Bait ini menjelaskan bahwa Kalimat Fi’il dibedakan dari Kalimah Isim dan Kalimah
Huruf, dengan beberapa tanda-tanda pengenalnya sebagaimana disebutkan dalam bait
syair, yaitu:
1. Ta’ Fail
ًت َز ْيدا
ِ ض َر ْب
َ
Engkau (seorang perempuan ) memukul Zaid.
Ta’ dalam contoh lafadz ْ اَتَتMaksudnya adalah Ta’ Ta’nits yang Sukun. Contoh :
ٌسلِ َمة
ْ ِه َي ُم
Dia seorang Muslimah.
ٍ ين َمنَا
ص َ َوالَتَ ِح
Ketika itu tidak ada tempat pelarian.
Ya’ dalam contoh lafadz ا ْف َعلِ ْيdimaksudkan adalah Ya’ Fail mancakup :
Menyebut Ya’ If’aliy atau Ya’ Fail, dan tidak menyebut Ya’ Dhomir dikarenakan
termasuk Ya’ Dhomir Mutakallim yang tidak Khusus masuk kepada Fi’il tapi bisa
masuk kepada semua Kalimat contoh:
Nun dalam contoh lafadz َّ أ ْقبِلَنdimaksudkan adalah Nun Taukid mancakup:
َ س ِم تَ ْميِ ْي ٌز َح
ص ْل ْ َو ُم¤ الج ِّر َوالتّ ْن ِو ْي ِن َوالنِّ َدا َواَ ْل
ْ سنَ ٍد لِإل َ ِب
Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida’, Al, dan Musnad, tanda pembeda untuk Kalimat
Isim menjadi berhasil.
Pada Bait ini, Mushannif menyebutkan tentang Tanda-tanda Kalimat Isim (Kata
Benda). Sebagai ciri-cirinya untuk membedakan dengan Kalimat yang lain (Kalimat
Fi’il/Kata Kerja dan Kalimat Huruf/Kata Tugas). Diantaranya adalah : Jar, Tanwin,
Nida’, Al (Alif dan Lam) dan Musnad.
1. Jarr
جر
Tanda Kalimat Isim yang pertama adalah Jar, mencakup: Jar sebab Harf, Jar sebab
Idhafah dan Jar sebab Tabi’. Contoh:
Lafadz غالمdikatakan Jar sebab Harf (dijarkan oleh Kalimah Huruf), Lafadz زيد
dikatakan Jar sebab Idhafah (menjadi Mudhaf Ilaih), dan Lafadz الفاضلdikatakan Jar
sebab Tabi’ (menjadi Na’at/Sifat). Hal ini menunjukkan bahwa perkataan Mushannif
lebih mencakup dari Qaul lain yang mengatakan bahwa tanda Kalimat Isim sebab
Huruf Jarr, karena ini tidak mengarah kepada pengertian Jar sebab Idhafah dan Jar
sebab Tabi’.
2. Tanwin
تنوين
Tanda Kalimat Isim yang kedua adalah Tanwin. Tanwin adalah masdar dari Lafadz
Nawwana yang artinya memberi Nun secara bunyinya bukan tulisannya. Sebagai
tanda baca yang biasanya ditulis dobel ( ٌا-ٍا-ً) ا. Di dalam Ilmu Nahwu, Tanwin terbagi
empat macam:
21. Tanwin Tamkin : yaitu Tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-
kalimat Isim yang Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz
جوارdan ( غواشada pembagian khusus). Contoh: زيدdan رجلdi dalam contoh :
22. Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada
Kalimat-kalimat Isim Mabni sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya.
Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain
(yang Nakirah). Contoh:
َ سبَ َو ْي ٍه
آخ َر ِ ِسبَ َو ْي ِه َوب
ِ َِم َر ْرتُ ب
Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain.
23. Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim
Jamak Mu’annats Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai
hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki).
Contoh:
24.1 Tanwin Pengganti Jumlah : yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada
Lafadz إذsebagai pengganti dari Jumlah sesudahnya. Contoh Firman Allah:
24.2 Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan
kepada Lafadz كلsebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:
َك ٌّل قَائِ ٌم
Semua dapat berdiri.
Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnya
dihilangkan dan didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
24.3 Tanwin Pengganti Huruf : yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz
جوارdan غواش dan lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya. Contoh:
Pada kedua lafadz وارLL جasal bentuknya واريLL جkemudian Huruf Ya’ nya dibuang
didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
Adapun Tanwin Tarannum/Taronnum dan Tanwin Ghali, yaitu Tanwin yang pantas
disematkan kepada Qofiyah atau kesamaan bunyi huruf akhir dalam bait-bait syair
Bahasa Arab. Tidak dikhususkan untuk Kalimat Isim saja, tapi bisa digunakan untuk
Kalimat Fi’il dan juga untuk Kalimat Harf.
3. Nida’
نداء
Tanda Kalimat Isim yang ketiga adalah Nida’. Yaitu memanggil dengan
menggunakan salah satu kata panggil atau Huruf Nida’ berupa ياdan saudara-
saudaranya. Huruf Nida dikhususkan kepada Kalimat Isim karena Kalimat yang jatuh
sesudah Huruf Nida’ (Munada) statusnya sebagai Maf’ul Bih. Sedangkan Maf’ul Bih
hanya terjadi kepada Kalimat Isim saja. Contoh:
ِس ْو َل هللا
ُ يَا َر
Wahai Utusan Allah.
4. AL (Alif Lam)
أل
Tanda Kalimat Isim yang keempat berupa AL ألatau Alif dan Lam. Yaitu AL yang
fungsinya untuk mema’rifatkan dan AL Zaidah. Contoh:
َالر ُج ُل ِم َن ال َم َّكة
َ َر َج َع
Orang laki-laki itu telah pulang dari kota Mekkah.
AL pada Lafadz ُ لLLLُ ال َرجdinamakan AL Ma’rifat, sedang AL pada Lafadz َال َم َّكة
dinamakan AL Zaidah. Sedangkan AL yang selain disebut di atas, tidak khusus masuk
kepada Kalimat Isim. seperti AL Isim Maushul yang bisa masuk kepada Kalimat Fi’il
Mudhori’, dan AL Huruf Istifham yang bisa masuk kepada Fi’il Madhi.
5. Musnad
مسند
Tanda Kalimat Isim yang kelima adalah Musnad. Artinya yang disandar atau menurut
Istilah yang dihukumi dengan suatu hukum. Contoh:
Kedua Lafadz زيدpada contoh di atas merupakan Musnad atau yang dihukumi dengan
suatu hukum, yaitu hukum berdiri. Hukum berdiri pada lafadz Zaid yang pertama
adalah Kata Kerja dam Hukum berdiri untuk Lafadz Zaid yang kedua adalah Khabar.
(***)