Anda di halaman 1dari 2

Apakah tindakan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) / Cina melanggar prinsip pacta

sunt servanda dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)?
Jelaskan!

Konflik di Laut Cina Selatan telah dimulai sejak akhir abad ke-19 ketika Inggris
mengklaim Kepulauan Spratly, diikuti oleh China pada awal abad ke-20 dan Perancis sekitar
tahun 1930-an. Di saat berkecamuknya Perang Dunia II, Jepang mengusir Perancis dan
menggunakan Kepulauan Spratly sebagai basis kapal selam.

Status wilayah Laut China Selatan menurut United Nation Conference of the Law of
the Sea (Unclos), Laut China Selatan sebagai laut setengah tertutup inilah yang sering
menimbulkan sengketa atau konflik di wilayah Laut China Selatan.Banyaknya negara-negara
yang mengililingi Laut China Selatan menyebabkan banyaknya kepentingan-kepentingan di
wilayah Laut China Selatan. Kepentingan-kepentingan ini biasanya bertentangan antara satu
negara dengan negara lain sehingga menimbulkan sengketa atau konflik. Peran yang
dimainkan Mahkamah internasional dalam penyelesaian sengketa internasional adalah
dengan memberikan cara bagaimana para pihak yang bersengketa menyelesaikan
sengketanya menurut hukum internasional.

Dalam perkembangan awalnya, hukum internasional mengenal dua cara penyelesaian


yaitu cara penyelesaian secara damai dan perang. Adapun yang dimaksud dari sengketa
internasional adalah suatu situasi ketika dua negara mempunyai pandangan yang
bertentangan mengenai dilaksanakan atau tidaknya kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam
perjanjian.Penyelesaian sengketa Laut China Selatan dalam Putusan Mahkamah Arbitrase
Internasional Tahun 2016, Mahkamah Arbitrase PBB menyatakan China tidak memiliki dasar
hukum untuk mengklaim wilayah perairan di LCS, namun pemerintah China tidak tidak
menerima putusan tersebut.

Konflik Laut Cina Selatan merupakan salah satu konflik di kawasan Asia Timur yang
timbul karena adanya kepentingan negara akan sumber daya alam yang melimpah dikawasan
tersebut. Selama berabad-abad sejumlah negara memperebutkan wilayah ini dan berakibat
pada perselisihan yang tak kunjung selesai.Sampai saat ini, belum ada titik temu dari negara-
negara yang terlibat untuk menyelesaikan konflik.

Sengketa teritorial di Laut Cina Selatan, ini diawali oleh klaim Republik Rakyat
China atas Kepulauan Spartly dan Paracel pada tahun 1974 dan 1992 hal ini dipicu oleh
Republik Rakyat China pertama kali mengeluarkan peta yang memasukkan kepulauan
Spartly, Paracels dan Pratas. Pada tahun yang sama Republik Rakyat China mempertahankan
keberadaan militer di kepulauan tersebut.

Kawasan Laut Cina Selatan sepanjang dekade 90-an menjadi primadona isu
keamanan dalam hubungan internasional di pasca perang dingin. Kawasan ini merupakan
wilayah cekungan laut yang dibatasi oleh negara-negara besar dan kecil seperti China,
Vietnam, Philipina, Malaysia, Myanmar, dan Taiwan.Dalam cekungan laut ini terdapat
Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel. Pada berbagai kajian tentang konflik di Laut Cina
Selatan, Kepulauan Spratly lebih mengemuka, karena melibatkan beberapa negara ASEAN
sekaligus, sementara Kepulauan Paracel hanya melibatkan Vietnam dan China.Tentu saja
klaim tersebut segera mendapat respon negara-negara yang perbatasannya bersinggungan di
Laut Cina Selatan, utamanya negara-negara anggota Association of South East Asia Nations
(ASEAN).Adapun negara-negara tersebut antara lain Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina,
dan Malaysia.

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4464/130200525.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Jelaskan dalam keadaan apa suatu negara tidak dapat dimintai pertanggung jawaban
karena melakukan perlanggaran perjanjian internasional!

 Pertanggung jawaban negara dibatasi pada Pertanggung jawaban atas perbuatan yang
melanggar hukum internasional
 Perbuatan suatu negara yang merugikan negara lain, tetapi tidak melanggar hukum
internasional, tidak menimbulkan pertanggungjawaban negara. Contoh, suatu negara
menolak masuknya WNAmke dalam wilayahnya. Negara berhak menolak atau
menerima WNA masuk dalam wilayahnya.
 Tidak setiap kesalahan petugas negara dapat membebani pertanggungjawaban negara.
Pembebanan itu dapat terjadi bila:
- Perbuatan, yang dilakukan oleh petugas negara itu, merupakan pelanggaran atas
kewajiban yang ditetapkan hukum internasional
- Hukum internasional membebankan kejahatan itu kepada negaranya.

F. Sugeng Istanto, 2014, Hukum Internasional, Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta.

Huala Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali Press,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai