Disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh mata kuliah Dasar-dasar
Bahasa Arab oleh dosen Pengampu Drs. M. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I.dan Setiawan,
M.Pd.
Disusun oleh:
Kelompok 11
Penyusunan makalah ini membahas tentang Muktal „Ain dan Muktal Lam. Tidak lupa,
penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan dan memberikan restu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu;
2. Bapak Drs. M. Musaddad Abdul Azis, M.Pd.I. dan Bapak Setiawan, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Dasar-dasar bahasa Arab yang telah membimbing dan
memberikan tugas ini;
3. Kelompok 11 Dasar-dasar Bahasa Arab atas kerja samanya;
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa pada makalah ini masih banyak kekurangan serta jauh dari
kesempurnaan. Dengan demikian, penulis benar-benar menanti adanya kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan makalah yang hendak penulis tulis di masa yang selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................2
A. Muktal A‟in......................................................................................................................2
B. Muktal Lam.......................................................................................................................8
A. Kesimpulan.....................................................................................................................17
B. Saran...............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Muktal „Ain? 2.
Apakah yang dimaksud Muktal Lam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Muktal „Ain.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Muktal Lam
3. Untuk mengetahui fungsi Muktal „Ain dan Muktal Lam.
BAB II PEMBAHASAN
1
A. Muktal A’in
yakni manakala memakai dlamir mutakallim wahdah, seperti dari lafad adapun
caranya sebagai berikut:
a. Pada fi‟il tsulatsi‟mujarrad, „ain fi‟il nya ditukarkan kepada alif, baik keadaan
asalnya wau ataupun ya‟, sebab wau atau ya‟ berharakat dan huruf sebelumnya
fathah, seperti lafadz:
b. Kalau fi‟il bina ajwaf itu bertemu dengan dlamir mutakallim atau dlamir
mukhatab atau dlamir jamak muannats salim maka harus ditukarkan:
1) Yang asalnya huruf wau kepada wazan fa‟ula, seperti:
2
Adapun sebab dipindahkan wazannya, supaya menjadi ketentuan bahwa setiap
yang asalnya wau dipindahkan kepada wazan fa‟ula dan asal ya‟ dipindahkan
kepada wazan fa‟ila
3) Wazan fa‟ula dan wazan fa‟ila tidak berubah apabila keduai-duanya asal,
seperti dari
wau disukun kan jadi lalu wau dibuang, sebab ada dua huruf yang
mati. Lafadz Lalu ya‟nya dibuangsebab ada dua huruf
yang sukun,jadi dan sebagainya.
Dipindahkan harkat dlammah seperti lafadz: dan kasra
seperti lafadz:kepada
fa‟ fi‟il, jadi dan dibuang „ain fi‟il nya, yaitu wau atau ya‟
sebab ada dua huruf yang sukun, seperti:
4) Bila fi‟il mu‟tal „ain itu dijadikan mabni maf‟ul, maka kasrahkan lah fa‟fi‟il.
Seperti:
3
Asalnya lalu dipindahkan harkat kasrah ya‟ kepada ba‟ sesudah
c. Pada fi‟il mudlarinya, jadi , ( ثُُع َصىنya shu nu, ya bii‟u) dan seterusnya.
Adapun mengi‟lalnya dengan memindahkan harakatnya saja. Lafadz َ هاب,
َافNN(خya haa bu, ya khoo fu). Mengi‟lalnya dengan cara memindahkan dan
menukaran, seperti َ( جفya khoo fu), asalnya َ( خىفyakh wa fu), lalu dipindahkan
harkat fathah wau kepada fa‟ fi‟il yaitu kha, jadi َ( خىفya khaw fu). Lalu
ditukarkan wau kepada alif , sebab wau sukun sesudah harkat fathah, jadi َ( خفya
khaa fu), demikian juga lafadz َ( هابya haa bu).
De
Demikian pula lafadz
4
dengan nun taukid tsaqilah ; seperti
3) Adapun dari fi‟il tsulasi mazied, tidak di i‟lal. Kecuali dalam 4 bentuk, yakni
dan
d. Adapun fi‟il amarnya
.
Boleh pula seperti ( قىلqowwala) wazan ( فعمfa‟ala); ( قاولqoo wa la) wazan فاعم
(faa „ala); ( تقىلtaqowwala) wazan ( تفعمtafa‟ala); ( تقاولtaqoo wala) wazan تفاعم
(t afaa „ala);( زَنzayyana) wazan ( فعمfa‟ala); ( ت َسنtazayyana) wazan تفعم
5
(tafa‟ala); ( ساَرsaa yaro) wazan ( فاعمfaa „ala);( تساَرtasaa ya ro) wazan تفاعم
(tafaa „ala); ىدNNN( اسiswadda) wazan ( افعمif‟ala); ( اتُُضibyaddlo) wazanافعم
e. Adapun isim fa‟il dari tsulatsi mujarrad, dii‟lal dengan hamzah, seperti: صائن
(shoo i nun) asalnya ( صاونshoo wi nun), lalu wau ditukarkan denganaa hamzah ,
jadi ( صائنshaa i nun) dan ( تائعbaa i „un) asalnya ( تاَعbaa yi‟un) lalu ya ditukar
dengan hamzah.
Cara mengi‟lal fi‟il mazied fiih adalah sama dengan meng‟ilal fiil mudlari‟nya,
seperti ( م ُُجةmujiibun), asalnya ( مجىبmujwibun), lalu wau ditukar dengan ya‟
dipindahkan kepada jim (fa‟fi‟ilnya). Demikian
pula
f. Adapun isim maf‟ul dari tsulatsi mujarrad, dii‟lal dengan membuang huruf „ilat,
seperti ( مصىنmashuu nun), asalnya ( مصىونmash wuunun) lalu harkat dlamah
wau pertama („ain fi‟il) dipindahkan kepada shad (fa‟fi‟ilnya), jadi ( مصىنma
shuu nun) lalu dibuang salah satu wawunya menjadi ( مصىنma shu nun), lafadz
( مثُُعmabu‟un) asalnya ( مثُُىعmabyuu‟un) lalu damah ya dipindahkan kepada ba‟ ,
jadi ( مثُُىعmabuu „un).
Menurut Imam Sibawaih waunya dibuang, jadi ( مثُُعmabu‟un) dlamah ba‟ ditukar
dengan kasrah, sebab berada sebelum ya‟, jadi ( مثُعmabi‟un). Menurut Imam
Abulhasan: huruf yang dibuang itu ialah ya‟ nya („ain fi‟ilnya), jadi, ثىعNNم
(mabiw‟un) dlamah ditukar dengan kasrah, jadi ( مثُُعmabi‟un) lalu wau ditukar
dengan ya‟ supaya munasab kepada kasrah jadi ( مثُُعmabi‟un)
Menurut Imam Sibawaih yang dibuang itu ialah wawu wazan maf‟ul dan menurut
Imam
6
Abulhasan Al-Akhfasy „ain fi‟ilnya (seperti) ya‟ lafadz ( مثُعmabi‟un), sedangkan
Bani Tamim, menetapkan ya‟, mereka berkata: dan sebagainya.
g. Isim maf‟ul dari tsulatsi mazied, harus dii‟lal dengan menukarkan „ain fi‟ilnya
kepada alif, kalau dii‟lal fi‟ilnya seperti lafadz: ( مجابmujaa bun) asalnya مجىب
(mujwabun); تقامNNNN( مسmustaqoo mun) asalnya تقىمNNNN( مسmustaqwamun); ادNNNمنق
(munqoodun) asalnya( منقىدmunqowadun) dan ارNNNN( مختmukhtaarun) asalnya
(مختُُرmukhtayarun)
Kata Nazim
“Huruf wau, alif dan ya‟, itu huruf „illat, huruf mad, huruf lien, dan huruf
zaidah”
“Maka, kalau ada fi‟il madli yang dimulai dengan sebagian huruf tersebut
disebut bina mu’tal dan bina mitsal (sebab menyerupai bina sahih), seperti وضح
(wadloha)”.
“dan disebut juga bina naqis, seperti lafadz ( غسيghozaa) kalau diakhir dengan
huruf „illat dan ditengahnya adalah bina ajwaf”.
“wau dan ya‟ yang letaknya setelah fathah harus ditukar dengan alif, seperti
lafadz ( غسيghozaa)”.
“dan harus menetapkan ya‟ kalau huruf sebelumnya kasrah, misalnya: (saya
7
takut kemadaratan )=
“kalau ya‟ itu terletak setelah ya‟ yang berbaris dlammah, maka ya itu (kedua)
harus ditukar degan wau, seperti َ( ىسرyuusiru) dari lafadz ُ( سرyuysiru)
“atau tukarkanlah wau yang berada sesudah kasrah dengan ya‟, seperti: جُر
(jiiro) yang berasal dari lafadz ( جىرjuwira).
B. Muktal Lam
1. Definisi Muktal Lam
Mu‟tal lam disebut juga bina naqis (kurang), dan punya empat huruf, sebab keadaan
fi‟il madlinya empat huruf yakni bila dimasuki diamir mutakallim, seperti ;
Wau dan ya‟ ditukarkan dengan alif bila kedua-duanya berharkat dan sebelumnya
fathah, seperti;
Demikian pula wau dan ya‟ harus ditukar dengan alif dalam fi‟il yang lebih dari tiga
8
hruf se perti; Yang lebih dari tiga huruf, seperti ;
Asalnya;
Seperti ;
Adapun fi‟il mudlar dari mu‟tal lam, harus dibuang lam fi‟ilnya
Contoh :
asalnya , asalnya
asalnya: asalnya :
c. Selain pada fi‟il-fi‟il seperti diatas, lam itu harus tetap ada. Contoh :
9
Harus di fathahkan huruf sebelum wau dlamir pada
lafadz : dan didlammahkan huruf sebelum wau pada
lafadz : sebab wau dlamir bila bertemu dengan fi‟il naqis sesudah membuang
lam fi‟ilnya adalah sebagai berikut;
Adapun fi‟il mudhlari‟nya, maka lam fi‟il harus disukunkan sebagai tanda
rafa‟nya, seperti ;
10
Amil yang menjazmkan, dan yang menashabjan menganulir beberapa nun
(tanda rafa‟), selain nun dlamir jamak muannats.
Contoh ;
Lam fi‟il (alif, wau, dan ya‟) tetap pada fi‟il yang mempunyai dlamir
tatsniyah dan dlamir jamak mufrad muannats salim.
Lam fi‟il dibuang dari fi‟il yang mempunyai dlamir jsmsk mudzakkar dan
yang mempunyai dlamir mufdad muannats.
Contoh :
11
12
13
14
15
BAB III PENUTUP
16
A. Kesimpulan
Muktal „Ain Adalah kalimat yang „ain fi‟ilnya berupa huruf „ilat, kalau berupa
wawu maka dinamakan ajwaf wawi dan kalau berupa ya‟ dinamakan ajwaf ya‟i.
Pada ajwaf ini huruf alif selalu digunakan sebagai ganti dari pada wawu atau ya‟ dan
untuk mengetahui ajwaf wawu atau ya‟ adalah dengan melihat fi‟il Mudlori‟ atau
masdarnya. Mu‟tal ajwaf terbagi 3: huruf illatnya berupa wawu
()و. Contoh : { َ َ َكان- ُ} ُكىن, huruf illatnya berupa ya (ٌ ). Contoh : { َار
َ َس- س ْ ُر
ُِ } huruf
illatnya berupa alif ()ا. Contoh : { نا َ َم- }نَا َ ُم
Mu‟tal lam disebut juga bina naqis (berkurang), dan punya empat huruf, sebab
keadaan fi‟il madlinya empat huruf yakni bila dimasuki dlamir mutakallim. Mu'tal
lam. Disebut juga bina naqish (berkurang), karena saat mengucapkan fiil ini
seakanakan tidak ada lam fiilnya. Contohnya َر ًَم---> lam fi'ilnya berupa huruf illah,
yaitu ٌَ
ض
ِ ٍَ َر---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ٌَ.
B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk memperkaya dan memperluas wawasan
keilmuan kita. Penulis berharap agar pembaca tidak mudah puas dengan makalah ini
sehingga pembaca bisa menggali lebih banyak informasi lagi terkait bahasa dalam
ilmu Sharaf. Penulis juga berharap pembaca dapat memberi kritik dan saran yang
membangun agar penulis dapat mengembangkannya di masa mendatang.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. 2020. Ilmu Sharaf Terjemahan: matan kailani dan nazham almaqsud berikut
penjelasannya. Bandung: Sinar Baru Algensindo.