إنّ وأخىاحها
JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH
( KALIMAT VERBAL )
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen Pengampu : M. Nur Lukman Irawan, M. Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas: B Ganjil
1. Ahmad Wahid Nasihin (2127101010457 )
2. Ari Kurnia (2127101010089 )
3. Erina Syafirlianingsih (2127101040145 )
4. Erix Firmansyah (2127102010110 )
5. Faradina Nurul Fitri (2127101040077 )
6. M ilyas agulamz (2127101010167 )
7. M Nur Soifan (2127101010458 )
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
إنّ وأخىاحهاJumlah Ismiyah dan Jumlah Fi‟liyah ( Kalimat Verbal ) “ ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak M. Nur Lukman Irawan, M.Pd pada mata kuliah Bahasa Arab .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bahasa
Arab bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Nur Lukman Irawan,
M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................... 5
1.3 TUJUAN ............................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 ( ) إنّوأخىاحه.......................................................................................... 6
A. PENGERTIAN INNA WAAKHWATUHA ................................... 6
B. MAKNA INNA DAN SAUDARA-SAUDARANYA .................... 7
C. SYARAT-SYARAT ( ) إنّوأخىاحه.................................................... 8
2.2 JUMLAH ISMIYAH ......................................................................... 10
1. PENGERTIAN JUMLAH ISMIYAH ............................................ 10
2.3 JUMLAH FI‟LIYAH ........................................................................ 13
1. PENGERTIAN JUMLAH FI‟LIYAH ............................................ 13
2. KAIDAH FI‟IL DAN FA‟IL DALAM JUMLAH FI‟LIYAH ....... 13
BAB III ........................................................................................................ 15
PENUTUP .................................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN ................................................................................. 15
3.2 SARAN ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16
LAMPIRAN ................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur kepada Allah Ta‟ala yang telah menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur‟an. Dimana Al-Qur‟an adalah pedoman hidup manusia yang
mengeluarkan manusia dari kedzaliman menuju jalan yang lurus. Siapa yang
mempelajari bahasa ini, maka Allah akan mudahkan baginya untuk memahami
Al-Qur‟an dan As-sunnah dengan baik dan salah satu bentuk penjagaan Allah
terhadap makna Al-Qur‟an adalah adanya ilmu bahasa Arab. Salam serta shalawat
tercurahkan kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat,
dan pengikutnya yang meniti jalan yang lurus.
Kebutuhan umat islam yang mendesak akan kebutuhan bahasa Arab untuk
memahami Al-Qur‟an dan Al-Hadits serta ribuan bahkan ratusan ribu buku-buku
karangan ulama yang berbahasa Arab belum diterjemahkan secara menyeluruh
(sempurna), memotivasi kami untuk mempelajari bahasa ini. Adapun tujuan kami
yang lain diantaranya:
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan اٙاذٛأخّّْٚ? إ
2. Apa yang di maksud dengan Jumlah Ismiyah ?
3. Apa yang di maksud Jumlah Fi‟liyah ( Kalimat Verbal ) ?
1.3 Tujuan
1. Mempelajari tentang إنّّوأخىاحه
2. Mempelajari tentang Jumlah Ismiyah
3. Mempelajari tentang Jumlah Fi‟liyah (Kalimt Verbal)
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ( ) إنّوأخىاحه
Pada contoh di atas kata (َّاب ْ dibaca nashab dengan ditandai fathah
َ )اٌ ِىر
diujungnya. Kedudukannya sebagai isim inna. Apabila tidak dimasuki inna
maka irabnya rafa‟ dan berkedudukan sebagai mubtada‟. Adapun kata (ّْد٠) َج ِد
berkedudukan sebagai khabar inna dan berirab rafa‟.
Bisa disimpulkan bahwa ّْ ّ ِإmemasuki mubtada‟ khabar dan menjadikan
mubtada‟ sebagai isim inna serta berirab nashab. Adapun khabarnya tidak
berubah irabnya kecuali kedudukannya saja yang asalnya khabar menjadi
khabar inna.
6
B. MAKNA INNA DAN SAUDARA-SAUDARANYA
2. Anna (َّْ)أ
Kata (َّْ )أmemiliki makna (ْد١ ِوَْٛ )ذyaitu menguatkan dan diterjemahkan
sesungguhnya. Anna harus berada setelah kalam.
Contoh : َ دّّأَِّّْ َحّدَٙ ّأ َ ْش
يّّهللاْٛ ًاّزظ
7
5. Laita (َّْد١ٌَ)
Kata (َّْد١ٌَ) memiliki makna (ِٕٝ )ذ َ َّـــyaitu mengharapkan sesuatu yang berat
untuk dicapai bahkan tidak mungkin tercapai. Biasanya diterjemahkan ingin
sekali atau andai.
Contoh: ً
ّ ْٙ ظ ِ ْ ١ٌَ
َ َّّْْدَّّاْل ِْرِ َحا
6. Laalla (ًَّ)ٌَع
Kata (ًَّ )ٌَعmemiliki makna (ٟ )ذ ََس ِجyaitu mengharap sesuatu yang dekat atau
mudah didapatkan dan diterjemahkan semoga atau mudah-mudahan.
ْ ٌٌَٕ َعًّّا
ّ ٠ص َسّّلَ ِس
Contoh: ْة
C. SYARAT-SYARAT ّّإنّّوأخىاحها
a. Mubtada dan khobar tertib dalam satu ma‟mul.
Syarat yang pertama اٙاذّٛأخٚ ّْإ. Dapat beramal adalah susunan mubtada
(isim) dan khobar harus tertib dalam satu ma‟mul, seperti pada
contoh : ُّدًاّلائ٠إّْ ش.
Maka tidak boleh mendahulukan khobarnya dengan mengucapkan ّدًا٠لائُّّش
ّْإ, atau memisah antara ّ ّْ إdan isimnya dengan mengucapkan ّْدًا ّلائُّ ّإ٠ّش
Tetapi jika khobarnya berbentuk ّ ظسف/ زٚجاز ِّجس, khobar boleh
didahulukan sebagai pemisah antara ّّْإdan isimnya.
Contoh:
ّدًا٠(ّإّّْعٕدنّشkhobar berbentuk)ظسف
ّد ًا٠ّاٌدازّشٟ(ّإّّْفkhobar bentuk زٚ)جازِّجس
Adapun jika khobarberbentuk ّ ظسف/ ّ زٚجاز ِّجسini mendahului inna maka
tetap tidak diperbolehkan.
Seperti dalam contoh: ّدًا٠عٕدنّإّّْعٕدنّش/ ّدًا٠ّاٌدازّإّّْشٟف
8
Contoh:
)nakiaiabidّّّْإiaia(ُّّدّّلائ٠إّٔاّش
)nakiaiabidًٌّّعiaia(ّسحّٕا٠ٌّّعٍّاّهللا
)nakiaiabidّّّْوأiaia(ّّّزٍُّّٛٔوأّٔاّاٌع
)nakiaiabidّّْأiaia(ٌٌُّّدنّعاّٚعٍّدّّأّٔا
Sementara jika maa ini masuk pada ّ د١ٌ, maka boleh beramal dan boleh
tidak.
Contoh:
)nakiaiabidد١ٌّiaia(ِّاٛ٠ّدٛع٠ّّرّاّاٌشثاب١ٌ
)naapaiebidد١ٌّiaia(ِّاٛ٠ّدٛع٠ّّرّاّاٌشثاب١ٌّ
َ
c. Lafadz ّ ّْ ّإ, ّ ّْأ, ٌّٓى, dan ّ ّْوأbisa di takhfif dengan cara membuang nun
ّْ ْأ,
yang kedua dan dibaca ّ ْإ, ّْ ّْ
ّ ٌٓى, ّْ
dan ْوأ. Dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) ّ ّْإjika di takhfif maka amalnya boleh ditetapkan dan boleh juga
dibatalkan dengan syarat khobarnya harus di tambahkan َال
Contoh:
ْ
)ّّاتانapdiahikbidّnpdnidّnaapaiebidّiaiadmi(ّّة١إّّْاتانّطث
ّْ
ّeiniّ َ ّالapdiakihbidّ npdnidّ nakiaiabidّ iaiadmi(ّ ة١ن ٌّطثٛإْ ّات
)admibhoki
b) ّْأ, jika di takhfif maka khobarnya harus berupa jumlah
Contoh:
ْ عٍّد
ّkpakpdaebّ bhokiadmiّ nidّ nakiaiabidّ iaiadmi(ّ ثح٠ّاّْ ّاٌعطٍحّ ّلس
)heaaih
c) Lafadz ٌّٓى, jika ditakhfifmaka amalnya wajib dibatalkan.
Contoh:
ْ
)ّّاظردزانheaehّnaapkeaٌّّّٓىnidّnakiaiabidّiaiadmi(ِّّٖعافسّّٛاتْ د٠جاءّش
ٌّّٓى
d) Lafadz ّّْوأjika di takhfif maka amalnya masih bisa ditetapkan dengan
syarat isimnya berupa ْسّشأ١ّض
ْ
Contoh: ّاّٖحما٠(وأّّْثدamalnya ditetapkan dan isimnya berupa ْسّشأ١ّ)ض
9
2.2 Jumlah Ismiyah
10
2) Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau
mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Contoh :ّ =ه َّىdia (laki-laki)
َّّ =أَ ْنجkamu (laki-laki)
= أَنَاsaya
6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai
perantara kata yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa
diartikan dengan “yang”.
11
Contoh : ِّٞ(اٌرyang,untuk mudzakar), ِّٟ(اٌرyang, untuk muannast).
· Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk
menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat (
sebagai anak kalimat).
Contoh : ّّسخَاذّّ َم ِسيْض ْ Ustadz itu sakit
ْ =اْل
ِ َ =ا ْل َىلَدّّنAnak itu rajin
ّّشيْط
12
2.3 Jumlah Fi’liyah
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi‟liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali
dengan fi’il (kata kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan
kalimat yang terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang
terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan
datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi
sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas,
maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda)
ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang
berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf‟ul bih.
Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi‟liyah, karena ada fi‟il yang menuntut
obyek dan ada yang tidak menuntut obyek.
Contoh :
ّّع ِلي َ َ = َجلAli telah duduk
َ ّس ّّ =جَا َءثْ ّ ِإ ْم َسأَةseorang perempuan telah datang
ّّ =قَالَجْ ّعَائِشَتAisyah telah berkata ّس
َ =ّيَكْخةّالد َّْزdia sedang menulis pelajaran
َّ =يَكْخةّالخََّلَ ِميْرّالد َّْزmurid-murid menulis pelajaran
ّس
13
fi‟ilnya dinamakan sebagai fi‟il majhul. Berikut adalah beberapa ketentuan
mengenai fi‟il dan fa‟il :
· Fa‟il wajib berkedudukan setelah fi‟il, contoh : ًّلاَّزج
· Fi‟il wajib Ifrod meskipun fa‟ilnya:ّ
Tasniyah : َّزجالّّّْلا
Jama‟ :َّّزجاّيّّّّلا
· Fi‟il wajib dimu‟anaskan jika fa‟ilnya Mu‟annas hakiki.
Contoh:ّقّٛاٌعٌّّّّٝذ٘ثدّفاّطّحّإ1
1
Abu abdillah sidi muhammad bin daud ash-shanhaji ( matan al jurumiyah 1324 m ) hal 16 – 18
2
kh taufiqul hakim ( amsilati 16 juni 2002 ) juz 6 atau tatimah
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inna dan saudara-saudaranya ialah amil nasikh yang masuk pada terkip
mubtada‟ dan Khobar, menjadikan mubtada sebagai isim_nya inna dan khabarnya
mubtada‟ sebagai khobarnya inna, dan mempunyai amal yaitu menashabkan
isim/mubtada dan merafa‟ kan khabar.
Jumlah ismiyah adalah kalimah yang terdiri atas mubtada dan khobar
Jumlah fi‟liyah adalah kalimat yang di awali dengan kata benda (fi‟il)
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
https://hahuwa.blogspot.com/2019/12/inna-dan-saudara-saudaranya-huruf.html
https://brainly.co.id/tugas/2250890
16
LAMPIRAN
ّازج
َ َٙ اٌطَٚ َّاْلظْال
ِ
ّيٛلَايَّاٌسظّٚ،﴾
َ َٓ٠ ِسِٙ ط ْ ُّ ِحة٠ّٚ
َ َّاٌّر َّ ٌَذَعَا-ّّلَايَّهللا،ِازج
َ َٓ١ِاتٛ ِحةُّ ّاٌر٠َّّ﴿ ِإّْهللا:-ٝ َ ٌّٕاٌَٝاّاْل ْظالََّ ِإ
َ ظافَ ِح
َ َٙ اٌطّٚ ِ دَ َع
ّ:ٌَٝعاّْلَايَّذ َ َعا
َ ْٔ ّاْل َ ََر١ٌِ ّاء؛
ِ ِٗ َسّ ِتٙط ِ َّ َِّٓ ّاٌع َّ َأ َ ْٔصّٚ،)
ِ يّهللاّاٌ َّا َء َ ْا ِ َّ ٠ْ ّاْل
ِ َطسْ زّشٛٙط
ُّ ٌّ(ا:-َُّ ٍظ َ ِٗ ١ْ ٍَّهللاّ َعٍٝص
َ ّٚ َ -
َّ َ ِح١اٌ ِثّٚ َ ِٗ ٍَِّْ َث ِعِّٚ
َ ِٗ ِٕ َِ ْع َىّٚ َ ٖع ِد َ ٍََّٔٝع
َ ظافَ ِحّ َج َ َُّ ٍِ ّاْلظْالَّاٌّ ْع
ِ َحثّٚ،﴾ َ ١ٌِ ِّاخَُِّٚٓ ّاٌع َّ َا
َ ِٗ َسو ُّْ ِتِٙ ط ِ ْى١ٍَٕ َِصيّ َع٠ٚ﴿
َ
.اَٙ ١ِشّف١َ ِع٠ِّٟاٌر
َ َّ ْمثًَّهللا٠ّ(ال:
ّ ِْس١صالجًّتِ َغ َ ّ-َُّ ٍظ َ ِٗ ١ْ ٍَّهللاّ َعٍٝص
َ ّٚ َ ّ-ّيّٛلَايَّاٌسظ،ِطّ َِساخّ ٌٍِصالج
َ ّْ َِّ َخْٛ َ١ٌّاِٟضأّاٌّ ْع ٍُِّفََٛ َر٠
ًَِّ ْغع٠ّءٛ
ِ ضٌٛ ِع ْٕدَّاّٚ،ِ
َ د١ْ َيَّاٌثْٛ افّ َح
ِّ َٛ اٌطّٚ،
َ ْآِ ّلِ َسا َءجِّاٌم ْس:ًِ ِّْثٜ ِ َضأ ِِّلَدََٛ ر٠َ ّز)ّ َو َّاٛٙط
ِ اءّ ِعثَادَاخّأ ْخ َس
ُّْ َ٘ىٛجّٚاٍِّٛاٌصالجِّفَا ْغعٌَٝاّ ِإذَاّل ّْر ُّْ ِإَِٕٛ َٓ ّآ٠ِاّاٌرَٙ ُّ٠ََاّأ٠﴿ّ:-ٌَٝذ َ َعا-ّ ِّٗلَايَّهللا١ْ ٍَ ْ ِزجّٚ
َ ِٗ ٠ْ ََد٠ّٚ
َ ََٗٙ ْجّٚ َ ْٔ اْل
َ َْعا ِ
ِّٟرَىَسزّف٠َ ُِّْ ظافَحِّ ْعر َِّسجّ ٌِ ٍْ ِجع
َ َّٔ َءٛضٌٛ ِْٓ﴾ّ ِإّْا١ّاٌ َى ْع َثٌَٝأ َ ْزجٍَى ُّْ ِإُّٚ
َ ظىِّ اّ ِتسؤٛعح
َ ِْ اّٚ
َ ك ْ ٌَى ُّْ ِإ٠َ ِد٠ْ َ أَٚ
ِ ِّاٌ َّ َسافٝ
َ ْٚ َ ًَّاِل٠ ِص١َساّف١
.َظاخ ً َِّ َو ِثْٛ ١َ ٌا
ِ ٍُِ َ ْغرَعًِّاٌّ ْع٠ّٚ،
ّ،َِّٓ ّاٌ َجَٕاتَ ِح َ ِّٗ ٍِ ّاٌجع ُِّْو َ ٌَِٕ ّّذٌَِهَ ّاٌغ ْعًَ؛ٌَِٝفّإ١ض
ِ ظافَ ِح ِ ٠ًّْ َّت،ِٖحْ ِدّٚ ِ ضٌّٛاٌّ ْع ٍُِّتِاَٟ ْىر َ ِف٠ّال
َ ءٛ
ًِّ ّوٍَٝاجةّ َع
ِ ّٚ
َ َِّاٌجّعَ ِحْٛ َ٠ًّّْ(غع:-َُّ ٍظ َ ِٗ ١ْ ٍَع
َ ّٚ َ ّّهللاٍٝص َ ّلَاي،ِْٓ ٠َد١صالجِّاٌ ِع
َ -ِّيّهللاَّٛزظ َ ٌِ ّٚ،
َ صالجِّاٌجّعَ ِح
َ ٌِ ِٚ
ِ َ َِِٓ ّإٌِفّٚ
.اض َ ض ْ َِّٓ
ِ ١ّّْاٌ َح ِ خ َ ّذَ ْغرَعًِّاٌ َّ ْسأَجّإِذَاّٚ،)
ْ َسٙط َ ٍُِ َ ِحْ ر
﴾سٙاتهّفط١ثٚ﴿ّ:-ٌَٝذ َ َعا-ّّجع ِّْ ِّٗلَايَّهللا َ َٕرَ ُُّّ ِتْٙ َ٠ّ ِت ِّٗ َو َّاْٛ َ ر َ ُُّّاٌّ ْع ٍُِّثْٙ َ٠َٚ ّظافَ ِح
ِ ظافَ ِح َ َِٕت
17
basuhlah wajah dan tanga sampai siku dan usaplah kepala dan kakimu sampai
mata kaki. Wudhu adalah membersihkan tubuh secara terus menerus, dan
dilakukan berulang-ulang pada siang hari untuk menghilangkan kotoran.
Seorang Muslim tidak puas dengan wudhu saja, tetapi menambah itu. Untuk
kebersihan seluruh tubuh, dan seorang Muslim harus mencuci dari kotoran, untuk
. salat Jumat, dan untuk salat Idul Fitri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: (mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap wanita yang sedang
menstruasi.), dan wanita itu mandi setelah suci dari haid dan pendarahan nifas.
kebersihan, dan seorang muslim menjaga pakaiannya sebagaimana dia menjaga
kebersihan tubuhnya.Allah SWT berfirman: “Dan pakaianmu bersih”.
18