Disusun Oleh :
RUFAIDAH CONITA
2007.02.093
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini penulis susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Komunitas dengan judul Pos Kesehatan Pesantren
(POSKESTREN) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis juga memperoleh bantuan,
dorongan serta pengarahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1) Bapak Drs.H. Soekardjo, S.Kep, MM
Kesehatan Banyuwangi
2) Essy Sonontiko, S.Kep.,Ners, selaku Ketua Program S.1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi
3) M. Al Amin, S.Kep., Ners, selaku PJMK Komunitas yang telah memberikan
penugasan.
3) Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan serta bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan, kelemahan, serta keterbatasan. Untuk itu penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun guna kemajuan dari
makalah ini.
Banyuwangi,
Januari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren ................................................................ 4
B. Peran Pesantren ........................................................................ 6
C. Fungsi Pesantren ...................................................................... 9
D. Pos Kesehatan Pesantren .......................................................... 11
E. Definisi Pos Kesehatan Pesantren ............................................ 12
F. Tujuan Pos Kesehatan Pesantren .............................................. 13
G. Fungsi Pos Kesehatan Pesantren .............................................. 13
H. Manfaat Pos Kesehatan Pesantren ............................................ 13
I.
J.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata "santri"
berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab
funduuq ( )yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut
juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai.
Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri
senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah
pondok Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka
adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan
hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.
Pendapat lainnya, pesantren berasal dari kata santri yang dapat
diartikan tempat santri. Kata santri berasal dari kata Cantrik (bahasa
Sansakerta, atau mungkin Jawa) yang berarti orang yang selalu mengikuti
guru, yang kemudian dikembangkan oleh Perguruan Taman Siswa dalam
sistem asrama yang disebut Pawiyatan. Istilah santri juga dalam ada dalam
bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sedang C. C Berg berpendapat
bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri, yang dalam bahasa India
berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu atau seorang sarjana
ahli kitab suci agama Hindu. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata
saint (manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga kata
pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai
dan penyiaran agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini
semakin
memperlebar
wilayah
garapannya
yang
tidak
melulu
B. Rumusan masalah
Dalam penyusunan makalah ini penulis hanya membatasi tentang halhal berikut ini :
1.
Pengertian Pesantren
2.
Peran Pesantren
3.
Fungsi Pesantren
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan "pe-" dan
akhiran "-an", yang berarti tempat tinggal para santri. Istilah santri berasal
dari kata shastri yang dalam bahasa India adalah orang-orang yang tabu kitab
suci agama Hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Kata
shastri sendiri memiliki akar makna yang sama dengan kata shastra yang
berarti buku-buku suci, agama, atau pengetahuan.
Tetapi mungkin juga kata santri dirunut dari kata cantrik yang berarti
para pembantu begawan atau resi yang diberi upah berupa ilmu. Teori terakhir
ini pun juga perlu dipertimbangkan karena di pesantren tradisional yang kecil
(pedesaan), santri tak jarang juga bertugas menjadi pembantu kyai.
Konsekuensinya, kyai memberi makan santri selama mereka ada di pesantren
dan juga mengajarkan ilmu agama kepada santri tersebut.
Selain itu, dikenal pula istilah pondok yang berasal dari kata funduq
yang dalam bahasa Arab berarti penginapan. Dalam perkembangan
selanjutnya, kedua istilah tersebut biasa digunakan secara bersama-sama,
yakni pondok pesantren.
Pe-santri-an atau pesantren adalah tempat para santri menimba ilmu
agama dan ilmu-ilmu lainnya. Pesantren juga dapat didefinisikan sebagai
sebuah masyarakat mini yang terdiri atas santri, guru, dan pengasuh (kyai).
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
Pesantren berasal dari masa pra-Islam dan berkembang dari bentuk-bentuk
pendidikan di India.
Sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia, khususnya Jawa,
pesantren memiliki keunikan tersendiri yang tidak ditemui dalam sejarah
peradaban Islam di Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya. Seiring
dengan perkembangan zaman, pesantren-pesantren yang ada berusaha
mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan zaman. Hal inilah yang
menyebabkan unsur-unsur pesantren saat ini berkembang menjadi beragam.
Meskipun demikian, secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi
berikut ini.
Pesantren tipe A, yaitu pesantren yang sangat tradisional. Para santri pada
umumnya tinggal di asrama yang terletak di sekitar rumah kyai. Mereka
hanya belajar kitab kuning. Cara pengajarannya memakai metode sorogan
(satu guru-satu santri) dan bandongan (satu guru-banyak santri).
Pesantren tipe B, yaitu pesantren yang memadukan antara metode sorogan
dengan pendidikan formal yang ada di bawah departemen pendidikan atau
departemen agama. Hanya saja lembaga pendidikan formal itu khusus
untuk santri pesantren tersebut.
Pesantren tipe C, hampir sama dengan tipe B tetapi lembaga
pendidikannya terbuka untuk umum.
Pesantren tipe D, yaitu pesantren yang tidak memiliki lembaga pendidikan
formal, tetapi memberikan kesempatan kepada santri untuk belajar pada
jenjang pendidikan formal di luar pesantren.
Berdasarkan kegiatan yang berlangsung di dalam pesantren, pesantren
dapat diklasifikasikan lagi menjadi berikut ini :
Pesantren salafi atau salafiah (tradisional), merupakan pondok pesantren
yang hanya mengajarkan kitab klasik dan agama Islam. Umumnya, lebih
mendahulukan dan mempertahankan hal-hal yang bersifat tradisional
dalam sistem pendidikan maupun perilaku kehidupannya, serta sangat
selektif terhadap segala bentuk pembaruan, termasuk kurikulum
pengajarannya.
Pesantren khalafi atau khalafiah (modern), merupakan pondok pesantren
yang
selain
menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan
agama
juga
politisi.
Menurunnya peran pesantren sebagai lembaga pendidikan terlebih
dalam mengelola konflik yang ada di masyarakat juga disebabkan krisis
ekonomi yang berujung pada ketidakmandirian pesantren dalam mencari
Jana pendukung. Akibat ketergantungan pesantren, maka sebagian kyai
yang menjadi figur dan pedoman masyarakat mulai menjadi partisan
partai politik tertentu dan akibatnya peran pesantren sebagai agen
pengelola konflik sudah mulai mati.
2.
secara saksama,
dan
mempermudah
gerak
usaha
justru akan
pesantren
untuk
saling
berkaitan.
Lemahnya
peran
kyai
atau
pesantren
juga
sebuah
problem
yang
harus
ilmu
kemampuannya
yang
tinggi,
mengamalkan
tetapi
ilmu
juga
tersebut
harus
disertai
dalam
dengan
kehidupannya.
mengurangi
pengangguran,
memberantas
kebodohan,
persoalan-persoalan
kemasyarakatan
seperti
masalah
Nomor
1067/Menkes/
SKB/VII/2003,
Nomor
warga
pesantren
yang
mengutamakan
pelayanan
promotif
F.
Tujuan umum
Terwujudnya pesantren yang sehat serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di wilayahnya.
2.
Tujuan Khusus
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru tentang
pentingnya kesehatan.
Meningkatnya kesadaran santri dan guru untuk melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk menolong diri
sendiri di bidang kesehatan.
3.
Bagi puskesmas
Mengoptimalkan
fungsi
puskesmas
sebagai
pusat
penggerak
I.
J.
L.
sebagai anggota tim, mulai dari mengumpulkan data sampai membuat laporan
hasil survei. Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan poskestren secara rutin
tugas kader adalah melakukan atau mengoordinasikan kegiatan pencegahan
penyakit, melakukan penyuluhan kesehatan di pesantren, memberikan
pelayanan kesehatan sederhana, dan melakukan pencatatan kegiatan
poskestren.
Kader poskestren dipilih oleh pengurus dan santri pesantren yang
bersedia
secara
sukarela,
mampu,
dan
memiliki
waktu
untuk
kepada
pimpinan
pesantren
untuk
mendapatkan
dukungan.
Sosialisasi poskestren pada masyarakat pesantren.
Pertemuan membahas persamaan persepsi tentang poskestren.
Memilih santri husada (kader poskestren) dari masyarakat pesantren.
Membekali santri husada agar mampu melakukan Survei Mawas Diri
(SMD).
2.
3.
4.
5.
N. Pengorganisasian Poskestren
1.
2.
Pengelola poskestren
Struktur organisasi pengelola poskestren terdiri atas ketua, sekretaris,
Puskesmas
Pondok
Pesantren
Poskestren
UKBM/ lain
Ketua
Bendahara
Sekretaris
Santri Husada
(Kader Poskestren)
Keterangan
: Garis koordinasi
: Garis pembinaan
: Garis kemitraan
Penggunaan jamban.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan investasi sumber Jaya manusia. Kesehatan juga
merupakan tanggung jawab bersama, untuk itu perlu diperjuangkan oleh
banyak pihak termasuk komunitas pesantren yang berisiko tinggi untuk
terjangkit penyakit.
Salah satu upaya pemerintah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
bagi warga pesantren adalah menumbuhkembangkan pos kesehatan pesantren
atau poskestren. Upaya perbaikan kesehatan pada generasi muda usia sekolah
sudah dilakukan dengan program UKS. Poskestren juga tidak terlepas dari
upaya-upaya yang ada di UKS, hanya saja poskestren dikhususkan pada
komunitas santri yang sedang belajar di pesantren.
Poskestren merupakan salah satu wujud upaya kesehatan berbasis
masyarakat di lingkungan pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk
warga pesantren yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan
preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dengan binaan puskesmas setempat.
Tempat untuk poskestren berada dalam lingkungan pesantren itu sendiri dan
bisa memanfaatkan ruangan serba guna maupun ruangan di masjid atau
musala.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan pembuatan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kurikulum dan Modul
Pelatihan Pos Kesehatan (Poskestren). Jakarta : Depkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jatim. 2007. Poskestren dan PHBS Tatanan Pesantren.
Surabaya: Dinkesprop Jatim.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pesantren