Khalifah-khalifah pada bani umayah ini masing-masing ada keunggulan dan kelemahannya
dengan rincian sebagai berikut:
1. Muawiyah (661-680 M)
Muawiyah adalah salah satu khalifah besar pada masa bani umayah. Silsilah Muawiyah bin
Abu Sufyan sebagai pendiri Daulah Amawiyah yang berkuasa atas pemerintahan kaum muslimin
selama delapan puluh tahun (40-132 H) bersambung kepada Umayah bin Abdu Syams bin Abdu
Manaf bin Qushay. Ibunya adalah hindun binti Uthbah bin Rabiah bin Abd. syams bin Abdu Manaf.
Muawiyah memperoleh kekuasaan, tetapi kecuali di Siria dan Mesir, dia memerintah semata-
mata dengan pedang. Di dalam dirinya digabungkannya sifat-sifat seorang penguasa, politikus, dan
administrator. Muawiyah adalah seorang peneliti sifat manusia yang tekun dan memperoleh
wawasan yang tajam tentang pikiran manusia. Dia berhasil memanfaatkan para pemimpin,
administrator dan politikus yang paling ahli pada waktu itu. Dia adalah seorang ahli pidato ulung.
a) Keberhasilan militernya
Pada masa kekhalifahan Muawiyah, kemajuan besar diperoleh di Timur. Orang-orang dari
Heart memberontak dan mereka ditindas pada tahun 661 M. Dua tahun kemudian Kabul juga
diserbu. Operasi-operasi yang sama dilancarkan terhadap Ghazna, Balkh, dan Kandahar dan dua
tahun kemudian Samarkand dan Tirmid diduduki.
b) Pengepungan Konstantinopel
c) Pemerintahan
Khalifah Muawiyah mendirikan suatu pemerintahan yang terorganisasi dengan baik. Dasar
yang sebenarnya dari pemerintahannya terdapat dalam angkatan daratnya yang kuat dan efisien. Dia
dapat mengandalkan pasukan orang-orang Siria yang taat dan setia, Muawiyah berusaha mendirikan
pemerintahan yang stabil menurut garis-garis pemerintahan Bizantium. Dia bekerja keras bagi
kelancaran sistem yang untuk pertama kali digunakannya itu. Muawiyah merupakan orang pertama
di dalam Islam yang mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanul khatam). Setiap peraturan
yang dikeluarkan oleh Khalifah harus disalin di dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel
dan dikirimkan ke alamat yang dituju. Pelayanan pos (diwanul barid) kabarnya telah diperkenalkan
oleh Muawiyah. Barid (kepala pos) member tahu pemerintah pusat tentang apa yang terjadi di dalam
pemerintahan provinsi. Dengan cara ini Muawiyah melaksanakan kekuasaan pemerintah pusat.
Muawiyah membentuk dua secretariat-sekretariat imperium (pusat) yang medianya bahasa Arab dan
secretariat provinsi yang menggunakan bahasa Yunani dan bahasa Persia. Dia mengangkat seorang
gubernur di setiap provinsi untuk melaksanakan pemerintahan. Akan tetapi, untuk memungut pajak
di tiap-tiap provinsi dia mengangkat pejabat khusus dengan gelar sahibul Kharaj. Pejabat ini tidak
terikat dengan gubernur dan dia di angkat oleh khalifah. Dalam masalah keuangan, Gubernur harus
menggantungkan dirinya pada Sahibul Kharaj, dan hal ini membatasi kekuasaannya.
Muawiyah meninggal dunia dalam bulan April 680 M. Secara keseluruhan, setelah
memerintah imperium Islam selama kira-kira 20 tahun, masa pemerintahan Muawiyah merupakan
masa kemakmuran dan perdamaian di dalam negeri serta keberhasilan di luar negeri.
2. Yazid (60-64 H)
Yazid adalah anak dari ibnu Muawiyah, dan ibunya Maisun al Kalbiyah yaitu seorang wanita
padang pasir yang dikawini Muawiyah sebelum ia menjadi khalifah. Tetapi Maisun ini tidak merasa
betah dengan kehidupan di kota.
Pikiran tentang pengangkatan Yazid menjadi putera mahkota mulai timbul pada tahun 49 H.
Sebagai gagasan dari Al Mughirah ibnu Syubah.Menurut riwayat, Al mughirah telah merasa bahwa
Muawiyah bermaksud memecatnya dari jabatan Gubernur Kufah.
a) Penolakan Yazid
Pada tahun 679 M Muawiyah mencalonkan anaknya yazid sebagai penerusnya. Tentu saja hal
ini merupakan suatu penyimpangan dari prinsip yang diikuti oleh khalifah rasyidin. Sistem
kepemimpinan di antara orang Arab, bahkan sebelum datangnya Islam tidak pernah didasarkan atas
keturunan
Pada tahun 676 M diundangnya utusan-utusan dari senua provinsi dan kota-kota penting
untuk memberikan sumpah setia kepada anaknya. Irak dan Siria tunduk. Kemudian Muawiyah pergi
ke Madinh dan Mekkah untuk memperoleh janji dari orang-orang Hijaz. Di Madinah tokoh-tokoh
utama termasuk Imam Hussein anak Ali, Abdullah anak Umar, Abdurrahman anak Abu Bakar dan
Abdullah anak Zubair menolak memberikan sumpah setia denga syarat apa pun.
Yazid dicalonkan oleh Muawiyah ketika beliau masih hidup. Yazid adalah oran g yang kejam
dan jahat. Dia orang yang zalim yang tidak mengenal kesalehan atau keadilan. Dia orang yang paling
tidak religius di antara Bani Umayah. Dia jauh lebih menyukai anggur, music dan olahraga daripada
kepentingan umum.
c) Menyerang Kabah
Bencana yang dilakukan Yazid tidak terbatas hanya pada bencana Karbala yang telah
menelan Al Husain bin Ali sebagai korban pada tahun 61 H. Bencana lainnya termasuk tindakan saat
ia membolehkan tindakan saat ia membolehkan pasukan tentaranya melakukan tindakan zhalim atas
kota Madinah al Muawarah sebagaimkota suci Rasulullah saw peristiwa ini telah menimbulkan
kebencian penduduk Madinh terhadap pemerintah Yazid dan berakibat tidak diakuiy
kepemimpinannya oleh mereka serta berakibat guberrnurnya diusir bersama orang-orang dari
keturunan Bani Umayah dari Madinah.
3. Muawiyah II
Muawiyah II saat diangkat menjadi khalifah masih anak-anak dan dianggap lemah. Dia tidak
meninggalkan sesuatu yang pantas untuk dicatat mengingat masa pemerintahannya empat puluh
hari saja. Dia juga tidak menikmati kekuasaannya karena ia sakit sehingga hanya terdiam di dalam
rumahnya.
Dengan demikian, berakhirlah riwayat Muawiyah II. Dan dengan itu berakhir pula lah
kekuasaan anak-cucu abu Sufyan dan mulailah Masa Bani Umayah yang kedua yaitu masa kekuasaan
Al-hakam ibnu Abul Ash ibnu Umayah.
Marwan adalah keturunan bani Umayah yang dkenal bersikap memusuhi Rasulullah dan
dakwahnya. Setelah Muawiyah II meninggal dunia, dia digantika oleh saudaranya Khalid. Pda waktu
itu Khalid masih kecil dan bani Umayah menolak mengakuinya sebagai penguasa mereka. Para
pemuka bani Umayah memilih Marwan, bekas penasehat Khalifah Utsman. Dia adalah saudara
sepupu Muawiyah I dan mempunyai pengaruh besar di antar bani Umayah. Dia memperoleh
dukungan dari para pengikut Khalid karena dia berjanji akan memberikan jabatan Khalifah kepada
Khalid apabila ia telah dewasa. Dia juga memperoleh dukungan Amar, saudara sepupunya sendiri
yang mempunyai pengikut yang besar di dalam marga itu karena janji yang sama.
Marwan berhasil mendapat dukungan dari sebagian orang Siria dengan cara menyuap dan
dengna memberikan berbagai hak kepada kepala-kepala suku mereka. Selanjutnya Marwan
melancarkan serangan kepada pengikut Zubair. Suatu pertempuran yang terjadi di Marj Rahat,
beberapa kilometer di sebelah timur laut Damaskus.
Setelah mengetahui bahwa kondisi cukup terjamin, Marwan menarik kembali janji yang telah
di berikannya kepada Khalid. Dia juga memaksa Aamar yang telah dijanjikan menjadi ahli waris
kekhalifahan untuk menyerahkan haknya atas tahta kepada anak-anak Marwan, yaitu Abdul Malik
dan Abdul Aziz. Tindakan itu menyakitkan Ibu Khalid yag dikawini Marwan dengan tujuan untuk
merukunkan kembali para pendukung Khalid. Suatu hari Marwan sangat menghina Khalid dan pada
malam itu juga ibunya yang marah itu membunuh Marwan.
5. Abdul Malik Bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan lahir di Madinah pada tahun 26 H, pada masa pemerintahan
Utsman bin Affan. Tercatat, bahwa ia tumbuh dengan cepat dan terkenal senagai pemberani serta
suka menolong. Dibawah kekuasaan Abdul Malik, kerjaan Umayah mencapai puncak kekuasaan dan
kemuliaannya. Dia menunjukkan suatu semangat baru dan mencerminkan keharuman dinasti itu.
Pada awal kekuasaannya dan selama dekade pertama sebagai khalifah, Abdul Malik berada
ditengah-tengah banyak musuh dan seperti pendahulunya yang termasyhur Muawiyah, dia harus
menghadapi musuh-musuh diberbagai front.
Abdul Malik bin Marwan dianggap sebagai pendiri Daulat Amamiyah mengingat kecerdasan
akal dan kemampuannya dalam mengendalikan berbagai urusan ehingga ia bisa membebaskan
Daulat umayah dari keadaan rusuh. Sesudah itu, ia mendirikan gedung keagungan dari kemegaha
Daulat Amawiyah dengan bertumpu pada asas yang belum pernah ditempuh oleh para khalifah
sebelum dirinya.
Setelah kematian ayahnya Abdul Malik, Walid naik tahta di Damaskus pada tahun 705 M.
Pemerintahannya membuka suatu zaman yang lebih aman dan lebih makmur. Dia beruntung karena
permusuhan atau perselisihan di dalam negeri tidak mengganggu pemerintahnnya. Pada masa
pemerintahannya wilayah Amawiyah bertambah luas, baik di barat maupun di timur.
Hidup sejahtera ini terwujud, antara lain berkat sifat dan kasih san khalifah kepada kaum
fakir miskin, berkat perhatiannya yang besar terhadap keadaan dan kepentingan masyarakat luas
sehingga ia sering tidak tidur sepanjang malam karenanya, kemudian berkat usaha-usaha yang
dilakukannya dalam meringankan beban parapasien yang sedang menderita sakit dan berkat
santunannya yang bersifat khusus begi para penderita kusta karena mereka tidak diperbolehkan
meminta-minta kepada orang, sebagaimana ia juga menyediakan pembantu bagi para manula yang
ditugaskan untuk melayani kpentingan mereka dan sebagaimana ia pun secara khusus menyediakan
pembentu bagi para tuna netra yang ditugaskan untuk menjadi penuntun yang setia menemani.
Walid bin Abdul Malik digantikan oleh saudaranya Sulaiman yang ternyata seorang putra
yang tidak pantas dan seorang adik yang tidak bernilai. Di dalam masa pemerintahannya yang singkat
dua setengah tahun dia banyak melakukan hal yang tolol. Dia bersikap baik kepada bangsa Arab
Yaman dan membenci bangsa Arab Hijaz. Dia senga sekali bersenang-senang dan gemar disanjung-
sanjung. Segera setelah naik tahta, Sulaiman membuka pintu-pintu penjara dan membebaskan
orang-orang yang dipenjarakan oleh Hajjaj bin Yusuf. Dia mengganti para pengumpul pajak yang
diangkat oleh Hajjaj dan menghapuskan pajak-pajak yang menindas.
Sulaiman digantikan oleh Umar bin Abdul Aziz, seorang penguasa yang menonjol karena
sangat berbeda dengan para pendahulunya, dan pemerintahannya yang singkat itu dipandang oleh
banyak orang Islam nsebagai satu-satunya titik cerah di dalam satu abad pemerintahannya yang tidak
bertuhan dan kezaliman yang berlumuran darah.
Pemerintahan Umar jelas sekali meninggalkan semua kemegahan dunia yang selalu
ditunjukkan oleh bani umayah. Ketika ia menerima jabatan sebagai khalifah, tukang-tukang kuda
kerajaan membawa kehadpannya kuda-kuda yang paling baik untuk dipilih. Akan tetapi, dia lebih
menyukai kudanya yang sederhana. Dia memerintahkan semua kuda dari istal kerajaan dilelang
kepada umum dan hasil penjualan itu diserahkan kepada baitul mal. Dia juga menyuruh istrinya
mengembalikan semua perhiasan dan hadiah-hadiah berharga yang diperoleh dari ayah dan saudara-
saudaranya kepada perbendaharaan Negara dan istrinya menurut tanpa mengomel. Kemudian di
menyeru kepada kerabat bani umayah untuk menyerahkan harta kekayaan mereka kepada Negara.
Kebun Fedak, yang menjadi hak milik Nabi suci yang telah diambil oleh Marwan, diberikan kembali
kepada ahli waris Nabi. Dia memerintahkan untuk menghentikan kebiasaan mengutuk kenangan suci
Khalifah Ali dan anak cucunya dimimbar. Harta kekayaan tertentu dikembalikan kepada keluarga
Talhah.
Meskipun seorang muslim yang taat, dia sangat toleran terhadap orang-orang Kristen dan
orang-orang Yahudi. Umar meninggal dunia dalam usa 39 tahun dan dimakamkan di Dair Simon
dekat Hims.
9. Hisyam
Setelah kematian saudaranya Yazid II saudaranya, Hisyam naik tahta. Pada saat naik tahta dia
harus mengahadapi kesulitan-kesulitan yang serius. Dalam masa 20 tahun pemerintahan Hisyam
terjadi kekacauan-kekacauan yang serius di Khurasan. Terdapat perselisihan yang hebat di antara
Mudhariyah dan Himyariyah. Hisyam juga mengobarkan kembali perang dengan orang-orang
Bizantium.
Hisyam adalah seorang penyokong kesenian dan sastra yang tekun. Hisyam bin Abdul Malik
tidak diragukan lagi adalah seorang penguasa bani umayah yang paling cakap, seorang pejuang dan
juga seorang cendekiawan.
10. Walid II
Hisyam digantikan oleh Walid II anak Yazid II. Dia dilukiskan orang yang tidak bermoral, pemabuk,
dan pelanggar perintah Illahi. Pada permulaan dia menunjukkan kebaikan-kebaiakn kepada fakir
miskin, orang lemah dan jompo, dan oleh karena itu ia memperoleh popularitas. Akan tetapi,
kepopuleran ini terhapus dan digugurkan oleh temperamennya yang cepat berubah dan sifat
pendendamnya yang sering berakhir dalam perbuata jahat. Dia ternyata sangat kejam terhadap
saudara-saudara sepupunya, anak-anak Yazid. Orang-orang Yamamah yang sangat menderita oleh
Walid denngan sepenuh hati mendukung Yazid. Rakyat menyerang istananya dan membunuhnya.
11. Yazid III
Setelah kematian Walid II, Yazid diangkat untuk menduduki tahta. Dia adalah penguaa yang
adil dan takwa. Dia menghapuskan pajak-pajak tertentu dan memberhentikan pejabat-pejabat
Negara yang tidak jujur. Seandainya dia hidup cukup lama, mungkin di akan mampu membuktikan
pemerintahan yang cakap. Akan tetapi, pemerintahannya terlalu singkat dan terlalu banyak gangguan
untuk melakukan pembaruan atau perbaikan. Dia meninggal setelah memerintah selama enam
bulan. Dia digantikan oleh saudaranya Ibrahim yang hanya memerinta 2 bulan 10 hari. Dia tidak
termasuk khalifah.
12. Marwan II
Marwan naik tahta ketika bani umayah sedang mengalami maa yang penuh pergolakan dan
perselisihan. Pusat kerusuhan yang utama ialah Khurasan tempat bani Abbas memusatkan
kegiatannya.
Sementara itu, keadaan politik provinsi-provinsi sebelah timur mulai memburuk. Marwan
mengangkat mata-mata untuk mencari orang yang menjadi organisator kerusuhan itu. Sementara
itu, peristiwa-peristiwa berlangsung dengan cepat di timur. Pada tahun 749 M anak Marwan
dikalahkan oleh Abu Ayun. Marwan memutuskan untuk bertempur dalam pertempuran terakhir yang
nekat melawan Abbasiyah. Di Damaskus bani umayah memberikan suatu perlawanan, tetapi kota itu
telah direbut, gubernurnya telah dibunuh dan ibu kota Siria serta seluruh imperium, beralih ketangan
Abbasiyah. Marwan diburu dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya dia ditemukan di Mesir dan
dibunuh di sana. Dengan demikian, berakhirlah karier salah seorang penguasa yang penuh semangat
pada zamannya dan bersamanya binasaah dinasti Umayah
Usaha usaha yang dicapai oleh khalifah pada masa dinasti bani umayyah :
Khalifah muawiyah bin abi sofyan
Pada masa itu daerah IslamTimur sudah sampai di Khurasan, dari sana perluasan diteruskan
ke India. Panglima yang ditugaskan dan negeri sasarannya adalah :
b) Mahlab bin Abu Shufrah ke negeri sekitar sungai Sind sampai negeri Bannah dan Lahore (India)
Yang menjadi gubernur di daerah pembatasan timur (Khurasan) pada waktu ialah Said bin
Utsman (putra khalifah Utsman)
b) Byzantium merupakan pusat agama Kristen Ortodok Yunani yang pengaruhnya dihadapkan ke
Timur. Bila dibiarkan sewaktu-waktu negara tersebut dapat mengganggu pertumbuhan negara Islam.
Dan gangguan Byzantium ini sudah dimulai pada masa Rasulullah, yaitu ketika Byzantium membunuh
utusan Rasulullah. Pembunuhan ini merupakan kasus heli (segala sesuatu menyebabkan terjadinya
perang-perang berikutnya). Dan sejak itu suasana perang sudah ada antara pasukan Islam dan
tentara Byzantium.
Muawiyah mengerahkan armada lautnya dengan 1700 kapal perang menyerbu pulau-pulau
disekitar Yunani. Hasil penyerbuan itu ialah pulau Rhodesa dan Cyprus takluk di bawah kekuasaan
Islam.
Angkatan daratnya dipimpin oleh panglima Sufyan bin Auf, dan angkatan lautnya di pimpin
panglima Fadlah Al-Anshari. Sedang yang menjadi panglima besarnya ialah Yazid bin Muawiyah.
Karena dinding kota dan pengawal pasukan kota merka itu kuat sekali, maka pasukan Islam
banyak yang gugur. Kemudian, mereka terpaksa kembali ke Damakus. Yang gugur syahid diantaranya
shahabat Abi Ayyub Al-Anshari, yaitu alah seorang shahabat Anshari penjemput utama Rasulullah
sewaktu beliau hijrah ke Madinah.
Atas jasanya itu, disisi makamnya didirikan JamiAyyub yang masyhur di kota
Konstantinopel. Tiap-tiap raja Bani Umayyah yang naik tahta dinobatkan di JamiAyyub itu.
Pada tahun 58 H Muawiyah mengirim pasukan ke Konstantinopel sekali lagi. Kota tersebut
dikepung pasukan Islam kurang lebih dua tahun. Hamper saja benteng kota itu jebol. Tetapi berita
wafatnya Muawiyah membuat mereka menghentikan pengepungan. Kemudian pasukan Islam
dipanggil pulang ke Damaskus.
1. Menjadikan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara Kebijakan ini dikeluarkan karena bahasa
yang dipakai untuk kegiatan administrasi pemerintahan di daerah taklukan pada masa-masa
sebelumnya, bukan bahasa arab. Seperti diketahui bahwa pada masa nabi dan para sahabat dan
masa-masa awal dinasti bani Ummayyah seluruh dokumenyang berkaitan dengan perikehidupan
dicatat dalam bahasa Arab.
Setelah bangsa Persia, Syiria dan Mesir bergabung dalam kekuasaan pemerintahan Islam,
Khalifah Umar bin Al-Khatab mempertahankan dokumen yang berkaitan dengan negeri tersebut
tetap dicatat dalam bahasa mereka masing-masing. Akibatnya, departemen keungan negeri-
negeri tersebut dikuasai oleh pribumi non muslim yang memahami bahasa mereka. Ketika Abdul
Malik bin Marwan berkuasa, ia menghapuskan bahasa mereka dan menetapkan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi pemerintahan, kebijakan ini pertama kali diterapkan bahasa resmi
pemerintahan. Kebijakan ini pertama kali diterapkan di Syiria dan Irak, kemudian Mesir dan
Persia.
Hal sepadan juga menyebutkan bahwa, ketika basaha Arab menjadi bahasa percakapan orang-
orang non-Arab, bahasa Arab mendapat masukan-msukan kata baru. Kata-kata baru ini diambil
dari kata-kata wilayah yang ditakhlukkan. Sebagai contoh, kata kubah dan menara. Kedua
kata tersebut masuk kedalam kosakata bahasa Arab ketika orang-orang Arab melihat bangunan-
bangunan itu. Hal yang lebih menarik lagi bahasa Arab sendiri ternyata memiliki kelenturan
menerima kosakata kata baru. Dengan demikian bahasa Arab menjadi sangat kaya dengan
kosakata dan istilah.
8. Kerajinan
Kerajinan pada masa Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz atau semacam bordiran yakni
cap resmi yang di cetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.