Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

DEFINISI EKOSISTEM DAN BENTUK


SALING KETERGANTUNGAN DI ALAM

DOSEN PENGAMPU
Nur Sya’adi, S.E.I., M.E

DISUSUN OLEH
Kelompok 1

Andika Septiawan 2051010199


Hani Khurrotunnisa 2051010209
Sheila Deviyanti 2051010211

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Letnan Kolonel H Jl. Endro Suratmin, Sukarame,
Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung, Lampung
35131

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Definisi Ekosistem dan Bentuk Saling Ketergantungan di Alam" ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Islam dan Lingkungan Hidup. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang perjanjian sewa menyewa bagi para
pembaca dan juga bagi kami sebagai penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nur Sya’adi S.E.I., M.E.,
selaku dosen mata kuliah Islam dan Lingkungan Hidup yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Lampung, 18 Maret 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. 1

DAFTAR ISI................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................

A. Definisi Ekosistem .................................................................................. 5


B. Bentuk Saling Ketergantungan................................................................ 6
1. Hubungan Manusia Dengan Sang Pencipta ...................................... 7
2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya................................................. 9
3. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia.................................. 10
4. Hubungan Manusia Dengan Alam .................................................... 12

BAB III PENUTUP .....................................................................................

2.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16

2.2 Saran........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan merupakan tempat berinteraksi antar makhluk hidup dengan
tempat tinggal baik berupa abiotik maupun biotik. Cabang ilmu yang
mempelajari hubungan-hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya
disebut ekologi.
Komponen utama dalam ekologi adalah ekosistem, ekosistem merupakan
satuan fungsional dasar dalam ekologi, karena ekosistem meliputi makhluk
hidup dengan lingkungan organisme (komunitas biotik) dan lingkungan
abiotik, masing-masing akan mempengaruhi sifat-sifat lainnya dan keduanya
perlu untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi keseimbangan,
keselarasan dan keserasian alam di bumi ini.
Dalam hal ini fungsi utama ekosistem di bumi penekanannya adalah pada
hubungan ketergantungan dan hubungan sebab akibat, yang merupakan
serangkaian komponen-komponen untuk membentuk satuan-satuan
fungsional. Kesatuan komponen tersebut memicu kepada kualitas lingkungan
yang seimbang dan selaras pada kesehatan lingkungan.

3
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi ekosistem?
b. Bagaimana bentuk saling ketergantungan ekosistem dengan;
1. Hubungan Manusia Dengan Sang Pencipta
2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya
3. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia
4. Hubungan Manusia Dengan Alam

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


a. Mengetahui definisi ekosistem.
b. Mengetahui bagaimana bentuk saling ketergantungan ekosistem dengan;
1. Hubungan Manusia Dengan Sang Pencipta
2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya
3. Hubungan Manusia Dengan Sesama Manusia
4. Hubungan Manusia Dengan Alam

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Ekosistem
Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan
hubungan timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan
lingkungannya, baik yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau
kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.
Hubungan timbal balik ini membentuk suatu sistem yang kemudian kita kenal
sebagai sistem ekologi atau ekosistem.
Dengan kata lain ekosistem merupakan suatu satuan fungsional dasar yang
menyangkut proses interaksi organisme hidup dengan lingkungannya.
Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan biotik (makhluk hidup)
maupun abiotik (non makhluk hidup).
Sebagai suatu sistem, di dalam suatu ekosistem selalu dijumpai proses
interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, antara lain dapat
berupa adanya aliran energi, rantai makanan, siklus biogeokimiawi,
perkembangan, dan pengendalian.
Konsep ekosistem merupakan konsep yang luas, yang merupakan konsep
dasar dalam ekologi. Konsep ini menekankan pada hubungan timbal balik dan
saling keterkaitan antara organisme hidup dengan lingkungannya yang tidak
hidup.
Setiap ekosistem di dunia ini mempunyai struktur umum yang sama, yaitu
adanya enam komponen seperti tersebut di atas, dan adanya interaksi
antarkomponen-komponen tersebut. Jadi baik itu ekosistem alami (daratan,
perairan) maupun ekosistem buatan (pertanian, perkebunan), semuanya
mempunyai kesamaan.
Konsep ekosistem menempati kedudukan yang sentral dalam ekologi,
sebagaimana sistem yang lain, di mana ekosistem terdiri atas komponen-
komponen yang saling berinteraksi merupakan suatu kesatuan.

5
B. Bentuk Saling Ketergantungan di Alam
Berbicara tentang manusia berarti kita berbicara tentang diri kita sendiri
yaitu makhluk yang paling unik di bumi ini. Banyak di antara ciptaan Allah
yang telah disampaikan lewat wahyu yaitu kitab suci. Manusia merupakan
makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Menurut Ismail Rajfi manusia adalah makhluk kosmis yang sangat
penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-syarat yang
diperlukan. Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa, kelebihan itu
adalah dikaruniainya akal. Dengan dikarunia akal, manusia dapat
mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya serta mampu mengatur
dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah sebagai amanah. Selain itu
manusia juga dilengkapi unsur lain yaitu qolbu (hati).
Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk
bermoral, merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi
secara spiritual.Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna,
diantara makhluk ciptaan Allah yang lainnya, penegasan mengenai
kesempurnaan manusia tersebut sebagai tercantum pada al-qur’an terdapat
pada surah At-Tin ayat 4 sebagaimana yang berbunyi berikut ini;

ٍ‫ﻟَﻘَ ۡﺪ َﺧﻠَﻘۡ ﻨَﺎ ۡاﻻِﻧۡ ﺴَﺎنَ ﻓ ِۡۤﻰ ا َۡﺣﺴَﻦِ ﺗَﻘۡ ﻮِﯾۡ ﻢ‬


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.
Manusia selain memiliki kelebihan dalam hal penciptaan oleh-Nya,
manusia juga diberikan akal dan hati sebagai pengontrol dalam menjalani
kehidupannya. Akal dan hati merupakan gerbang menuju kesuksesan, sukses
di dunia maupun sukses di akhirat. Mengapa demikian? Karena akal dan hati
merupakan pusat (central) utama dalam mengendalikan nafsu dan tindakan
manusia, maka dari itu setiap manusia dianjurkan untuk menggunakan akal
dan hati sebelum mengambil suatu keputusan ataupun tindakan, agar
keputusan atau tindakan yang diambilnya bukan semata-mata karena nafsu.

6
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk zoon politicon,
artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin
bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yang
suka bermasyarakat. Sifat suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut
makhluk sosial. Dengan demikian kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia
tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada peran serta pihak lain, pihak lain yang
dimaksud bisa manusia maupun ciptaan Tuhan lainnya misalnya lingkungan,
tumbuhan, hewan dan lain sebagainya.
Ada empat sifat hubungan manusia (khalifah) secara holistik dangan
komponen lain dalam konteks paradigma baru.
1. Hubungan manusia dengan sang pencipta.
Eksistensi manusia dalam kehidupan dunia ini adalah untuk
melaksanakan kekhalifahan, yaitu membangun dan mengelola dunia
sebagai tempat hidupnya, sesuai dengan kehendak Penciptanya. Manusia
menurut statusnya sebagai khalifah Allah setidak-tidaknya terdiri dari dua
jalur, yaitu jalur horizontal dan jalur vertikal.
Peran dalam jalur horizontal mengacu kepada bagaimana manusia
mengatur hubungan yang baik dengan sesama manusia dan alam
sekitarnya. Sedangkan peran dalam jalur vertikal menggambarkan
bagaimana manusia berperan sebagai mandataris Allah. Dalam peran ini
manusia penting menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya untuk
menguasai alam dan sesama manusia adalah karena penegasan dari
Penciptanya.
Hubungan manusia dengan sang pencipta disebut ta’abbudiyyah atau
peribadatan, karena manusia dimata allah adalah hamba. Artinya, sifat
hubungan manusia dengan tuhannya pada dasarnya tidak terlepas dari
nilai-nilai pengabdian atau ibadah selaku hamba-nya. Namun dalam
konteks pengertian ibadah secara luas, sebenarnya apa yang dilakukan
oleh manusia, baik perbuatan, perkataan, pergaulan maupun gerak hati,
selama masih dalam ajaran agama dan tidak terlepas dari niat karena allah,
termasuk dalam lingkup ibadah.

7
Dalam sejarah kehidupan spiritual manusia, merajut hubungan dengan
Tuhan merupakan tata norma yang mengikat. Tata ini dimanifestasikan
dalam bentuk ritual-ritual yang sesuai versi latar belakang ajarannya.
Seperti agama Islam (sholat, puasa, haji dll), Kristen (paskah), Katholik
(jum’at agung), Hindu (ngaben), Buddha (waisak), Konghuchu (cap go
meh).
Dalam ekosistem, kepastian hubungan Tuhan, manusia, dan alam
(dalam arti manusia penganut suatu agama atau keyakinan lainnya)
merupakan sistem integralitas antara Sang Pencipta, manusia, dan alam
yang tidak dapat dipisahkan. Dalam posisi ini, bukankah Tuhan adalah
pencipta alam semesta, termasuk manusia didalamnya, sedangkan
pengelolaannya diserahkan kepada manusia sebagai Khalifah di muka
bumi. Allah swt berfirman, dialah yang menciptakan segala yang ada di
bumi untuk kamu... (Qs. Al-Baqarah [2]:29). Pada ayat berikutnya, Allah
berfirman tentang pembaiatan manusia sebagai Khalifah dimuka bumi. “
sesungguhnya kami akan menciptakan seorang Khalifah dimuka bumi…” .
Menjalin hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama
dalam hidup didunia, karena bagaimanapun manusia adalah mahkluk
ciptaan Tuhan yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin
hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara menaati segala
aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat menjalin
hubungan dengan Allah melalui ibadah, melalui doa-doa yang kita
panjatkan dan juga selalu mengingat Allah dimanapun dan kapanpun.
Karena sesungguhnya jika kita berdoa itu sama saja dengan kita menjalin
komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita senantiasa
mengingat Allah maka kita akan senantiasa mendapatkan kedamaian hati
dalam menjalani setiap langkah kehidupan. Pentingnya menjalin hubungan
dengan Allah karena kita adalah mahkluk ciptaannya dan tidak mungkin
kita tidak menjalin hubungan dengan pencipta kita, dan apapun yang kita
lakukan bergantung pada kehendaknya. Dan juga hubungan dengan Allah
akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia.

8
2. Hubungan Manusia dengan Dirinya
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebut nafsiyah. Manusia
pada dasarnya, dalam melakukan berbagai kegiatan, dimotivasi oleh sifat
akunya (diri sendiri). Hubungan antar diri sendiri diwujudkan dalam
bentuk rela, menerima, sabar, memahami diri, dan mencintai diri. Sebagai
makhluk individu, manusia memiliki akal, rasa, dan kehendak sehingga
mempunyai tujuan hidup yang berbeda-beda. Tujuan hidup yang sama
adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama. Sedangkan kebahagiaan
hati bersama dapat tercapai apabila sudah mendapatkan kebahagian
pribadi. Kebahagiaan pribadi terlaksana apabila manusia mampu
menerapkan sikap rela, menerima, dan sabar.
Sikap rela yang dimaksud disini adalah kesanggupan untuk
melepaskan seperti melepaskan hak milik, kemampuan-kemampuan dan
hasil-hasil pekerjaan sendiri yang menjadi keharusan dan tanggung jawab.
Sikap menerima yang dimaksudkan disini adalah menerima segala
apapun yang menimpa atau mendatangi kita terkhusus hal-hal yang buruk,
tanpa memberikan protes. Jadi memahami hubungan antar sesama diri
sendiri itu sangat penting karena bagaimana mungkin kita bisa mejalin
hubungan antar sesama manusia jika diri kita sendiri saja masih belum
bisa kita pahami apa lagi ditambah dengan orang lain yang tentunya
memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
Perangkat fisik sering disebut dengan panca indera. Setiap panca
indera memiliki fungsi yang berbeda sesuai dengan karakteristik masing-
masing. Dalam konteks ekosistem, meskipun masing-masing panca indera
berbeda fungsi, namun dalam aktivitasnya terdapat interaksi dalam diri
manusia. Interaksi seperti ini disebut dengan istilah “ekosistem internal”.
Misalnya, ada seseorang yang berbelanja disebuah toko, lisan bertanya
kepada pelayan toko tentang keberadaaan minyak wangi yang dicarinya,
telingapun mendengar jawabannya bahwa disitu tersedia minyak wangi,
kaki berjalan menuju tempat itu, tangan menjangkau botol minyak wangi,
hidung mencium bau wangi dan memilih mana yang cocok.

9
Di saat itu pulalah berlangsung mengalirnya arus materi dan energi
yang dikendalikan oleh informasi secara internal dalam diri manusia, lalu
terjadi interaksi antara fisik dan non-fisik. Dari contoh diatas bahwa yang
apa terjadi sebenarnya adalah berlangsungnya sebuah ekosistem internal
dalam dirinya yang sedang berkomunikasi dengan dengan pihak lain.
Apabila ada salah satu komponen yang terganggu, misalnya tidak
berfungsinya hidung atau telinga, maka terganggu pula keseimbangan
ekologis dan ekosistemnya.
Adapun perangkat non-fisik manusi meliputi akal pikiran atau noosfer,
emosi, insting, sifat, mental, perilaku, akhlak, bakat, hobi, budaya, adat,
keyakinan agama dan lain sebagainya.

3. Hubungan Manusia dengan Manusia


Hubungan diantara sesama manusia disebut Ijtima’iyah atau hubungan
sosial, saling mengenal, saling membutuhkan, saling menolong, saling
membantu, dan adanya kebersamaan. Manusia merupakan makhluk sosial
yang tidak mungkin berdiri sendiri sejak lahir hingga meninggal dunia.
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup bersama dengan
pihak lain untuk berbagai kepentingan kehidupan. Dalam islam interaksi
termasuk bagian dari silaturrahmi atau ta’aruf, yaitu saling melakukan aksi
(interaksi) untuk saling mengenal dan menyambung tali kasih sayang.
Hubungan antar sesama manusia itu sendiri dapat diartikan sebagai
komunikasi antar pribadi yang berarti komunikasi yang telah memasuki
tahap psikologis yang komunikator dan komunikasinya saling memahami
pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukan juga didasarkan atas
kebersamaan. Dan dapat juga diartikan bahwa apabila kita ingin
menciptakan komunikasi yang akrab dengan orang lain maka dapat
didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas maupun mengenai
masalah pribadi yang bersifat sosial.

10
Yang terpenting dalam mewujudkan dan menjalin hubungan antar
sesama yaitu bagaimana kita memahami hakikat manusia serta bagaimana
kita mampu menerima orang lain diluar diri kita dengan apa adanya serta
mampu bersikap professional dalam melakukan apapun yang kita
kerjakan.
Studi hubungan antara Khalifah dengan sesamanya lazimnya disebut
hubungan sosial atau studi Sosiologi. akan tetapi, jika mengacu kepada
pengertian ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dengan sesama makhluk hidup, dan hubungan
antara makhluk hidup dengan benda mati disekitarnya, maka hubungan
khalifah dengan sesamanya masih termasuk dalam kajian ekologi.
Kemudian dalam perkembangannya, kajian ekologi manusia dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara manusia dengan makhluk
hidup (semua komponen biotik, tidak terkecuali manusia di dalamnya) dan
interaksi antara manusia dengan benda mati disekitarnya. Karena ekologi
manusia termasuk ilmu yang mempelajari suatu jenis spesies organisme
yang berinteraksi dengan lingkungannya, maka ekologi manusia disebut
autekologi (resosoedarm 1990: 5). Dalam ekologi manusia, yang dilihat
adalah kaidah ekosistem, yaitu terjadinya interaksi antara 2 komponen,
baik antar sesama komponen ekosistem (sesama manusia) maupun
interaksi dengan komponen lain (manusia dengan selain manusia) dalam
sebuah ekosistem.
Dengan menjalin hubungan dengan sesama manusia, maka secara tidak
langsung kita juga sudah membangun relasi dengan orang banyak.
Manfaatnya yaitu:
a. Mudah dalam mencapai tujuan
Membangun relasi dengan orang-orang yang tepat dapat membuka
jalan dan peluang lebih luas bagi kita, sehingga kita lebih mudah
mewujudkan tujuan apa yang kita inginkan.

11
b. Mempermudah pekerjaan
Dimana-mana dalam setiap pekerjaan, kita diharuskan untuk
menjalin hubungan yang baik dengan banyak orang terutama pada
rekan kerja untuk kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Khususnya bagi pekerjaan yang mengharuskan untuk
mempunyai suatu tim, tentu saja itu sangat di butuhkan relasi yang
baik antara satu sama lain sehingga dapat membantu dalam
memberikan hasil kerja yang maksimal.
c. Membantu memahami pribadi setiap orang
Memiliki relasi yang banyak mampu membuat kita menjadi lebih
paham terhadap bermacam-macam sikap orang. Hal ini dapat
membantu kita dalam berpikiran lebih terbuka untuk menerima setiap
kekurangan yang dimiliki oleh orang-orang.
d. Dapat merasakan ketenangan
Setiap hari kita akan selalu bertemu dengan orang yang mampu
mempengaruhi emosi dan pikiran kita, baik itu melalui bahasa tubuh,
gerakan, ekspresi muka, nada suara, ataupun kata-kata.

4. Hubungan Manusia dengan Alam


Hubungan manusia dengan alam disebut Bi’ah atau lingkungan. Jika
digali lebih jauh asal kata ini dalam bahasa Arab berarti bawwa’a
(menyediakan tempat), tabawwa’a (mendiami), al-ba’ah (bekal), atau al-
mubi’ah ( kebutuhan). Dari sini terbentuk kata al-bi’ah, al-mabwa, dan al-
maba’ah yang artinya tempat tinggal. Istilah ini memberikan makna
aplikatif kepada manusia, bahwa ia bertempat tinggal atau memanfaatkan
alam sebagai sumber kehidupan dan penghidupannya yang disebut
lingkungan hidup. Dalam deskripsinya, dibahas juga berbagai sektor
kehidupan, seperti kependudukan, teknologi, kesempatan kerja,
kemiskinan, pendidikan, ekonomi pencemaran dan kesehatan.

12
Pengertian ini dimaksud agar manusia menyadari betapa alam
mengkontribusikan segalanya kepada manusia. Patut disadari bahwa
dalam berhubungan dengan alam, manusia bukan hanya bersifat
eksploitatif, tetapi juga berkewajiban memberikan komitmen dan
integrasinya dengan memelihara kelestarian daya dukung lingkungan yang
berkelanjutan (sustainability) dan menjaga keseimbangan (equilibrium)
ekosistemnya.
Alam semesta berfungsi sebagai sarana bagi manusia untuk mengenal
kebesaran dan kekuasaan Allah (beriman kepada Allah), karena alam
semesta adalah tanda atau ayat-ayat Allah. Manusia dilarang
memperhamba alam dan dilarang menyembah kecuali hanya kepada Allah
yang menciptakan alam. Alam dengan segala sumberdayanya diciptakan
Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam memanfaatkan
sumber daya alam guna menunjang kehidupannya ini harus dilakukan
secara wajar (tidak boleh berlebihan atau boros). Demikian pula tidak
diperkenankan pemanfaatan sumber daya alam yang hanya untuk
memenuhi kebutuhan bagi generasi saat ini sementara hak-hak
pemanfaatan bagi generasi mendatang terabaikan. Manusia dilarang pula
melakukan penyalahgunaan pemanfaatan dan atau perubahan alam dan
sumberdaya alam untuk kepentingan tertentu sehingga hak
pemanfaatannya bagi semua kehidupan menjadi berkurang atau hilang.
Manusia mempunyai kewajiban guna memelihara alam untuk
keberlanjutan kehidupan, tidak hanya bagi manusia saja akan tetapi bagi
semua makhluk hidup yang lainnya. Tindakan manusia dalam
pemanfaatan sumberdaya alam secara berlebihan dan mengabaikan asas
pemeliharaan dan konservasi sehingga mengakibatkan terjadinya
degradasi dan kerusakan lingkungan, merupakan perbuatan yang dilarang
(haram) dan akan mendapatkan hukuman. Sebaliknya manusia yang
mampu menjalankan peran pemeliharaan dan konservasi alam dengan
baik, maka baginya tersedia balasan ganjaran dari Allah SWT.

13
Manusia dalam hubungannya dengan Allah, berhubungan pula dengan
alam sebagai sesama makhluk ciptaan Allah. Dalam berhubungan dengan
Allah, manusia memerlukan alam sebagai sarana untuk mengenal dan
memahami Allah (yakni: alam adalah ayat-ayat al-kauniyah). Manusia
juga memerlukan alam (misalnya: pangan, papan, sandang, alat
transportasi dan sebagainya) sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah.
Segala yang ada di muka bumi memang diperuntukkan untuk
kemakmuran manusia (QS 2:29), namun demikian tetap harus
memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan. Pemanfaatan yang
melebihi daya dukung lingkungan maka yang terjadi tentu kerusakan dan
pada akhirnya manusia juga yang akan menanggung akibatnya (QS.
30:41).
Para ahli fiqih telah sepakat bahwa dalam pembuatan kebijakan
(hukum) pemanfaatan sumberdaya alam dengan tujuan kemashlahatan
harus mendasarkan pada tiga asas (kaidah) utama, yaitu:
a. Kepentingan masyarakat luas dan bangsa harus didahulukan daripada
kepentingan pribadi maupun golongan.
b. Menghindari atau menghilangkan penderitaan harus didahulukan
daripada memperoleh keuntungan.
c. Kehilangan/kerugian yang lebih besar tidak dapat digunakan untuk
menghilangkan kerugian yang lebih kecil dan manfaat yang lebih besar
untuk rakyat harus didahulukan daripada manfaat yang lebih kecil.

Seberapa baik hubungan antar manusia dan antara manusia dengan


alam merupakan gambaran atau manifestasi dari seberapa baik juga
hubungan manusia terhadap Al Khaliq. Seringkali hubungan manusia
dengan Allah hanya dipahami terpisah dengan perilaku duniawinya
sehingga hubungan itu tidak berdampak pada hubungannya terhadap
sesama makhluk. Padahal Rasulullah SAW telah mencontohkan bahwa
berbuat baik atau saling menyayangi antar sesama akan menyebabkan
Allah sayang juga kepada kita (HR. Thabrani).

14
Seberapa baik hubungan antar manusia dan antara manusia dengan
alam merupakan gambaran atau manifestasi dari seberapa baik juga
hubungan manusia terhadap Al Khaliq.
Sayangnya, hubungan sesama yang dimaksud hanya dipahami sebagai
hubungan antar manusia saja, sedangkan hubungannya dengan alam baik
yang hidup maupun yang mati hanya pelengkap saja, mengingat makhluk
selain manusia dianggap tidak dapat memberikan kompensasi (kebaikan
balik) secara langsung atau seketika atas kebaikan yang diperbuatnya
(pamrih). Inilah yang menyebabkan terjadinya bencana alam dan
kecelakaan yang saat ini banyak melanda negeri ini atau bahkan bumi ini
secara keseluruhan. Padahal, secara tegas Allah menyebutkan dalam Al-
Qurán surat Al-Zalzalah (QS. 99:7), bahwa barang siapa mengerjakan
kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

15
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ada empat sifat hubungan manusia (Khalifah) secara holistik dangan
komponen lain dalam konteks paradigma baru.
Hubungan manusia dengan sang pencipta disebut ta’abbudiyyah. Artinya,
sifat hubungan manusia dengan tuhannya pada dasarnya tidak terlepas dari
nilai-nilai pengabdian atau ibadah selaku hamba-nya.
Hubungan manusia dengan dirinya sendiri disebut nafsiyah, dimana
hubungan antar diri sendiri diwujudkan dalam bentuk rela, menerima, sabar,
memahami diri, dan mencintai diri.
Hubungan diantara sesama manusia disebut Ijtima’iyah atau hubungan
sosial, saling mengenal, saling membutuhkan, saling menolong, saling
membantu, dan adanya kebersamaan.
Hubungan manusia dengan alam disebut Bi’ah atau lingkungan. Ini
bermakna bahwa manusia bertempat tinggal atau memanfaatkan alam sebagai
sumber kehidupan dan penghidupannya yang disebut lingkungan hidup.

2.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah yang telah kami susun
masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Penulis akan
berusaha memperbaikinya dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dali, Zulkarnain. 2016. Hubungan antara Manusia, Masyarakat, dan Budaya


dalam Perspektif Islam. Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan. Vol.9,
No.1. IAIN Bengkulu.

Khaeron, Herman. 2014. Islam, Manusia dan Lingkungan Hidup. Bandung,


Penerbit Nuansa Cendekia.

Nurul Fitria F, dkk. 2015. Saling Ketergantungan Dalam Ekosistem.


Universitas PGRI Yogyakarta.

Utomo, S. W. 2012. Pengertian, ruang lingkup dan konsep ekosistem. Modul.


Jakarta: Universitas Terbuka.

17

Anda mungkin juga menyukai