Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt ,,, yang
telah meberikan rahmat dan karunia-Nya . Dan tak lupa pula kita haturkan shalawat
serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad saw ,,, yang telah
membimbing kita dari zaman kebodohan hingga menuju zaman yang sekarang ini .
Sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan baik dan tepat Insya Allah .
Dalam makalah ini kami membahas mengenai pelajaran nahwu yang berjudul
“Jumlah Ismiyah ,Khabar Inna dan Saudaranya “ . Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengampu mata pelajaran Nahwu II ,
dimana dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak bantuan dari berbagai pihak
anggota kelompok kami untuk membatu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini . Oleh karena itu , kami mengucapkan terimak kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini .
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan .............................................................................................................. 7
B. Saran .................................................................................................................... 7
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Ilmu nahwu dan sharaf merupakan ilmu yang pokok penting untuk dipelajari dan
dipahami . Hal ini di karenakan jika seorang muslim tidak bisa memahami kedua ilmu ini
akan sulit untuk memahami Al-Qur’an dan kitab kuning serta akan sulit untuk berbicara
bahasa arab. Bahasa Arab merupakan bahasa yang mudah dari pada bahasa yang lainnya .
Namu banyak masyarakat yang justru menganggapnya sangat sulit . Hal ini di karenakan
masih minimnya antusiasme masyarakat dalam mempelajarinya . Makalah ini bermaksud
memberi penjelasan secara ringkas tentang rincian ilmu nahwu seperti kelompok-
kelompok yang sebelumnya. Membicarakan tentang nahwu dan sharaf , khususnya
“Jumlah Ismiyah , Khabar Inna dan Saudaranya “ yang akan dibahas dalam makalah
ini .
B . Rumusan Masalah
a. Apa itu jumlah ismiyah ?
b. Apa itu khabar inna dan saudaranya ?
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A . Jumlah Ismiyah
a . Pengertian Jumlah Ismiyah
Jumlah ismiyah adalah jumlah ( kalimat ) yang diawali dengan isim ( kata benda ) .
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’
dan khabar . Mubtada’ adalah kalimat yang berada pada awal kalimat dan berupa isim
ma’rifat . Khabar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna , adapun penyebutan mubtada’ sebagai subyek sedangkan khabar
menjadi predikatnya ( keterangannya ).
Contoh:
اى ََغ ِْجذُ َم ِبش: masjid itu besar
اس َٗا ِع َعت
ُ َ اىذ: rumah itu luas
b. Kaidah-kaidah jumlah ismiyah
Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang pembahasannya sangat
panjang dan mendetail.
a) Dibaca Rofa’
Tanda Rofa’ pada Isim adalah dhommah, wawu dan alif.Contoh:
َ ُْتٞ اى َب: rumah itu kecil
ْشٞص ِغ
َُْٗ ُْشِٖٞ ٍَ َُْ٘ َُ اى َُ ْغ ِي: orang-orang muslim itu pintar
ُا
ِ ََ اُ َعاِى َ اى: dua murid itu pintar
ِ َطا ِىب
b) Mubtada’ harus berupa Isim Ma’rifat.
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah terentu.
Isim ma’rifat bisa berupa:
-Isim dhomiir
Isim dhomiir yang bisa menjadi mubtada’ hanyalah isim dhomir yang munfasil
yaitu:
2
ّ ( kalian perempuan)
ِاّت ( َٕاdia perempauan 2)
( اّاsaya) ّ ( mereka pr)
ِٕ
ِ ( ّحkami / kita) ( اّتkamu laki-laki 1)
1
Lalu Nirwan Husaini Al-Monggasiy, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu II.( Yogyakarta : Semesta Ilmu, 2019),
hlm. 74
2
Ibid. , hlm. 75
3
Amil inna (ُِ )إdan saudaranya atau huruf nasikhah adalah amil yang masuk ke
mubtada’ khabar dan beramal menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khabar. Kemudian
mubtada’ disebut dengan isim inna dan khabar menjadi khabar inna. Disebut huruf
nasikhah karena inna dan teman-temannya mengubah keadaan mubtada’ khabar.
َ إُِ ْاى ِنت
Contoh: ْذَٝاب َج ِذ
Asalnya: ْذْٝاى ِنتَابُ َج ِذ
Pada contoh di atas kata (َاب ْ dibaca nashab dengan ditandai fathah diujungnya.
َ )اى ِنت
Kedudukannya sebagai isim inna. Apabila tidak dimasuki inna maka irabnya rafa’ dan
berkedudukan sebagai mubtada’. Adapun kata (ذْٝ ) َج ِذberkedudukan sebagai khabar inna
dan berirab rafa’.
Bisa disimpulkan bahwa memasuki mubtada’ khabar dan menjadikan mubtada’
sebagai isim inna serta ber irab nashab. Adapun khabarnya tidak berubah irabnya kecuali
kedudukannya saja yang asalnya khabar menjadi khabar inna.
b. khabar inna
Kriteria khabar inna
isim ( ma’rifat atau nakirah )
jumlah atau syibhul jumlah
baris dapen atau mahalnya berbaris dapen
berada setelah isimnya
sebagai penjelas isimnya
Qaidah khabar inna
setiap isim yang berada setelah isimnya dan sebagai penjelas dari isimnya tersebut.
Setiap jumlah atau syibhul jumlah yang berada setelah isimnya tersebut. 3
c. Faedah-faedah inna dan saudara-saudaranya
Menurut para ulama ahli nahwu, masing-masing dari inna wa akhwatuha ( ُإ
)ٗاخ٘تٖاmempunyai faedah yang berbeda-beda yaitu:
ّ
a) Inna (ُ ) ِإdan anna (ُ)أ
Keduanya memiliki makna (ْذٞ )ت َْ٘ ِمyaitu menguatkan kandungan berita pada diri
orang yang dikhitob dan harus berada setelah kalam. Contoh:
ُ أ َ ْش َٖذُ أَُ ٍُ َحَذًا َس
ِع ْ٘ ُه للا
2. Kaanna (َُ) َمأ
3
Ibid., hlm. 67
4
Kata (َُ ) َمأmemiliki makna (ْٔٞ )ت َ ْش ِبyaitu menyamakan, menyerupakan atau
menyangkakan sesuatu yang lain dari segi arti dan diterjemahkan seakan-akan atau seperti
jika khabarnya isim jamid serta diterjemahkan seakan-akan jika khabarnya isim musytaq.
Contoh:
َ َ َمأَُ أَحْ ََذَ أ
عذ
َمأَُ أَحْ ََذَ ٍُ َٖ ْْذِط
3. Lakinna (ِ)ىَ ِن
Kata (ِ )ىَ ِنmemiliki makna ( ) ِإ ْعتِذ َْساكialah iringan kata untuk menghilangan
keraguan tentang kepositifan atau kenegatifan sesuatu. Lakinna diterjemahkan tetapi.
Contoh:
ُ ْْٔ ٍِ َٙ٘ َٗىَ ِنِ أَحْ ََذَ أ َ ْقٛ
ٌّ ِ٘ َِع ْشفَاُُ ق
4. La’alla ()ىَعَو
Kata ( )ىَ َعوmemiliki makna (ٜ )ت ََش ِجdan tawaqqu’()ت٘قع
Tarajji ialah mengharapkan sesuatu yang disenengi 4
ذا ّاجحٝىع ّو ص
Tawaqqu’ ialah mengharapkan sesuatu yang dibenci
ذا ٕاىلٝىع ّو ص
5. Laita ( َْتَٞ)ى
Kata ( َْتَٞ )ىmemiliki makna (ِّْٚ )ت َ ََـــyaitu mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin
terjadi atau mungkin namun sulit. Biasanya diterjemahkan ingin sekali atau andai. Contoh:
ع ْٖو ِ ْ َْتَٞى
َ َُاْل ٍْتِ َحا
Dibaca ُِ( إdengan hamzah yang baris bawah ), bila tidak ada amil yang beramal
padanya. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
Berada diawal .contoh :... ٓاّا اّضىْا
Setelah lafaz تٞ اال ( اال ا ْلعتفتاحpembuka).contoh: ٌٖٞاء للا ال خ٘ف عيٞاال اُ اٗى
Setelah lafaz ثٞذا جاىظ حٝث اُ صٞجيغت ح
Setelah qasam (sumpah). Contoh: ٓ اّا اّضىْا. ِٞ ٗاىنتاب اىَب. ٌح
Setelah lafaz قاهdan tashrifannya. contoh: عبذ للاّٚقاه ا
khabarnya dimasuki oleh الً االبتذاءcontoh :ٔعيٌ اّل ىغ٘ىٝ ٗللا 5
4
Ibid., hlm. 68
5
Ibid., hlm. 69
5
Dibaca ُ ( أdengan hamzah yang berbaris atas ), bila ada yang beramal padanya.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
Menempati tempat fail .contoh : نفٌٖ اّا اّضىْاٝ ٌاٗى
Menempati tempat naibul fail .contoh: ِ أّ اعتَع ّفش ٍِ اىجٜ اىٜقو اٗ ح
Menempati tempat maf’ul contoh: ٗال تخفُ٘ اّنٌ اششمتٌ باهلل
Menempati tempat mubtada’. Contoh : االسض خاشعتٙاتٔ اّل تشٍِٝٗ ا
Dimasuki huruf jar. Contoh : رىل باُ للا ٕ٘ اىحق
Dibaca ُ إdan ُ أpada beberapa tempat , yaitu :
Setelah فاء( فاء اىجضاءbalasan) contoh: ٌٞ فأّ غف٘س سح/ ّٔفا...ٍِ عَو ٍْنٌ ع٘أ بجٖا ىت
Setelaت اارٞ ار( ا اىفجا ئyang berarti tiba –tiba ) contoh : ٌذا قائٝ اُ ص/ ُخشجت فارا ا
Menempati tempat ta’lil (menjelaskan sebab ) contoh : 6 أُ اىحَذ ٗاىْعَت/ ُل إٞىب
6
Ibid., hlm. 70
6
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Jumlah ismiyah adalah jumlah ( kalimat ) yang diawali dengan isim ( kata benda ) .
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’
dan khabar . Mubtada’ adalah kalimat yang berada pada awal kalimat dan berupa isim
ma’rifat . Khabar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna , adapun penyebutan mubtada’ sebagai subyek sedangkan khabar
menjadi predikatnya.
Amil inna (ُِ )إdan saudaranya atau huruf nasikhah adalah amil yang masuk ke
mubtada’ khabar dan beramal menashabkan mubtada’ dan merafa’kan khabar. Kemudian
mubtada’ disebut dengan isim inna dan khabar menjadi khabar inna.
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
7
DAFTAR PUSTAKA
Lalu Nirwan Husaini Al-Monggasiy. 2019.Pedoman Dasar Ilmu Nahwu II. Yogyakarta :
Semesta Ilmu.