Anda di halaman 1dari 12

‫نا ئب الفاعل‬

Mata Kuliah : Nahwu ( Marfu`atulasma`)


Dosen Pengampu: Dr.Musli

Disusun oleh :
Nama: Aida nasoha (202200168)
Nurul Qomariyah (202200122)
M Arfan Alfallah (202200121)

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021
Pengertian Naibul Fa’il

ِ ‫)َف‬
Secara bahasa naib‫ ) َ نائِ ٌ(ب‬memiliki arti ‘pengganti’, sedangkan kata fa’il ‫اعٌ(ل‬
memiliki arti ‘pelaku’. Jika dirangkai, naibul fa’il memiliki arti pengganti
pelaku.
Secara istilah dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan naibul fa’il
adalah isim marfu yang didahului dengan fi’il majhul atau syibhul majhul
serta menempati tempatnya fa’il setelah membuang fa’il tersebut.
Contoh:
 ُ‫( ْال َك ْلبُ يُضْ َرب‬anjing tersebut sedang / akan dipukul)
 ‫ب‬َ ‫ُر‬ِ ‫( ْال َك ْلبُ ض‬anjing tersebut sudah dipukul)
Lafaz‫ ْال َك ْل ُب‬di atas merupakan naibul marfu yang memiliki tanda rofa’ berupa
dhammah. Sedangkan lafaz‫ ُ يضْ َر ُب‬dan‫ ُض ِر َب‬merupakan fi’il majhul. Lalu, apa
itu syibhul majhul?
Syibul majhul
Syibhul majhul memiliki arti ‘menyerupai kata kerja pasif’. Syibhul majhul
sendiri terbagi menjadi dua bagian, yakni isim maf’ul dan isim yang
bergandengan dengan ya nisbah. Naibul fa’il yang dimiliki keduanya seperti
fi’il majhul.
Contoh:
(‫ ُخلُقُ ُه َمحْ ُمو ْد ُه َو‬dia terpuji akhlaknya)
(‫ ُا ُّم ُه ِا ْن ُد ْونِ ْي ِش ُّي ُه َو‬dia keturunan Indonesia ibunya)
Lafaz ‫ َمحْ ُمو ْد‬merupakan isim maf’ul atau syibhul majhul, sedangkan lafaz ُ‫ُخلُقُه‬
merupakan naibul fa’il-nya. Lafaz‫ ِا ْن ُد ْونِ ْي ِش ُّي‬merupakan isim mansub (isim yang
menunjukkan arti keturunan) / isim yang bergandengan dengan ya nisbah,
sedangkan lafaz ُ‫ ُا ُّمه‬merupakan naibul fa’il-nya.
Pembentuk Naibul Fa’il

 Masdar
Contoh:  ‫ْر ُغس ُْل ِ في ُ ي ْغتَ َس ُل‬
ِ ‫( النَّه‬dimandikan di sungai)
Lafaz‫ ِا ْغتِ َس ٌل‬merupakan masdar dan menjadi naibul fa’il dari lafaz‫ ُا ْغتُ ِس َل‬.
 Jer majrur
Contoh: ‫( ِ ِبه ُ ف ِر َح‬dia digembirakan)
Lafaz ‫ ِ ب ِه‬merupakan isim majrur yang menjadi naibul fa’il dari lafaz ‫ ُ ف ِر َح‬.
 Zoraf
Contoh: ‫( َكا ِم ُل َ ي ْو ُم ِسي َْر‬dijalani sehari penuh)
Lafaz ‫ َ ي ْو ٌم‬merupakan zoraf yang menjadi naibul fa’il.
 Maf’ul bih
Contoh:‫( َك ْل ُب ُض ِر َب‬anjing dipukul)
Lafaz‫ ْال َك ْل ُب‬merupakan maf’ul bih dalam kalimat aktif serta manshub kemudian
setelah dimajhul menjadi naibul fa’il serta marfu.
Fi’il Mudhori’ beserta Naibul Fa’il-nya

Untuk membuat majhul (bentuk pasif) fi’il mudhori’ caranya adalah dengan
membuat huruf pertama berharakat dhammah serta membuat huruf kedua
sebelum terakhir menjadi harakat fathah.
Contoh:
 Bentuk aktif‫ ْال َم ْو َز ُكلُ ْو َن َ ي ْا ُهْم‬setelah dibuat majhul menjadi‫ْال َم ْو ُز ُ ي ْؤ َك ُل‬
(pisang dimakan).
 َ ُ ‫ ْالقَه َْوةَ َ ي ْش َر‬setelah dibuat majhul menjadi‫( ْالقَه َْوةُ ُ ت ْش َر ُب‬kopi
Bentuk aktif‫بابِ ْى‬
diminum).
Fi’il Madhi dan Naibul Fa’il-nya

Untuk membuat majhul fi’il madhi caranya adalah dengan membuat huruf
pertama menjadi berharakat dhammah serta membuat huruf kedua sebelum
terakhir menjadi berharakat kasroh.

Contoh:
 Bentuk aktif ‫ ْا َلع ُد َّو َ قاتَ ْلنَا‬setelah dibuat majhul menjadi‫( ْا َلع ُد ُّو ُ ق ْوتِ َل‬musuh
diperangi).
 Bentuk aktif ‫ ْال ِم ْم َحاةَ َ نا َا َخ ْذ‬setelah dibuat majhul menjadi ‫( ْ ال ِم ْم َح ُاة ِتُا ِخ َذ‬stip
diambil).
Hukum-Hukum Naibul Fa’il

 Hukum mengenai naibul fa’il di antaranya adalah:


 Harus dibaca rofa’
 Di mana ada fi’il majhul diharuskan terdapat naibul fa’il-nya.
 Harus terletak sesudah fi’il, yakni apabila isim yang mendahuluinya
maka berupa dhomir.
 Meski naibul fa’ilnya merupakan bentuk mutsanna (dua), fi’il harus
dalam bentuk tunggal (mufrod).
 Fi’il harus dibuat ta’nits jika naibul fa’il-nya merupakan muannats.
 Fi’il boleh dibuang namun naibul fa’il-nya tetap.
Pembagian Naibul Fa’il

 Isim Dhohir
Contoh:
 ‫ان‬ِ ‫( اُ ِخ َذ ْالقَلَ َم‬dua pensil diambil)
 ‫ت‬ ِ ‫ات ُج ِم َع‬ ُ ‫(ل ُم ِدرِّ َس‬guru-guru dikumpulkan)
 ‫ب‬ َ ‫( ْال َما ُء ُش ٍر‬air sudah diminum)
 Isim Dhomir
Contoh isim dhomir mufrod ghaib dan ghaibah:
 ‫ت‬ ْ َ‫( اَ ْلقَه َْوةُ ُش ِرب‬kopi telah diminum)
 ‫ك‬ ُ ‫( ئُْو َك ُل ال َّس َم‬ikan dimakan)
Contoh naibul fa’il isim dhomir ghaib mutsanna:
 ‫َصرْ نَاهُ َما‬ َ ‫[ن‬aktif] ‫ص َرا‬ ِ ُ‫ن‬         [pasif] (mereka berdua ditolong)
 ‫[نَ ْدع ُْوهُ َما‬aktif] ‫ان‬ ِ َ‫ يُ ْد َعي‬        [pasif] (mereka berdua dipanggil)
Contoh naibul fa’il dhomir mukhathob:
 ‫ك‬ َ ‫[ اَ ْنتَ ِظ ُر‬aktif] ‫ت‬ َ ْ‫ اُ ْنتُ ِظر‬       [pasif] (kamu [lk.] ditunggu)
 ‫[ نَ ْخطُبُ ُك َما نَحْ ُن‬aktif] ‫ان‬ ِ َ‫طب‬َ ‫ ت ُ ْخ‬       [[pasif] (kamu berdua dipinang)
 ‫[ اَاْل ُ ْستَا ُذيُ َعلِ ُم ُك ْم‬aktif] ‫ تُ َعلَّ ُم ْو َن‬       [[pasif] (kamu semua diajar)
Contoh naibul fa’il dhomir mutakallim:
 ‫ضنِ ْى اَبِى‬ ُ ‫[يُ ْب ِغ‬aktif]  ُُ‫ ْب َغض‬        [[pasif] (saya akan dimarahi)
 ‫َان‬ ِ ‫ضبَنَا اَ ْل َوالِد‬َ ‫[ اَ ْغ‬aktif] ‫ض ْبنَا‬ َ ‫ا ُ ْغ‬       [[pasif] (kami sudah dimarahi)
Masdar Muawwal

Contoh:
 ‫ب اَ ْن ي ُْخ َشى‬ َ َ‫( تَ ْذه‬dikhawatirkan kamu pergi)
Kalimat di atas memiliki taqdir

َ ‫ك ي ُْخ‬
‫ش‬ َ ُ‫( ِذهَاب‬dikhawatirkan kepergianmu)
 ‫ك يُرْ َجى‬ َ َّ‫ض ُر اَن‬
ِ ‫حا‬ (diharapkan
َ kamu hadir)
Kalimat di atas memiliki taqdir
 ‫ُك يُرْ َجى‬َ ‫( ُحض ُْور‬diharapkan kehadiranmu)
Tujuan Membuang Fa’il

Dalam bait Alfiyah Ibnu Malik disebutkan:


 ‫يَنُ ْوبُ َم ْفع ُْو ٌل بِ ِه َع ْن فَا ِع ِل * فِ ْي َما لَهُ َكنِ ْي َل َخ ْي ُر نِائِ ِل‬
 Artinya: Maf’ul bih mengganti pada fa’il (setelah membuangnya) di
dalam seluruh hukum yang dimiliki fa’il, seperti lafaz‫ ِ ني َْل َخ ْي ُر ِ نائِ ِل‬.
Tujuan Lafaz

Tujuan membuang fa’il dalam lafaz di antaranya:


 Menyamakan sajak (lissajak)
Contoh:
 ُ‫ت ِس ْي َرتُه‬ْ ‫ت َس ِري َْرتُهُ ُح ِم َد‬ ْ َ‫َم ْن طَاب‬
(Orang yang baik hatinya maka terpuji perbuatannya)
 Meringkas kalam (lil’ijaz)
Contoh:
 ‫فَ َعاقِبُوا بِ ِم ْث ِل َما ُع ْوقِ ْبتُ ْم‬
(Kemudian mereka menyiksa dengan sesamanya siksa yang disiksakan
padamu semua)
Tujuan Makna

Tujuan membuang fa’il dalam makna di antaranya:


 Sebab telah diketahui (lil’ilmi)
Contoh:
 ‫ض ِع ْيفًا‬
َ ‫ان‬ ُ ‫ق اإْل ِ ْن َس‬
َ ِ‫ُخل‬
(Manusia diciptakan dalam keadaan lemah)
 Lafaz   ‫هللا‬sebagai fa’il dibuang karena sudah diketahui bahwa yang
menciptakan makhluk ialah Allah SWT.
 Sebab tidak diketahui (liljahli)
Contoh:
 ‫ق َملِي‬ َ ‫ُر‬
ِ ‫س‬
(Hartaku telah dicuri)

Anda mungkin juga menyukai