Disusun Oleh :
KELOMPOK 9
Kelas C Semester 4
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Dengan tangan terbuka kami
menerima saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 9
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya bahasa arab dan nahwu adalah suatu sarana untuh mengetahui
alqur’an dan sunnah Rasulullah s.a.w. keduanya bukanlah termasuk dari ilmu-ilmu syar’i
akan tetapi wajib hukumnya mendalami ilmu tersebut karena syari’ah ini datang dengan
bahasa arab dan setiap syari’ah tidak akan nampak kecuali dengan suatu bahasa. (Imam
Al-Ghazali). Dan untuk dapat memahami bahasa arab, kita perlu mendalami ilmu nahwu,
sharaf serta ilmu balagha. Tetapi yang menjadi tantangan global para pelajar sekarang.
Mereka ingin dengan mudahnya dapat berbahasa tanpa mengetahui seluk-beluk dari ilmu
tersebut terutama pada nahwu dan sharafnya. Sehingga saat mereka menemukan
keganjalan-keganjalan dalam al-qur’an, mereka akan heran. Dan akhirnya timbullah
argumen-argumen dan bahkan laris terpasarkan buku-buku mengenai kejanggalan-
kejanggalan bahasa dalam al-qur’an. Dan mereka yang harus membaca meresapi tanpa
menganalisa, akan memahami bahwa terdapat beberapa kaidah-kaidah bahkan bahasa-
bahasa dalam al-qur’an yang salah. Dengan inilah kami membuat makalah untuk tuntunan
para mahasiswa yang bertemakan “ Na’at-Man’ut.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Na’at dan man’ut adalah isim beserta sifatnya. Telah dijelaskan pada pelajaran-pelajaran
sebelumnya bahwa kata-kata sifat dalam bahasa Arab termasuk isim. Secara umum, na’at
(sifat) mengikuti man’ut-nya (isim yang diberi sifat) dalam hal jenis
(mudzakkar/muannats), dalam hal jumlah (mufrad/mutsanna/jamak), dalam hal
ma’rifah/nakirah, dan dalam hal i’rab (rafa’/ nashab/jar).
Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’
nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya. Man’ut artinya kata-kata benda yang
disipati. Yakni na’at itu mengikuti man’ut dalam hal:
I’rab adalah salah satu aspek yang ada di dalam bahasa Arab di mana aspek ini
mengatur mengenai perubahan bunyi kata yang umumnya merupakan syakat atau harokat
pada setiap akhir kalimat yang disesuaikan dengan amil yang memasukinya.
Contoh:
2
Yang artinya: “ saya melihat pemimpin yang adil itu”
Pada kalimat tersebut, baik na’at maupun man’ut sama – sama memiliki I’rab manshub
atau dibaca nashob karena memiliki tanda nashob yaitu fathah.
Di dalam bahasa Arab, satu kata yang sama dapat disusun oleh huruf yang berbeda
tergantung dengan gender dari amil yang memasukinya. Yang dimaksud amil adalah
orang yang menjadi pelaku atau objek dari kalimat. Gender di dalam bahasa Arab hanya
terbagi menjadi dua, yaitu mudzakkar atau laki – laki dan juga muannats atau perempuan.
Contoh:
Jika sahabat muslim cermati, pada contoh kalimat pertama baik na’at maupun man’ut
memiliki sifat mudzakkar yang menyatakan laki – laki, sedangkan pada contoh kalimat
kedua baik na’at maupun man’ut memiliki sifat muannats atau perempuan.
Selain berdasarkan gendernya, suatu kata di dalam bahasa Arab dapat disusun
oleh huruf yang berbeda pula berdasarkan jumlahnya, yang kemudian digolongkan
kepada isim mufrad (berjumlah satu), isim mutsanna (berjumlah dua) dan juga isim jamak
(berjumlah banyak).
Contoh:
3
Yang artinya: “dua siswa yang rajin”
Dapat sahabat muslim lighat bahwa ketiga kalimat contoh tersebut memiliki na’at dan
man’ut yang sama pada masing – masing kalimat namun ‘adad yang berbeda antara satu
contoh kalimat dengan kalimat yang lainnya.
Yang dimaksud dengan ma’rifat adalah suatu isim (kata benda) yang sudah tentu
atau khusus, berbeda dengan nakirah yang merupakan kebalikannya, yaitu adalah isim
yang umum dan tidak secara khusus menunjuk kepada sesuatu.
Contoh:
Pada contoh kalimat yang pertama, dapat sahabat muslim sekalian lihat bahwa baik na’at
dan man’utnya merupakan isim nakirah atau yang masih memiliki arti umum, di mana
hal tersebut ditandai dengan na’at dan man’ut tersebut dibaca tanwin. Sedangkan pada
contoh kalimat kedua, baik na’at dan man’ut memiliki arti yang khusus atau menunjukkan
arti tertentu.
4
Berikut 3 contoh kalimat na’at man’ut dalam keadaan rofa’ dan penjelasannya
artinya telah berdiri zaid yang tampan, na’atnya (kata sifanya) adalah
jamilun, man’utnya adalah zaid.
artinya telah pergi zaid yang jujur, na’atnya (kata sifanya) adalah ash
shodiqu, man’utnya adalah zaid
Berikut 3 contoh kalimat na’at dan man’ut dalam keadaan nashob dan penjelasannya
artinya kami telah membeli kaca yang bagus, na’atnya (kata sifanya)
adalah jadidata, man’utnya adalah mir’atan
Berikut 3 contoh kalimat na’at man’ut dalam keadaan Khofadh dan penjelasannya
Berikut 3 contoh kalimat na’at man’ut dalam keadaan Ma’rifat dan penjelasannya
5
artinya telah datang laki-laki yang pintar, na’atnya adalah dzakiyyun,
man’utnya adalah rojulun.
Nakiroh adalah kata benda yangmenunjukkan arti satu tapi tidak tertentu, berbeda
dengan ma’rifat yang tertenu, contoh nakiroh seperti meja, buku, bullpen, sedangkan
ma’rifat seperti buku amir, bullpen Fatimah, meja zaid. Jadi anda sudah bisa memahami
perbedaan nakiroh dan ma’rifat. Sehingga anda tidak boleh bingung kembali untuk
memahami contoh na’at man’ut dalam keadaan naikroh. Berikut 3 contoh kalimat na’at
man’ut dalam keadaan Nakiroh dan penjelasannya
artinya kami telah membeli buku yang barui, na’atnya adalah jayyidan,
man’utnya adalah kitaban.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Na’at adalah isim yang mengikuti isim yang sebelumnya atau man’ut, dalam hal rafa’
nashab dan jarrnya, serta ma’rifah dan nakirohnya. Man’ut artinya kata-kata benda yang
disipati. Yakni na’at itu mengikuti man’ut dalam hal:
B. Saran
Kami mengharapkan agar apa yang telah dijelaskan diatas dapat dipahami oleh
pembaca sekalian dan pendengar sekalian, sekaligus semoga bermanfaat bagi kita semua.
Selanjutnya, kritik dan saran dari pembaca dan pendengar sangatlah kami harapkan guna
memperbaiki dalam membuat makalah berikutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Chatibul Umam dkk, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Terjemah Muktasyar Jiddan.(Jakarta:
Darul Ulum Press.2002). Hal. 157
https://www.khoiri.com/2021/10/contoh-naat-dan-maut-serta-pengertiannya.html