyataan yang terjadi. Oleh karena itu, kalimat seperti ini disebut
kalimat informatif.
ketika seseorang menyampaikan sebuah berita
kepada orang lain ia memiliki dua tujuan yaitu:
Ifadah-khobar, memberi tahu audien tentang suatu
berita yang belum diketahui, dan Lazim al-faidah,
seorang pembicara memberi tahu audien tentang
berita yang telah diketahui oleh audien, sehingga
pada hakikatnya pembicara bukan semata-mata
ingin menyampaikan berita tapi ingin memberi
tahu pada orang lain bahwa dirinya pun
mengetahui berita yang telah mereka ketahui.
KALAM KHABAR DIBAGI
MENJADI 3 :
1. Khobar ibtidai
Berita ini dasampaikan pada orang yang masih polos
{kholi dzihni) belum menerima berita apapun. Diantara
tanda kepolosannya adalah tidak menampakan keraguan
ataupun pengingkaran terhadap apa yang kita katakan .
KALAM KHABAR DIBAGI
MENJADI 3 :
2. Khobar tholabi
Jika audien menampakan keraguan terhadap berita yang kita
sampaikan, sebaiknya perkataan ini mennggunakan penekanan
dengan menambahkan kata (‫ ) ّ إف‬sungguh, karena ungkapan ini
ditujukan pada mukkatab mutaroddid ia butuh ungkapan yang
dapat membuat dirinya yakin
KALAM KHABAR DIBAGI
MENJADI 3 :
3. Khobar inkari
Jika audien menampakan penolakan serta pengingkaran terhadap apa
yang kita utarakan kepadanya, maka dalam ungkapan ini sangat
diperlukan beberapa penekanan (taukid) dengan menggunakan satu,
dua, atau tiga penekanan sesuai dengan tingkat pengingkarannya.
Al-Insya’
Kalimat yang tidak mengandung atau tidak bisa
disifati dengan benar atau tidak karena hanya
berkaitan dengan terjadinya suatu perbuatan atau
tidak berkaitan. Al-Insya’ berbentuk perintah (‫ألمر‬F ‫)ا‬
dan larangan‫ي‬F( F‫لهن‬FFF‫)ا‬.
1. Al-Insya’ ath-
Thalabi
Sesuatu yang mengandung perintah yang hasilnya
tidak terwujudkan secara langsung pada waktu
memerintahkan. Al-Insya’ jenis ini terbentuk dari
beberapa hal
a. Al-amr

Meminta (menuntut) pelaksanaan suatu perbuatan


dari orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang
yang lebih rendah. Contohnya sebagaimana perintah
Allah kepada manusia:
‫َوا ۡع ُبدُ وا اهّٰلل َ َواَل تُرۡش ِ ُك ۡوا ِب ٖه َش ۡيـًٔــ ا‬
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun….”
(QS. An-Nisa’ (4): 36)
b. An-nahyu

Meminta (menuntut) penghentian suatu perbuatan dari


orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
rendah. Dikenal juga dengan nama larangan. Ia adalah
antonym (lawan kata) dari al-amr. Contohnya sebagaimana
firman Allah:
‫َواَل تُ ْف ِس ُد ْوا ىِف ااْل َ ْر ِض ب َ ْعدَ ِا ْصاَل هِح َا‬
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya..”. (QS. Al-A’raf (7): 56)
C. AT-
TAMANNI
Mengharap sesuatu yang mustahil terjadi atau mungkin
tetapi tidak bisa diharapkan. Contohnya pada lafadz‫ َ ْيت‬FFFَ‫ل‬
pada bait syair:
‫ فَُأ ْخرِب َ ُه ِب َما فَ َع َل امل َ ِشيْ ُب‬# ‫اب ي َ ُع ْو ُد ي َ ْو ًما‬
َ ‫َأ َال لَ ْي َت ال َّش َب‬
Semoga masa muda itu bisa kembali lagi # Supaya saya bisa
memberitahu apa yang dilakukan seseorang di masa tua.
D. AN-NIDA’

Meminta seseorang untuk menghadap dengan


menggunakan huruf yang mengganti fi’il ‫ْد ُع ْو‬F ‫ َأ‬atau
‫ي‬Fْ‫ ُأاَن ِد‬. Dikenal juga dengan nama memanggil.
Adapun huruf-huruf an-nida’ ada 8, yaitu:,‫ ْآي‬  ,‫ َأْي‬, ‫اَي‬
َ
‫مزة‬F‫هل‬FFF‫ ا‬, ‫ آ‬, ‫ا‬F‫ َو‬, ‫ َه َيا‬, ‫َأاَي‬ . Contohnya: ‫ َح َّم ُد‬F‫اي ُم‬
e. Al-istifham

Meminta untuk mengetahui berita yang tidak diketahui.


Dikenal juga dengan nama bertanya. Ada beberapa adat
yang dipakai untuk bertanya, diantaranya:
‫ َأ ّي‬، ْ ‫ مَك‬، ‫ َأىَّن‬، ‫ َأ ْي َن‬، ‫ َك ْي َف‬، ‫ َأاَّي َن‬، ‫ َمىَت‬، ‫ من‬، ‫ َما‬، ‫ اهلمزة‬، ‫َه ْل‬
‫ ( َمن‬siapa ) untuk menanyakan yang berakal seperti
manusia. Contoh :
‫( َم ْن فتح الباب ؟‬Siapa yang membuka pintu?)
2. Al-Insya’ Ghair ath-Thalabi

Sesuatu yang tidak mengandung perintah


yang hasilnya tidak terwujudkan secara
langsung pada waktu memerintahkan. Al-
insya’ jenis ini terbentuk dari susunan-
susunan kalimat
a. At-ta’ajub
َ ‫ا أمْج َ َل‬F‫م‬
Yaitu menunjukkan rasa heran atau kagum. Contoh: ‫لس َم َاء‬FFF‫ا‬
(Alangkah indahnya langit itu)
B. Al-Qasam
Yaitu bersumpah dengan menggunakan 3 huruf sumpah, yaitu ‫ء‬FF F‫ء و ات‬FF F‫ اب‬،‫او‬F‫و‬,
contoh: ‫هلل‬FFFFFFF‫ اب‬،‫هلل‬FFFFFFF‫ ات‬،FF‫وهللا‬
C. At-tarajji
Yaitu mengharap sesuatu yang mungkin terealisasi. Contoh:
ْ ‫ا َّوه َُو َخرْي ٌ لَّمُك‬FR‫َو َعىٰٓس َا ْن تَ ْك َره ُْوا َش ْي ًٔٔـ‬
“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu” (QS. Al-
Baqarah (2): 216)
d. Fi’il al-Madh dan adz-Dzamm
Yaitu fi’il yang digunakan untuk memuji dan mencela: ‫ ْع َم‬F F‫ ِن‬dan‫ َئس‬F F F‫ِب‬
Contoh:‫ب‬FF‫ل َع ْبدُ َأ َّوا‬FFF‫ ْع َم ا‬F F‫ = ِن‬sebaik-baik hamba adalah yang banyak bertobat
‫ = ب َِئس اخلُلُ ُق ال َك ِذ ُب‬sejelek-jelek perilaku adalah berdusta
MUSNAD DAN
MUSNAD ILAIH
Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa susunan
kalimat berbahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu Khabar dan
Insya’. Masing-masing dari kedua susunan kalimat ini terbentuk
dari jumlah ismiyyah (terdiri dari mubtada’ dan khabar) dan
jumlah fi’liyyah (terdiri dari fi‘il dan fa‘il). Dalam Ilmu Balagah
kedua unsur pembentuk susunan kalimat tersebut dinamakan
Musnad dan Musnad Ilaih
BENTUK MUSNAD DAN
MUSNAD ILAIH
A. Bentuk Musnad
Musnad terletak ditempat – tempat berikut :
1. Fi’il (‫ َح َّم ٌد‬F‫ا َم ُم‬FFَ‫)ق‬
2. Khabar Mubtada’‫ل(ب‬Fِ ٌ F ‫ا‬F‫)َأمْح َ ُد َط‬
3. Isim Fi’il ( ‫نْي‬F‫) آ ِم‬
4. Khabar Kana (‫لًبا‬Fِ F‫ا‬F‫)اَك َ نَأمْح َ دُ َط‬
5. Khabar Inna‫ل(ب‬Fِ ٌ F ‫ا‬F‫) َّ نَأمْح َ دَ َط‬
‫ِإ‬
6. Masdhar pengganti fi’il amr (‫ساًن‬F‫ا‬F َ‫ن ْح‬Fِ‫دِل َ ْي‬F ‫ا‬F‫اِب ْ ل َو‬F‫) َو‬
‫ِإ‬
BENTUK MUSNAD DAN
MUSNAD ILAIH
B. Bentuk Musnad Ilaih
Musnad ilaih terletak ditempat – tempat berikut :
1. Fa’il (‫ َح َّم ٌد‬F‫ا َم ُم‬FFَ‫)ق‬
2. Mubtada’‫ل(ب‬Fِ ٌ F ‫ا‬F‫)َأمْح َ ُد َط‬
3. Naibul Fa’il (‫ ِع ْي ًفا‬FF‫ن َض‬FF‫ ُا‬F‫ َس‬Fْ ‫ ن‬F ‫ُخ َِلقا‬F )
‫ِإْل‬
4. Khabar Kana (‫لًبا‬Fِ F‫ا‬F‫)اَك َ نَأمْح َ دُ َط‬
5. Khabar Inna‫ل(ب‬Fِ ٌ F ‫ا‬F‫) َّ نَأمْح َ دَ َط‬
‫ِإ‬
AL-HAFDZ dan Dzikr Bil Musnad wal Musnad
Ilaih

Pembuangan musnad ilaih


Pada dasarnya, pembuangan musnad ilaih bertentangan dengan
hukum dasar, namun boleh terjadi sepanjang terdapat sebab.
Pembuangan musnad ilaih dalam hal ini, ada yang tampak ketika
di-irab, seperti lafazh:
‫ ْهاًل‬F‫َا ْهاًل َو َس‬
Yang asalnya:
‫ ْهاًل‬F‫ َا ْهاًل َو نَ َزلْ َت َماَك اًن َس‬F‫ِج ْئ َت‬
Beberapa sebab pembuangan yang dimaksud adalah:
1) Telah diketahui pendengar
2) Menguji kuat tidaknya ingatan pendengar, menutupi orang
yang dibicarakan, tergesa-gesa dan sebagainya.
3) Supaya mudah ingkar bila diperlukan
4) Bermaksud menutupinya kepada hadirin selain mukhathab
tertentu
5) Karena tergesa-gesa
6) Untuk mengagungkan dengan tidak menyebut namanya
7) Untuk menghina
8) Karena darurot nadhom atau sajak
9) Mengkuti penggunaan bahasa arab
10) Khabar di takhsis dengan lafadz ‫عم‬FF ‫ ن‬atau‫ئس‬FF F ‫ ب‬atau ‫بذا‬F‫ح‬
seperti pada contoh bait
Pembuangan Musnad
Pembuangan Musnad dimaksudkan untuk:
1) Menghindarkan sesuatu yang tidak berguna (‘abats). Seperti firman Allah:
ٗ ‫ ْوهُل‬F‫ِم َن الْ ُمرْش ِ ِكنْي َ ۙە َو َر ُس‬Fِّّ ‫َا َّن اهّٰلل َ بَ ِر ْۤي ٌء‬
“bahwa sesungguhnya Allah dan rasulNya berlepas diri dari orangorang musyrikin.”
(QS. 9: 3).
Ayat itu jika dilahirkan akan berbunyi:
‫َو َر ُس ْوهُل ٗ بَ ِر ْۤي ٌء ِمهْن ُ ْم‬
Namun karena lafadz “‫ ْۤ ِر ٌءي‬FFFF‫”ب‬telah
َ disebutkan sebelumnya dan lafazh
“ ٗ ‫ ْوسهُل‬F Fُ F‫”ر‬berkedudukan
َ sebagai “athf” maka tidak berarti menyebutkan lafazh “‫ ْۤ ِر ٌءي‬FFFF‫َ”ب‬
lagi
2) Terbatasnya kesempatan, seperti firman Allah:
ُ ‫ِٕى ْن َس َالْهَت ُ ْم َّم ْن َخلَ َق ال َّس ٰم ٰو ِت َوااْل َ ْر َض َوخَس َّ َر ال َّش ْم َس َوالْ َق َم َر لَ َي ُق ْولُ َّن اهّٰلل‬Fِٕ َ‫َول‬
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada
mereka: “Siapakh yang menjadikan langit dan bumi
dan menundukkan matahari dan bulan”? “tentu mereka
akan menjawab: “Allah…” (QS. 29: 61).
3. Karena telah banyak berlaku di kalangan orang Arab dalam bahasanya
yang fashih.
Seperti pada firman Allah:
َ ‫ي َ ُق ْو ُل اذَّل ِ ْي َن ا ْس ُت ْض ِع ُف ْوا ِلذَّل ِ ْي َن ا ْس َت ْكرَب ُ ْوا ل َ ْوٓاَل َانْمُت ْ لَ ُكنَّا ُم ْؤ ِم ِننْي‬
“Orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang
menyombongkan diri: “Kalau tidaklah karena kamu tentulah kami
menjadi orang-orang yang beriman.”” (QS. 34: 31).
Penyebutan musnad ilaih

1) Menurut hukum dasarnya, musnad ilaih harus disebut, karena merupakan unsur
terpenting dalam setiap kalimat
2) Untuk menunjukkan kehati-hatian, sebab jika dibuang akan menimbulkan salah
faham
3) Lemahnya pemahaman pendengar
4) Memanjangkan perkataan, karena sangat berharap perhatian yang sungguh-
sungguh dari pendengar.
5) Memantapkan jiwa pendengar.
6) Merasa enak mengucapkannya, mendapat berkah, ta‟zhîm, merasa rindu, ihânat
(menghina), kesaksian terhadap pendengar, dan sebagainya
Penyebutan musnad
1) Mengikuti hukum asalnya.
2) Menunjukkan lemahnya ingatan pendengar. Seperti firman Allah :
‫امل تر كيف رضب هللا مثال لكمة طيبة كشجرة طيبة اصلها اثبت وفرعها ىف السامء‬
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) kelangit.” (QS. 14: 24).

Jika musnad (lafazh tsâbit) dibuang, tentu pendengar tidak dapat memahaminya, karena lemah ingatannya.
3) Sebagai jawaban dari pertanyaan mukhâthab (lawan bicara).
Seperti firman Allah:
..........‫قل حييهيا اذّل ى أنشأها أول مرة‬
“Katakanlah : Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama…..”(Q.S.36 :79)
Ayat itu sebagai jawaban dari pertanyaan ayat 78.
‫شكرا ملشاهدتمك‬

Anda mungkin juga menyukai