Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalimat bahasa Arab pada dasarnya terdiri dari dua buah pokok kalimat yaitu musnad
dan musnad ilahi. Kedua bagian tersebut merupakan dua buah bagian kalimat yang tidak bisa
dipisahkan, keduanya merupakan sebuah satu kesatuan yang apabila dipisahkan akan terjadi
sebuah kejanggalan makna. Musnad’ alaihi sendiri terdiri dari beberapa macam kata yaitu:
mubtada’ yang mempunyai khabar, fa’il, na’ibul fa’il, mubtada’ yang berupa isim amil
nawasikh. Sedangkan musnad terdiri dari beberapa macam kata diantaranya adalah: khabar,
fi’il tam, isim fi’il, mubtada’ yang berupa isim sifat yang cukup dan marfu’nya, beberapa
khabar ‘amil nawasikh, dan masdar yang mengganti fi’il. Setiap dari musnad ilaihi dan
musnad berlaku sebuah ketentuan yang sama yaitu kedua-keduanya bisa disebutkan(‫)الذكر‬,
dihilangkan (‫)الحذف‬, dimakrifatkan (‫)التعريف‬, dinakirahkan (‫)التغكير‬, didahulukan (‫)التقديم‬,
ataupun juga diakhirkan (‫)التاخير‬. Musnad ataupun musnad ilaihi bisa menetapi ketentuan-
ketentuan tersebut apabila kata tersebut memiliki karakteristik dari setiap ketentuan-
ketentuan diatas.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Musnad dan Musnad Ilaih?


2. Bagaimanakah penjelasan menyebut Musnad Ilaih?
3. Bagaimanakah penjelasan membuang Musnad ilaih?
4. Bagaimanakah penjelasan me-ma’rifat-kan Musnad Ilaih?
5. Bagaimanakah penjelasan Menakirahkan musnad ilaih ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Musnad dan Musnad Ilaih

Musnad adalah sifat, fi’il atau yang bersandar kepada musnad ilaih. Musnad berada
pada tempat-tempat berikut ini:

1. Khabar mubtada’
‫الجامعة مشهورة‬
2. Fi’il tam
‫ارسل هللا رسوله بالهدى‬
3. Isim fi’il
‫حي على الصالة‬
4. Khabar “kaana” dan akhwatnya
‫كان هللا غفورا رحيما‬
5. Khabar “inna” dan akhwatnya
‫ان الطالب المجتهد لناجح‬
6. Maf’ul kedua dari “dzhonna” dan akhwatnya
‫ظننت عائشة اخاها مريضا‬
7. Maf’ul ketiga dari “raa” dan akhwatnya
‫راي االستاذ الطالب مجتهدين دراستهم‬

Musnad ilaih bermakna yang disandarkan kepadanya. Sedangkan secara terminologis


Musnad Ilaih adalah mubtada yang mempunyai khabar, fâ‟il, naib al-fâ‟il, dan beberapa
isim dari „amil nawâsikh.

Dalam pengertian lain musnad ilaih adalah kata-kata yang dinisbatkan kepadanya
suatu hukum, pekerjaan, dan keadaan. Posisi musnad ilaih dalam kalimat terdapat pada
tempat tempat berikut ini:

1. Fa’il
‫ارسل هللا رسوله بالهدى‬
2. Naibul fa’il
‫ضرب الكلب‬
3. Mubtada’
‫الجامعة مشهورة‬
4. Isim “kaana” dan akhwatnya
‫كان هللا غفورا رحيما‬
5. Isim “inna” dan akhwatnya
‫ان الطالب المجتهد لناجح‬
6. Maf’ul pertama dari “dzhonna” dan akhwatnya
‫ظننت عائشة اخاها مريضا‬
2
7. Maf’ul kedua dari “aaraa” dan akhwatnya
‫راي االستاذ الطالب مجتهدين دراستهم‬
B. Menyebut Musnad Ilaih

Al-Dzikr secara leksikal bermakna menyebut. Sedangkan dalam terminologi ilmu


balâghah al-dzikr adalah menyebut musnad ilaih. Al-Dzikr merupakan kebalikan dari al-
hadzf.

Dalam praktek berbahasa, al-dzikr mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. Al-Îdhâh wa al-Tafrîq (menjelaskan dan membedakan)


Penyebutan musnad ilaih pada suatu kalimat salah satunya bertujuan untuk
menjelaskan subjek pada suatu nisbah. Jika musnad ilaih itu tidak disebutkan maka
tidak akan muncul kesan kekhususannya.
2. Ghabâwah al-mukhâthab (menganggap mukhâthab tidak tahu)
Mutakallim yang menganggap mukhâthab tidak tahu apa-apa ia akan menyebut
musnad ilaih pada suatu kalimat yang ia ucapkan. Dengan menyebut musnad ilaih,
mukhâthab mengetahui fâ‟il, mubtada, atau fungsi-fungsi lain yang termasuk musnad
ilaih. Demikian juga akan terhindar dari 23 kesalahfahaman mukhâthab pada
ungkapan yang dimaksud.
3. Taladzdzudz (senang menyebutnya)
Seorang mutakallim yang menyenangi sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya.

C. Membuang Musnad ilaih


Al-Hadzf secara leksikal bermakna membuang. Sedangkan maksudnya dalam
terminologi ilmu balâghah adalah membuang musnad ilaih. Al-Hadzf merupakan kebalikan
dari al-dzikr. Dalam praktek berbahasa al-hadzf mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. untuk meringkas atau karena sempitnya konteks kalimat
2. Terpeliharanya lisan ketika menyebutnya
3. Li al-hujnah (merasa jijik jika menyebutnya)
4. Li al-ta‟mîm (generalisasi)
5. Ikhfâu al-amri „an ghairi al-mukhâthab

D. Me-ma’rifat-kan Musnad Ilaih


Dalam konteks tertentu musnad ilaih perlu di-ma‟rifatkan. Konteks-konteks tersebut
menunjukkan tujuan yang dimaksudkannya. Me-ma‟rifat-kan musnad ilaih bisa dengan
berbagai cara, seperti dengan mengungkapkan nama. Masingmasing dari cara pen-takrif-an
tersebut mempunyai tujuannya masing-masing.
1. Musnad Ilaih dengan Isim Dhomir
Musnad ilaih dima’rifatkan dengan isim dhomir karena memperhitungkan tempat
sebagaimana diketahui dalam ilmu nahwu. Kedudukan dhomir seperti yang diterangkan
dalam ilmu nahwu itu ada tiga macam, yaitu:
a. Mutakallim
‫انا قائم‬
b. Mukhotobah

3
‫انت قائم‬
c. Ghaib
‫هو قائم‬

2. Musnad Ilaih dengan Isim Maushul


Adapun keadaan musnad ilaih dengan isim maushul itu karena:
a. Menganggap hebat atau dahsyat akan sesuatu perkara, seperti dalam surah Ta-Ha
ayat 78:
   

Artinya:Lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
b. Mengkongkritkan tujuan, contoh seperti Firman Allah surah Yusuf ayat 23:
   
  
Artinya: dan telah menggoda kepada nabi Yusuf, yaitu wanita (Zulaikha) yang
masa yusuf dirumahnya untuk menundukkan diri Yusuf (kepadanya).
c. Memperlihatkan kesalahan mukhothob, seperti dalam surah Al-Ankabut ayat 17:
    
    
Artinya: sesungguhnya makhluk-makhluk yang kamu sekalian sembah selain
Allah, tidak mempunyai rezeki untuk kamu sekalian.
d. Mengisyarat pembentukan musnad atau khobar, seperti dalam surah Al-Mu’min
ayat 60:
   
  

Artinya: sesungguhnya orang-orang sombong enggan beribadah kepada Ku,
mereka akan masuk neraka jahannam serta hina dina.
3. Musnad Ilaih dengan Isim Isyarah
Musnad ilaih dengan isim isyarah dimaksudkan untuk:
a. Untuk menerangkan keadaan dekat atau jauhnya, seperti:
‫ هذا عمرو‬untuk yang dekat, ‫ ذاك عمرو‬untuk yang agak dekat,‫ ذالك عمرو‬ntuk yang
jauh.
b. Untuk menganggap bodoh kepada pendengar, seperti:
‫ اذا جمعتنا يا جرير المجامع‬# ‫اولئك ابائى فجئني بمثلهم‬
Artinya: Itulah bapak-bapakku yang menghimpun keagungan! Datangkanlah
kepada ku orang yang sederajat dengan mereka, wahai Jarir! Kalau kamu mampu
mengumpulkan kepada kami.
c. Untuk membedakan, seperti:
‫ من نسل شيبان بين الضال والسلم‬# ‫هذا ابو الصقر فردا في محاسنه‬

4
Artinya: ini adalah Abu Saqar. Dia menyendiri dalam segala kebaikannya, asal
dari keturunan syaiban yang berada dalam pohon bidara dan pohon buah
penyamak.
d. Untuk mengagungkan, seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 2:
      
 
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertaqwa.
e. Untuk menghinakan, seperti dalam surah Al-An’am ayat 32:
   
  
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda
gurau
f. Untuk memeberi tahu, seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 5:
   
   

Artinya: Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.

E. Menakirahkan musnad ilaih


Dalam konteks-konteks tertentu kadang-kadang musnad ilaih perlu di-nakirah-kan.
Pe-nakirah-an musnad ilaih tentunya mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Di antara tujuan pe
nakirahan musnad ilaih adalah menunjukkan jenis sesuatu, menunjukkan banyak, dan
menunjukkan sedikit. Untuk lebih jelasnya kita perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1. Nakirah untuk menunjukkan banyak, seperti:
‫ان له البال اي ابال كثيرا‬
Artinya: Sungguh dia banyak unta.
2. Nakirah menunjukkan memencilkan, seperti:
‫وجاء رجل من اقصى المدينة‬
Artinya: Telah datang seorang laki-laki dari ujung kota.
3. Nakirah menunjukkan mengagungkan, seperti:
‫جاءهم رسول كريم‬
Artinya: Telah datang pada mereka utusan yang mulia.
4. Nakirah menunjukkan merahasiakan perkara, sesperti:
‫قال لي قائل انك خائن‬
Artinya: Telah berkata ia kepada ku sesungguhnya kamu orang yang berkhianat.
5. Nakirah menunjukkan menjelaskan jenis/ macamnya, seperti:
‫لكل داء دواء‬
Artinya: Bagi setiap macam penyakit ada satu macam obat.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah yang kami buat. Dan tentunya masih banyak lagi kesalahan dan
kekurangan disana-sini. Kami mengharapkan saran dan kritikan yang konstruktif dari
pembaca guna perbaikan makalah selanjutnya. Semoga dengan makalah ini kita mendapat
banyak ilmu dan pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai