Anda di halaman 1dari 22

MENDESKRIPSIKAN MUKTAL ‘AIN DAN MUKTAL LAM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh mata kuliah Dasar-dasar
Bahasa Arab oleh dosen Pengampu Drs. M. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I.dan Setiawan,
M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 11

1. Indah Lestari 175030056


2. Ade Nurhasanah 175030072
3. Dinda Angelica 175030098
4. Arnisa Sepdilya Maharani 185030076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena telah melimpahkan
rahmatNya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat selesai tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman. Makalah dengan
judul
“Mendeskripsikan Muktal „Ain dan Muktal Lam”, ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Dasar-dasar Bahasa Arab.

Penyusunan makalah ini membahas tentang Muktal „Ain dan Muktal Lam. Tidak lupa,
penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan dan memberikan restu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu;
2. Bapak Drs. M. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I. dan Bapak Setiawan, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Dasar-dasar bahasa Arab yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini;
3. Kelompok 11 Dasar-dasar Bahasa Arab atas kerja samanya;
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa pada makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Dengan demikian, penulis benar-benar menanti adanya kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah yang hendak penulis tulis di masa yang selanjutnya.

Bandung, Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2

A. Muktal A‟in......................................................................................................................2

1. Definisi Muktal „Ain......................................................................................................2

B. Muktal Lam.......................................................................................................................8

1. Definisi Muktal Lam.......................................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................................17

A. Kesimpulan.....................................................................................................................17

B. Saran...............................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW, mulai saat itu ajaran Islam pun di kenalkan di dalam masyarakat.
Berbagai disiplin ilmu pun dikaji baik yang salaf maupun yang modern, untuk bisa lebih
mengenali dan memeluk Islam secara sempurna sesuai dengan perintah Allah dan Rosul-
Nya.
Setiap muslim yang bermaksud menyelami ajaran agama Islam yang sebenarnya dan
lebih mendalam, tiada jalan kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya yaitu Al-
Qur‟an dan sunnah Rosulullah SAW. Oleh karena itu, menurut kaidah hukum Islam
mempelajarai ilmu nahwu dan sharaf agar memahami Al-Qur‟an hukumnya fardu ‟ain.
Diantara ilmu sharaf ialah Fi‟il-fi‟il yang Muktal, didalamnya terdapat beberapa
pembahasan salah satunya mengenai Muktal „Ain dan Muktal Lam. Seperti di dalam
bahasa-bahasa lain, pemahaman ini adalah pembelajaran dasar dalam bahasa arab yang
harus dipahami sebelum menguasai keseluruhan ilmu sharaf.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Muktal „Ain? 2.
Apakah yang dimaksud Muktal Lam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Muktal „Ain.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Muktal Lam
3. Untuk mengetahui fungsi Muktal „Ain dan Muktal Lam.

BAB II PEMBAHASAN

1
A. Muktal A’in

1. Definisi Muktal ‘Ain


Mu‟tal „ain dan disebut ajwaf artinya berlubang, sebab tengahnya kosong dari huruf
yang sahih dan disebut juga dzutstsalatsah, sebab keadaan fi‟il madlinya tiga huruf,

yakni manakala memakai dlamir mutakallim wahdah, seperti dari lafad adapun
caranya sebagai berikut:

a. Pada fi‟il tsulatsi‟mujarrad, „ain fi‟il nya ditukarkan kepada alif, baik keadaan
asalnya wau ataupun ya‟, sebab wau atau ya‟ berharakat dan huruf sebelumnya
fathah, seperti lafadz:

b. Kalau fi‟il bina ajwaf itu bertemu dengan dlamir mutakallim atau dlamir
mukhatab atau dlamir jamak muannats salim maka harus ditukarkan:
1) Yang asalnya huruf wau kepada wazan fa‟ula, seperti:

lalu dipindahkan harakat dlammah „ain


fi‟ilnya itu kepada fa‟ fi‟il sesudah membuang harakat fa‟ fi‟il itu, jadi
Lalu wau nya dibuang sebab ada dua huruf yang sukun, jadi
2) Yang asalnya huruf ya‟ kepada wazan fa‟ila ,

seperti: diubah harkatnya, jadi

2
Adapun sebab dipindahkan wazannya, supaya menjadi ketentuan bahwa setiap
yang asalnya wau dipindahkan kepada wazan fa‟ula dan asal ya‟ dipindahkan
kepada wazan fa‟ila

3) Wazan fa‟ula dan wazan fa‟ila tidak berubah apabila keduai-duanya asal,
seperti dari

wau disukun kan jadi lalu wau dibuang, sebab ada dua huruf yang
mati. Lafadz Lalu ya‟nya dibuangsebab ada dua huruf
yang sukun,jadi dan sebagainya.
Dipindahkan harkat dlammah seperti lafadz: dan kasra
seperti lafadz:kepada

fa‟ fi‟il, jadi dan dibuang „ain fi‟il nya, yaitu wau atau ya‟
sebab ada dua huruf yang sukun, seperti:

4) Bila fi‟il mu‟tal „ain itu dijadikan mabni maf‟ul, maka kasrahkan lah fa‟fi‟il.
Seperti:

Adapun cara mengi‟lalnya, ialah dengan memindahkan harkatnya, seperti dari


pindahkan harkat „ain fi‟il itu, (wau) kepada fa‟fi‟il sesudah membuang
harkat fa‟fi‟il itu jadi: dan tukarkan huruf wau kepada „ya sebab wau
sesudah kasrah, jadi

Lafadz cara mengi‟lalnya, ialah dengan memindahkan harkat nya saja.

3
Asalnya lalu dipindahkan harkat kasrah ya‟ kepada ba‟ sesudah

membuang harkat ba‟ itu jadi

Kiyaskanlah l afadz lainnya

c. Pada fi‟il mudlarinya, jadi , ‫ ( ثُُع َصىن‬ya shu nu, ya bii‟u) dan seterusnya.
Adapun mengi‟lalnya dengan memindahkan harakatnya saja. Lafadz َ‫ هاب‬,
َ‫اف‬NN‫(خ‬ya haa bu, ya khoo fu). Mengi‟lalnya dengan cara memindahkan dan
menukaran, seperti َ‫( جف‬ya khoo fu), asalnya َ‫( خىف‬yakh wa fu), lalu dipindahkan
harkat fathah wau kepada fa‟ fi‟il yaitu kha, jadi َ‫( خىف‬ya khaw fu). Lalu
ditukarkan wau kepada alif , sebab wau sukun sesudah harkat fathah, jadi َ‫( خف‬ya
khaa fu), demikian juga lafadz َ‫( هاب‬ya haa bu).

Apabila fi‟il mudlari itu imasuki amil yang menjazmkan, maka:

1) Gugurlah „ain fi‟ilnya, bila huruf yan sesudahnya disukunkan seperti:


dan sebagainya.

2) „Ain fi‟ilnya tetap, bila huruf sesudahnya diberi harkat, yaitu:

De
Demikian pula lafadz

Kiyaskan fi‟il amar kepada fi‟il mudlari‟, seperti

4
dengan nun taukid tsaqilah ; seperti

dan nun khafifah dan lafadz

3) Adapun dari fi‟il tsulasi mazied, tidak di i‟lal. Kecuali dalam 4 bentuk, yakni

seperti: yang berwazan ‫افعم‬


(af‟ala) lafadz: yang berwazan ‫تفعم‬NN‫( اس‬is taf‟ala)
lafadz yang berwazan ,‫( انفعم‬in fa „ala) dan

dan yang berwazan ‫( افتعم‬if ta‟ala).


‫( اجاب‬a jaa ba) asalnya ‫( اجىب‬aj wa ba); ‫( استقام‬is ta qooma) asalnya ‫( استقىم‬is
taqow ma); ‫( انقاد‬inqaada) asalnya ‫( انقىد‬inqowda).
Cara mengi‟lalnya sebagai berikut ‫( اجثة‬ijaa ba tan) asalnya ‫( جىاب‬ajwaa ban).
Lalu harkat wau dipindahkan kepada jim (fa‟fi‟il) jadi ‫( اجااتا‬ijaa ban). Ada
dua alif, yaitu alif berasal dari wau dan alif zaidah karena wazan atau masdar ,
alif aslinya dibuang, dan diganti dengan ta‟marbuthah jadi ‫( اجثة‬ijaa ba tan)
4) Bila dibentuk bina majhul atau maf‟ul, maka: ‫( ا ُُجة‬ujii ba) , asalnya ‫اخىب‬
(ujwiba). Lalu, wau ditukarkan dengan ya‟ dan harakatnya dipindahkan
kepada fa‟fi‟ilnya.
َ‫( جاب‬yu jaa bu) asalnya َ‫( جىب‬yu juu bu); ‫( استقُُم‬us tuqii ma) asalnya ‫( استقىم‬us
tuq wii ma); َ‫( ستقام‬yustaqoomu) asalnya َ‫( ستقىم‬yustaqwamu); ‫( اختُر‬ukh ti iroo)
asalnya ‫( اختُُر‬ukhtuyiro); َ‫( ختار‬yukh taa ru) asalnya‫( ختُُر‬yukhtayaru).

dan
d. Adapun fi‟il amarnya
.
Boleh pula seperti ‫( قىل‬qowwala) wazan ‫( فعم‬fa‟ala); ‫( قاول‬qoo wa la) wazan ‫فاعم‬
(faa „ala); ‫( تقىل‬taqowwala) wazan ‫( تفعم‬tafa‟ala); ‫( تقاول‬taqoo wala) wazan ‫تفاعم‬
(t afaa „ala);‫( زَن‬zayyana) wazan ‫( فعم‬fa‟ala); ‫( ت َسن‬tazayyana) wazan ‫تفعم‬

5
(tafa‟ala); ‫( ساَر‬saa yaro) wazan ‫( فاعم‬faa „ala);‫( تساَر‬tasaa ya ro) wazan ‫تفاعم‬
(tafaa „ala); ‫ىد‬NNN‫( اس‬iswadda) wazan ‫( افعم‬if‟ala); ‫( اتُُض‬ibyaddlo) wazan‫افعم‬

(if‟ala) dan semua tasrifannya.

e. Adapun isim fa‟il dari tsulatsi mujarrad, dii‟lal dengan hamzah, seperti: ‫صائن‬
(shoo i nun) asalnya ‫ ( صاون‬shoo wi nun), lalu wau ditukarkan denganaa hamzah ,
jadi ‫( صائن‬shaa i nun) dan ‫( تائع‬baa i „un) asalnya ‫( تاَع‬baa yi‟un) lalu ya ditukar
dengan hamzah.

Cara mengi‟lal fi‟il mazied fiih adalah sama dengan meng‟ilal fiil mudlari‟nya,
seperti ‫( م ُُجة‬mujiibun), asalnya ‫( مجىب‬mujwibun), lalu wau ditukar dengan ya‟
dipindahkan kepada jim (fa‟fi‟ilnya). Demikian
pula

f. Adapun isim maf‟ul dari tsulatsi mujarrad, dii‟lal dengan membuang huruf „ilat,
seperti ‫( مصىن‬mashuu nun), asalnya ‫( مصىون‬mash wuunun) lalu harkat dlamah
wau pertama („ain fi‟il) dipindahkan kepada shad (fa‟fi‟ilnya), jadi ‫ ( مصىن‬ma
shuu nun) lalu dibuang salah satu wawunya menjadi ‫( مصىن‬ma shu nun), lafadz
‫( مثُُع‬mabu‟un) asalnya ‫( مثُُىع‬mabyuu‟un) lalu damah ya dipindahkan kepada ba‟ ,
jadi ‫( مثُُىع‬mabuu „un).
Menurut Imam Sibawaih waunya dibuang, jadi ‫( مثُُع‬mabu‟un) dlamah ba‟ ditukar
dengan kasrah, sebab berada sebelum ya‟, jadi ‫( مثُع‬mabi‟un). Menurut Imam
Abulhasan: huruf yang dibuang itu ialah ya‟ nya („ain fi‟ilnya), jadi, ‫ثىع‬NN‫م‬
(mabiw‟un) dlamah ditukar dengan kasrah, jadi ‫( مثُُع‬mabi‟un) lalu wau ditukar
dengan ya‟ supaya munasab kepada kasrah jadi ‫( مثُُع‬mabi‟un)

Menurut Imam Sibawaih yang dibuang itu ialah wawu wazan maf‟ul dan menurut
Imam

6
Abulhasan Al-Akhfasy „ain fi‟ilnya (seperti) ya‟ lafadz ‫( مثُع‬mabi‟un), sedangkan
Bani Tamim, menetapkan ya‟, mereka berkata: dan sebagainya.

g. Isim maf‟ul dari tsulatsi mazied, harus dii‟lal dengan menukarkan „ain fi‟ilnya
kepada alif, kalau dii‟lal fi‟ilnya seperti lafadz: ‫( مجاب‬mujaa bun) asalnya ‫مجىب‬
(mujwabun); ‫تقام‬NNNN‫( مس‬mustaqoo mun) asalnya ‫تقىم‬NNNN‫( مس‬mustaqwamun); ‫اد‬NNN‫منق‬
(munqoodun) asalnya‫( منقىد‬munqowadun) dan ‫ار‬NNNN‫( مخت‬mukhtaarun) asalnya
‫(مختُُر‬mukhtayarun)

Kata Nazim

“Huruf wau, alif dan ya‟, itu huruf „illat, huruf mad, huruf lien, dan huruf
zaidah”

“Maka, kalau ada fi‟il madli yang dimulai dengan sebagian huruf tersebut
disebut bina mu’tal dan bina mitsal (sebab menyerupai bina sahih), seperti ‫وضح‬
(wadloha)”.

“dan disebut juga bina naqis, seperti lafadz ‫( غسي‬ghozaa) kalau diakhir dengan
huruf „illat dan ditengahnya adalah bina ajwaf”.

“wau dan ya‟ yang letaknya setelah fathah harus ditukar dengan alif, seperti
lafadz ‫( غسي‬ghozaa)”.

“dan harus menetapkan ya‟ kalau huruf sebelumnya kasrah, misalnya: (saya

7
takut kemadaratan )=

“kalau ya‟ itu terletak setelah ya‟ yang berbaris dlammah, maka ya itu (kedua)
harus ditukar degan wau, seperti َ‫( ىسر‬yuusiru) dari lafadz ُ‫( سر‬yuysiru)

“atau tukarkanlah wau yang berada sesudah kasrah dengan ya‟, seperti: ‫جُر‬
(jiiro) yang berasal dari lafadz ‫( جىر‬juwira).

B. Muktal Lam
1. Definisi Muktal Lam

Mu‟tal lam disebut juga bina naqis (kurang), dan punya empat huruf, sebab keadaan
fi‟il madlinya empat huruf yakni bila dimasuki diamir mutakallim, seperti ;

Wau dan ya‟ ditukarkan dengan alif bila kedua-duanya berharkat dan sebelumnya
fathah, seperti;

Demikian pula wau dan ya‟ harus ditukar dengan alif dalam fi‟il yang lebih dari tiga

8
hruf se perti; Yang lebih dari tiga huruf, seperti ;

Asalnya;

Seperti ;

Adapun fi‟il mudlar dari mu‟tal lam, harus dibuang lam fi‟ilnya

Contoh :

a. Wazan = yaitu setiap fi‟il mempunyaidhomir jamak mudzakkar ghaib


dengan mutlak, baik „ain fi‟ilnya itu difathah, dikassrah atau didlammahkan „ain
fi‟ilnya dan baik itu mujarrad atau mazied, atau mazied, seperti;

asalnya , asalnya

b. Pada misal , yaitu setiap fi‟il madhi yang mempunyai dlamir

ghaib muannats, bila huruf yang sebelumnya difathah, seperti :

asalnya: asalnya :

c. Selain pada fi‟il-fi‟il seperti diatas, lam itu harus tetap ada. Contoh :

Demikian pula lafadz :

9
Harus di fathahkan huruf sebelum wau dlamir pada
lafadz : dan didlammahkan huruf sebelum wau pada
lafadz : sebab wau dlamir bila bertemu dengan fi‟il naqis sesudah membuang
lam fi‟ilnya adalah sebagai berikut;

1) Kalau huruf sebelum wau dlamir fathah, maka harkat fathahnya


ditetapkan, seperti;

2) Kalau huruf sebelum wau di dhammahkan atau dikasrahkan maka huruf


sebelum wau itu harus di dhammahkan, seperti;

Adapun asal , ialah lalu harkat ya‟(dhammah)

asalnya dipindahkan kepada dlad, jadi

Adapun fi‟il mudhlari‟nya, maka lam fi‟il harus disukunkan sebagai tanda
rafa‟nya, seperti ;

Buang lam fi‟ilnya Ketika jaxminya, seperti ;

Fathahkan ya‟ dan wau Ketika nashabnya, seperti ;

Ketika nashabnya alif tetap, seperti;

10
Amil yang menjazmkan, dan yang menashabjan menganulir beberapa nun
(tanda rafa‟), selain nun dlamir jamak muannats.
Contoh ;

Lam fi‟il (alif, wau, dan ya‟) tetap pada fi‟il yang mempunyai dlamir
tatsniyah dan dlamir jamak mufrad muannats salim.

Lam fi‟il dibuang dari fi‟il yang mempunyai dlamir jsmsk mudzakkar dan
yang mempunyai dlamir mufdad muannats.

Contoh :

11
12
13
14
15
BAB III PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Muktal „Ain Adalah kalimat yang „ain fi‟ilnya berupa huruf „ilat, kalau berupa
wawu maka dinamakan ajwaf wawi dan kalau berupa ya‟ dinamakan ajwaf ya‟i.
Pada ajwaf ini huruf alif selalu digunakan sebagai ganti dari pada wawu atau ya‟ dan
untuk mengetahui ajwaf wawu atau ya‟ adalah dengan melihat fi‟il Mudlori‟ atau
masdarnya. Mu‟tal ajwaf terbagi 3: huruf illatnya berupa wawu

(‫)و‬. Contoh : { َ َ‫ َكان‬- ُ‫} ُكىن‬, huruf illatnya berupa ya (ٌ ). Contoh : { َ‫ار‬
َ ‫ َس‬- ‫س ْ ُر‬
ُِ } huruf
illatnya berupa alif (‫)ا‬. Contoh : { ‫ نا َ َم‬- ‫}نَا َ ُم‬
Mu‟tal lam disebut juga bina naqis (berkurang), dan punya empat huruf, sebab
keadaan fi‟il madlinya empat huruf yakni bila dimasuki dlamir mutakallim. Mu'tal
lam. Disebut juga bina naqish (berkurang), karena saat mengucapkan fiil ini
seakanakan tidak ada lam fiilnya. Contohnya ‫ َر ًَم‬---> lam fi'ilnya berupa huruf illah,
yaitu ٌَ

‫ض‬
ِ ‫ ٍَ َر‬---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ٌَ.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan
keilmuan kita. Penulis berharap agar pembaca tidak mudah puas dengan makalah ini
sehingga pembaca bisa menggali lebih banyak informasi lagi terkait bahasa dalam
ilmu Sharaf. Penulis juga berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang
membangun agar penulis dapat mengembangkannya di masa mendatang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 2020. Ilmu Sharaf Terjemahan: matan kailani dan nazham almaqsud berikut
penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai