Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERTUMBUHAN ILMU PENGETAHUAN

PADA MASA UMAYAH

A. Kemajuan Islam Pada Masa Bani Umayyah


1. Asal Usul Bani Umayyah
Pada dasarnya Daulah Bani Umayyah merupakan lanjutan dari Daulah
Khulafaur Rasyidin. Muawiyah adalah pendiri daulah ini. Daulah ini berdiri
ketika terjadi krisis politik dalam tubuh umat Islam. Nama Umayyah merujuk
pada seorang Quraisy di masa Jahiliyah. Dia adalah Umayyah bin Abdus
Syam bin Abdi Manaf. Masih terhitung saudara dari Bani Hasyim (keluarga
besar Rasulullah SAW), karena Hasyim (ayah Abdul Muthalib) juga salah satu
Putra Abdi Manaf. Jadi, Abdi Manaf adalah kakek moyang kedua Bani
tersebut. Tetapi, sekalipun satu kakek moyangnya, sejak zaman
Jahiliyah Bani Umayyah juga tidak jarang mengganggu keberhasilan Bani
Hasyim. Abdul Muthalib, pemimpin Ka’bah saat itu, diganggu oleh Abdus
Syam dan Umayyah. Ketika menemukan kembali mata air
zamzam, Umayyahdan bapaknya meminta bagian agar dapat mengurusi
mata air itu. Tetapi karena penduduk Mekkah tidak berkenan dengan tindakan
mereka itu, maka keluarga Abdus Syam tersebut meninggalkan Mekkah
menuju Damaskus karena merasa malu.

1. Corak Khas Pemerintahan Bani Umayyah


Pada masa Khulafaur Rasyidin, Khalifah adalah sosok pemimpin yang
alim dalam ilmu agama, sederhana dalam hidup, dan tanggung jawab kepada
rakyatnya. Dia menjadi imam di Masjid, sekaligus komandan di medan
perang. Dia hidup sederhana dan jauh dari sikap mewah. Bahkan, sebagai
kepala Negara tidak ada pengawal yang menjaga di sekitarnya. Karena
baginya, hidup mati adalah urusan Allah. Adapun untuk mengetahui denyut
nadi keadaaan rakyatnya, hampir setiap malam seorang Khalifah
mengunjungi kehidupan rakyatnya. Keinginan dan kebutuhan rakyat harus
disaksikan dan dirasakan sendiri dengan cara seperti itu. Khalifah sadar
bahwa tanggung jawab sebagai pemimpin umat sangatlah berat.
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sikap hidup seperti itu tidak
akan ditemukan. Sejak Muawiyah memegang kekuasaan, gaya hidup seorang
Khalifah sudah berubah drastis. Muawiyah hidup di dalam benteng dengan
pengawalan ketat dan bermewah-mewah sebagai raja. Tradisi “Harem” dan
perbudakan ditumbuhkan kembali. Pesta-pesta diadakan di istana, lengkap
dengan hiburan-hiburan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hal seperti ini
diwariskan kepada Khalifah-Khalifah sesudahnya kecuali pada Khalifah Umar
bin Abdul Aziz (Umar II). Hal lain yang berubah pada masa Bani
Umayyahadalah fungsi dan kedudukan Baitul Mal. Ketika era Khulafaur
Rasyidin. Baitul Mal adalah harta Negara yang harus dipergunakan untuk
kesejahteraan rakyat. Namun pada masa Bani Umayyah, fungsi dan
kedudukan Baitul Mal telah bergeser, sebab Khalifah memiliki wewenang
yang besar untuk menggunakan harta Baitul Mal sesuai keinginannya.
Kewenangannya, khalifah menggunakan harta tersebut untuk kepentingan
pribadi maupun keluarganya. 
Namun demikian, ada pula kemajuan positif yang terjadi pada masa
Bani Umayyah. Di antaranya adalah bertambah luasnya daerah kekuasaan
pemerintahan Islam yang membentang dari Afganistan sampai Andalusia.
Suksesnya politik ekspansi ini menempatkan Islam menjadi kekuatan
Internasional yang paling disegani di Timur dan di Barat. Imbas positifnya,
dakwah Islam cepat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Islam dapat tersebar
dengan cepat dan meluas. Bahasa Arab menjadi bahasa dunia, Masjid-masjid
dibangun di setiap kota besar serta kegiatan pendalaman agama dan
pengembangan ilmu pengetahuan Islam semarak di mana-mana. Saat itu,
Daulah Bani Umayyah adalah sebuah Negara adikuasa di dunia. 

3. Kekhalifahan Bani Umayah


a. Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-681 M)
Muawiyah ibn Abi Sufyan adalah pendiri Daulah Bani Umayyah dan
menjabat sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibu kota dari
Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Suriah. Pada
masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan
Islam yang terhenti pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia
juga mengatur tentara dengan cara baru dengan meniru aturan yang
ditetapkan oleh tentara di Bizantium, membangun administrasi
pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos. Muawiyah
meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di Damaskus di
pemakaman Bab Al-Shagier.

b. Yazid ibn Muawiyah (681-683 M)


Yazid menjabat sebagai Khalifah dalam usia 34 tahun pada tahun
681 M. Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau
menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim surat kepada
Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil
sumpah setia kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk,
kecuali Husein ibn Ali dan Abdullah ibn Zubair.
Bersamaan dengan itu, Syi’ah (pendukung Ali) melakukan
konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali. Perlawanan terhadap Bani
Umayyah dimulai oleh Husein ibn Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari
Mekkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat
Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein
sebagai Khalifah. Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbela,
sebuah daerah di dekat Kufah, tentara Husein kalah dan Husein sendiri
mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim ke Damaskus, sedang
tubuhnya dikubur di Karbala (Yatim, 2003:45). Ia meninggal pada tahun 64
H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun
dan enam bulan.

c. Muawiyah ibn Yazid (683-684 M)


Muawiyah ibn Yazid menjabat sebagai Khalifah pada tahun 683-
684 M dalam usia 23 tahun. Dia seorang yang berwatak lembut. Dalam
pemerintahannya, terjadi masa krisis dan ketidakpastian, yaitu timbulnya
perselisihan antar suku diantara orang-orang Arab sendiri. Ia memerintah
hanya selama enam bulan.

d. Marwan ibn Al-Hakam (684-685 M)


Sebelum menjabat sebagai penasihat Khalifah Ustman bin Affan, ia
berhasil memperoleh dukungan dari sebagian orang Syiria dengan cara
menyuap dan memberikan berbagai hak kepada masing-masing kepala
suku. Untuk mengukuhkan jabatan Khalifah yang dipegangnya maka
Marwan sengaja mengawini janda Khalifah Yazid, Ummu Khalid.
Selama masa pemerinthannya tidak meninggalkan jejak yang
penting bagi perkembangan sejarah Islam. Ia wafat dalam usia 63 tahun
dan masa pemerintahannya selama 9 bulan 18 hari.

e. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M)


Abdul Malik ibn Marwan dilantik sebagai Khalifah setelah
kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul Malik,
kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang
sebagai Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil
memulihkan kembali kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak,
sehingga pada masa pemerintahan selanjutnya, di bawah pemerintahan
Walid bin Abdul Malik
Daulah bani Umayyah dapat mencapai puncak kejayaannya. Ia
meninggal pada tahun 705 M dalam usia yang ke-60 tahun. Ia
meninggalkan karya-karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan. Dalam masa
pemerintahannya, ia menghadapi sengketa dengan Abdullah ibn Zubair.

f. Al-Walid ibn Abdul Malik (705-715 M)


Masa pemerintahan Walid ibn Malik adalah masa ketentraman,
kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada
masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar, yaitu perluasan
wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya, benua
Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan Islam
juga sampai ke Andalusia (Sepanyol) dibawah pimpinan panglima
Thariq bin Ziad. Perjuangan panglima Thariq bin Ziad mencapai
kemenangan, sehingga dapat menguasai kota Kordova, Granada dan
Toledo.
Selain melakukan perluasan wilayah kekuasaan Islam, Walid
juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa
pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid ibn
Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah. Daulah
Bani Umayyah dan merupakan puncak kebesaran Daulah tersebut.

g. Sulaiman ibn Abdul Malik (715-717 M)


Sulaiman Ibn Abdul Malik menjadi Khalifah pada usia 42 tahun.
Masa pemerintahannya berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan. Ia tidak
memiliki kepribadian yang kuat hingga mudah dipengaruhi penasehat-
penasehat disekitar dirinya. Menjelang saat terakhir pemerintahannya
barulah ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar bin Abdul
Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan
memegang jabatan wazir besar.
Hasratnya untuk memperoleh nama baik dengan penaklukan
ibu kota Constantinople gagal. Satu-satunya jasa yang dapat
dikenangnya dari masa pemerintahannya ialah menyelesaikan dan
menyiapkan pembangunan Jamiul Umawi yang terkenal megah dan
agung di Damaskus.

h. Umar Ibn Abdul Aziz (717-720 M)


Umar ibn Abdul Aziz menjabat sebagai Khalifah pada usia 37
tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin mengembalikan corak
pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin. Pemerintahan
Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu
ditunjukkan oleh orang Bani Umayyah.
Ketika dinobatkan sebagai Khalifah, ia menyatakan bahwa
mempernaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah
Islam lebih baik daripada menambah perluasannya (Amin, 1987:104).
Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negeri.
Meskipun masa pemerintahannya sangat singkat, ia berhasil menjalin
hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga memberi kebebasan kepada
penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya.
Kedudukan mawali (orang Islam yang bukan dari Arab)
disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka suatu
pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan
keshalehannya patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Ia meninggal pada tahun 720
M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.

i. Yazid ibn Abdul Malik (720-724 M)


Yazid ibn Abdul Malik adalah seorang penguasa yang sangat
cenderung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan
kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam
ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi
kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnik politis,
masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid.
Pemerintahan Yazid yang singkat itu hanya mempercepat
proses kehancuran Bani Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah
propaganda bagi keturunan Bani Abas mulai dilancarkan secara aktif.
Dia wafat pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 4 tahun, 1 bulan.

j. Hisyam ibn Abdul Malik (724-743 M)


Hisyam ibn Abdul Malik menjabat sebagai Khalifah pada usia
yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli strategi
militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan
ini berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam
perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini mampu menggulingkan
Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru, Bani
Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak dan jujur menyumbangkan
jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan kemakmuran,
tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan
para pendahulunya, kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga
Khalifah tidak mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa pemerintahan Khalifah Hisyam
kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas dagang
mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily
pada tahun 743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 19 tahun, 9 bulan.
Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya
lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat
runtuhnya Daulah Bani Ummayyah.

k. Walid ibn Yazid (743-744 M)


Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dimasa
pemerintahan Walid ibn Yazid. Ia berkelakuan buruk dan suka
melanggar norma agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya.
Dan ia mati terbunuh. Meskipun demikian, kebijakan yang paling
utama yang dilakukan oleh -Walid ibn Yazid ialah melipatkan jumlah
bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang
lanjut usia yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia
menetapkan anggaran khusus untuk pembiayaan tersebut dan
menyediakan perawat untuk masing-masing orang. Dia sempat
meloloskan diri dari penangkapan besar-besaran di Damaskus yang
dilakukan oleh keponakannya. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 1 tahun, 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.

l. Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M)


Pemerintahan Yazid ibn Walid tidak mendapat dukungan dari
rakyat, kerana perbuatannya yang suka mengurangi anggaran
belanja negara. Masa pemerintahannya penuh dengan kemelut dan
pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung selama 16
bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.

m. Ibrahim ibn Malik (744 M)


Diangkatnya Ibrahim menjadi Khalifah tidak memperoleh suara
bulat didalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya.
Kerana itu, keadaan negara semakin kacau dengan munculnya
beberapa pemberontak. Ia menggerakkan pasukan besar
berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan suka
rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat
baiat terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3
bulan dan wafat pada tahun 132 H.

n. Marwan ibn Muhammad (745-750 M)


Beliau seorang ahli negara yang bijaksana dan seorang
pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia tidak
mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah yang telah kuat
pendudkungnya.
Marwan ibn Muhammad melarikan diri ke Hurah, terus ke
Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang ditugaskan membunuh
Marwan oleh Abbas As-Syaffah selalu mengejarnya. Akhirnya
sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al Fayyun Mesir, dia
mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima penyerahan
tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132
H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian tamatlah kedaulatan Bani
Umayyah, dan sebagai tindak lanjutnya dipegang oleh Bani
Abbasiyah.

4. Kemajuan Islam Pada Masa Bani Umayyah


Kemajuan Islam di masa Daulah Umayyah meliputi berbagai bidang,
yaitu politik, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Di
antaranya yang paling spektakuler adalah bertambahnya pemeluk Agama
Islam secara cepat dan meluas. Semakin banyaknya jumlah kaum Muslimin
ini terkait erat dengan makin luasnya wilayah pemerintahan Islam pada
waktu itu. Pemerintah memang tidak memaksakan penduduk setempat
untuk masuk Islam, melainkan mereka sendiri yang dengan rela hati tertarik
masuk Islam. Akibat dari makin banyaknya orang masuk agama Islam
tersebut maka pemerintah dengan gencar membuat program pembangunan
Masjid di berbagai tempat sebagai pusat kegiatan kaum Muslimin.
 
B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Bani Umayyah.
Perkembangan lain yang menggembirakan adalah makin meluasnya
pendidikan Agama Islam. Sebagai ajaran baru, Islam sungguh menarik minat
penduduk untuk mempelajarinya. Masjid dan tempat tinggal ulama merupakan
tempat yang utama untuk belajar agama. Bagi orang dewasa, biasanya mereka
belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu,
filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak,
diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu
masyarakat sangat antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara
sempurna. Jika pelajaran Al-Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena
memang ilmu yang pokok untuk memahami ajaran Islam, maka filsafat
dipelajari sebagai alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
waktu itu suka berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain
seperti ilmu alam, matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu
yang terakhir ini muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani
Abbasiyah maupun Bani Umayyah Spanyol.
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan
yang maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik
yang menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun
lukis manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni
suara, seni bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini
sudah banyak bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab
maupun Persia-Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki
tradisi berkesenian yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni
patung maupun seni arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni
bangunan ini, antara lain adalah berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya
penuh dengan ukiran halus dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan
yang sangat indah. Perlu diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini,
Khalifah Walid mendatangkan 12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi
di antara kemajuan-kemajuan yang terjadi pada masa Daulah Bani
Umayyah tersebut, prestasi yang paling penting dan berpengaruh hingga
zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam. Dengan wilayah yang
sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh bangsa-bangsa
lain, tidak saja bangsa Arab.

C. Ilmu  dan tokohnya yang muncul pada masa Dinasti Umayyah


            Berikut ini nama-nama ilmuwan beserta bidang keahlian yang
berkembang di Andalusia masa dinasti Bani Umayyah :
No Nama Bidang Keahlian Keterangan
Abu Ubaidah Muslim  Astrolog Dikenal sebagai Shahih al
1. Ibn Ubaidah al Balansi  Ahli Hitung Qiblat  karena banyak sekali
 Ahli gerakan bintang- mengerjakan penetuan arah shalat.
bintang
2. Abu al Qasim Abbas   Astronomi Ilmi kimia, baik kimia murni maupun
ibn Farnas   Kimia terapan adalah dasar bagi ilmu farmasi
yang erat kaitannya dengan ilmu
kedokteran. Farmasi dan ilmu
kedokteran telah mendorong para ahli
untuk menggali dan mengembangkan
ilmu kimia dan ilmu tumbuh-tumbuhan
untuk pengobatan.
3. Ahmad ibn Iyas al  Kedokteran Hidup pada masa Khalifah Muhammad
Qurthubi I ibn abd al rahman II Ausath

4. Abu al Qasim al  Dokter Bedah Di Barat dikenal dengan Abulcasis.


Zahrawi  Perintis ilmu penyakit Karyanya berjudul al Tashrif li man
telinga ‘Ajaza ‘an al Ta’lif, dimana pada abad
 Pelopor ilmu penyakit XII telah diterjemahkan oleh Gerard of
kulit Cremona dan dicetak ulang di Genoa
(1497M), Basle (1541 M) dan di Oxford
(1778 M) buku tersebut menjadi
rujukan di universitas-universitas di
Eropa.
5. Abu Marwan Abd al  Ahli sejarah  Wafat 238 H /852 M
Malik ibn Habib  Seorang Penyair  Salah satu bukunya berjudul al
 Ahli nahwu sharaf Tarikh

6. Muhammad ibn Musa  Sejarah  Wafat 273 H /886 M


al razi  Menetap di Andalusia pada tahun
250/863
7. Abu Bakar Muhammad  Sejarah  Dikenal dengan Ibn Quthiyah
ibn Umar  Wafat 367 H /977 M
 Bukunya berjudul Tarikh Iftitah al-
Andalus
8. Uraib ibn Saad  Sejarah  Wafat 369 H /979 M
 Meringkas Tarikh al- thabari,
menambahkan kepadanya tentang al
Maghrib dan Andalusia, disamping
memberi catatan indek terhadap
buku tersebut.
9. Hayyan Ibn Khallaf ibn  Sejarah  Wafat 469 H /1076 M
Hayyan  Sastra  Karyanya : al Muqtabis fi Tarikh Rija
al Andalus dan al Matin.
10. Abu al Walid Abdullah  Sejarah  Lahir di Cordova tahun 351/962 dan
ibn Muhammad ibn al  Penulis biografi wafat 403/1013.
faradli.  Salah satu karyanya berjudul Tarikh
Ulama’i al Andalus

D. Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Bani Umayyah.


Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan yang
maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang
menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis
manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara,
seni bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak
bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab maupun Persia-
Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian
yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni
arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain
adalah berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus
dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan yang sangat indah. Perlu
diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini, Khalifah Walid mendatangkan
12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di antara kemajuan-kemajuan
yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling
penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam.
Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal
oleh bangsa-bangsa lain, tidak saja bangsa Arab.

E. Penyebab Dari Runtuhnya Bani Umayyah.


Daulah Bani Umayyah yang megah akhirnya runtuh juga. Namun
keruntuhannya tidaklah datang secara tiba-tiba. Melainkan melalui sebuah
proses yang panjang. Setelah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Khalifah-Khalifah
sesudahnya bukanlah orang-orang yang cakap dalam memimpin pemerintahan.
Namun, lebih dari itu sistem sosial dan politik yang berkembang oleh
pemerintahan Bani Umayyah memang mengandung banyak kelemahan. Di
antara kelemahan-kelemahan sistem itu sebagai berikut :
1. Ketidakjelasan Sistem Suksesi, sistem pergantian Khalifah melalui
garis keturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab. Tradisi asli Arab
adalah masyarakat terbentuk atas kabilah-kabilah. Dan kepemimpinan
masyarakat yang terdiri dari kabilah-kabilah tersebut dilakukan dengan sistem
perwakilan tiap pimpinan kabilah. Adapun tradisi kepemimpinan yang turun-
temurun merupakan tradisi kerajaan Romawi dan kerajaan Persia.
Tampaknya, Muawiyah meniru kedua kerajaan besar tersebut. Kelemahan
dari tradisi kepemimpinan turun-temurun adalah adanya ketidakjelasan sistem
pergantian. Ketidakjelasan tersebut menyebabkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat di kalangan anggota keluarga Istana. Akibatnya,
ketidakkompakkan anggota keluarga Istana memperlemah kekuatan
kekhalifahan. 
2. Sistem Sosial yang Diskriminatif, Bani Umayyah menerapkan
sistem diskriminasi sosial. Padahal ajaran Islam menganggap bahwa semua
manusia itu sederajat. Namun, Bani Umayyah memperlakukan orang-orang
Islam non-Arab (kaum mawali) sebagai warna kelas dua. Hal ini jelas
menimbulkan kecemburuan. Apalagi para pemeluk Islam non-Arab makin hari
makin besar jumlahnya. Tampaknya, pemerintah Bani Umayyah tidak
mempertimbangkan persoalan ini sejak awal. Selain itu, Bani Umayyah juga
bersikap buruk kepada Bani Hasyim, lebih-lebih keturunan Ali. Kecuali
Khalifah Umar II, semua Khalifah Bani Umayyahmelakukan kezaliman
tersebut.
3. Sikap Mewah Kalangan Istana, lemahnya pemerintahan
daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan
istana. Kemewahan itu membuat anak-anak Khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Selain itu,
golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap
perkembangan agama sangat kurang.
Selain persoalan-persoalan sistem tersebut. Daulah Bani Umayyah juga
mengalami persoalan dengan adanya kaum oposisi maupun kaum
pemberontak. Golongan Syiah (pengikut Ali) dan kaum Khawarij merupakan
gerakan oposisi utama sejak Daulah Bani Umayyah berdiri. Mereka melakukan
oposisi secara terbuka maupun bersembunyi. Penumpasan terhadap gerakan
kedua oposisi itu banyak menyedot kekuatan pemerintah. Adapun gerakan
oposisi yang paling kuat adalah oposisi yang dilakukan Bani Abbasiyah.
Gerakan ini merupakan gerakan gabungan antara keluarga (Orang-orang
Muslim Non-Arab) dan orang-orang Khurasan pimpinan Abu Muslim. Gerakan ini
menggelembung menjadi besar, dan pada tahun 750 M mampu
menggulingkan Daulah Bani Umayyah. 

F. Hikmah Mempelajari Sejarah Ilmu Pengetahuan Bani Umayyah


Ada beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari sejarah perkembangan Islam
pada masa Bani Umayah, diantaranya sebagai berikut.
1. Meskipun Bani Umayyah telah hancur, perluasan wilayah Islam masih terus
dilanjutkan sehingga dengan demikian kebudayaan Islam tetap berkembang
di Eropa. Hal tersebut menandakan bahwa semangat kaum muslim dalam
meraih cita-cita sangat tinggi sehingga melahirkan persatuan dan kesatuan
yang sangat dibutuhkan dalam mewujudkan hal tersebut. Hal ini terbukti
dalam setiap perluasan wilayah, kaum muslim mampu menguasai Spanyol
dalam waktu sekitar delapan abad (711-1492 M) dan menguasai
Semenanjung Balkan sekitar 4 abad (1453-1918 M)
2. Niat yang tulus ketika melakukan sesuatu karena Allah sangat dibutuhkan,
ketika niat telah berubah menjadi orientasi terhadap kekuasaan atau harta,
maka dengan cepat kehancuran akan menimpa. Hal tersebut telah banyak
dibuktikan pada peristiwa-peristiwa runtuhnya daulah bani Umayyah, bani
Abbasyah, dan bani Umayyah II di Andalusia serta kerajaan atau
pemerintahan lain dimanapun berada
3. Penaklukan wilayah yang demikian luas dilakukan oleh kaum muslim saat itu
berdasarkan pada permintaan penduduk suatu negara yang ditindas oleh
pemimpin mereka sendiri. Hal tersebut dikarenakan penduduknya berada
dibawah pemerintahan yang zalim atau karena kerajaan tersebut telah
mengganggu wilayah-wilayah Islam. Oleh karena itu, kaum muslim telah
bertindak sebagai pembebas masyarakat suatu negara dari tindakan
pemerintah mereka yang sewenag-wenang dan bukan bertindak sebagai
penjajah atas suatu negara. Penduduk yang dibebaskan tetap diberikan
keleluasan untuk menjalankan agama atau kepercayaan mereka masing-
masing meskipun upaya penyebaran agama Islam senantiasa dilakukan.
4. Islam memiliki kontribusi yang sangat besar dalam upaya menyebarkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi. Eropa memiliki kemajuan saat ini salah satunya
disebabkan jasa sarjana-sarjana muslim yang telah menjadi mata rantai
perkembangan ilmu pengetahuan kepada masyarakat Eropa saat itu.

Anda mungkin juga menyukai