Anda di halaman 1dari 25

JURNAL HUKUM LAUT

SENGKETA WILAYAH MARITIM DI LAUT TIONGKOK SELATAN

Disusun Oleh:

Gian Abdul Rahim

(181010427)

Fakultas Hukum
Universitas Islam Riau
2021
ABSTRAK

Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan sengketa terpanas di abad ke-21, dimana Tiongkok,
Amerika Serikat dan sebagian besar anggota ASEAN terlibat secara tak langsung. Adapun 3
(tiga) hal mengapa negara-negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan atau Laut
Tiongkok Selatan seperti China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia
saling berkepentingan dalam memperebutkan wilayah kawasan laut dan daratan dua gugusan
kepulauan Paracel dan Spratly di Laut Tiongkok Selatan. Pertama, wilayah laut dan gugusan
kepulauan di Laut Tiongkok Selatan mengandung sumber kekayaan alam yang sangat besar,
meliputi kandungan minyak dan gas bumi serta kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah perairan
Laut Tiongkok Selatan merupakan wilayah perairan yang menjadi jalur perlintasan aktivitas
pelayaran kapal-kapal internasional, terutama jalur perdagangan lintas laut yang menghubungkan
jalur perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di
Asia. Permasalahan dalam penelitian ini lebih menekankan pada: 1. Apa yang melatar belakangi
terjadinya Sengketa di Wilayah Maritim di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan?;
2.Peran ASEAN dalam Sengketa di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan? Penelitian
ini adalah penelitian hukum normatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sengketa
yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan merupakan sengketa antarnegara, karena aktornya bukan
hanya negara-negara pengklaim namun juga negara-negara lainnya yang berkepentingan
diwilayah tersebut. Oleh karena itu upaya penyelesaian sengketa maritim di Laut Tiongkok
Selatantidak saja pada aspek historis (sejarah) dan hukumtetapi juga melalui pendekatan
perundingan secara damai. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada para pihak yang
bersengketa di Laut Tingkok Selatan untuk menyiapakan agenda penyelesaian sengketa tersebut
melalui jalur hukum maupun membicarakannya melalaui forum-forum bilateral dan multilateral
yang telah ada.
PENDAHULUAN bilateral antar keduanya menjadi tiada
manfaat. Insiden seperti pemotongan kawat-
Masalah Laut China Selatan atau Laut kawat di tempat ekplorasi minyak Vietnam
Tiongkok Selatan (LTS) memiliki yang dilakukan China juga pada akhirnya
permasalahan sengketa yang pelik, semakin memperkeruh suasana dan
diantaranya adalah masalah sengketa membuat inisiatif baru bagi Vietnam untuk
teritorial dan sengketa batas wilayah selalu meningkatkan kapabilitas militernya
maritim, yang sampai saat ini belum adanya di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
penyelesaiannya. Indonesia sangat berhati- Selatan(Sudira, 2014: 143).
hati dalam menghadapi masalah sengketa di
LTS ini(Wiranto, 2016: 8).Dalam konflik Sengketa kepemilikan kedaulatan teritorial
Laut China Selatan atau Laut Tiongkong di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
Selatan,selain ketegangan yang terjadi akibat Selatan sesungguhnya merujuk kepada
tumpang tindihnya klaim antar negara wilayah kawasan laut dan daratan di dua
bersengketa yang belum bisa gugusan kepulauan Paracel dan Spratly.
dihentikan(Buszynski, 2012: 139- Negara-negara kawasan yang terlibat dalam
156),hingga kini, terdapat juga konflik Laut China Selatanatau Laut
perkembanganyang tidak menggembirakan Tiongkok Selatan pada umumnya
terutama mengenaihubungan antara dua menggunakan dasar historis dan geografis
negara anggotaASEAN yaitu Vietnam dan dalam memperebutkan kepemilikan atas
Filipina denganChina. Filipina misalnya kawasan laut dan dua gugusan kepulauan di
telah memberikan beragam laporan wilayah Laut China Selatan atau Laut
mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Tiongkok Selatan. China misalnya,
kapal-kapal China yang melewati perairan mengklaim wilayah sengketa tersebut
yang selama ini disengketakan, bahkan berdasarkan kepemilikan bangsa China atas
terjadi beberapa insiden antara kapal patroli kawasan laut dan dua gugusan kepulauan
China dengan kapal-kapal nelayan Filipina. Paracel dan Spratly sejak 2000 tahun yang
SelanjutnyaChina juga dituduh melakukan lalu, kemudian Pemerintah China
pemancangan instalasi baru di wilayah yang mengklaim telah mengeluarkan peta yang
disengketakan serta mengintimidasi kapal- merinci kedaulatan China atas Laut China
kapal eksplorasi minyak Filipina. Sementara Selatan atau Laut Tiongkok Selatan pada
Vietnam telahmelakukan paling tidak empat tahun 1947, yang dikenal dengan istilah
kali pertemuan bilateral dengan China pada “Nine-Dashed Line”(Nainggolan, 2013: 8).
awal 2011 dalam rangka membicarakan
perbedaan antar mereka mengenai Laut Begitu pun dengan negara Filipina, Vietnam,
China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan. Taiwan, Brunei Darussalam, dan Malaysia
Sayang sekali beberapa perilaku China yang dalam hal ini juga mengklaim bahwa
seperti, semakin meningkatnya jumlah dan sebagian wilayah Laut China Selatan atau
kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan Laut Tiongkok Selatan masuk ke dalam
kapal-kapal China di perairan Vietnam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara-
akhirnya membuat segala hasil pertemuan negara tersebut berdasarkan pendekatan
geografis yang diakui oleh Konvensi Hukum aktivitas pelayaran kapal-kapal
Laut Internasional 1982.Negara-negara yang internasional, terutama jalur perdagangan
bersengketa dalam konflik Laut China lintas laut yang menghubungkan jalur
Selatan atau Laut Tiongkok Selatankerap perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia.
kali terlibat dalam bentrokan fisik dengan Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup
menggunakan kekuatan militernya masing- pesat di Asia, membuat negara-negara
masing. Upaya-upaya konfrontatif dalam seperti China dan negara-negara di kawasan
memperjuangkan klaim atas kepemilikan Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
wilayah Laut China Selatan atau Laut Selatan, bahkan termasuk Amerika Serikat
Tiongkok Selatan dari masing-masing sangat berkeinginan menguasai kontrol dan
negara yang terlibat dalam konflik Laut pengaruh atas wilayah Laut China Selatan
China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan atau Laut Tiongkok Selatan yang dinilai
semakin memperkeruh dan mengganggu sangat strategis dan membawa manfaat
stabilitas kawasan, bahkan berpotensi ekonomis yang sangat besar bagi suatu
berdampak kepada mengganggu negara(ibid: 10-11).
kepentingan negara-negara di sekitar
kawasan yang justru tidak terlibat secara Jika melihat dari keadaan politik baik di
langsung dalam konflik Laut China Selatan kawasan Asia Tenggara maupun Asia
atau Laut Tiongkok Selatan, seperti Pasifik dewasa ini, terlihat bernuansa muram
Indonesia dan negara-negara anggota sekaligus memanas. Dimana Laut China
ASEAN (Association of Southeast Asian Selatan atau Laut Tiongkok Selatan yang
Nations)lainnya(ibid). menjadi titik tumpu bagi geopolitik di
kawasan Asia Pasifik sedang menjadi
Adapun 3 (tiga) hal yang menjadi alasan pembicaraan hangat di tingkat internasional
utama mengapa negara-negara yang terlibat dikarenakan tersulutnya konflik antara
dalam konflik Laut China Selatan atau Laut sejumlah negara besar di Asia dan beberapa
Tiongkok Selatanseperti China, Taiwan, negara anggota ASEAN. Inti dari masalah
Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan yang diperdebatkan sebenarnya adalah
Malaysia saling berkepentingan dalam seputar klaim wilayah perbatasan (territorial
memperebutkan wilayah kawasan laut dan zone). Sengketa Laut China Selatan atau
daratan dua gugusan kepulauan Paracel dan Laut Tiongkok Selatan ini telah memberikan
Spratly di Laut China Selatan atau Laut dampak yang cukup dramatis terhadap
Tiongkok Selatan. Pertama, wilayah laut dan gelombang polarisasi kekuatan negara-
gugusan kepulauan di Laut China Selatan negara yang bertikai
atau Laut Tiongkok Selatanmengandung (http://apdforum.com/id/article/rmiap/article
sumber kekayaan alam yang sangat besar, s/online/features/2012/12/31/aayear-end-
meliputi kandungan minyak dan gas bumi story, diakses 1 Februari 2018).
serta kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah
perairan Laut China Selatan atau Laut Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
Tiongkok Selatanmerupakan wilayah menghindari potensi Konflik Laut China
perairan yang menjadi jalur perlintasan Selatan atau Laut Tiongkok Selatan
menyusul adanya kemungkinan upaya peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyelesaian konflik secara damai oleh sengketa China dan Filipinaterhadap
semua pihak yang terlibat sengketa. Salah kepemilikan Laut China Selatanatau Laut
satu upaya menghindari potensi konflik Tiongkok Selatan (Ibrahim, 2006: 302).
tersebut adalah melalui pendekatan Setelah itu peneliti mengkaji
perundingan secara damai baik secara beberapaperaturan internasional yang
bilateral maupun multilateral dan juga berkaitan dengan penyelesaian sengketa
melakukan kerjasama-kerjasama yang lazim internasionalkhususnya yang terjadi di laut
digunakan mengelola konflik regional dan seperti Piagam PBB dan Statuta
internasional. MahkamahInternasional tahun 1945, serta
United Nations Convention on the Law of
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu the Sea (UNCLOS) tahun 1982 (ibid: 321).
dilakukan penelitian berkaitan dengan
sengketa di wilayah maritim di Laut Bahan hukum primer berasal dari aturan
Tiongkok Selatan. Permasalahan yang akan yang memiliki kekuatan hukum mengikat
menjadi fokus dalam dalam penelitian ini seperti Piagam PBB dan Statuta Mahkamah
adalah : Apa yang melatar belakangi Internasional tahun 1945, serta UNCLOS
terjadinya Sengketa di Wilayah Maritim di tahun 1982. Bahan hukum sekunder terdiri
Laut China Selatan atau Laut Tiongkok dari beberapa dokumen yang berkaitan
Selatan? Bagaimana peran Pihak-pihak dengan bahan hukum primer, seperti: Buku-
dalam Sengketa di Laut China Selatan atau buku yang berkaitan dengan sengketa
Laut Tiongkok Selatan? Adapun tujuan internasional. Bahan hukum tersier, yaitu
penelitian ini adalah untuk mengetahui hal- bahan hukum atau non-hukum
hal yang menjadi permasalahan dalam yangmenunjang bahan hukum primer dan
penelitian ini. Secara teoritis kegunaan dari bahan hukum sekunder (Soekanto,op. cit.:
penelitian ini adalah dalam rangka 33).Metode pengumpulan data dalam
mendukung pembentukan dan penelitian ini dilakukan dengan
pengembangan hukum dan secara praktis kajiankepustakaan terhadap bahan-bahan
sebagai bahan masukan bagi para pemangku hukum, baik bahan hukum primer,
kepentingan antara lain Pemerintah, para bahanhukum sekunder, maupun bahan
ahli, akademisi, praktisi dan masyarakat. hukum tersier dan atau bahan non
hukum.Penelusuran bahan-bahan hukum
METODE PENELITIAN tersebut dapat dilakukan dengan
Jenis penelitian yang digunakan dalam membaca,melihat, mendengarkan, maupun
penelitian ini adalah penelitianhukum sekarang banyak dilakukan penelusuran
normatif. Metode ini dilakukan dengan bahanhukum tersebut melalui media internet
mengkaji sumber-sumberkepustakaan, yaitu (Fajar, 2007 : 113).Metode analisis data
dengan meneliti prinsip-prinsip dan sistem dilakukan melalui cara menganalisis data
hukum.(Soekanto, 1985: 13-14). Selanjutnya secarasistematis dengan menggunakan
peneliti menggunakan pendekatan kasus metode deskriptif kualitatif. Sifat
untuk mempelajari norma-normadan analisisdeskriptif maksudnya adalah peneliti
dalam menganalisis berkeinginan militer (Harian Kompas 11 Desember
untukmemberikan gambaran atau pemaparan 2012). untuk aspek politik, pertahanan, dan
atas subjek dan objek penelitiansebagaimana keamanan. Aspek sumber daya alam yang
hasil penelitian yang dilakukannya, peneliti berupa wilayah landas kontinen, memiliki
tidak melakukanjustifikasi terhadap hasil kandungan sumber daya minyak dan gas.
penelitiannya tersebut. Sedangkan metode Beberapa kegiatan eksplorasi membuktikan
kualitatifartinya peneliti hanya menganalisis besarnya kandungan minyak dan gas (Tim
terhadap data atau bahan-bahan hukum Wantimpres, 2010 : 5), melalui pipa-pipa
yangrelevan dan berkualitas saja (ibid : dan kabel bawah laut. Wilayah zona
130). ekonomi eksklusif (ZEE) di Laut Tiongkok
Selatan juga banyak mengandung sumber
PEMBAHASAN daya perikanan dan sumber daya hayati
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 lainnya(Soetarno, 2013: 2).
Tahun 2004, tanggal 14 Maret 2014 tentang A. Latar belakang terjadinya Sengketa di
pencabutan Surat Edaran Presedium Kabinet Wilayah Maritim di Laut Tiongkok
Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967, Selatan
tertanggal 28 Juni 1967, yang pada
pokoknya mengganti istilah Tjina/China Sengketa Laut Tiongkok Selatan
menjadi Tionghoa/Tiongkok, maka (LTS) merupakan sengketa terpanas di abad
selanjutnya dalam pembahasan ini ke 21, dimana Tiongkok, Amerika Serikat
menggunakan istilah Laut Tiongkok Selatan dan sebagian besar anggota ASEAN terlibat
(LTS). secara tak langsung.Pada mulanya, Republik
Rakyat Tiongkok menyatakan bahwa
Laut Tiongkok Selatan, terletak di wilayah mereka punya kedaulatan atas perairan
yang berbatasan dengan Tiongkok, Taiwan, Tiongkok Selatan dengan alasan bahwa
dan sebagian negara ASEAN (Association of nelayan tradisional mereka telah menjelajahi
Southeast Asian Nations). kepulauan Spratly dan Paracel sejak tahun
(http://www.asean.org/overview/diakses 200 SM. Bahkan mereka mengklaim adanya
pada 1 Januari 2018).Wilayah ini secara pemukiman di kepulauan tersebut sejak
geografis memiliki arti strategis, baik dinasti-dinasti terdahulu. Tiongkok juga
ditinjau dari segi kepentingan jalur lalu mengklaim telah menemukan peninggalan
lintas pelayaran; dari aspek politik, purba berupa tempayan dan mata uang kuno
pertahanan, dan keamanan; ataupun dari di kepulauan tersebut. Selain itu, nama ‘Laut
aspek ekonomi berupa kekayaan sumber Tiongkok Selatan’ berasal dari nenek
daya alam yang ada di wilayah tersebut. moyang mereka dan catatan-catatan Dinasti
Dalam aspek kepentingan lalu lintas Song dan Yuan mencantumkan kepulauan
pelayaran, wilayah ini merupakan salah satu tersebut dalam wilayah kekuasan
jalur pelayaran dan perdagangan dunia yang mereka(https://seword.com/luar-negeri/asal-
sangat penting. Wilayah ini juga merupakan usul-sengketa-laut-tiongkok-selatan-
lokasi yang penting bagi tempat transit dan
wilayah operasional kapal serta pesawat
membedah-klaim-tiongkok-bagian-i, diakses Tiongkok) dan 500 km dari pantai
19 Januari 2018). Kalimantan bagian utara.

Pemerintah Tiongkok baik Pada tahun 2011, Tiongkok bertemu


nasionalis(Kuomintang) maupun komunis, dengan negara-negara anggota ASEAN dan
berkeras bahwa Laut Tiongkok Selatan sepakat untuk membicarakan tata cara
adalah perairan mereka. Pergantian penyelesaian sengketa Laut Tiongkok
pemerintah tidaklah mengubah klaim Selatan yang hingga kini belum menemukan
tersebut, meskipun kini Tiongkok terbagi penyelesaian. Pada tahun 2013, Tiongkok
menjadi Republik Rakyat Tiongkok dan juga menggalakkan ‘jalur sutra maritim’
Republik Taiwan. Naiknya status Tiongkok atau lebih dikenal ‘Satu Sabuk Satu Jalan’
dalam ekonomi dunia membuat mereka sebagai solusi perekonomian di Asia and
percaya bahwa ini saatnya untuk menghapus menawarkan ASEAN untuk bermitra dalam
aib yang terjadi ratusan tahun lalu. proyek tersebut.Akan tetapi Tiongkok tidak
Penemuan sumber daya alam berupa 25 pernah menjelaskan posisi kedaulatannya di
trilyun kubik gas alam dan sebesar 213 Laut Tiongkok Selatan secara hukum
milyar barel minyak bumi di bawah lautan internasional, padahal mereka sudah
tersebut oleh Tiongkok pada tahun 1970, meratifikasi perjanjian Konvensi tentang
menambah panas perselisihan.Meskipun Hukum Laut. Hal tersebut membuat negara-
demikan, Tiongkok tidak selalu bersikap negara ASEAN curiga bahwa Tiongkok
agresif (ibid). lebih mengutamakan kepentingannya diatas
negara sahabat dan sengaja mengulur-ulur
Sengketa Laut Tiongkok Selatan waktu agar posisinya mantap(ibid).
sebenarnya sudah terjadi lebih dari 20 tahun
lamanya yaitu sejak 1974 hingga Kemelut itu bertambah rumit dengan
2011(http://internasional.kompas.com/read/ kehadiran Amerika Serikat yang ingin
2011/06/21/03490365/Singapura.Desak.Chi memantapkan posisinya sebagai negara
na.Jelaskan.Klaim,diakses 29 Januari 2018). adikuasa di Pasifik, terlebih Amerika
Namun, ketegangan yang baru-baru ini mendukung klaim Filipina pada Laut
terjadi menimbulkan suatu kekhawatiran Tiongkok Selatan secara diam-diam. Setelah
baru di kawasan ini dan semakin insiden kecil dengan Filipina dan Vietnam,
mengancam ketahanan dan keamanan dunia. Tiongkok bersikap agresif dengan
Titik sengketa Laut China Selatan adalah menguasai kepulauan Spratly dan Paracel,
Kepulauan Spratly, sengketa atas serta membangun pangkalan laut di
kepemilikan Kepulauan Spratly dan kepulauan tersebut. Mereka bahkan
Kepulauan Paracel mempunyai riwayat yang mengusir nelayan Filipina dari beting
panjang dan berbatasan dengan wilayah Scarborough yang berjarak 200 mil dari
perairan dari beberapa negara, seperti pesisir pantai Palawan.Tidak berhenti di situ,
Filipina, Vietnam, Indonesia dan Malaysia. AB Tiongkok memperkuat armada mereka
Kepulauan ini terletak kurang lebih 1.100 dengan kapal induk ‘Liaoning’ dan sengaja
km dari pelabuhan Yu Lin (Pulau Hainan, menggunakan para nelayan Tiongkok
sebagai perpanjangan tangan atau ‘proxy
war’ mereka. Tindakan agresif tersebut
diprotes oleh Filipina, Vietnam, Taiwan,
Malaysia, Brunei dan Amerika
Selatan.Tidak hanya melalui kekuatan
militer, Tiongkok juga berusaha memecah
konsensus antara negara-negara ASEAN.
Melalui bantuan ekonomi, mereka berhasil
membujuk Laos dan Kamboja untuk tidak
mengangkat isu tersebut. Itu terbukti ketika Source :
ASEAN tidak mengangkat isu Laut https://www.ft.com/content/aa32a224-480e-
Tiongkok Selatan pada pertemuan menteri 11e6-8d68-72e9211e86ab
luar negeri dan APEC di Laos pada tahun
Berpijak dari peta di atas bisa
2012 dan 2016. Di lain pihak, sebagian besar
digambarkan bahwa China melalu
negara ASEAN merasa tidak punya
kebijakannya telah secara sepihak
kepentingan pada sengketa tersebut.
mendeklarasikan nine-dash line yang dalam
Indonesia hanya mempertanyakan
peta di atas ditandai dengan garis merah
keabsahan garis sembilan derajat, karena
putus-putus berjumlah sembilan, sementara
berpotongan dengan perairan pulau Natuna.
klaim Vietnam ditandai dengan garis
Dari semua anggota ASEAN, hanya Filipina
berwarna biru, Malaysia ditandai dengan
membawa kasus tersebut ke Pengadilan
garis berwarna biru muda dan Filipina
Arbitrase Internasional pada tahun 2013 dan
dengan warna coklat. Sementara Brunei dan
menang pada tahun 2016.Kemenangan
Taiwan juga mengklaim bahwa dalam nine-
Filipina atas Tiongkok disambut gembira
dash line itu, kedua negara tersebut juga
oleh Vietnam dan Amerika Serikat,
memiliki hak. Secara global, sebetulnya
sementara Tiongkok mengatakan bahwa
wilayah yang diklaim China sebetulnya juga
mereka tidak mengakui keputusan tersebut
merupakan wilayah yang juga diklaim oleh
dan tetap menyatakan Laut Tiongkok
lima negara yang lain. Dalam konteks
Selatan adalah perairan mereka
sovereignty disputes ini yang sangat agresif
berdasarkan’sejarah’ yang ada. Sengketa
dalam menentang nine-dash line China
atas Laut Tiongkok Selatan akan berlanjut
adalah Filipina dan Vietnam. Konsep nine-
terus, hingga masing-masing pihak bersedia
dash line pertama kali diperkenalkan pada
duduk untuk menyelesaikan hal tersebut.
tahun 1914 dan dimanfaatkan pada tahun
Agar kemelut tersebut berakhir, semua
1947 oleh pemerintah nasional China(Pusat
pihak, khususnya Tiongkok harus
Studi Sosial Asia Tenggara Universitas
membangun rasa percaya dan
Gajah Mada, Peran Strategis Indonesia
mengutamakan kerjasama dengan masing-
Dalam Krisis Laut China Selatan.
masing negara.(ibid)
http://pssat.ugm.ac.id/id/2016/10/11/peran-
Peta Laut Tiongkok Selatan strategis-indonesia-dalam-krisis-laut-china-
selatan/).
Berdasarkan peta itu, Tiongkok (istilah Jepang untuk pulau-pulau di Laut
mengklaim semua pulau yang ada di China Selatan) diserahkan Jepang kepada
wilayah itu mutlak milik negeri yang Filipina. Tetapi pada tahun 1956, Thimas
dijuluki Tirai Bambu itu. Mengacu peta itu, Cloma, pemilik kapal ikan menemukan dan
Tiongkok juga mengklaim perairan yang menduduki sebagian pulau-pulau Spratly
berada di wilayah tersebut masih miliknya, yang kemudian disebut Kepulauan Kalayaan
termasuk kandungan laut maupun tanah di sebagai wilayah terra nullius (wilayah yang
bawahnya tidak dimiliki oleh negara manapun). Dalam
(http://nasional.sindonews.com/read/105570 suratnya kepada Wakil Presiden dan Menteri
5/19/ indonesia-di-pusaran-konflik-laut- Luar Negeri Filipina, Carlos Garcia, Cloma
china-selatan-1445604047, diakses 30 menyatakan pendudukannya didasarkan
Januari 2018).Klaim itu juga diusut oleh pada penemuan dan pendudukan (discovery
Taiwan, yang menurut Tiongkok provinsi and occupation) yang mencakup 33 pulau
tersebut merupakan provinsi yang yang sangat kecil, pulau Spratly dan pulau
membangkang dari pemerintahan pusat. kecil Amboyna. Filipina juga kemudian
Klaim tersebut dibantah oleh Vietnam. mendasarkan tuntutannya kepada doktrin
Vietnam sendiri menyanggah bahwa klaim kedekatan (proximity) dan kebutuhan yang
Tiongkok tidak pernah mengklaim mendesak bagi pertahanannya(Asnani,
kedaulatan pulau tersebut hingga tahun Usman & Rizal Sukma. Konflik Laut China
1940-an dan mengatakan bahwa kedua pulau Selatan : Tantangan Bagi ASEAN. Jakarta:
tersebut masih bagian dari wilayah mereka. CSIS). Ada pula Malaysia dan Brunei
(http://www.bbc.com/indonesia/laporan_khu Darussalam yang juga mengklaim sebagian
sus/2011/07/110719_spratlyconflict, diakses kawasan di Laut China Selatan. Menurut
30 Februari 2018). Selain itu juga Vietnam kedua negara tersebut, sebagian wilayah
mengatakan bahwa sejak abad ke-17 mereka tersebut masuk ke dalam Zona Ekonomi
telah menguasai Kepulauan Paracel dan Ekslusif (ZEE), yang ditetapkan oleh
Kepulauan Spratly dan memiliki dokumen Konvensi PBB tentang Hukum Laut tahun
sebagai bukti dari klaim tersebut. 1982. Sebenarnya Brunei Darussalam
sendiri tidak mengklaim mengenai
Filipina juga turut mengklaim kepemilikan dua kepulauan itu, namun
mengenai Kepulauan Spartly. Mereka Malaysia menyatakan sejumlah kecil
mengangkat kedekatan secara geografis kawasan di Kepulauan Spratly adalah milik
Kepulauan Spratly sebagai landasan klaim mereka.(http://www.bbc.com/
sebagian kepulauan tersebut. Filipina mulai indonesia/laporan_khusus/2011/07/110719_
memperhatikan pulau-pulau Spratly setelah spratlyconflict, diakses 30 Februari 2018).
mendapat kemerdekaan dari Amerika
Serikat dan mengajukan tuntutan Demikian juga dengan klaim yang
kepemilikan dalam sidang Majelis Umum berkaitan dengan sumber daya alam.
PBB pada tahun 1946. Setelah merdeka, Pertama, kekayaan alam di Laut tiongkok
Menteri Luar Negeri Filipina mengeluarkan Selatan berupa cadangan gas dan minyak.
pernyataan bahwa the new Southern Islands Dalam paparan peta (Gambar 1.) tampak
bahwa kandungan energi di kawasan Laut depan(CSIS. 18 Maps that Explain Maritime
Tiongkok Selatan tidak dapat dianggap kecil Security in Asia. Dalam http://amti.csis.org/
dan akan menjadi modal bagi ekonomi atlas/. (Diakses 30 Februari 2018), seperti
negara-negara yang berbatasan untuk masa ditampilkan pada gambar 4 dibawah ini.

Gambar 1.

Peta Kandungan Gas Dan Minyak di Laut Cina Selatan

Kedua, selain kekayaan alamnya Laut Cina Selatan juga menjadi jalur strategis pelayaran
bebas untuk pengiriman energi dan barang. Dengan kata lain kawasan maritim ini merupakan
lingkungan yang lingkungan internasional yang strategis (Alex Calvo, “China, the Philippines,
Vietnam and International Arbitration in South China Sea,” The Asia-Pacific Journal.
http://apjjf.org/-Alex-Calvo/4391. (Diakses 29 Februari 2018). Melalui kawasan ini kapal-kapal
pengangkut BBM bagi negara-negara Asia Timur cukup tinggi volumenya. Dalam grafik
(Gambar 2.) tampak bahwa pasokan energi setiap tahunnya sangat besar(CSIS. 18 Maps that
Explain Maritime Security in Asia. Dalam http://amti.csis.org/ atlas/. (Diakses 30 Februari
2018).
Gambar 2.

Peta Jalur Strategis Pelayaran Bebas Laut Cina Selatan

Dalam konteks Laut Cina Selatan, Secara geografis Laut Cina Selatan
beberapa negara memiliki kepentingan terbentang dari arah barat daya ke timur laut,
bersama dalam perselisihan batas teritorial yang batas selatan- nya 3°,lintang antara
laut seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Sumatera Selatan dan Kalimantan (Selat
Filipina dan Vietnam. Keempat negara ini Karimata), dan batas utaranya ialah Selat
berhadapan dengan Tiongkok yang tidak Taiwan dari ujung utara Taiwan ke pesisir
lain adalah big power yang mengklaim Fujian di Cina daratan. Laut Cina Selatan
hampir semua wilayah Laut Cina Selatan. terletak di Sebelah Selatan Republik Rakyat
Cina (RRC) dan Taiwan; di sebelah barat
B. Peran Pihak-pihak dalam Sengketa di Filipina; di sebelah barat, Laut Sabah
Laut Tiongkok Selatan. (Malaysia), Sarawak (Malaysia), dan
Negara-negara dan wilayah yang berbatasan Brunei; di sebelah utara Indonesia; di
dengan Laut Cina Selatan adalah (searah sebelah Timur Laut Semenanjung Malaya
jarum jam dari utara) Republik Rakyat Cina (Malaysia) dan Singapura; dan di sebelah
(RRC) termasuk (Makau dan Hongkong), Timur Vietnam(Anugerah Baginda Harahap,
Republik Cina (Taiwan), Filiphina, Upaya Asean Dalam Menyelesaikan Konflik
Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia, dan Laut Cina Selatan Tahun 2010-2015,
Vietnam. Adapun sungai-sungai besar yang Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
bermuara di Laut Cina Selatan antara lain Universitas Riau. JOM FISIP Vol. 3 No. 2 –
sungai Mutiara (Guangdong). Min, Jiulong, Oktober 2016).
Red, Mekong, Rajang, Pahang, dan Pasig.
Negara-negara yang bersengketa di Laut Tiongkok Selatan

NEGARA YANG BERENGKETA


TERITOTIAL DIPUTE
RRT Vietnam Filipina Brunai Malaysia Taiwan

1. Kepulauan Spratly o o ❖ o o o

2. Kepulauan Paracel o o o

3. Scarborough Shoal o o o o

4. Mischief Reef o
o o o

5. Pratas Islands o o o
Sumber: Kajian Dewan Pertimbangan Presiden (Desember 2012)

Keterangan:

o Konflik kedaulatan (sovereignty)

❖ Konflik hak berdaulat (sovereign rights)

Tabel ini menggambarkan teritorial dispute pada enam wilayah kepulauan di Laut Tiongkok
Selatan serta negara-negera pengklaim yang bersengketa. Selain wilayah sengketa di atas,
beberapa negara di sekitar Laut Tiongkok Selatan juga mempermasalahkan 9 dashed lined yang
diterbitkan oleh RRT pada tahun 1949, yang mencakup sekitar 90% dari total luas Laut
Tiongkok Selatan dan dipandang sebagai bukti sejarah yang mendukung klaim RRT di Laut
Tiongkok Selatan.

Tabel Tahun dan Dasar Tuntutan

No Negara Tahun Dasar Tuntutan


China mengajukan tuntutan berdasarkan catatan sejarah
1 China 1887
semenjak Dinasti Han, dan diperjelas tahun 1887
Pemerintahan China Nasionalis juga mengajukan tuntutan
2 Taiwan 1933 berdasarkan sejarah semenjak Dinasti Han,m dan diperjelas
tahun 1933
Vietnam mengajukan tuntutannya atas pulau-pulau Spralty
berdasarkan sejarah, yaitu perolehan Kaisar Gea Long tahun
3 Vietnam 1802
1802 yang kemudian menggabungkannya dengan Vietnam pada
tahun 1932.
Dalam sidang Majelis Umum PBB pada tahun 1946, Menlu
4 Filipina 1946 Filipina mengeluarkan pernyataan bahwa kepulauan Spratly
diserahkan Jepang kepada Filipina
Pada tahun 1979, Malaysia mempublikasikan peta Landas
5 Malaysia 1979 Kontinen Malaysia yang di dalamnya terdapat sebagian dari
pulau-pulau Spratly
Brunai memprotes isi publikasi peta Landas Kontinen Malaysia
pada tahun 1979, dan mengajukan tuntutan atas Louisa Reef
6 Brunai 1979
sebagai wilayah yang berada di Landas Kontinen dan ZEE
Brunai.
Sumber:repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7508/f.BABII.pdf?.

Beberapa negara claimant states memenuhi kebutuhan energinya di masa


mempuyai kepentingan di kawasan Laut mendatang. Kepentingan untuk membangun
Tiongkok Selatan, dan RRT merupakan pengaruh di Laut Tiongkok Selatan ini juga
negara yang paling asertif dan agresif dalam terkait dengan upaya pemimpin RRT untuk
konflik Laut Tiongkok Selatan, baik melalui menunbuhkan kebanggaan rakyat dalam
penggunaan jalur diplomasi maupun menyosong peralihan generasi
kekuatan laut (kapal ikan, kapal patroli kepemimpinan di RRT kepada generasi
matitim, dan angkatan laut)(Wiranto, kelima,(http://international.kompas.com/rea
2016:88).Pertumbuhan ekonomi RRT d/2013/03/02/0936405/ Kesulitan.
membuat kebutuhan akan energi meningkat Legitimasi).Kekuasaan, China, diakses 20
dengan pesat yang tidak dapat dipenuhi oleh Maret 2018 dan hal ini menunjukkan adanya
produksi dalam negeri. Kepentingan RRT di rivalitas antara Negara RRT dan AS di
kawasan Laut Tiongkok Selatan adalah kawasan Asia Pasifik.
menyangkut kandungan migas dan sumber
daya perikanan yang cukup besar.(Jin Klaim Brunai Darussalam lebih kepada
Xianshi, Marine Fishery Resources and kepentingan hak berdaulat di wilayah
Managemen in China” (papaer presented at perairan yurisdiksinya, khususnya dalam
the ICFO Seminar, Qingdao, RRT, 25-29 bidang keamanan navigasi dan pengelolaan
Oktober 2000). Lihat juga Kuang-Hsiung sumber daya perikanan serta
Wang, “Bridge Over Troubled Waters: migas.(http://www.theglobal-review.com/co
Fisheries Cooperation as a Resolution to the mtent_detail.php?
South China Sea Conflicts,” The Pacific lang=id&id=7132&type=4#.UYD3YSmkfm
Review 14, no. 4 (2001).Keberhasilan RRT l, diakses 28 Februari 2018). Klaim Taiwan
mengeksplorasi migas di laut bekerja sama menuntut kedaulatan dan hak berdaulat sama
dengan negara-negara di luar kawasan Laut dengan tuntutan RRT di wilayah Kepulauan
Tiongkok Selatan mendorongnya untuk Paracel dan Spratly serta perairan di
mempercepat rencana eksplorasi migas di sekitarnya berdasarkan sejarah yang sama.
Laut Tiongkok Selatan dalam rangka (http://www.fkpmaritim.org/?p=250),
diakses 28 Februari 2018.)Klaim Vietnam 2018).Perairan sekitar Scarborough Shoal
pada kepulauan Spratly dan Laut Tiongkok memiliki kandungan minyak yang cukup
Selatan didasarkan kepada sejarah dan besar dan Filipina berkepentingan untuk
berlandaskan pada zona ekonomi ekslusif pemenuhan energinya.Kawasan Laut
dan landas kontinennya sebagaimana diatur Tiongkok Selatan yang diklaim Filipina
dalam UNCLOS 1982. Vietnam mengklaim memiliki sumber daya perikanan yang cukup
gugusan Pulau Paracel ke utara yang besar dan selama ini merupakan daerah
sekarang dikuasai RRT sebagai miliknya. operasi kapal-kapal penangkap ikan
Klaim kedaulatan atas Kepulauan Paracel Filipina(Wiranto, 2016: 93).Malaysia
dan Spratly akan berdampak pada mengklaim Kepulauan Spratly dan Laut
bertambahnya wilayah ZEE dan Landas Tiongkok Selatan berdasarkan zona
Kontinen Vietnam. Vietnam berkepentingan ekonomi ekslusifnya dan kepanjangan dari
terhadap kebebasan bernavigasi (freedom of landas kontinennya seperti yang diatur di
navigation) bagi kapal dagang, kapal tanker, dalam Pasal 55 dan Pasal 76 UNCLOS
kapal ikan, kapal patroli maritim, dan kapal 1982. Klaim Malaysia terhadap beberapa
perang Vietnam( Manuel Mogato, pulau di Kepulauan Spratly yang dinamai
Philippines sees Japan as balance to China Terumbu Layang dan Terumbu Laksamana
ambitions, Jakarta Post Desember 2012. lebih pada kepentingan hak berdaulat,
Lihat juga khususnya dalam bidang keamanan navigasi
http://khabarsoutheastasia.com/id/articles/ap (safety of navigation) dan pengelolaan
wi/articles/newsbriefs/2012/06/23/ sumber daya perikanan dan
newsbrief-03. Lihat juga Reuters, Vietnam migas(http://www.malaysiandefence.com/?
steps up sea patrols as tensions with China p=2672, diakses 28 Februari 2018).
rise, Jakarta Post, 5 Desember 2012.)Filipina
nemgklaim Kelayaan Islads Group (KIG) Peran Non-claimant States
berdasarkan sejarah, pennemuan, kelanjutan Kekuatan non-claimant states/negara ekstra
wilayah laut, dan kedekatan lokasi (history, kawasan juga memiliki kepentingan
discovery, contiguity, proximity), dan juga geopolitik dan geostrategi terhadap Laut
berdasarkan UNCLOS 1982. Filipina Tiongkok Selatan, seperti masalah
mengklaim gugusan Kepulauan Spratly ke kebebasan bernavigasi (freedom of
selatan sebagai miliknya yang tumpang navigation) dan keluasaan perniagaan
tindih dengan posisi RRT. Klaim kedaulatan (unimpeded commerce). Namun alasan yang
atas Scarborough Shoal dan Pulau Kelayaan mendasar adalah mewaspadai kebangkitan
sangat penting bagi Filipina karena akan RRT, khususnya di bidang politik, ekonomi,
berdampak pada bertambahnya wilayah ZEE dan militer. Kekuatan ekstra kawasan yang
dan Landas Kontinen Filipina sebagai terlibat dalam konflik Laut Tiongkok
negara kepulauan sebagaimana diatur dalam Selatan, meliputi: Amerika Serikan, India,
UNCLOS Jepang, dan Australia.
1982(http://www.asiacalling.org/in/berita/ph
ilippines/3032-filipina-melawan-cina-di- Kebangkitan ekonomi dan pembangunan
lautan-cina-selatan, diakses 23 Maret kekuatan militer RRT berpengaruh terhadap
dominasi kepemimpinan Amerika Serikat. sebesar 231 miliar barel atau sepuluh kali
Hal ini mendorong AS untuk memperkuat lipat dari cadangan milik Amerika Serikat.
dominasinya di Asia Pasifik dengan (Wiranto: 2016: 68). Namun, informasi
meningkatkan kehadiran pangkalan Energi Ameria Serikat (EIA)
militernya di Australia, Singapura, dan memperkirakan kandungan minyak di Laut
Guam, serta peningkatan kegiatan Armada Tiongkok Selatan hanya sebesar 28 miliar
VII di wilayah Laut Tiongkok Selatan dalam barel. Selain itu survei geologi Amerika
bentuk latihan militer bilatera dengan Serikat menemukan 60% - 70% energi
beberapa claimant states. Bergesernya hodrokarbon di Laut Tiongkok Selatan
Center of Gravity ekonomi dunia dari berupa gas alam. Adanya potensi migas ini
kawasan Eropah ke Asia Pasifik selain menarik claimant states untuk
memosisikan Laut Tiongkok Selatan sebagai mempertahankan klaimnya, juga menarik
perairan yang vital bagi negara-negara Asia perusahaan energi multinasional sebagai
Pasifik, terutama AS. Oleh karena itu, AS aktor non-negara untuk terlibat dalam
berkepentingan terhadap freedom of kegiatan eksploitasi migas di Laut Tiongkok
navigation dan unimpeded commerce di Selatan seperti Exxon Mobil dari AS, Total
Laut Tiongkok Selatan(Wiranto, 2016: 65). dari Perancis, Primier Oil, Oli and Natural
Gas coroiration (ONGC) Vides dari India,
Bagi India, Samudera Hindia merupakan dan lain-lainnya. (ibid.)Perusahaan-
vital sea, dan berkepentingan terhadap perusahaan minyak raksasa dari AS,
freedom of navigation di Laut Tiongkok Perancis, dan India ini bekerja sama dengan
Selatan untuk berhubungan dagang dan negara-negara pantai di sekitar Laut
pasokan energinya ke wilayah Asia Pasifik Tiongkok Selatan untu melaksanakan
dan Amerika. Di samping itu, untuk eksplorasi dan eksploitasi kekayaan sumber
perlindungan terhadap perusahaan minyak dan gas bumi yang sangat melimpah
pengeboran minyaknya (Oil and Natural Gas dan terkandung di bawah permukaan laut di
Corp/ONGC) yang beroperasi di lepas wilayah ini.
pantai Vietnam, yang bekerja sama dengan
Pemerintah Vietnam di wilayah Laut Di samping permasalahan sumber daya
Tiongkok Selatan (Kompas, 5 alam, konflik di Laut Tiongkok Selatan juga
Desember2012).Apabila situasi keamanan di menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan
wilayah ini kurang kondusif tentunya akan oleh trasnasional organized crimes untuk
mempengaruhi bisnis Pemerintah India di berbagai kepentingan kelompoknya.
Laut Tiongkok Selatan dan jalur-jalur Kejahatan transnasional yang terjadi di
pendek ke negara-negara lainnya. wilayah ini dapat berupa illegal fishing,
illegal minig, pencurian harta karun muatan
Peran Non-Government Actor kapal laut yang tengelam di dasar laut dan
Kawasan Laut Tiongkok selatan memiliki berbagai bentuk kriminal lainnya yang dapat
cadangan sumber daya alam sangat besar. mengganngu kepentingan pengguna lalu
RRT memperkirakan cadangan minyak yang lintas laut yang melewati wilayah ini.
terkandung di Laut Tiongkok Selatan
Peran ASEAN memfasilitasi kebijakan Amerika yang
bersumbu di Asia (salah satu kebijakan luar
Kepentingan ASEAN Community negeri pemerintahan Obama) dan
(khususnya APSC dan AEC) di kawasan melibatkan Amerika dalam konflik Laut
Laut Tiongkok Selatan sesuai dengan tujuan Tiongkok Selatan. Di dalam berbagai
ASEAN Political-Security (APSC) dan kesempatan China mengingatkan ASEAN
ASEAN Economic Community (AEC), untuk “tidak mengambil posisi” dalam
yaitu meningkatkan perdamaian (enhancing permainan kekuasaan
peace), stabilitas (stability), demokrasi regional.(http://www.nationmultimedia.com/
(democracy), dan kesejahteraan (prospority) politics/Chinese-minister-Asean-can-shape-
di kawasan melalui kerja sama politik dan power-play-in-E-A-30184834.html)
keamanan secara komprehensif. APSC ASEAN, pada sisi yang lain, dengan halus
mempromosikan penolakan terhadap agresi menyatakan kekhawatiran(lihat:
atau penggunaan angkatan bersenjata atau http://www.asean.org/documents/44thAMM
tundakan lain yang tidak sesuai dengan -PMC-18thARF/44thAMM-JC.pdf),atas niat
hukum internasional serta memperhatikan hegemoni China di Laut Tiongkok Selatan
penyelesaian sengketa secara damai. Dalam yang ditandai dengan penggunakan kekuatan
hal ini, APSC menjunjung tinggi keberadaan militer dan para-militer untuk mengubah
instrumen politik ASEAN, seperti Deklarasi status quo Laut Tiongkok Selatan yang
Zona Perdamaian, Kebebasan dan Netralitas sudah rentan. Deklarasi Air Defense
(ZOPFAN), Traktat Persahabatan dan Kerja Identification Zone (Zona Identifikasi
Sama di Asia Tenggara (TAC) dan Pertahanan Udara, ADIZ) atas Laut China
Perjanjian tetang Zona Bebas Nuklir Asia Timur yang dilakukan oleh China secara
Tenggara (SEANWFZ) yag memainkan sepihak baru-baru ini dan kebijakan tentang
peran penting dalam upaya membangun rasa penangkapan ikan yang dikeluarkan oleh
saling percaya (conidence building pemerintah provinsi Hainan yang
measures/CBMs), diplomasi preventif mengharuskan kapal-kapal ikan asing yang
(preventive diplomacy), dan pendekatan beroperasi di dua pertiga wilayah Laut
secara damai untuk penyelesaian konflik dan Tiongkok Selatan untuk meminta izin dari
untuk menjawab isu-isu keamanan pejabat pemerintahan China untuk
nontradisional. menangkap ikan, telah menimbulkan
ASEAN dan Cina seharusnya melaksanakan keraguan atas kemampuan China untuk
tiga tindakan berikut untuk memelihara menyelaraskan ucapan dan tindakannya –
perdamaian dan stabilitas. terlebih atas penegasan pemerintah China
yang baru untuk meneruskan kebijakan
Pertama, ASEAN dan Cina harus sebagai tetangga ASEAN yang baik. Rasa
memperkuat rasa saling percaya satu saling tidak percaya seperti ini dapat
sama lain. menyebabkan timbulnya siklus aksi dan
reaksi. Misalnya, penguatan angkatan
China mencurigai beberapa negara anggota
bersenjata atau militerisasi di regional yang
ASEAN telah membiarkan atau bahkan
mungkin memperburuk lebih jauh kondisi
keamanan dan merusak keseimbangan terlibat di dalam diskusi-diskusi dengan
kekuasaan di Laut Tiongkok Selatan dengan ASEAN mengenai Laut Tiongkok Selatan,
berbagai akibat yang akan menimbulkan misalnya di dalam negosiasi tentang Code of
ketidakstabilan. ASEAN dan China perlu Conduct yang mengikat secara regional.
segera menghentikan rasa saling tidak
percaya seperti ini. China perlu meyakinkan ASEAN, pada sisi yang lain, harus
kembali ASEAN bahwa China akan meyakinkan China bahwa ASEAN tidak
meneruskan kemajuannya yang damai mencari bantuan dari kekuatan-kekuatan
dengan tegas menjalankan apa yang telah politik eksternal untuk menghadapi China.
diumumkan oleh para pemimpin China, dan ASEAN perlu untuk menunjukkan bahwa
mengendalikan diri lebih keras. Yang tindakan ASEAN melibatkan kekuatan-
terpenting, China perlu membuktikan bahwa kekuatan politik utama bertujuan untuk
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan menciptakan keseimbangan yang
militer China merupakan sebuah alasan bagi dinamis( http://www.setkab.go.id/mobile/
ASEAN untuk bergembira, dan bukannya international-4585-sby-encourages-durable-
malah merasa takut. China telah dengan peace-for-asia-pacific-architecture-to-forge-
jelas menunjukkan bagaimana ledakan a-new-understanding-of-stability-and-
ekonominya telah memberi keuntungan bagi prosperity.html)dan kerangka kerjasama
kemakmuran di kawasan. China dapat yang menguntungkan bagi setiap pihak.
melakukan hal tersebut dengan ASEAN juga perlu menunjukkan pada
memanfaatkan kapabilitas armada lautnya China bahwa Asia Tenggara tidak berminat
dengan mengirimkan kapal-kapal modern dan tidak memiliki kapasitas untuk campur
yang dimilikinya bukan ke wilayah maritim tangan di dalam permainan kekuatan politik
yang dipersengketakan, tetapi untuk dunia, dan bahwa ASEAN masih sangat
membantu memerangi bajak laut dan menjunjung tinggi ideologi ASEAN untuk
perampokan bersenjata, atau untuk mewujudkan wilayah Asia Tenggara yang
menolong orang dan kapal yang menemui damai, bebas, dan otonom bahkan hingga
kesulitan dan membutuhkan bantuan di Laut pada saat ini. Seperti yang disampaikan oleh
Tiongkok Selatan, misalnya dalam berbagai Hugh White, seorang sarjana asal Australia,
operasi penyelamatan saat bencana besar secara blak-blakan namun tepat bahwa
seperti pada saat taifun Haiyan menerjang “ASEAN tidak akan membantu Amerika
Filipina di tahun 2013. China harusnya dalam mengatur China untuk kepentingan
menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa Amerika”
teritorial akan ditempuh terus-menerus (http://www.lowyinterpreter.org/post/
secara damai, tanpa menggunakan kekuatan 2012/08/02/ASEAN-wont-help-US-manage-
militer atau para-militer, ataupun ekonomi. China.aspx).
China seharusnya menepis setiap keraguan Kedua, ASEAN dan China seharusnya
yang dimiliki ASEAN; bahwa China secara bekerja lebih keras untuk memperkuat
tulus mengutamakan dialog di dalam dasar-dasar tatanan yang berasaskan
menyelesaikan konflik dengan bersikap
lebih terbuka dan berusaha untuk lebih
hukum di Laut Tiongkok Selatan, atas UNCLOS juga dapat disebabkan berasal
khususnya UNCLOS 1982. dari ketidakjelasan yang disengaja pada saat
negosiasi isi UNCLOS dan isu-isu maritim
China dan ASEAN sama-sama setuju bahwa yang baru muncul belakangan tidak
UNCLOS merupakan dasar bagi terciptanya sepenuhnya atau belum dipertimbangkan
tatanan hukum di Laut Tiongkok Selatan. dengan seksama selama proses penyusunan
China menyatakan “sangat penting untuk konvensi tersebut.
memelihara prinsip-prinsip dan tujuan-
tujuan dari UNCLOS.” ( Ketidakjelasan yang disengaja yang
http://www.fmprc.gov.cn/ dimaksud di sini, misalnya ketidakjelasan
eng/xwfw/s2510/t955114.htm)ASEAN tentang tatanan pulau-pulau dan juga tentang
menyerukan untuk “menghormati wilayah-wilayah maritim yang buram yang
sepenuhnya prinsip-prinsip Hukum muncul di dalam UNCLOS karena salah-
Internasional yang diakui umum, termasuk paham mengingat banyaknya pulau kecil,
UNCLOS 1982”(Prinsip nomor 4 dari Enam batu karang dan wilayah yang muncul saat
Prinsip ASEAN tentang Laut Cina Selatan). laut surut di Laut Tiongkok Selatan. Hak-
hak dan batasan dari keberadaan aparat
Meskipun demikian, ada banyak perbedaan militer pada Zona Ekonomi Eksklusif dari
yang menjadi nyata di dalam proses suatu negara pantai yang digolongkan
penafsiran, penerapan, dan pelaksanaan sebagai tindakan “bertujuan damai” dan
UNCLOS yang menyebabkan timbulnya “kebebasan pelayaran” juga menjadi
sejumlah peristiwa kesalahpahaman antara perdebatan, seperti yang dicerminkan di
para pihak yang bersengketa. Klaim China dalam kasus di tahun 2009. Meskipun
tentang “hak-hak historis” atas Laut demikian, UNCLOS mewajibkan negara-
Tiongkok Selatan merupakan salah satu negara pantai yang terhubung satu sama lain
contohnya. China bersikeras bahwa “hak- dalam laut semi-tertutup (semi-enclosed sea)
hak historis” tersebut tetap ada meski China untuk mengadakan kerjasama dalam
ikut menandatangani UNCLOS, (Pasal 14 berbagai aspek dan menyediakan sangat
dari Zona Ekonomi Eksklusif and sedikit penjelasan, atau bahkan tidak sama
Continental Shelf Act (26 Juni 1998) sekali, tentang bagaimana kerjasama seperti
menyatakan bahwa “aturan ini tidak akan itu seharusnya dilakukan. Sebagai contoh,
mempengaruhi hak-hak historis Republik bagaimana latihan militer dapat dilakukan
Rakyat Cina.”).ASEAN berpendapat bahwa tanpa mengancam keamanan navigasi dan
hak-hak historis semacam itu sudah lingkungan, atau bagaimana negara-negara
sepenuhnya dipertimbangkan dan harus bekerjasama untuk memelihara stok
didiskusikan di dalam proses negosiasi ikan.
UNCLOS tahun 1982 (Lihat proposal
Filipina pada UNCLOS at Isu-isu yang baru muncul terkait
A/AC.138/SC.II/L.46)dan oleh karena itu, pendayagunaan ruang maritim dan atau
sudah tidak berlaku lagi dengan adanya sumber daya maritim juga dapat memicu
Konvensi tersebut. Perbedaan penafsiran berbagai sengketa atau insiden baru. Isu-isu
yang belum atau tidak diatur, seperti: kabel penerapan dan pelaksanaannya. Langkah
bawah laut dalam konteks pendayagunaan awal untuk mencapai tujuan tersebut adalah
wilayah bawah laut di kawasan; peningkatan dengan menyelaraskan klaim-klaim maritim
aktivitas-aktivitas bio-prospecting dalam yang diajukan ASEAN dan China sesuai
pencarian sumber daya baru yang bersumber dengan isi UNCLOS.
dari lautan; peningkatan pariwisata maritim
khususnya eco-turisme; peningkatan jumlah Ketiga, China dan ASEAN harus segera
instalasi yang sudah usang; dan bangunan- bekerja untuk menyusun suatu Code of
bangunan di laut (masalah-masalah Conduct yang bersifat mengikat di Laut
mengenai dekomposisi dan retro-fit) yang Tiongkok Selatan.
mungkin akan mempengaruhi keamanan Penting untuk diingatkan bahwa
navigasi, terutama apabila bangunan- merampungkan sebuah Code of Conduct
bangunan tersebut sudah tidak ditempati yang mengikat secara regional tentang Laut
lagi,(Djalal, “Thirty years after the adoption Tiongkok Selatan telah menjadi aspirasi
of UNCLOS 1982,” Jakarta Post, 21 August ASEAN semenjak awal 1990-an,(Pasal 4
2012), semuanya dapat menjadi sumber dari Deklarasi ASEAN tentang Laut Cina
sengketa dan ketegangan apabila tidak Selatan menyatakan “Menyerahkan pada
dikelola dengan tepat. Pada akhirnya, semua pihak yang terkait untuk menerapkan
bahkan di dalam suatu lingkungan yang prinsip-prinsip yang termuat di dalam Treaty
diatur dengan baik dengan penafsiran of Amity and Cooperation in Southeast Asia
seragam, penerapan dan pelaksanaan atas sebagai dasar untuk menyusun sebuah code
aturan-aturan yang ada itu, sengketa masih of international conduct di Laut Cina
mungkin saja terjadi. Misalnya, kecelakaan Selatan”)yang juga disetujui oleh China
yang disebabkan oleh peningkatan cepat lalu ketika China menyatakan persetujuan untuk
lintas di dalam jaringan komunikasi Laut memulai proses negosiasi sebuah COC
Tiongkok Selatan yang sibuk. Kerjasama secara regional pada akhir 1990-an. DOC,
untuk meminimalisasi resiko dari insiden yang ditandatangani pada 2002, merupakan
seperti itu selaras dengan kepentingan COC yang tidak kunjung selesai karena
jangka panjang ASEAN, China, dan ASEAN dan China terpaksa merampungkan
pengguna-pengguna Laut Tiongkok Selatan suatu dokumen yang cacat ketika mereka
lainnya. UNCLOS merupakan dasar tidak mencapai kata sepakat soal ruang
terpenting dari tatanan hukum di Laut lingkup penerapan dari dokumen seperti itu
Tiongkok Selatan. UNCLOS telah menjadi (Ralf Emmers, “ASEAN, China and the
dasar penyusunan DOC dan akan menjadi South China Sea: an opportunity missed”,
dasar bagi penyusunan COC. Oleh karena IDSS Commentaries, 30/2012).ASEAN dan
itu, sangat penting dan perlu bagi ASEAN China kemudian menegaskan kembali di
dan China untuk mempromosikan dalam dokumen DOC itu sendiri (butir ke-
pemahaman tentang UNCLOS secara timbal 10) dan di antara Kepala Negara dari kedua
balik, dan mempersempit celah perbedaan belah pihak pada
penafsiran atas konvensi tersebut guna 2006,(http://www.aseansec.org/18894.htm),
mewujudkan harmonisasi di dalam
bahwa mereka akan terus melanjutkan tugas misalnya dengan menyediakan mekanisme
yang belum selesai tersebut dan bekerja peninjauan ulang yang terinstitusi. Ketiga,
hingga tersusunnya suatu Code of Conduct COC harus menyediakan mekanisme
mengenai Laut Tiongkok Selatan. Di bulan penyelesaian sengketa di dalam penafsiran
September 2013, ASEAN dan China dan penerapan COC itu sendiri. Terakhir,
memulai memulai proses konsultasi tentang COC harus menyediakan tidak hanya aturan
COC dengan mengadakan pertemuan dan prinsip yang menyeluruh, tetapi juga
Pejabat Senior yang pertama untuk petunjuk prosedur yang jelas yang dapat
membahas COC di Suzhou, China. membantu pihak-pihak yang terjebak dalam
Pertemuan yang kedua direncanakan pada sengketa untuk menemukan jalan guna
April 2014 di Thailand. Akan tetapi, mencegah meledaknya sengketa itu.
meskipun ASEAN tetap berupaya untuk
mencapai suatu kesimpulan awal tentang Ada banyak alasan kuat untuk percaya
proses COC, China sama sekali tidak terlihat bahwa situasi di Laut Tiongkok Selatan
tergesa-gesa di dalam proses penyusunan dapat dikendalikan. Kepentingan-
COC, dan sampai saat ini belum tercapai kepentingan geostrategis ASEAN dan China
persetujuan tentang jadwal atau rencana di Laut Tiongkok Selatan dapat
kerja yang spesifik berkaitan dengan proses diselaraskan. Berbagai pandangan hukum
konsultasi tersebut. oleh ASEAN dan China tentang Laut Cina
Selatan dapat diselaraskan. Banyak
Banyak yang percaya bahwa peran proaktif perbedaan antara ASEAN dan China di Laut
China untuk menyusun COC akan Tiongkok Selatan yang muncul atau
menguntungkan China karena hal tersebut diperparah oleh salah pengertian atau tidak
menunjukkan bahwa ASEAN dan China adanya saling pengertian yang dapat diatasi
dapat bekerja-sama untuk menyelesaikan melalui dialog dan kerjasama di antara
masalah mereka. Ini akan menjadi jaminan kedua belah pihak. Oleh karena itu, ASEAN
yang paling kuat untuk mencegah campur dan China harus mengambil langkah-
tangan pihak asing di dalam konflik Laut langkah segera untuk melaksanakan tiga
Tiongkok Selatan, seperti yang diharapkan tindakan yang disebutkan di atas guna
China. Di dalam proses penyusunan COC, menstabilkan kondisi strategis, memperkuat
ASEAN dan China harus selalu mengingat dasar hukum di kawasan dan
titik-titik lemah DOC dan menjamin bahwa mempromosikan rasa saling percaya untuk
COC yang akan disusun itu tidak akan meredakan ketegangan di Laut Tiongkok
menjumpai masalah yang sama. Pertama, Selatan.Indonesia sebagai bagian dari
COC harus menjadi lebih detail dan ASEAN tentu harus menyiapkan diri dengan
mencoba untuk menghindari, semampu pembangunan hukum dan operasional
mungkin, keraguan bahasa yang kerap penegakan kedaulatan dan hukum agar
dijumpai pada DOC. Kedua, COC harus keutuhan NKRI dapat dijaga sepanjang
menyediakan mekanisme yang jelas untuk masa. Peran diplomasi Indonesia dalam
menjamin kepatuhan pihak-pihak yang kerangka ASEAN terhadap konflik di Laut
bersengketa di dalam pelaksanaan COC, Tiongkok Selatan telah dimulai sejak
diselenggarakan Forom Dialog ASEAN- yang tinggi. Bagaimana tidak, kawasan
RRT pada tahun 2002 di Bali. Pada tahun tersebut dipercaya memiliki cadangan
2003, RRT turut menandatangani TAC minyak sebesar 213 Milliar barel dan
ASEAN di Bali. Pada 20 Juli 2011, ASEAN memiliki 900 Trilliun kaki kubik gas alam.
dan RRT menadatangani guidelines Laut Cina Selatan juga merupakan sebuah
penerapan Doc, dan dilanjukan dengan arus lajur kelautan yang dilewati perkapalan
pertemuan-pertemuan guna membahas CoC. perdagangan internasional dan tidak kalah
Hingga pertemuan terakhir pada KTT ke-18 penting, laut tersebut merupakan sumber
ASEAN pada November 2015, ASEAN dan pencarian ikan bagi para nelayan-nelayan
RRT belum sepakat mengenai penerapan dari China, Filiphina, Vietnam dan lain-lain.
CoC di Laut Tiongkok Selatan. Karena begitu banyak sumber daya alam
yang sangat strategis dan kawasan ini yang
ANALISIS sangat kabur kepemilikannya, maka aksi
Sengketa wilayah maritim di Laut Tiongkok saling claim yang dilakukan negara-negara
Selatan saat ini masih terjadi karena wilayah menciptakan sebuah konflik tersendiri dalam
tersebut memiliki kekayaan alam yang dinamika hubungan internasional.
sangat beragam, seperti yang telah diuraikan Dengan demikian, wilayah ini menjadi
diatas, yang terdiri dari minyak, gas bumi, perebutan kepentingan ekonomi, strategi,
dan sumber daya perikanan. Di samping dan politik oleh negara-negara tersebut.
kekayansumber daya alamnya, wilayah ini Konflik yang terjadi tidak hanya bersifat
juga digunakan sebagai jalur lintas bilateral, namun menjadi konflik
perdagangan Sea Lane of Transfortation dan multilateral, termasuk konflik yang
Sea Lane of Communication kapal-kapal diakibatkan oleh pelaku non government
yang bergerak dari wilayah Timur Tengah actor yang memanfaatkan eksplorasi dan
ke Asia, Amerika, dan sebaliknya, dan lebih eksploitasi sumber daya alam di Laut
kurang 40.000 kapal melintas di wilayah ini Tiongkok Selatan. Perebutan wilayah tidak
setiap tahun. Negara-negara pengklaim, hanya terfokus pada alasan sumber daya
seperti RRT, Taiwan, Filipina, Malaysia, alam seperti minyak bumi, gas dan sumber
dan Brunai Darussalam serta negara-negara pangan dunia berupa 1/10 total tangkapan
lainnya yang berkepentingan, seperti ikan dunia saja, namun juga alasan
Amerika Serikat, Jepang, Australia, Korea kedaulatan atas wilayah yang sudah
Selatan, India, dan Rusia juga diperebutkan sejak ribuan tahun (kalim
memanfaatkan wialyah Laut Tiongkok sejarah) dan telah menjadi kebanggaan dari
Selatan sebagai jalur utama transportasi, masa lalau yang ingin dipertahankan,
peredagangan, pasokan energi, navigasi khususnya oleh RRT, Taiwan dan Vietnam.
internasional, dan penerbangan, serta
strategi keamanan global. Adapun dasar utama klaim wilayah Laut
Tiongkok Selatan sebenarnya hanya terdiri
Seperti telah diuraikan diatas bahwa Laut dari dua aspek, yaitu aspek historis (sejarah)
Cina Selatan merupakan sebuah kawasan dan hukum. Jika dilihat dari aspek sejarah,
yang sangat memiliki nilai nature resources
maka negara pengklaim yang menggunakan Paul R. Hensel Michael E. Allison, dan
dasar ini hanya tiga pihak, yakni RRT, Ahmed Khanani, akanlebih menciptakan
Taiwan, dan Vietnam. Bagi RRT, bermula stabilitas di perbatasan dibandingkan
pada masa National Government of Chiang perbatasannegara-negara yang tidak diwarisi
Kai-Shek pada tahun 1947 yang telah oleh penjajah. Alasannya adalah, bahwapara
menetapkan nine interrupted mark yang penguasa kolonial telah meletakkan dasar-
mencakup hampir seluruh wilyah Laut dasar batas negara secarajelas dalam sebuah
Tiongkok Selatan. Hal ini ditegaskan perjanjian, sehingga negara-negara yang
kembali oleh Zhou En-Lai yang menegaskan baru merdekadari penguasa penjajah tinggal
klaim atas wilayah tersebut pada tahun 1951, meneruskan saja warisan perbatasan
namun dalam klimnya, RRT tidak yangditinggalkan penjajah. Sehingga tujuan
menjelasakan aspek hukum dari delimitasi utama dari penggunaan prinsip ini adalah
batas maritimnya. Penyelesaian sengketa untuk mencegahterjadinya konflik-konflik
wilayah maritim hanya dapat dilakukan yang didasarkan pada perebutan
berdasarkan hukum internasional atau perbatasanoleh negara-negara baru. Prinsip
UNCLOS 1982, namun klaim sejarah ini telah menjadi bagian dari
tersebut tidak dikenal di dalam UNCLOS. hukumkebiasaan internasional. Oleh sebab
itu, melalui penerapan prinsip inimaka tidak
Dalam hukum internasional yang berlaku dimungkinkan lagi adanya klaim suatu
dewasa ini dikenal prinsip “uti possidetis wilayah yangdidasarkan pada terra nullis
juris” yang secara sederhana berarti wilayah atau wilayah tak bertuan.Jika dilihat dari
atau batas suatu negara mengikuti wilayah pokok gugatan negara pengklim sebagian
atau batas wilayah kekuasaan penjajah atau negara ASEAN menggunakan aspek hukum
pendahulunya. Penentuan wilayah yang sebagai dasar gugatan. Mereka menggugat
didasarkan pada asas Uti Possidetis bagian tertentu dari Kepulauan Spratly dan
merupakanprinsip yang saat ini sudah menggunakan hukum internasional
menjadi hukum kebiasaan internasional UNCLOS 1982 sebagai dasarnya. Filipina
dalampenentuan wilayah baru, baik yang mengklim sebagai besar Kepulauan Spratly,
lahir melalui proses kemerdekaan sebuah wilayah yang disebut dengan
secarasepihak, maupun melalui penggunaan Kalayaan pada tahun 1971 dan memperkuat
hak untuk menentukan nasib sendiri.Uti klimnya dengan melahirkan Peraturan
Possidetis secaraetimologi merupakan Presiden pada tahun 1978, dan Rule PRC
bahasa Latin yang berarti“sebagai milik Nomor 55 Tahun 1992 yang mengatur
anda” (as you possess). Terminologi ini wilayah tersebut.
secara historis berasaldari hukum Romawi
yang berarti, bahwa wilayah dan kekayaan Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
lainnyamengikuti pemilik asal pada akhir menghindari potensi Konflik Laut Tiongkok
konflik antara negara baru denganpenguasa Selatan menyusul adanya kemungkinan
sebelumnya yang disajikan dalam sebuah upaya penyelesaian konflik secara damai
perjanjian. Penggunaan prinsip ini menurut oleh semua pihak yang terlibat sengketa.
sebagian ahli hukum internasional,seperti Salah satu upaya menghindari potensi
konflik tersebut adalah melalui pendekatan menentukan bagi kepentingan nasional
perundingan secara damai baik secara masing-masing negara anggota.
bilateral maupun multilateral dan juga
melakukan kerjasama-kerjasama yang lazim Indonesia yang selama ini tidak menjadi
digunakan mengelola konflik regional dan bagian dari negara yang mengklim bagian
internasional. dari Laut Tiongkok Selatan, dan di lain
pihak RRT juga menyebutkan bahwa ada
Sedangkan pada tingkat kerjasama permasalahan klaim tumpang tindih wilayah
subregional Asia Tenggara, setidaknya maritim dengan Indonesia. Namun
ASEAN telah berfungsi sebagai forum yang demikian, secara faktual klaim RRT atas
efektif untuk menyelesaikan masalah- wilayah ini didasarkan pada 9 dashed lines
masalah ekonomi, politik, sosial budaya dan (nine dotted line/nine dots line) dan apabila
banyak masalah keamanan. Keberhasilan direkomendasikan akan memotong garis
ASEAN dicerminkan oleh upaya mengatasi batas landas kontinen Indonesia yang telah
konflik-konflik bersenjata atau tindakan- disepakati dengan Vietnam dan Malaysia,
tindakan provokatif sejak organisasi ini serta memotong klaim batas ZEE Indonesia.
berdiri 1967. Dan hingga saat ini RRT secara konsisten melakukan aktivitas
regionalisme ASEAN berfungsi sebagai yang cukup provokatif, dengan mengirimkan
instrumen untuk menyelesaikan krisis-krisis kapal negara untuk melakukan pengawalan
internal. Penyelesaian ini dapat dilakukan kapal nelayannya, hingga ke selatan dan
melalui dua pendekatan yaitu, mengurangi memasuki ZEE Indonesia.
kemungkinan munculnya konflik diantara
negara-negara tetangga dan memaksimalkan KESIMPULAN
proses pembangunan ekonomi untuk Sengketa Laut Tiongkok Selatan (LTS)
menunjang peningkatan ketahanan Regional merupakan sengketa di abad ke-21, dimana
secara kolektif. Tiongkok, Amerika Serikat dan sebagian
Oleh karena itu, regionalisme ASEAN besar anggota ASEAN terlibat secara tak
sangat penting dikembangkan menjadi satu langsung.Pada mulanya, Republik Rakyat
kawasan yang lebih luas yaitu regionalisme Tiongkok menyatakan bahwa mereka punya
Asia Pasifik, dimana masalah-masalah kedaulatan atas perairan Tiongkok Selatan
regional seperti sengketa Laut Cina Selatan dengan alasan bahwa nelayan tradisional
tidak hanya melibatkan negara-negara mereka telah menjelajahi kepulauan Spratly
ASEAN akan tetapi juga negara non- dan Paracel sejak tahun 200 SM. Bahkan
ASEAN seperti RRC dan Taiwan dan mereka mengklaim adanya pemukiman di
negara kawasan lainnya yang tidak terlibat kepulauan tersebut sejak dinasti-dinasti
langsung. Konflik laut Cina selatan menjadi terdahulu. Tiongkok juga mengklaim telah
penting karena cakupan regionalisme Asia menemukan peninggalan purba berupa
Pasifik akan meningkatkan kekuatan tempayan dan mata uang kuno di kepulauan
kawasan dalam menangani bentuk-bentuk tersebut. Selain itu, nama ‘Laut Tiongkok
konflik regional yang sesungguhnya sangat Selatan’ berasal dari nenek moyang mereka
dan catatan-catatan Dinasti Song dan Yuan
mencantumkan kepulauan tersebut dalam Vietnam. Bagi RRT, bermula pada masa
wilayah kekuasan mereka. National Government of Chiang Kai-Shek
pada tahun 1947 yang telah menetapkan
Mekanisme pelaksanaan asas uti possidetis nine interrupted mark yang mencakup
dalam penentuan titik patok batas wilayah hampir seluruh wilyah Laut Tiongkok
darat antar negara, dalam konteks Selatan. Ini ditegaskan kembali oleh Zhou
praktisnyadilakukan dengan langkah- En-Lai pada tahun 1951, namun dalam
langkah, pada tahapawal kedua belah pihak, klaimnya, RRT tidak menjelaskan aspek
sepakat menggunakan argumentasi sejarah hukum dari delimitasi batas maritimnya.
yangmenetapkan alokasi wilayah perbatasan Karena diketahui bahwa penyelesaian
yang terjadi pada kolonial; kemudian, sengketa wilayah maritim hanya dapat
setelah alokasi wilayah perbatasan dilakukan berdasarkan hukum internasional
disepakati,maka kedua belah pihak sepakat atau UNCLOS 1982, namun klaim sejarah
melakukan delimitasi, untuk tersebut tidak dikenal di dalam
menentukangaris perbatasan menggunakan UNCLOS.Sehingga dalam pokok gugatan
konvensi;selanjutnya, setelah delimitasi negara pengklim sebagian negara ASEAN
disepakati berdasarkan konvensi perbatasan, menggunakan aspek hukum sebagai dasar
maka kedua belah pihak secarabersama- gugatan. Mereka menggugat bagian tertentu
sama melakukan demarkasi, yaitu penegasan dari Kepulauan Spratly dan menggunakan
patok-patokperbatasan sebagaimana yang hukum internasional UNCLOS 1982 sebagai
tercantum dalam beberapa konvensitersebut. dasarnya. Filipina misalnya mengkalim
Terkait dengan hal itu, maka kedua belah sebagai besar Kepulauan Spratly, sebuah
pihak sepakatmembentuk kelembagaan wilayah yang disebut dengan Kalayaan pada
bersama yang berfungsi sebagai forum tahun 1971 dan memperkuat klimnya
yangterkait dengan persoalan perbatasan. dengan melahirkan Peraturan Presiden pada
Sengketa yang terjadi di Laut Tiongkok tahun 1978, dan Rule PRC Nomor 55 Tahun
Selatan merupakan sengketa antarnegara, 1992 yang mengatur wilayah tersebut.
karena aktornya bukan hanya negara-negara Dengan memperhatikan hal diatas, maka
pengklaim namun juga negara-negara dapat dikatakan bahwa wilayah Laut
lainnya yang berkepentingan diwilayah Tiongkok Selatan merupakan wilayah
tersebut. Oleh karena itu upaya penyelesaian perebutan kepentingan ekonomi, strategi,
sengketa maritim di Laut Tiongkok dan politik oleh negara-negara tersebut.
Selatantidak saja pada aspek historis Konflik yang terjadi tidak hanya bersifat
(sejarah) dan hukum tetapi juga melalui bilateral, namun menjadi konflik
pendekatan perundingan secara multilateral, termasuk konflik yang
damai.Adapun dasar utama klaim wilayah diakibatkan oleh pelaku non government
Laut Tiongkok Selatan dapat dilihat dari dua actor yang memanfaatkan eksplorasi dan
aspek, yaitu aspek historis (sejarah) dan eksploitasi sumber daya alam di Laut
hukum. Dari aspek sejarah, negara Tiongkok Selatan.ASEAN telah berfungsi
pengklaim seperti RRT, Taiwan, dan sebagai forum yang efektif untuk
menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, Dalam upaya penyelesaian sengketa maritim
politik, sosial budaya dan banyak masalah di Laut Tiongkok Selatan perlu peningkatan
keamanan. Keberhasilan ASEAN dalam hal negosiasi pada para pihak yang
dicerminkan oleh upaya mengatasi konflik- merasa dirugikan dan juga perlu kepada para
konflik bersenjata atau tindakan-tindakan pihak yang bersengketa di Laut Tingkok
provokatif sejak organisasi ini berdiri 1967. Selatan untuk menyiapakan agenda
Dan hingga saat ini regionalisme ASEAN penyelesaian sengketa tersebut melalui jalur
berfungsi sebagai instrumen untuk hukum maupun membicarakannya melalaui
menyelesaikan krisis-krisis internal. forum-forum bilateral dan multilateral yang
Penyelesaian ini dapat dilakukan melalui telah ada.Upaya negosiasi multilateral
dua pendekatan yaitu, mengurangi ataupun bilateral itu secara tidak langsung
kemungkinan munculnya konflik diantara menjustifikasi kembali relevansi
negara-negara tetangga dan memaksimalkan penggunaan klaim sejarah Laut Tiongkok
proses pembangunan ekonomi untuk Selatan sekaligus meningkatkan posisi tawar
menunjang peningkatan ketahanan Regional yang menguntungkan Tiongkok melalui
secara kolektif. Negara-negara ASEAN tetap negosiasi bilateral dengan negara ASEAN
sepakat akan menjaga kerja sama keamanan lainnya yang terlibat dalam klaim Laut
maritime regional, khususnya di kawasan Tiongkok Selatan.
Laut Tiongkok Selatan. Mereka juga sepakat
akan tetap memegang prinsip-prinsip hukum
internasional (UNCLOS 1982), dan
dokumen-dokumen yang telah disekapati
oleh anggota-anggota ASEAN.

SARAN

Sengketa Laut Tiongkok Selatan tidak saja


melibatkan langsung beberapa negara
anggota ASEAN. Oleh karena itu, hal yang
perlu menjadi prioritas perhatian ASEAN
dalam bidang politik-keamanan terutama
pasca perang dingin adalah dapat dilihat dari
sudut pandang geopolitik, Kawasan Laut
Tiongkok Selatan merupakan kawasan
dengan potensi konflik yang tinggi dimana
banyak negara berlomba dan mengklaim
wilayah tersebut. Kerawanan kawasan ini
menciptakan dilema keamanan yang pada
akhirnya mengancam stabilitas keamanan
kawasan ASEAN.

Anda mungkin juga menyukai