Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

‫إنّ وأخىاحها‬
JUMLAH ISMIYAH DAN JUMLAH FI’LIYAH
( KALIMAT VERBAL )
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Bahasa Arab
Dosen Pengampu : M. Nur Lukman Irawan, M. Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 7
Kelas: B Ganjil
1. Ahmad Wahid Nasihin (2127101010457 )
2. Ari Kurnia (2127101010089 )
3. Erina Syafirlianingsih (2127101040145 )
4. Erix Firmansyah (2127102010110 )
5. Faradina Nurul Fitri (2127101040077 )
6. M ilyas agulamz (2127101010167 )
7. M Nur Soifan (2127101010458 )

INSTITUT AGAMA ISLAM ( IAI )


AN NUR LAMPUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
‫ إنّ وأخىاحها‬Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi‟liyah ( Kalimat Verbal ) “ ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak M. Nur Lukman Irawan, M.Pd pada mata kuliah Bahasa Arab .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bahasa
Arab bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Nur Lukman Irawan,
M.Pd, selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Arab yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tulang Bawang Barat, Oktober 2021

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ......................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................... 5
1.3 TUJUAN ............................................................................................. 5
BAB II ............................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ............................................................................................ 6
2.1 ( ‫ ) إنّوأخىاحه‬.......................................................................................... 6
A. PENGERTIAN INNA WAAKHWATUHA ................................... 6
B. MAKNA INNA DAN SAUDARA-SAUDARANYA .................... 7
C. SYARAT-SYARAT ( ‫ ) إنّوأخىاحه‬.................................................... 8
2.2 JUMLAH ISMIYAH ......................................................................... 10
1. PENGERTIAN JUMLAH ISMIYAH ............................................ 10
2.3 JUMLAH FI‟LIYAH ........................................................................ 13
1. PENGERTIAN JUMLAH FI‟LIYAH ............................................ 13
2. KAIDAH FI‟IL DAN FA‟IL DALAM JUMLAH FI‟LIYAH ....... 13
BAB III ........................................................................................................ 15
PENUTUP .................................................................................................... 15
3.1 KESIMPULAN ................................................................................. 15
3.2 SARAN ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16
LAMPIRAN ................................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puji syukur kepada Allah Ta‟ala yang telah menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa Al-Qur‟an. Dimana Al-Qur‟an adalah pedoman hidup manusia yang
mengeluarkan manusia dari kedzaliman menuju jalan yang lurus. Siapa yang
mempelajari bahasa ini, maka Allah akan mudahkan baginya untuk memahami
Al-Qur‟an dan As-sunnah dengan baik dan salah satu bentuk penjagaan Allah
terhadap makna Al-Qur‟an adalah adanya ilmu bahasa Arab. Salam serta shalawat
tercurahkan kepada Nabi terakhir yaitu Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat,
dan pengikutnya yang meniti jalan yang lurus.

Kebutuhan umat islam yang mendesak akan kebutuhan bahasa Arab untuk
memahami Al-Qur‟an dan Al-Hadits serta ribuan bahkan ratusan ribu buku-buku
karangan ulama yang berbahasa Arab belum diterjemahkan secara menyeluruh
(sempurna), memotivasi kami untuk mempelajari bahasa ini. Adapun tujuan kami
yang lain diantaranya:

1. Menjaga kemurnian agama islam dengan mengambil (menuntut) ilmu


dengan bahasa asalnya yaitu bahasa Arab. Telah kita saksikan
bahwasannya musuh-musuh islam senantiasa melancarkan serangan
mereka melewati dalam diri islam itu sendiri maupun luar islam.
Mereka bermain istilah untuk mengkaburkan umat islam terhadap
agamanya. Bahkan dalam istilah-istilah syar‟i mereka melancarkan
serangannya dengan cara mengubah-ubah maknanya
2. Melaksanakan fardhu kifayah (kewajiban yang harus dikerjakan oleh
sebagian kaum muslimin).
3. Melaksanakan perintah sahabat Umar bin Al-Khattab
radhiyallahu‟anhu, yaitu: “Pelajarilah bahasa Arab karena
sesungguhnya ia adalah sebagian dari agamamu dan pelajarilah ilmu
faraid karena sesungguhnya ia adalah sebagian dari agamamu.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ‫ا‬ٙ‫اذ‬ٛ‫أخ‬ّّْٚ‫? إ‬
2. Apa yang di maksud dengan Jumlah Ismiyah ?
3. Apa yang di maksud Jumlah Fi‟liyah ( Kalimat Verbal ) ?

1.3 Tujuan
1. Mempelajari tentang ‫إنّّوأخىاحه‬
2. Mempelajari tentang Jumlah Ismiyah
3. Mempelajari tentang Jumlah Fi‟liyah (Kalimt Verbal)

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ( ‫) إنّوأخىاحه‬

A. PENGERTIAN INNA WAAKHWATUHA


Amil inna (ّْ‫ ) ِإ‬dan saudaranya atau huruf nasikhah adalah amil yang masuk
ke mubtada‟ khabar dan beramal menashabkan mubtada‟ dan merafa‟kan
khabar. Kemudian mubtada‟ disebut dengan isim inna dan khabar menjadi
khabar inna. Disebut huruf nasikhah karena inna dan teman-temannya
mengubah keadaan mubtada‟ khabar.
Contoh : َّ ‫ِإّّْ ْاٌ ِىر‬
ّ‫ْد‬٠‫َابّ َج ِد‬
Asalnya : ّ‫ْد‬٠‫ْاٌ ِىرَابّّ َج ِد‬

Pada contoh di atas kata (ّ‫َاب‬ ْ dibaca nashab dengan ditandai fathah
َ ‫)اٌ ِىر‬
diujungnya. Kedudukannya sebagai isim inna. Apabila tidak dimasuki inna
maka irabnya rafa‟ dan berkedudukan sebagai mubtada‟. Adapun kata (ّ‫ْد‬٠‫) َج ِد‬
berkedudukan sebagai khabar inna dan berirab rafa‟.
Bisa disimpulkan bahwa ّْ‫ ّ ِإ‬memasuki mubtada‟ khabar dan menjadikan
mubtada‟ sebagai isim inna serta berirab nashab. Adapun khabarnya tidak
berubah irabnya kecuali kedudukannya saja yang asalnya khabar menjadi
khabar inna.

6
B. MAKNA INNA DAN SAUDARA-SAUDARANYA

1. Inna (ّْ‫) ِإ‬


Kata (ِّْ‫ )إ‬memiliki makna (‫ْد‬١‫ ِو‬َْٛ ‫ )ذ‬yaitu menguatkan dan diterjemahkan
sesungguhnya. Contoh: ْ ‫إِّّْ َِ َع‬
‫ع ًْسا‬٠ّّ‫ّّاٌعع ِْس‬

2. Anna (َّْ‫)أ‬
Kata (َّْ‫ )أ‬memiliki makna (‫ْد‬١‫ ِو‬َْٛ ‫ )ذ‬yaitu menguatkan dan diterjemahkan
sesungguhnya. Anna harus berada setelah kalam.
Contoh : َ ‫دّّأَِّّْ َحّد‬َٙ ‫ّأ َ ْش‬
‫يّّهللا‬ْٛ ‫ًاّزظ‬

3. Kaanna (َّْ‫) َوأ‬


Kata (َّْ‫ ) َوأ‬memiliki makna (ْٗ١‫ )ذ َ ْش ِث‬yaitu menyerupakan atau menyangkakan
dan diterjemahkan seakan-akan atau seperti jika khabarnya isim jamid serta
diterjemahkan seakan-akan jika khabarnya isim musytaq.
َ َ‫َوأَّّْأَحْ َّدَّّأ‬
Contoh: ّ‫ظد‬
ّ‫ ْٕدِض‬َٙ َِّّ‫َوأَّّْأَحْ َّد‬

4. Lakinna (ّٓ‫)ٌَ ِى‬


Kata (ّٓ‫ )ٌَ ِى‬memiliki makna (‫ ) ِإ ْظ ِرد َْزان‬yaitu menetapkan setelahnya dan
menganulir pernyataan sebelumnya. Artinya sebelum lakinna harus ada
kalam terlebih dahulu. Lakinna diterjemahkan tetapi.
ِ َٛ ‫ٌَ ِىّّٓأَحْ َّدَّّأ َ ْل‬ّّٚ
Contoh: ّْٕٗ ِّٜ َ ِٞٛ َ‫ِع ْسفَاّّْل‬

7
5. Laita (َّ‫ْد‬١ٌَ)
Kata (َّ‫ْد‬١ٌَ) memiliki makna (ِٕٝ‫ )ذ َ َّـــ‬yaitu mengharapkan sesuatu yang berat
untuk dicapai bahkan tidak mungkin tercapai. Biasanya diterjemahkan ingin
sekali atau andai.
Contoh: ً
ّ ْٙ ‫ظ‬ ِ ْ ١ٌَ
َ َّّْ‫ْدَّّاْل ِْرِ َحا‬

6. Laalla (ًَّ‫)ٌَع‬
Kata (ًَّ‫ )ٌَع‬memiliki makna (ٟ‫ )ذ ََس ِج‬yaitu mengharap sesuatu yang dekat atau
mudah didapatkan dan diterjemahkan semoga atau mudah-mudahan.
ْ ٌٕ‫ٌَ َعًّّا‬
ّ ٠‫ص َسّّلَ ِس‬
Contoh: ‫ْة‬

C. SYARAT-SYARAT ‫ّّإنّّوأخىاحها‬
a. Mubtada dan khobar tertib dalam satu ma‟mul.
Syarat yang pertama ‫ا‬ٙ‫اذ‬ٛ‫ّأخ‬ٚ ّْ‫إ‬. Dapat beramal adalah susunan mubtada
(isim) dan khobar harus tertib dalam satu ma‟mul, seperti pada
contoh : ُّ‫دًاّلائ‬٠‫إّْ ش‬.
Maka tidak boleh mendahulukan khobarnya dengan mengucapkan ّ‫دًا‬٠‫لائُّّش‬
ّْ‫إ‬, atau memisah antara ّ ّْ‫ إ‬dan isimnya dengan mengucapkan ّْ‫دًا ّلائُّ ّإ‬٠‫ّش‬
Tetapi jika khobarnya berbentuk ّ ‫ظسف‬/ ‫ز‬ٚ‫جاز ِّجس‬, khobar boleh
didahulukan sebagai pemisah antara ّّْ‫إ‬dan isimnya.
Contoh:
ّ‫دًا‬٠‫(ّإّّْعٕدنّش‬khobar berbentuk‫)ظسف‬
ّ‫د ًا‬٠‫ّاٌدازّش‬ٟ‫(ّإّّْف‬khobar bentuk ‫ز‬ٚ‫)جازِّجس‬
Adapun jika khobarberbentuk ّ ‫ظسف‬/ ّ ‫ز‬ٚ‫جاز ِّجس‬ini mendahului inna maka
tetap tidak diperbolehkan.
Seperti dalam contoh: ّ‫دًا‬٠‫عٕدنّإّّْعٕدنّش‬/ ّ‫دًا‬٠‫ّاٌدازّإّّْش‬ٟ‫ف‬

b. ّ‫ا‬ٙ‫اذ‬ٛ‫ّأخ‬ّّْٚ‫ إ‬tidak dimasuki ‫(ِاّشائدج‬tambahan)


Syarat yang kedua ‫ا‬ٙ‫اذ‬ٛ‫ّأخ‬ّّْٚ‫إ‬dapat beramal adalah tidak adanya ّ‫ِاّشائدج‬
yang masuk pada‫ا‬ٙ‫اذ‬ٛ‫ّأخ‬ّّْٚ‫إ‬. Karena jika terdapat ‫ِا‬yang menempel pada ّّّْ‫إ‬
maka amal dari inna beserta akwatnyamenjadi batal.

8
Contoh:
)nakiaiabidّّْ‫ّإ‬iaia(ُّّ‫دّّلائ‬٠‫إّٔاّش‬
)nakiaiabidًّ‫ٌّع‬iaia(ّ‫سحّٕا‬٠ّّ‫ٌعٍّاّهللا‬
)nakiaiabidّّْ‫ّوأ‬iaia(ّّّ‫ز‬ٍُّّٛٔ‫وأّٔاّاٌع‬
)nakiaiabidّْ‫ّأ‬iaia(ٌُّّ‫ٌدنّعا‬ّٚ‫عٍّدّّأّٔا‬
Sementara jika maa ini masuk pada ّ ‫د‬١ٌ, maka boleh beramal dan boleh
tidak.
Contoh:
)nakiaiabid‫د‬١ٌّiaia(ّ‫ِا‬ٛ٠ّ‫د‬ٛ‫ع‬٠ّّ‫رّاّاٌشثاب‬١ٌ
)naapaiebid‫د‬١ٌّiaia(ّ‫ِا‬ٛ٠ّ‫د‬ٛ‫ع‬٠ّّ‫رّاّاٌشثاب‬١ٌّ
َ

c. Lafadz ّ ّْ‫ ّإ‬, ّ ّْ‫أ‬, ّٓ‫ٌى‬, dan ّ ّْ‫وأ‬bisa di takhfif dengan cara membuang nun
ّْ ْ‫أ‬,
yang kedua dan dibaca ّ ْ‫إ‬, ّْ ّْ
ّ ٓ‫ٌى‬, ّْ
dan ْ‫وأ‬. Dengan ketentuan sebagai
berikut :
a) ّ ّْ‫إ‬jika di takhfif maka amalnya boleh ditetapkan dan boleh juga
dibatalkan dengan syarat khobarnya harus di tambahkan َ‫ال‬
Contoh:
ْ
)‫ّّاتان‬apdiahikbidّnpdnidّnaapaiebidّiaiadmi(ّّ‫ة‬١‫إّّْاتانّطث‬
ّْ
ّeiniّ َ‫ ّال‬apdiakihbidّ npdnidّ nakiaiabidّ iaiadmi(ّ ‫ة‬١‫ن ٌّطث‬ٛ‫إْ ّات‬
)admibhoki
b) ّْ‫أ‬, jika di takhfif maka khobarnya harus berupa jumlah
Contoh:
ْ ‫عٍّد‬
ّkpakpdaebّ bhokiadmiّ nidّ nakiaiabidّ iaiadmi(ّ ‫ثح‬٠‫ّاّْ ّاٌعطٍحّ ّلس‬
)heaaih
c) Lafadz ّٓ‫ٌى‬, jika ditakhfifmaka amalnya wajib dibatalkan.
Contoh:
ْ
)ّ‫ّاظردزان‬heaehّnaapkeaّّٓ‫ٌّى‬nidّnakiaiabidّiaiadmi(ّ‫ِّٖعافس‬ٛ‫ّّات‬ْ ‫د‬٠‫جاءّش‬
ٓ‫ٌّّى‬
d) Lafadz ّّْ‫وأ‬jika di takhfif maka amalnya masih bisa ditetapkan dengan
syarat isimnya berupa ْ‫سّشأ‬١ّ‫ض‬
ْ
Contoh: ّ‫اّٖحما‬٠‫(وأّّْثد‬amalnya ditetapkan dan isimnya berupa ْ‫سّشأ‬١ّ‫)ض‬

9
2.2 Jumlah Ismiyah

1. Pengertian Jumlah Ismiyah


Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata
benda). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah
ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus
berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada‟ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain,
mubtada‟ adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
Mubtada‟ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila
mubtada‟nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar.
Begitu pula apabila mubtada‟ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya
juga harus isim mufrod.
Contoh : ّّّ‫ي‬ْٛ ‫ =ِ َحّّدّ َزظ‬Muhammad adalah Rasul.
ّّ‫ْدّّأظْراَذ‬٠ َ‫ =ش‬Zaid adalah seorang guru.
ّّ‫ْس‬١‫ْرّٗ َو ِث‬١‫ْدّّ َت‬٠ َ‫ =ش‬Zaid rumahnya besar.
ّّّ‫ =اَلقَلَمّّ َجدِيد‬Pulpen itu baru
Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada‟ sedangkan yang
berwarna hitam adalah khobar.
· Mubtada’
Mubtada‟ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak
diawal jumlah (kalimat). Sifat dari mubtada‟ yaitu harus isim ma’rifat. Isim
ma‟rifat adalah isim (kata benda) yang menunjukkan makna khusus atau sudah
jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah sebagai
berikut :
1) Isim yang diawali dengan alif lam.
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma‟rifat.
ْ ‫ =اَ ْل ِم‬lampu itu
Contoh : ّّّ‫ص َباح‬
ْ ‫ = ا َ ْل َم‬masjid itu
ّّ‫س ِجد‬

10
2) Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau
mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Contoh :ّ‫ =ه َّى‬dia (laki-laki)
َّّ‫ =أَ ْنج‬kamu (laki-laki)
‫ = أَنَا‬saya

3) Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)


Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam
bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Contoh : ّ‫ = َهرَا‬ini (muzakkar) ّ‫( = َه ِر ِّه‬ini, untuk muannast)
َّّ‫ =ذَا ِلك‬itu (muzakkar) َّّ‫( = ِح ْلك‬itu, untuk muannast)

4) Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)


Isim „alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia
ataupun selain manusia.
Contoh : ّّّ‫ =م َح َّمد‬Muhammad
َّ‫ = َِّى ّح‬Kota Makkah
ًّّْ١ٌِٕ‫ =ا‬Sungai Nil

5) Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain


Isim nakiroh akan menjadi ma‟rifat apabila bersambung dengan isim
ma‟rifat.
contoh : ٍََّّّٗ‫ =ل‬pulpennya
ّّ‫ = ِكخَابّم َح َّمد‬buku muhammad
Kata ٍََُّّ‫ل‬adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma‟rifat karena dirangkai
dengan dengan isim ma‟rifat yaitu ّ‫ِ َحّد‬

6) Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai
perantara kata yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa
diartikan dengan “yang”.

11
Contoh : ِّٞ‫(اٌر‬yang,untuk mudzakar), ِّٟ‫(اٌر‬yang, untuk muannast).

· Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk
menerangkan keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat (
sebagai anak kalimat).
Contoh : ّّ‫سخَاذّّ َم ِسيْض‬ ْ Ustadz itu sakit
ْ ‫=اْل‬
ِ َ‫ =ا ْل َىلَدّّن‬Anak itu rajin
ّّ‫شيْط‬

· Kaidah-kaidah dalam Jumlah Ismiyah


Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang
pembahasannya sangat panjang dan mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah :
a. Dibaca rofa’
Tanda Rofa‟ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun
Contoh: ّّ‫ْس‬١‫ص ِغ‬
َ ّ‫ْد‬١َ‫ =اٌث‬rumah itu kecil
َّّْْٚ ‫ْس‬١ِٙ َِ ّ َْْٛ ٍِّ ‫ =اٌّ ْع‬orang-orang muslim itu pintar
ّْ‫ا‬
ِ َّ ٌِ‫اّْ َعا‬ َ ٌ‫=ا‬dua murid itu pintar
ِ ‫طا ٌِ َث‬
b. Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
c. Khobar berupa isim nakiroh.
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum.
Tanda isim nakiroh adalah adanya tanwin.
Contohّّّ‫ّالبِ ََل َطّ َن ِظيْف‬:= lantai itu bersih
d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam
hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.
ِ َ‫ = ف‬Fatimah cantik
Contoh : ّ‫اط َمتّج َِم ْيلَت‬
ّّ‫ = َشيْدّج َِميْل‬Zaid tampan
ّ‫ = الخلميرانّماهسان‬dua murid itu pintar

12
2.3 Jumlah Fi’liyah
1. Pengertian Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi‟liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali
dengan fi’il (kata kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan
kalimat yang terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).

Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang
terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan
datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi
sebagai pelaku kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas,
maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda)
ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi‟liyah adalah :


Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]

Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang
berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf‟ul bih.
Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi‟liyah, karena ada fi‟il yang menuntut
obyek dan ada yang tidak menuntut obyek.
Contoh :
ّّ‫ع ِلي‬ َ َ‫ = َجل‬Ali telah duduk
َ ّ‫س‬ ّّ‫ =جَا َءثْ ّ ِإ ْم َسأَة‬seorang perempuan telah datang
ّّ‫ =قَالَجْ ّعَائِشَت‬Aisyah telah berkata ّ‫س‬
َ ‫ =ّيَكْخةّالد َّْز‬dia sedang menulis pelajaran
َّ ‫ =يَكْخةّالخََّلَ ِميْرّالد َّْز‬murid-murid menulis pelajaran
ّ‫س‬

2. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah


Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi‟il dan fa‟il yang terkadang membutuhkan
maf‟ul yang disebut sebagai fi‟il muta‟addi dan terkadang pula tidak
membutuhkan yang disebut sebagai fi‟il laazim karena maf‟ul bukanlah syarat
mutlak terbentuknya jumlah fi‟liyah. Juga terdiri dari fi‟il dan naibul fa‟il,

13
fi‟ilnya dinamakan sebagai fi‟il majhul. Berikut adalah beberapa ketentuan
mengenai fi‟il dan fa‟il :
· Fa‟il wajib berkedudukan setelah fi‟il, contoh : ً‫ّلاَّزج‬
· Fi‟il wajib Ifrod meskipun fa‟ilnya:ّ
Tasniyah : ‫َّزجالّّّْلا‬
Jama‟ :‫َّّزجاّيّّّّلا‬
· Fi‟il wajib dimu‟anaskan jika fa‟ilnya Mu‟annas hakiki.
Contoh:ّ‫ق‬ٛ‫ّاٌع‬ٌٝ‫ّّّّذ٘ثدّفاّطّحّإ‬1

1
Abu abdillah sidi muhammad bin daud ash-shanhaji ( matan al jurumiyah 1324 m ) hal 16 – 18
2
kh taufiqul hakim ( amsilati 16 juni 2002 ) juz 6 atau tatimah

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inna dan saudara-saudaranya ialah amil nasikh yang masuk pada terkip
mubtada‟ dan Khobar, menjadikan mubtada sebagai isim_nya inna dan khabarnya
mubtada‟ sebagai khobarnya inna, dan mempunyai amal yaitu menashabkan
isim/mubtada dan merafa‟ kan khabar.
Jumlah ismiyah adalah kalimah yang terdiri atas mubtada dan khobar
Jumlah fi‟liyah adalah kalimat yang di awali dengan kata benda (fi‟il)

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini penulis paparkan, penulis menyadari bahwa


dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menyempurnakan
dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Aamiin.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://hahuwa.blogspot.com/2019/12/inna-dan-saudara-saudaranya-huruf.html
https://brainly.co.id/tugas/2250890

16
LAMPIRAN

ّ‫ازج‬
َ َٙ ‫اٌط‬َٚ َّ‫اْلظْال‬
ِ
ّ‫ي‬ٛ‫لَايَّاٌسظ‬ّٚ،﴾
َ َٓ٠‫ ِس‬ِٙ ‫ط‬ ْ ُّ‫ ِحة‬٠ّٚ
َ َ‫ّاٌّر‬ َّ ٌَ‫ذَعَا‬-ّ‫ّلَايَّهللا‬،ِ‫ازج‬
َ َٓ١ِ‫ات‬ٛ‫ ِحةُّ ّاٌر‬٠َّ‫ّ﴿ ِإّْهللا‬:-ٝ َ ٌٕ‫ّا‬ٌَٝ‫اّاْل ْظالََّ ِإ‬
َ ‫ظافَ ِح‬
َ َٙ ‫اٌط‬ّٚ ِ ‫دَ َع‬
ّ:ٌَٝ‫عاّْلَايَّذ َ َعا‬
َ ْٔ ‫ّاْل‬ َ َ‫َر‬١ٌِ ّ‫اء؛‬
ِ ِٗ ‫ َسّ ِت‬ٙ‫ط‬ ِ َّ ‫َِّٓ ّاٌع‬ َّ َ‫أ َ ْٔص‬ّٚ،)
ِ ‫يّهللاّاٌ َّا َء‬ َ ْ‫ا‬ ِ َّ ٠ْ ‫ّاْل‬
ِ ‫َطس‬ْ ‫زّش‬ٛٙ‫ط‬
ُّ ٌ‫ّ(ا‬:-َُّ ٍ‫ظ‬ َ ِٗ ١ْ ٍَ‫ّهللاّ َع‬ٍٝ‫ص‬
َ ّٚ َ -
ّ‫َ َ ِح‬١‫اٌ ِث‬ّٚ َ ِٗ ‫ ٍَِّْ َث ِع‬ِّٚ
َ ِٗ ِٕ ‫ َِ ْع َى‬ّٚ َ ٖ‫ع ِد‬ َ ٍََّٔٝ‫ع‬
َ ‫ظافَ ِحّ َج‬ َ َُّ ٍِ ‫ّاْلظْالَّاٌّ ْع‬
ِ ‫ َحث‬ّٚ،﴾ َ ١ٌِ ِّ‫اخ‬ٚ‫َُِّٓ ّاٌع َّ َا‬
َ ِٗ ‫ َسو ُّْ ِت‬ِٙ ‫ط‬ ِ ‫ْى‬١ٍَ‫ٕ َِصيّ َع‬٠ٚ﴿
َ
.‫ا‬َٙ ١ِ‫شّف‬١‫َ ِع‬٠ِّٟ‫اٌر‬
َ ّ‫َ ْمثًَّهللا‬٠‫ّ(ال‬:
ّ‫ ِْس‬١‫صالجًّتِ َغ‬ َ ّ-َُّ ٍ‫ظ‬ َ ِٗ ١ْ ٍَ‫ّهللاّ َع‬ٍٝ‫ص‬
َ ّٚ َ ّ-ّ‫ي‬ٛ‫ّلَايَّاٌسظ‬،ِ‫طّ َِساخّ ٌٍِصالج‬
َ ّْ ‫ َِّ َخ‬ْٛ َ١ٌ‫ّا‬ِٟ‫ضأّاٌّ ْع ٍُِّف‬ََٛ ‫َر‬٠
ًِّ‫َ ْغع‬٠ّ‫ء‬ٛ
ِ ‫ض‬ٌٛ‫ ِع ْٕدَّا‬ّٚ،ِ
َ ‫د‬١ْ َ‫يَّاٌث‬ْٛ ‫افّ َح‬
ِّ َٛ ‫اٌط‬ّٚ،
َ ْ‫آ‬ِ ‫ّلِ َسا َءجِّاٌم ْس‬:ًِ ْ‫ِّث‬ٜ ِ َ‫ضأ ِِّلَد‬ََٛ ‫ر‬٠َ ّ‫ز)ّ َو َّا‬ٛٙ‫ط‬
ِ ‫اءّ ِعثَادَاخّأ ْخ َس‬
ُّْ ‫َ٘ى‬ٛ‫ج‬ّٚ‫ا‬ٍِٛ‫ّاٌصالجِّفَا ْغع‬ٌَٝ‫اّ ِإذَاّل ّْر ُّْ ِإ‬َِٕٛ ‫َٓ ّآ‬٠ِ‫اّاٌر‬َٙ ُّ٠َ‫َاّأ‬٠﴿ّ:-ٌَٝ‫ذ َ َعا‬-ّ‫ ِّٗلَايَّهللا‬١ْ ٍَ ْ‫ ِزج‬ّٚ
َ ِٗ ٠ْ َ‫َد‬٠ّٚ
َ ََٗٙ ْ‫ج‬ّٚ َ ْٔ ‫اْل‬
َ َْ‫عا‬ ِ
ِّٟ‫رَىَسزّف‬٠َ ُِّْ ‫ظافَحِّ ْعر َِّسجّ ٌِ ٍْ ِجع‬
َ َّٔ‫ َء‬ٛ‫ض‬ٌٛ‫ ِْٓ﴾ّ ِإّْا‬١‫ّاٌ َى ْع َث‬ٌَٝ‫أ َ ْزجٍَى ُّْ ِإ‬ُّٚ
َ ‫ظى‬ِّ ‫اّ ِتسؤ‬ٛ‫عح‬
َ ِْ ‫ا‬ّٚ
َ ‫ك‬ ْ ٌَ‫ى ُّْ ِإ‬٠َ ‫ ِد‬٠ْ َ ‫أ‬َٚ
ِ ِ‫ّاٌ َّ َساف‬ٝ
َ ْٚ َ ‫ًَّاِل‬٠‫ ِص‬١َ‫ساّف‬١
.َ‫ظاخ‬ ً ‫ َِّ َو ِث‬ْٛ ١َ ٌ‫ا‬
ِ ٍُِ ‫َ ْغرَعًِّاٌّ ْع‬٠ّٚ،
ّ،‫َِّٓ ّاٌ َجَٕاتَ ِح‬ َ ِّٗ ٍِ ‫ّاٌجع ُِّْو‬ َ ٌَِٕ ّ‫ّذٌَِهَ ّاٌغ ْعًَ؛‬ٌَِٝ‫فّإ‬١‫ض‬
ِ ‫ظافَ ِح‬ ِ ٠ًّْ َ‫ّت‬،ِٖ‫حْ ِد‬ّٚ ِ ‫ض‬ٌٛ‫ّاٌّ ْع ٍُِّتِا‬ٟ‫َ ْىر َ ِف‬٠ّ‫ال‬
َ ‫ء‬ٛ
ًِّ ‫ّو‬ٍَٝ‫اجةّ َع‬
ِ ّٚ
َ ‫ َِّاٌجّعَ ِح‬ْٛ َ٠ًّْ‫ّ(غع‬:-َُّ ٍ‫ظ‬ َ ِٗ ١ْ ٍَ‫ع‬
َ ّٚ َ ّ‫ّهللا‬ٍٝ‫ص‬ َ ‫ّلَاي‬،ِْٓ ٠َ‫د‬١‫صالجِّاٌ ِع‬
َ -ِّ‫يّهللا‬ٛ‫َّزظ‬ َ ٌِ ّٚ،
َ ‫صالجِّاٌجّعَ ِح‬
َ ٌِ ِٚ
ِ َ‫ َِِٓ ّإٌِف‬ّٚ
.‫اض‬ َ ‫ض‬ ْ َِّٓ
ِ ١ّْ‫ّاٌ َح‬ ِ ‫خ‬ َ ّ‫ذَ ْغرَعًِّاٌ َّ ْسأَجّإِذَا‬ّٚ،)
ْ ‫ َس‬ٙ‫ط‬ َ ٍُِ َ ‫ِحْ ر‬
﴾‫س‬ٙ‫اتهّفط‬١‫ث‬ٚ﴿ّ:-ٌَٝ‫ذ َ َعا‬-ّ‫ّجع ِّْ ِّٗلَايَّهللا‬ َ َٕ‫رَ ُُّّ ِت‬ْٙ َ٠ّ‫ ِت ِّٗ َو َّا‬ْٛ َ ‫ر َ ُُّّاٌّ ْع ٍُِّث‬ْٙ َ٠َٚ ّ‫ظافَ ِح‬
ِ ‫ظافَ ِح‬ َ َٕ‫ِت‬

Islam dan kesucian.


Islam menyerukan kebersihan dan kemurnian, Allah SWT berfirman:
(sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai
bersuci), Nabi saw bersabda : (Kesucian adalah setengah dari iman), dan Allah
menurunkan air dari langit Untuk menyucikan diri manusia. Allah SWT
berfirman: (Dan Dia turun atas kamu dari langit untuk menyucikan diri
dengannya. ), Islam menyuruh umat Islam untuk membersihkan tubuh dan
pakaiannya dan rumahnya dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Seseorang muslim bewudhu 5 kali seharin untuk solat, Nabi - saw bersabda -:
(allah tidak menerima solat keciali ia besuci) Seperti wudhu untuk melakukan
ibadah-ibadah lain seperti: membaca Alquran, dan berkeliaran di sekitar rumah,
dan ketika wudhu membasuh wajah dan tangan dan kakinya , allah swt
berfirman :( Wahai orang-orang yang beriman, ketika kamu bangun untuk shalat,

17
basuhlah wajah dan tanga sampai siku dan usaplah kepala dan kakimu sampai
mata kaki. Wudhu adalah membersihkan tubuh secara terus menerus, dan
dilakukan berulang-ulang pada siang hari untuk menghilangkan kotoran.
Seorang Muslim tidak puas dengan wudhu saja, tetapi menambah itu. Untuk
kebersihan seluruh tubuh, dan seorang Muslim harus mencuci dari kotoran, untuk
. salat Jumat, dan untuk salat Idul Fitri. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: (mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap wanita yang sedang
menstruasi.), dan wanita itu mandi setelah suci dari haid dan pendarahan nifas.
kebersihan, dan seorang muslim menjaga pakaiannya sebagaimana dia menjaga
kebersihan tubuhnya.Allah SWT berfirman: “Dan pakaianmu bersih”.

18

Anda mungkin juga menyukai