net/publication/361520391
CITATIONS READS
0 644
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Agreement Between The Government Of The Republic Of Indonesia and The Government Of The Rusian Federation On Cooperation In The Field Of Defence) View
project
Settlement of the Sipadan and Ligitan Island Case by the Constitutional Court View project
All content following this page was uploaded by Agri Brilian Wiji Seksono on 25 June 2022.
I. PENDAHULUAN
Laut China Selatan telah menjadi permasalahan ASEAN yang telah dihadapi dan
berdampak pada keaman politik serta masalah hukum didalamnya. Sengketa Laut China
Setalan terlah terjadi sebelum ASEAN berdiri, hal ini tidak lepas karena keadan laut yang
sayang melipah dan kaya aka nisi didalamnya. China sendiri telah melebarkan Kawasan
1
daerahnya secara luas hingga Sebagian besar di Laut China Selatan. Hak ekonomi dan
Hak sejarah menjadi alasan besar mengapa china mengklaim sebagain besar wilayah di
LCS tersebut. Partai komunis yang memenangkan agenda politik di China membuat
semibilan garis putus-putus atau yang sering kita dengar ‘nine dash line’, hal ini tidak
lepas karena permasalahan wilayah antara china dan filipna serta beberapa obyek seperti
kepulauan Spartly sengekta China dengan Vietnm, Malaysia, Taiwan dan Brunei
Darusalam dan juga kepulauan Paracel sengketa China dengan Vietnam dan Taiwan. 1
Bahkan dalam permasalahan antara Vietnam dan China memicu kedua negara
tersebut melakuakan perang. Adapun masalah internal yang terjadi di Vietnam dimana
negara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan melakukan saling mengeklaim wilayah
kepulauan Paracel. Vietnam Selatan yang kegiatan eksplorasi mintak di sekitar kepulauan
tersebut direspon keras oleh pihak China dan akhirnya kedua negara tersebut melakukan
peperang ditahun 1974. Walaupun dalam peperangan ini dimenangkan oleh China, akan
terhadap ratifikasi yang dilakukan oleh China. China yang telah terbentuk mejadi negara
besar dan maju tidak mundur dan melakuakn pembangunan di wilayah sengketa
kepulauan Mischief Reef. Pembangunan tersebut bertujuan unuk para nelayan China
yang ada di wilayah tersebut.3 Filipina pun tidak berhenti untuk memperjuangkan
wilayahnya, pengajuan protes kepada ASEAN juga menjadi salah satu usaha Filipina.
2
Konflik ini semakin memanas karena Filipina sering mencegat beberapa nelayan dari
China dan menahannya sehingga China pun tidak akan tinggal diam dengan tindakan
tersebut. Pada dasarnya Filipina tidak setuju dengn klaim wilayah tersebut kepada china
karena bagaimanapun juga jarak pulau tersebut dengan filipina adalah 230 Km dan
sedangkan jarak pulau yang telah diklaim China tersebut berjarak 1.000 Km dari daratan
China. 4
Ditahun, 2009, hal mengejutkan atas putusn PBB yang menyetujui ‘nine dash
line’ China di Laut China Selatan. Protes keras dari negara ASEAN memngawal hasil
keputusan tersebut seperti negara Vietnam, Malaysia, Indonesia dan Filipina. 2013
Filipina merumuskan sengekta yang terjadi dan diajukan ke Pengadilan Tetap Arbitase
yang berada di Den Haag. China menanggapi ajuan sengketa tersebut dengan menyatakan
bahwa Filipina tidak memiliki Yuridiksi yang jelas atas kepuluan tersebut dan akhirnya
China mengininkan penyelesaian masalah ini bisa dilakukan dengan jalur negosiasi. Akan
tetapi ditahun 2015, Pengadilan Tinggi Arbitase Den Haag mengatakan bahwa Filipina
memiliki yuridiksi yang jelas sehingga China juga tidak ada alasan yang jelas serta dasar
yuridis untuk membenarkan ‘nine dash line’ yang telah diklain China sendiri dan yang
terjadi adalah membuat kondisi kestabilan di wiilayah ASEAN menjadi buruk atas
sengekta China di beberapa wilayah dengan negara ASEAN. Keputusan PCA tidak
diterima dengan China karena menguntungkan Filipina dan tentunya negara di ASEAN. 5
Situasi yang tidak jelas dan selalu memburuk dapat memicu konflik militer dan
4
Snyder, 1999. Contemporary Security and Strategy. London: Palgrave. Hlm 36.
5
Andre Pramudianto, Peradilani nternasional dan di Plomasi dalam Sengketa lingkungan Hidup maritim,
jurnal hukum lingkungan vol. 4 issue 1, September 2017. Hlm 22.
3
dengan dengan prinsip penyelesaian harus dilakukan secara damai dan tidak
menginginkan adannya peperangan terjadi, hal ini telah menjadi kesepakatan negara
ASEAN. Kerugian konflik yang terjadi antara China dan negara yang ada di ASEAN
pada dasarnya merugikan kedua belah pihak. Karena China adalah mitra dalam
perdagangan besar di ASEAN dan juga sebaliknya bahwa ASEAN sendiri penerima
barang atau importir dalam jumlah besar dari China bahkan mengalahkan Uni Eropa.6
Selatan?
Selatan?
III. PEMBAHASAN
Sengketa Laut China Selatan antara China dan Negara ASEAN di awali dengan
termasuk Laut China Selatan dan daerah disekitarnya sejak Tahun 1901. Melihat
kekosongan wilayah pada Laut China Selatan pada akhirnya China sebagai negara besar
setelah Perang Dunia II mengeklaim seluruh dari wilayah Laut China Selatan. Hal
tersebut diangggap China sebagai hak dan asalan sejarah dikarenakan pada zaman Dinasti
Han Laut China Selatan telah menjadi wilayah dari Dinasti tersebut. Akan tetapi dalam
6
Ayu Megawati dan Gautama Arundhat.Dinamika Sikap Tiongkok Atas Putusan Mahkamah Arbitrase
Tetap Internasional Nomor 2013-19 dan Pengaruhnya terhadap Indonesia, Lentera Hukum, Volume 5
Issue 1 tahun 2018. Hlm 22.
4
memeprtahankan klaim atas wilayah tersebut dengan sekuat tenaga baik secara diplomasi
yang telah menjadi sengekta sejak masa Koloial. Seperti Vietnam yang didasari juga
dengan hak sejarah atas kepulauan Paracel. Burnai juga mengklaim Lousia Reef yang
menjadi warisan dari kedaulatan penuh atas kerjaaan Inggris. Klaim dari negara di
ASEAN terhadap wilayah Laut China Selatan mendasari kepentingan wilayah yang
sangat strategis perdagangan dunia dan kekaya laut didaamnya. Adapun Minyak dan Gas
Bumi yang begitu melimpah didalamnya secara penelitian banyaknya hingga 11 miliyar
barrel. Potensi di bidang Perikanan juga dibisa dilupakan karena disebelah selatan laut
China atau utara perairan Indonesia yaitu laut Natuna bisa menghasilakan 500.000ton
dalam setahunnya hingga pada akhirnya banyak kapal Vienam dan China secara iligal
ASEAN dalam posisi menyelesaikan sengketa Laut China Selatan tidaklah mudah
dan harus dengan keputusan hati-hati. Hal ini dikarenakan didalam anggota ASEAN
adalah negara-negara yang memiliki masalah terkait klaim Laut China Selatan sedangkan
disisi lain ASEAN dibentuk dengan dasar tidak mencampuri urusan dari anggota nya
masing-masing. Dan pada akhirnya, prinsip kedamaian yang dijungjung tinggi oleh
ASEAN membuat masing-masing anggota nya memiliki pandangan yang berbeda dalam
7 Basri Hasanuddin, “Kasus Laut Cina Selatan dan Kepentingan Nasional Cina”, (Paper Ilmu Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin). Hlm 56.
8 Dina Sunyowati, “Jurisdictional Issues : PCA atas Kasus Laut Cina Selatan terhadap Keberlakuan
UNCLOS 1982”, Prosiding Simposium Nasional “Putusan Permanent Court of Arbitration atas Sengketa
Philipina dan Cina, serta Implikasi Regional yang Ditimbulkannya”, Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin, 2016. Hlm 78
9
Leszek Buszynki, Maritime Claims Energy Cooperationin the South China Sea, ContemporarySoutheast
5
ASEAN yang memiliki tujuan perdamaian dunia dan stalbility keamaan
masalah Laut China Selatan ini dan terbitnya ASEAN Declaration on the South China
Sea yang terbit tanggal 22 Juli 1992. Pada deklarasi itu tetap mendasari dengan
kedamaian agar stabilitas ekonomi juga tetap terjaga selama proses penyelesaian
sengketa, tidak lupa juga ASEAN harus menjaga laut dan alam disekitarnya agar tetap
lestari dan tidak mnyebabkan Kawasan tersebut menjadi Kawasan berbahaya terhindar
dari perampok dan pembaajakan serta jalur perdangangan Narkotika serta hal hal
terlarang lainnya. 10
Negara di ASEAN ada empat negara yang memiliki sengketa langsung dengan
China terkait Laut China Selatan. Vietnam dan Filipina lebih memilki sikap yang keras
dalam menghadapi China di sengketa ini, akan tetapi berbeda sikap Malaysia dan Brunai
yang cenderung lebih tenang. Dan negara ASEAN yang lain cenderung tidak bersuara
kecuali Indoensia yang memiliki perhatian lebih terhadap sengketa Laut China Selatan,
tidak lain hal ini juga dikarenakan Laut Natuna milik Indonesia bersinggungnan langsung
dengan Lau China Selatan dan demi menjaga stabilitas kedamaian di antara perbatasan
Zona tersebut.11
Indonesia sendiri memiliki peran besar dalam menyelesaikan sengketa ini dimana
Langkah diplomasi terus diusungkan agar stabilitas ASEAN tetap terjaga dengan baik
dan tetap pada dasar hukum internasional. 2011, Indonesia menjadi ketua di ASEAN dan
Asia Vol. 29, No.1, Institue of Southeast Asian Studies, 2007. Hlm 88
10
Ibid., Hlm 89.
11 Melda Erna Yanti, Keabsahan Tentang Penetapan Sembilan Garis Putus-Putus Laut Cina Selatan Oleh
Republik Rakyat Cina Menurut United Nations Convention On The Law Of The Sea 1982 (UNCLOS III)
, Jurnal Universitas Atma Jaya Yogyakarta Fakultas Hukum, 2016. Hlm 22.
6
Guidelines for the Implementation of the DOC (Declaration on Conduct of the Parties in
the South China Sea) pada pertemuan ASEAN foregn Ministers Meeing di Bali. Hasil
deklarasi ini menjadi jawaban atas sengekta yang terjadi. Sejak disahkan DOC
menjadikan kemajuan dalam masalah Laut China Selatan dan disempurnakan dengan
menyusun dokumen yang lebih mengikat secara hukum dan formal dengan Code of
Conduct (COC). Walaupun sudah terbentuk COC maka negara ASEAN dan China harus
Masalah yang terjadi di Laut China Selatan tidaklah mudah untuk diselesaikan
karena hal komples yang ada didalamnya membuat negara ASEAN dan China saling
mengeklaim. Sengekta yang terjadi di Laut China Selatan terjadi dikepulauan Paracel,
Spratly, parats dan Kawasan kepulauan lainya dan perbatasan dikawasan lainnya sebagai
Kendala dalam sengketa ini semakin tidak mudah untuk diselesaikan setelah China
kepulauan tersebut. Adanya konflik sejarah yang sangat panjang membuat masalah
terhadap China ini sudah berlangsung mulai dari masa penjajahan Inggris, Jepang dan
Belanda diwilayah ASEAN. Kekayan alam yang ada di Laut China Selatan membuat
12 Mifta Hanifah, Penyelesaian Sengketa Gugatan Filipina Terhadap China Mengenai Laut China Selatan
Melalui Permanent Of Arbitration, Diponegoro Law Journal. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017. Hlm 33.
13
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M UMY,
hlm 11.
7
negara negara tersebut sudah melakukan persaingan teknologi dalam melakukan
Laut China Selatan telah lama menjadi masalah keamanan dan stabilitas hubungan
antara China dan negara ASEAN setelah perang dingin dimulai. Wilayah yang
merupakan cekungan laut yang ada diantara batas negara-negara ini menjadi sulit untuk
diselesaikan karena banyaknya negara yang bersangkutan dalam sengekta ini. adanya
peluang memanfaatkan kekayaan laut yang didalamnnya membuat negara ang memiliki
Selatan. Flipina salah satu negara yang sulit berdamai dengan China dalam masalah ini
juga melibatkan Amerika Serikat. Filipina di dukung negara adikuasa tersebut dan
membantu pertahanan di garis batas wilayah Filipina agar menjaga keamaan dan
menimbulkan keuntungan antara Filipina dan Amerika. Hubungan antara Amerika dan
Filipina yang baik dan juga sudah berlangsung di militer membuat China semakin serius
menanggapi sengekta ini. Pihak China membuat peta baru dengan sekema klaim Laut
China Selatan dan hanya China yang melakukan protes secara diplomatik mengingat
partai komunis saat itu yang berkuasa di China. Setelah Filipina dan Amerika serikat
bekerja sama dalam pertahanan militer diperbaatasan Laut China Selatan juga
memperingatkan China untuk fokus juga dalam pertahanan militernya. Sehingga mulai
saat itu juga tidak lama setelah Amerika membantu Filipina, China juga mengirimkan
pasukan untuk patroli dan menjaga diperairan Laut China Selatan. Akibat dari hal ini juga
menyebabkan adanya pengaruh komunisme di Asia Tenggara karena China lebih sering
14 Muhammad Eko Prasetyo, “Resolusi Potensi Konflik Regional” (Sarjana tidak diterbitkan, Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Negeri Lampung), 2016. Hlm 43.
8
masuk kedalam area Laut China selatan dan menjalin hubungan baik dengan negara-
negara di ASEAN yang tidak memiliki masalah langsung dalam Laut China Selatan ini. 15
Tidak cukup dengan Filipina, permasalahan antara China dan Vietnam juga
memiliki ketegangan yang tinggi setelah Vietnam lepas dari Prancis. Prancis saat itu
berkuasa dan memberikan sepenuhnya wilayah kembali kepada Vietnam, dan pulau
Spartly dan Paracel ditergaskan oleh Vietnam bahwa kepulauan tersebut milik Vietnam.
China yang juga mengeklaim Kawasan kepulauan tersebut membuat Vietnam harus
membuat undang-undang mengenai batas wilayah negara. Terlepas dari hal itu Inggris
juga bersamaan mengekliam wilayah tersebut. Tidak dipungkiri ada tiga negara yang
ingin mempertahankan wilayah itu dan menjadikan masalah semakin besar. Hal ini
disebabkan adanya cadangan minyak dan migas di daerah kepulauan Soartly dan
Paracel.16
Di lain hal Malaysia dan China juga mengalami perebutan wilayah di Laut China
Selatan di kepulauan Spartly. Akan tetapi, Klaim Malaysia atas wilayah ini cenderung
lebih lemah dibandingkan Vietnam dan Filipna. Malaysia adalah negara paling baru
Tidak hanya itu, Brunai juga masuk dalam sengekta ini setelah Malaysia
mengeluarkan peta terbarunya mengeklaim kepulauan yang sudah diklam oleh China,
Vietnam, dan Filipina. Karena kepulauan Sarty yang ada didalamnya krang Louisa lebih
dekat dengan Brunei. Brunei dan Malaysia merupakan negara jajahan Inggris yang
dimana dahulunya Inggris sudah mengeklaim wilayah tersebut. Dan setelah Malaysia dan
15 Prabowo, Kebijakan Dan Strategi Pertahanan Indonesia (Studi Kasus Konflik Di Laut Cina Selatan),
Jurnal Ketahanan Nasional, 2013. Hlm 67.
16 Sefriani “Ketaatan Masyarakat Internasional terhadap Hukum Internasional dalam Filsafat Hukum”,
Jurnal Hukum No. 3 Vol. 18 Juli 2011. Hlm 92.
17
Yordan Gunawan, 2021, Introduction to Indonesian Legal System, Yogyakarta, UMY Press, hlm 328.
9
Brunei mendapatkan kemerdakannya menyebabkan wilayah tersebut menjadi perebutan
antara Malaysia dan Brunei. Walaupun pada dasarnya Malaysia dan Brunei sudah
melakukuan proses diplomasi yang baik tetapi karena banyaknya negara juga yang ada
dalam sengketa ini membuat hal yang belum bisa diselesaikan dasar UNCLOS 1892
menjadi sumber kekuatan Brunei, dimana wilayah itu adalah kelanjutan landasan 100
fathom.
Sejarah yang panjang dan banyaknya negara yang terlibat membuat sengketa ini
sulit dilakukan, adanya diplomasi antar negara tidak memudahkan hal ini bisa
Bagaimanapun juga letak dari pada geografis Laut Cina Selatan ada ditengah-tengah Asia
Pasifik dan Asia Tenggara yang menjadikan adanya sengketa yang terjadi diantara
negara-negara disekitar wilayah tersebut. Di dunia ini wilayah terbesar adalah bagian
perairan, maka Sumber Daya Alam yang tersedia tentunya banyak diwilayah lautan.
kepada warga negaranya, Laut Cina Selatan yang menyimpang banyaknya kandungan
Kesulitan menemukan siapa yang berhak memiliki Kawasan ini tidak lepas dari
wilayah lautan yang besar dalam cekungan dan berada dibanyak negara. Tidak ada pulau
yang terlihat secara geografis bisa mendominasi dari Laut Cina Selatan. Karena pada
dasarnya wilayah ini hanya digunakan sebagai jalur dagang internasional. Dalam hal ini
Mahkamah Arbitase Internasional mengenai Sengketa Laut Cina Selatan menjadi ujung
18 Yolanda Mouw, Penyelesaian Potensi Sengketa Di Wilayah Perairan South China Sea (SCS) Antar
Negara-Negara Di Kawasan Asean Dalam Regionalisme, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
Makassar, 2014. Hlm 74.
10
pernyatan bahwa Cina tidak mencukup dasar-dasar klaim atas wilayah tersebut.
Walaupun pada keputusan tersebut Cina tidak puas dengan hasil dan mengatakan
keberatannya akan tetapi, Putusan Mahkamah Arbitase dibuat secara Permanen dan
memaksa sengketa yang terjadi dianggap sudah selesai. Filipina yang menjadi pemenang
dalam putusan ini dan Indonesia secara tidak langsung mendapat keuntungan ketika
Filipina menjadi pemenang atas sengketa ini. walaupun Indonesia sendiri tidak terlibat
langsung dalam sengekta ini, akan tetapi Indonesia sendiri terus mengawal dan
memberika perhatian khusus hal ini tidak lepas daripada utara laut Natuna yang menjadi
Kawasan resmi Indonesia bebatasan dengan Laut Cina Selatan. Cina negara dengan
kekuatan militer dan ekonomi yang besar tetap tidak menerima dengan hasil putusan ini.
walaupun demikian putusan yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Arbitase Internasional
sudah menenujukan ketetapan hukum Internasional dan menunjukan kepada dunia siapa
IV. Penutupan
A. Kesimpulan
Way” dan landasan hukum internasional serta menghindari kekuatan militer agar tetap
menjaga stabilitas ekonmi dan kedamaian dunia. Mekanisme diplomasi yang selalu
dengan baik dalam keadamian yang dipertahankan. Beberapa negara anggota ASEAN
yang tidak memiliki masalah sengketa secara lansgung selalu mendukung dan
berkomitmen dalam menyelesaiakan sengketa ini seperti Indonesia sendiri yang turut
19 Zainuddin alie, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, 2009. Hlm 28.
11
serta merancang penyelesaian dan mekanisame sengekta dengan rumusan DOC
(Guidelines for the Implementation of the DOC) dan COC sebagai pendekatan diplomasi
yang baik dengan Cina dan negara ASEAN. Prinsip yang dipegang oleh ASEAN yang
Walaupun demikian, ASEAN tetap harus menjaga stabilitas kedamaian dan soliditas
antara negara-negara ASEAN dan juga Cina. Sengketa Laut Cina Selatan bukanlah
persoalan yang mudah. ASEAN harus berkontribusi dalam misi perdamaian dunia dan
B. Saran
Dengan permasalahan dunia internasional yang tidak mudah maka ASEAN harus
tujuan didirikannya ASEAN. Agar dalam setiap rotasi jabatan yang ada akan memperkuat
ASEAN dalam menjalankan tugas dan berkontribusi dalam perdamaian dunia. ASEAN
juga diharapkan bisa memperkuat perjanjian yang telah disepakati antara China dan
negara ASEAN, hal ini berpengaruh terhadap mengikatnya kesepatakan untuk jangka
waktu kedepan dan mengantisipasi adanya permasalahan sama yang akan terjadi karena
kepentingan China dan negara ASEAN di Laut China Selatan akan tetap ada dan
12
DAFTAR PUSTAKA
LP3M UMY.
Saragih, H.M. 2017. “Kebijakan Pembentukan Komunitas ASEAN 2015: Tantangan dan
Reform. 5(4).
Ayu Megawati dan Gautama Budi Arundhat.Dinamika Sikap Tiongkok Atas Putusan
Basri Hasanuddin Latief, “Kasus Laut Cina Selatan dan Kepentingan Nasional Cina”,
Universitas Hasanuddin).
Dina Sunyowati dan Indah Camelia, “Jurisdictional Issues: PCA atas Kasus Laut Cina
13
Nasional “Putusan Permanent Court of Arbitration atas Sengketa Philipina
Leszek Buszynki, Maritime Claims and Energy Cooperationin the South China Sea,
ContemporarySoutheast Asia Vol. 29, No.1, Institue of Southeast Asian Studies, 2007.
Melda Erna Yanti, Keabsahan Tentang Penetapan Sembilan Garis Putus-Putus Laut Cina
The Law Of The Sea 1982 (UNCLOS III) , Jurnal Universitas Atma Jaya
Mifta Hanifah, Penyelesaian Sengketa Gugatan Filipina Terhadap China Mengenai Laut
Muhammad Eko Prasetyo, “Resolusi Potensi Konflik Regional” (Skripsi Sarjana tidak
2016. Hlm 43
Yolanda Mouw, Penyelesaian Potensi Sengketa Di Wilayah Perairan South China Sea
14
Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, 2009.
15