Disusun Oleh:
(181010427)
Fakultas Hukum
Universitas Islam Riau
2021
ABSTRAK
Sengketa Laut Tiongkok Selatan merupakan sengketa terpanas di abad ke-21, dimana Tiongkok,
Amerika Serikat dan sebagian besar anggota ASEAN terlibat secara tak langsung. Adapun 3
(tiga) hal mengapa negara-negara yang terlibat dalam konflik Laut China Selatan atau Laut
Tiongkok Selatan seperti China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Malaysia
saling berkepentingan dalam memperebutkan wilayah kawasan laut dan daratan dua gugusan
kepulauan Paracel dan Spratly di Laut Tiongkok Selatan. Pertama, wilayah laut dan gugusan
kepulauan di Laut Tiongkok Selatan mengandung sumber kekayaan alam yang sangat besar,
meliputi kandungan minyak dan gas bumi serta kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah perairan
Laut Tiongkok Selatan merupakan wilayah perairan yang menjadi jalur perlintasan aktivitas
pelayaran kapal-kapal internasional, terutama jalur perdagangan lintas laut yang menghubungkan
jalur perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia. Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di
Asia. Permasalahan dalam penelitian ini lebih menekankan pada: 1. Apa yang melatar belakangi
terjadinya Sengketa di Wilayah Maritim di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan?;
2.Peran ASEAN dalam Sengketa di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan? Penelitian
ini adalah penelitian hukum normatif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa sengketa
yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan merupakan sengketa antarnegara, karena aktornya bukan
hanya negara-negara pengklaim namun juga negara-negara lainnya yang berkepentingan
diwilayah tersebut. Oleh karena itu upaya penyelesaian sengketa maritim di Laut Tiongkok
Selatantidak saja pada aspek historis (sejarah) dan hukumtetapi juga melalui pendekatan
perundingan secara damai. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada para pihak yang
bersengketa di Laut Tingkok Selatan untuk menyiapakan agenda penyelesaian sengketa tersebut
melalui jalur hukum maupun membicarakannya melalaui forum-forum bilateral dan multilateral
yang telah ada.
PENDAHULUAN bilateral antar keduanya menjadi tiada
manfaat. Insiden seperti pemotongan kawat-
Masalah Laut China Selatan atau Laut kawat di tempat ekplorasi minyak Vietnam
Tiongkok Selatan (LTS) memiliki yang dilakukan China juga pada akhirnya
permasalahan sengketa yang pelik, semakin memperkeruh suasana dan
diantaranya adalah masalah sengketa membuat inisiatif baru bagi Vietnam untuk
teritorial dan sengketa batas wilayah selalu meningkatkan kapabilitas militernya
maritim, yang sampai saat ini belum adanya di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
penyelesaiannya. Indonesia sangat berhati- Selatan(Sudira, 2014: 143).
hati dalam menghadapi masalah sengketa di
LTS ini(Wiranto, 2016: 8).Dalam konflik Sengketa kepemilikan kedaulatan teritorial
Laut China Selatan atau Laut Tiongkong di Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
Selatan,selain ketegangan yang terjadi akibat Selatan sesungguhnya merujuk kepada
tumpang tindihnya klaim antar negara wilayah kawasan laut dan daratan di dua
bersengketa yang belum bisa gugusan kepulauan Paracel dan Spratly.
dihentikan(Buszynski, 2012: 139- Negara-negara kawasan yang terlibat dalam
156),hingga kini, terdapat juga konflik Laut China Selatanatau Laut
perkembanganyang tidak menggembirakan Tiongkok Selatan pada umumnya
terutama mengenaihubungan antara dua menggunakan dasar historis dan geografis
negara anggotaASEAN yaitu Vietnam dan dalam memperebutkan kepemilikan atas
Filipina denganChina. Filipina misalnya kawasan laut dan dua gugusan kepulauan di
telah memberikan beragam laporan wilayah Laut China Selatan atau Laut
mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Tiongkok Selatan. China misalnya,
kapal-kapal China yang melewati perairan mengklaim wilayah sengketa tersebut
yang selama ini disengketakan, bahkan berdasarkan kepemilikan bangsa China atas
terjadi beberapa insiden antara kapal patroli kawasan laut dan dua gugusan kepulauan
China dengan kapal-kapal nelayan Filipina. Paracel dan Spratly sejak 2000 tahun yang
SelanjutnyaChina juga dituduh melakukan lalu, kemudian Pemerintah China
pemancangan instalasi baru di wilayah yang mengklaim telah mengeluarkan peta yang
disengketakan serta mengintimidasi kapal- merinci kedaulatan China atas Laut China
kapal eksplorasi minyak Filipina. Sementara Selatan atau Laut Tiongkok Selatan pada
Vietnam telahmelakukan paling tidak empat tahun 1947, yang dikenal dengan istilah
kali pertemuan bilateral dengan China pada “Nine-Dashed Line”(Nainggolan, 2013: 8).
awal 2011 dalam rangka membicarakan
perbedaan antar mereka mengenai Laut Begitu pun dengan negara Filipina, Vietnam,
China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan. Taiwan, Brunei Darussalam, dan Malaysia
Sayang sekali beberapa perilaku China yang dalam hal ini juga mengklaim bahwa
seperti, semakin meningkatnya jumlah dan sebagian wilayah Laut China Selatan atau
kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan Laut Tiongkok Selatan masuk ke dalam
kapal-kapal China di perairan Vietnam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) negara-
akhirnya membuat segala hasil pertemuan negara tersebut berdasarkan pendekatan
geografis yang diakui oleh Konvensi Hukum aktivitas pelayaran kapal-kapal
Laut Internasional 1982.Negara-negara yang internasional, terutama jalur perdagangan
bersengketa dalam konflik Laut China lintas laut yang menghubungkan jalur
Selatan atau Laut Tiongkok Selatankerap perdagangan Eropa, Amerika, dan Asia.
kali terlibat dalam bentrokan fisik dengan Ketiga, pertumbuhan ekonomi yang cukup
menggunakan kekuatan militernya masing- pesat di Asia, membuat negara-negara
masing. Upaya-upaya konfrontatif dalam seperti China dan negara-negara di kawasan
memperjuangkan klaim atas kepemilikan Laut China Selatan atau Laut Tiongkok
wilayah Laut China Selatan atau Laut Selatan, bahkan termasuk Amerika Serikat
Tiongkok Selatan dari masing-masing sangat berkeinginan menguasai kontrol dan
negara yang terlibat dalam konflik Laut pengaruh atas wilayah Laut China Selatan
China Selatan atau Laut Tiongkok Selatan atau Laut Tiongkok Selatan yang dinilai
semakin memperkeruh dan mengganggu sangat strategis dan membawa manfaat
stabilitas kawasan, bahkan berpotensi ekonomis yang sangat besar bagi suatu
berdampak kepada mengganggu negara(ibid: 10-11).
kepentingan negara-negara di sekitar
kawasan yang justru tidak terlibat secara Jika melihat dari keadaan politik baik di
langsung dalam konflik Laut China Selatan kawasan Asia Tenggara maupun Asia
atau Laut Tiongkok Selatan, seperti Pasifik dewasa ini, terlihat bernuansa muram
Indonesia dan negara-negara anggota sekaligus memanas. Dimana Laut China
ASEAN (Association of Southeast Asian Selatan atau Laut Tiongkok Selatan yang
Nations)lainnya(ibid). menjadi titik tumpu bagi geopolitik di
kawasan Asia Pasifik sedang menjadi
Adapun 3 (tiga) hal yang menjadi alasan pembicaraan hangat di tingkat internasional
utama mengapa negara-negara yang terlibat dikarenakan tersulutnya konflik antara
dalam konflik Laut China Selatan atau Laut sejumlah negara besar di Asia dan beberapa
Tiongkok Selatanseperti China, Taiwan, negara anggota ASEAN. Inti dari masalah
Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan yang diperdebatkan sebenarnya adalah
Malaysia saling berkepentingan dalam seputar klaim wilayah perbatasan (territorial
memperebutkan wilayah kawasan laut dan zone). Sengketa Laut China Selatan atau
daratan dua gugusan kepulauan Paracel dan Laut Tiongkok Selatan ini telah memberikan
Spratly di Laut China Selatan atau Laut dampak yang cukup dramatis terhadap
Tiongkok Selatan. Pertama, wilayah laut dan gelombang polarisasi kekuatan negara-
gugusan kepulauan di Laut China Selatan negara yang bertikai
atau Laut Tiongkok Selatanmengandung (http://apdforum.com/id/article/rmiap/article
sumber kekayaan alam yang sangat besar, s/online/features/2012/12/31/aayear-end-
meliputi kandungan minyak dan gas bumi story, diakses 1 Februari 2018).
serta kekayaan laut lainnya. Kedua, wilayah
perairan Laut China Selatan atau Laut Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
Tiongkok Selatanmerupakan wilayah menghindari potensi Konflik Laut China
perairan yang menjadi jalur perlintasan Selatan atau Laut Tiongkok Selatan
menyusul adanya kemungkinan upaya peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyelesaian konflik secara damai oleh sengketa China dan Filipinaterhadap
semua pihak yang terlibat sengketa. Salah kepemilikan Laut China Selatanatau Laut
satu upaya menghindari potensi konflik Tiongkok Selatan (Ibrahim, 2006: 302).
tersebut adalah melalui pendekatan Setelah itu peneliti mengkaji
perundingan secara damai baik secara beberapaperaturan internasional yang
bilateral maupun multilateral dan juga berkaitan dengan penyelesaian sengketa
melakukan kerjasama-kerjasama yang lazim internasionalkhususnya yang terjadi di laut
digunakan mengelola konflik regional dan seperti Piagam PBB dan Statuta
internasional. MahkamahInternasional tahun 1945, serta
United Nations Convention on the Law of
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu the Sea (UNCLOS) tahun 1982 (ibid: 321).
dilakukan penelitian berkaitan dengan
sengketa di wilayah maritim di Laut Bahan hukum primer berasal dari aturan
Tiongkok Selatan. Permasalahan yang akan yang memiliki kekuatan hukum mengikat
menjadi fokus dalam dalam penelitian ini seperti Piagam PBB dan Statuta Mahkamah
adalah : Apa yang melatar belakangi Internasional tahun 1945, serta UNCLOS
terjadinya Sengketa di Wilayah Maritim di tahun 1982. Bahan hukum sekunder terdiri
Laut China Selatan atau Laut Tiongkok dari beberapa dokumen yang berkaitan
Selatan? Bagaimana peran Pihak-pihak dengan bahan hukum primer, seperti: Buku-
dalam Sengketa di Laut China Selatan atau buku yang berkaitan dengan sengketa
Laut Tiongkok Selatan? Adapun tujuan internasional. Bahan hukum tersier, yaitu
penelitian ini adalah untuk mengetahui hal- bahan hukum atau non-hukum
hal yang menjadi permasalahan dalam yangmenunjang bahan hukum primer dan
penelitian ini. Secara teoritis kegunaan dari bahan hukum sekunder (Soekanto,op. cit.:
penelitian ini adalah dalam rangka 33).Metode pengumpulan data dalam
mendukung pembentukan dan penelitian ini dilakukan dengan
pengembangan hukum dan secara praktis kajiankepustakaan terhadap bahan-bahan
sebagai bahan masukan bagi para pemangku hukum, baik bahan hukum primer,
kepentingan antara lain Pemerintah, para bahanhukum sekunder, maupun bahan
ahli, akademisi, praktisi dan masyarakat. hukum tersier dan atau bahan non
hukum.Penelusuran bahan-bahan hukum
METODE PENELITIAN tersebut dapat dilakukan dengan
Jenis penelitian yang digunakan dalam membaca,melihat, mendengarkan, maupun
penelitian ini adalah penelitianhukum sekarang banyak dilakukan penelusuran
normatif. Metode ini dilakukan dengan bahanhukum tersebut melalui media internet
mengkaji sumber-sumberkepustakaan, yaitu (Fajar, 2007 : 113).Metode analisis data
dengan meneliti prinsip-prinsip dan sistem dilakukan melalui cara menganalisis data
hukum.(Soekanto, 1985: 13-14). Selanjutnya secarasistematis dengan menggunakan
peneliti menggunakan pendekatan kasus metode deskriptif kualitatif. Sifat
untuk mempelajari norma-normadan analisisdeskriptif maksudnya adalah peneliti
dalam menganalisis berkeinginan militer (Harian Kompas 11 Desember
untukmemberikan gambaran atau pemaparan 2012). untuk aspek politik, pertahanan, dan
atas subjek dan objek penelitiansebagaimana keamanan. Aspek sumber daya alam yang
hasil penelitian yang dilakukannya, peneliti berupa wilayah landas kontinen, memiliki
tidak melakukanjustifikasi terhadap hasil kandungan sumber daya minyak dan gas.
penelitiannya tersebut. Sedangkan metode Beberapa kegiatan eksplorasi membuktikan
kualitatifartinya peneliti hanya menganalisis besarnya kandungan minyak dan gas (Tim
terhadap data atau bahan-bahan hukum Wantimpres, 2010 : 5), melalui pipa-pipa
yangrelevan dan berkualitas saja (ibid : dan kabel bawah laut. Wilayah zona
130). ekonomi eksklusif (ZEE) di Laut Tiongkok
Selatan juga banyak mengandung sumber
PEMBAHASAN daya perikanan dan sumber daya hayati
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 lainnya(Soetarno, 2013: 2).
Tahun 2004, tanggal 14 Maret 2014 tentang A. Latar belakang terjadinya Sengketa di
pencabutan Surat Edaran Presedium Kabinet Wilayah Maritim di Laut Tiongkok
Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967, Selatan
tertanggal 28 Juni 1967, yang pada
pokoknya mengganti istilah Tjina/China Sengketa Laut Tiongkok Selatan
menjadi Tionghoa/Tiongkok, maka (LTS) merupakan sengketa terpanas di abad
selanjutnya dalam pembahasan ini ke 21, dimana Tiongkok, Amerika Serikat
menggunakan istilah Laut Tiongkok Selatan dan sebagian besar anggota ASEAN terlibat
(LTS). secara tak langsung.Pada mulanya, Republik
Rakyat Tiongkok menyatakan bahwa
Laut Tiongkok Selatan, terletak di wilayah mereka punya kedaulatan atas perairan
yang berbatasan dengan Tiongkok, Taiwan, Tiongkok Selatan dengan alasan bahwa
dan sebagian negara ASEAN (Association of nelayan tradisional mereka telah menjelajahi
Southeast Asian Nations). kepulauan Spratly dan Paracel sejak tahun
(http://www.asean.org/overview/diakses 200 SM. Bahkan mereka mengklaim adanya
pada 1 Januari 2018).Wilayah ini secara pemukiman di kepulauan tersebut sejak
geografis memiliki arti strategis, baik dinasti-dinasti terdahulu. Tiongkok juga
ditinjau dari segi kepentingan jalur lalu mengklaim telah menemukan peninggalan
lintas pelayaran; dari aspek politik, purba berupa tempayan dan mata uang kuno
pertahanan, dan keamanan; ataupun dari di kepulauan tersebut. Selain itu, nama ‘Laut
aspek ekonomi berupa kekayaan sumber Tiongkok Selatan’ berasal dari nenek
daya alam yang ada di wilayah tersebut. moyang mereka dan catatan-catatan Dinasti
Dalam aspek kepentingan lalu lintas Song dan Yuan mencantumkan kepulauan
pelayaran, wilayah ini merupakan salah satu tersebut dalam wilayah kekuasan
jalur pelayaran dan perdagangan dunia yang mereka(https://seword.com/luar-negeri/asal-
sangat penting. Wilayah ini juga merupakan usul-sengketa-laut-tiongkok-selatan-
lokasi yang penting bagi tempat transit dan
wilayah operasional kapal serta pesawat
membedah-klaim-tiongkok-bagian-i, diakses Tiongkok) dan 500 km dari pantai
19 Januari 2018). Kalimantan bagian utara.
Gambar 1.
Kedua, selain kekayaan alamnya Laut Cina Selatan juga menjadi jalur strategis pelayaran
bebas untuk pengiriman energi dan barang. Dengan kata lain kawasan maritim ini merupakan
lingkungan yang lingkungan internasional yang strategis (Alex Calvo, “China, the Philippines,
Vietnam and International Arbitration in South China Sea,” The Asia-Pacific Journal.
http://apjjf.org/-Alex-Calvo/4391. (Diakses 29 Februari 2018). Melalui kawasan ini kapal-kapal
pengangkut BBM bagi negara-negara Asia Timur cukup tinggi volumenya. Dalam grafik
(Gambar 2.) tampak bahwa pasokan energi setiap tahunnya sangat besar(CSIS. 18 Maps that
Explain Maritime Security in Asia. Dalam http://amti.csis.org/ atlas/. (Diakses 30 Februari
2018).
Gambar 2.
Dalam konteks Laut Cina Selatan, Secara geografis Laut Cina Selatan
beberapa negara memiliki kepentingan terbentang dari arah barat daya ke timur laut,
bersama dalam perselisihan batas teritorial yang batas selatan- nya 3°,lintang antara
laut seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Sumatera Selatan dan Kalimantan (Selat
Filipina dan Vietnam. Keempat negara ini Karimata), dan batas utaranya ialah Selat
berhadapan dengan Tiongkok yang tidak Taiwan dari ujung utara Taiwan ke pesisir
lain adalah big power yang mengklaim Fujian di Cina daratan. Laut Cina Selatan
hampir semua wilayah Laut Cina Selatan. terletak di Sebelah Selatan Republik Rakyat
Cina (RRC) dan Taiwan; di sebelah barat
B. Peran Pihak-pihak dalam Sengketa di Filipina; di sebelah barat, Laut Sabah
Laut Tiongkok Selatan. (Malaysia), Sarawak (Malaysia), dan
Negara-negara dan wilayah yang berbatasan Brunei; di sebelah utara Indonesia; di
dengan Laut Cina Selatan adalah (searah sebelah Timur Laut Semenanjung Malaya
jarum jam dari utara) Republik Rakyat Cina (Malaysia) dan Singapura; dan di sebelah
(RRC) termasuk (Makau dan Hongkong), Timur Vietnam(Anugerah Baginda Harahap,
Republik Cina (Taiwan), Filiphina, Upaya Asean Dalam Menyelesaikan Konflik
Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia, dan Laut Cina Selatan Tahun 2010-2015,
Vietnam. Adapun sungai-sungai besar yang Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
bermuara di Laut Cina Selatan antara lain Universitas Riau. JOM FISIP Vol. 3 No. 2 –
sungai Mutiara (Guangdong). Min, Jiulong, Oktober 2016).
Red, Mekong, Rajang, Pahang, dan Pasig.
Negara-negara yang bersengketa di Laut Tiongkok Selatan
1. Kepulauan Spratly o o ❖ o o o
2. Kepulauan Paracel o o o
3. Scarborough Shoal o o o o
4. Mischief Reef o
o o o
5. Pratas Islands o o o
Sumber: Kajian Dewan Pertimbangan Presiden (Desember 2012)
Keterangan:
Tabel ini menggambarkan teritorial dispute pada enam wilayah kepulauan di Laut Tiongkok
Selatan serta negara-negera pengklaim yang bersengketa. Selain wilayah sengketa di atas,
beberapa negara di sekitar Laut Tiongkok Selatan juga mempermasalahkan 9 dashed lined yang
diterbitkan oleh RRT pada tahun 1949, yang mencakup sekitar 90% dari total luas Laut
Tiongkok Selatan dan dipandang sebagai bukti sejarah yang mendukung klaim RRT di Laut
Tiongkok Selatan.
SARAN