Disusun Oleh:
Kelompok 9 / 5C / PBA
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis curahkan kepada Allah SWT yang telah memberi
kenikmatan kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas kami yaitu membuat
makalah kelompok yang berupa soft copy berjudul “ Washl “. Yang merupakan suatu
kewajiban bagi kami selaku salah satu mahasiswa UIN Raden Intan Lampung untuk
menyelesaikan segala tugas pada setiap mata kuliah khususnya mata kuliah Balaghah.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya beserta sahabatnya yang membawa risalah Allah SWT dan membawa agama
Islam menuju terciptanya masyarakat yang terang terlepas dari masa Jahiliyyah dan menuju
masyarakat yang madani.
Tak terlupakan pula kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Hj. Rumadani Sagala,
M.Ag yang membimbing kami dalam mata kuliah Balaghah sehingga kami mempunyai
pengetahuan tentang Bahasa Arab.
Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca yang meluangkan
waktunya kepada dunia pengetahuan.
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................1
KATA PENGANTAR................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
A. Simpulan...........................................................................................................9
BAB 1
3
PENDAHULUAN
“Balaghah mendatangkan makna yang agung dan jelas, dengan ungkapan yang benar dan
fasih, memberi bekas yang berkesan di lubuk hati dan sesuai dengan situasi, kondisi, dan
orang-orang yang diajak bicara”. ( Al-Jarim, 2011:6). Ilmu balaghah terbagi kepada tiga
bagian, yaitu Ilmu Ma’ani, Ilmu Bayan, dan Ilmu Badi’. Disebutkan dalam Kitab At-Tashil
(Manaf, 6) “Ilmu Ma’ani adalah Ilmu yang mengetahui bagaimana tata cara menyesuaikan
perkataan untuk sesuai dengan situasi dan kondisi yang dimaksud dari perkataanya”.Ilmu
Ma’ani merupakan bagian penting sebelum ilmu Bayan dan ilmu Badi’ dalam kajian ilmu
Balahgah. Ilmu ini menuntun kepada kita untuk dapat berbicara sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi (muqtadha al-hal). Seperti situasi dan kondisi lawan bicara: ada orang
yang polos (khaly ad-dzinni), ada orang yang meragukan (mutraddid), dan ada juga orang
yang mengingkarii (munkir) apa yang kita sampaikan. Kondisi seperti ini akan menuntut
gaya pengungkapan sendiri.Ilmu ma’ani membahas tentang al-washal dan al-fashal. Menurut
Abdurrahim Manaf (Manaf, 19) “Al-Washal adalah meng‘atafkan kalimat kepada kalimat
lainnya dan Al-fashalmeninggalkan ‘atafnya. Dan orang yang berbicara tentang kajian ini
Ulama Ma’ani sesungguhnya AlWashal dengan wau khusus dan settiap washal dan Fashal
mempunyai tempat-tempatnya masing-masing”.
B. RUMUSAN MASALAH
. 1. Apakah pengertian washl?
2. Bagaimana penempatan washl dalam susunan kalimat?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian washl
2. Untuk mengetahui penempatan washl dalam susunan kaliamat
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Pengertian Washl
Dalam susunan suatu kalimat adakalanya kalimat tersebut diharuskan untuk
menghubungkan dengan kalimat berikutnya. Dan adakalanya dipisah (fashl). Diantara
kalimat yang mengaharuskan untuk diwashl dalam kalimat adalah sebagai berikut:
1 Ali Al Jaarim dan Mushtofa Amin,Balaghah Wadhihah, (Banland: Darul Ma’arif, tth),hlm. 230
2 Hifni Bik Nasif dkk,Qawaid Alughah Al Arabiyah, (Semarang: PT. Toha Putra, tth), hlm. 114
3 Imil Badi’ Ya’qub, al Mu’ayyin fi al Balaghah,(Beirut : Word Of Books, 2000), hlm. 208.
4 Abdurrahman bin Muhammad Al Akhdlori, Taqriraat Al Jauharul Maknun, (Kediri: Hidayatul Mubtadi’in bil
Ma’had Islami Lirboyo,1512), hlm.68
5
Cinta kehidupan itu memperbudak setiap orang merdeka dan mengajarkan orang yang lapar
untuk makan tumbuh-tumbuhan yang pahit.
Syair diatas mengharapkan dua kalimat tersebut menduduki I’rob sebagai khobar dari
mubtada’ sebelumnya, dan menggabungkan kalimat yang kedua didalam hukum I’robnya.
Dan oleh karena itu wajib washl.
2. diwajibkan washl ketika dua kalimat cocok sebagai kalimat khobar atu insya’ dan
mempunyai keserupaan yang sempurna tanpa adanya sebab yang menuntut adanya fashl
diantara keduanya. Contoh :
لكذوب وال راحةَ لحسو ٌد
ٌ الوفا َء: وقال األحنف بن قيس
Tidak cukup untuk sombong dan tidak berhenti untuk dengki.
Dalam contoh ini, dua kalimat yang tidak cocok didalam kalam khobar dan keduanya
serupa di dalam makna dan karena tidak di temukannya sesuatu yang menuntut fashl maka di
wajibkan washl.5
Contoh lain:
َوا ْعبُدُوا هللاَ َواَل تُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ِه َش ْيئًا
Artinya: “Dan sembahlah Allah serta janganlah kalian menyekutukan-Nya….” (An-Nisa’:
36).
Kedua jumlah di atas sama-sama jumlah insya’ dan disambungkan dengan athaf.
5 Ali Al Jaarim dan Mushtofa Amin,Balaghah Wadhihah, (Banland: Darul Ma’arif, tth), hlm.233-234
6
3. Adanya Fashl (pemisah) membutuhkan makna, yaitu dua kalimat yang berbeda baik
berupa kalam khobar dan insya’ dimana diantara keduanya terdapat kesempurnaan
pemisaholeh karena itu wajib fashl, sebagaimana yang telah kita ketahui sebelumnya. Akan
tetapi dalam kalimat tersebut terdapat penghalang dari wajibnya fashlkarena fashl menyusun
penggabungan didalam kebutuhan makna. Contoh :
Ketika orang yang dikenai pertanyaan itu hanya cukup menjawa ""ال maka hal ini di
katakana kalimat khobariyah karena dari lafal لا mengira-ngirakan kalimat رج منZZZلم تخ
المستشفي . Sedangkan kalimat شفاه هللا berupa kalimat Insyaiyyah karena maksud dari kalimat
itu adalah do’a.
Dan sebagaimana telah diketahui apabila dua kalimat itu berbeda, maka wajib fashl. Akan
tetapi, jika kamu mengatakan ال شفاه هللا maka hal itu akan di kira sebagai do’a bagi orang
yang dikenai pertanyaan padahal bukan demikian maksud yang diharapkan. Dan untuk
menafikan perasangka ini, didatangkanlah wawu.
Oleh karenanya ulama’ balaghoh mengatakan hal ini sebagai kamalul inqitho’ yang disertai
dengan persangkaan. Mereka mengatakan demikian, ketika diantara dua kalimat wajib
difashl, kecuali jika ada persangkaan dengan perubahan makna maka hal itu
diwajibkan washl.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
7
untuk disambungkan dengan kalimat berikutnya. Dan terkadang ada pula yang
dipisah (difashl). Diantara penempatan washl dalam kalimat adalah sebagai berikut:
1.Saling berhubungan didalam i’rabnya.
2. Diwajibkan washl ketika dua kalimat cocok sebagai kalimat khobar atau insya’ dan
mempunyai keserupaan yang sempurna tanpa adanya sebab yang menuntut adanya fashl
diantara keduanya
3. Adanya Fashl (pemisah) membutuhkan makna.
DAFTAR PUSTAKA