Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulva Asid’qi

NIM : 2018050002

Judul Buku : Tradisi Pesantren ( Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai
Masa Depan Indonesia )

Penulis : Zamakhsyari Dhofier

Penerbit : LP3ES

Tebal Buku : 307

Aalamualaikum wr.wb.
Hasil resum secara singkat ini dalam Buku dengan judul Tradisi Pesantren yang
dikarang oleh Zamakhasary Zhofir adalah sebuah desertasi untuk memperoleh gelar Doctor
dalam bidang Antropologi Sosial di Australian Bational University, Cambera, Australia pada
tahun 1980. Disertasi yang mengupas tentang kehidupan Kyai tersebut disusun berdasarkan
penelitiaan yang dilakukannya sejak bulan September 1977 sampai dengan bulan Agustus
1978 di dua pesantren, yakni Pesantren Tebuireng Jombang dan Pesantren Tegalsari Salatiga.
Penulis mengemukakan alasan pemilihan pesantren Tebuireng yang mewakili
pesantren kota dan memainkan peranan dominan dalam hal pelestarian dan pengembangan
tradisi pesantren di abad ke-20, serta menjadi supplier kepemimpinan pesantren seluruh Jawa
dan Madura. Sedangkan pemilihan pesantren Tegalsari dianggap mewakili perkembangan
pesantren di daerah jauh dari kota atau pedesaan.
Buku ini bersifat deskriptif dan analistis. Analisa menunjukan data etnografis yang
lebih banyak lagi dan lebih imajinatif untuk memahami masyarakat dan kebudayaan manusia.
Pendekatan yang tepat dalam memahami Islam di Jawa yakni dengan menggunakan
pendekatan antropologi. Pendekatan Antropologi. Antropologi berasal dari kata anthropos
yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah sebuah ilmu yang
mempelajari tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara
berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda.
Tradisi pesantren adalah sitem pendidikan Islam yang tumbuh sejak awal kedatangan
Islam di Indonesia, yang dalam perjalanan sejarah menjadi objek kajian penelitian.
Kebanyakan gambaran tentang kehidupan pesantren hanya menyentuh tentang kesederhanaan
bangunan-bangunan, cara gaya hidup santriwan-santriwati, kepatuhan mutlak para santri pada
kyai, dan pelajaran-pelajaran kitab klasik. Kepentingan politik pesantren sangat terbatas pada
legitimasi kekuasaan keagamaan.
Menurut penulis tradisi pesantren mengalami perubahan-perubahan
dengan menguraikan latar belakang sejarah pesantren dari masa awal Islam masuk ke
Indonesia yaitu ; dipengaruhi kegiatan tarekat yang awalnya berbentuk kelompok-kelompok
dzikir dan wirid lalu membuat kamar-kamar tempat suluk di kiri-kanan masjid kemudian
berkembang pada pengajaran kitab-kitab dan berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sistem
madrasah berkembang di Negara Islam yang lain sejak abad ke-12, dan tidak muncul di jawa
sampai abad ke 20. Berdasarkan karya sastra Jawa klasik sistem madrasah telah ada pada
abad 16. Pola kombinasi madrasah yang mengajarkan bidang jurisprudensi, teolog, dan
tasawuf dan tarekat inilah yang tumbuh di Jawa tanpa mempertentangkan aspek syari’ah dan
aspek tasawuf. Pada abad awal ke-19 terkenal dengan semangat baru dalam kehidupan
keagamaan (religious revivalsm). Hal ini akibat dari bertambahnya jumlah haji, guru-guru
ngaji, murid-murid pesantren, tumbuhnya proto-nasionalisme, dan pada pertengahan abad ke-
19, banyak anak-anak muda dari Jawa tinggal di Mekkah dan Madinah untuk memperdalam
pengetahuan agama, dan pada akhir abad ke-19, banyak ulama kelahiran Jawa yang diakui
kebesarannya ilmunya dengan menjadi pengajar tetap masjid Al-Haram seperti Syekh
Nawawi banten, Syekh Mahfudz Termas.

Pada abad ke19, jaringan ulama dengan Mekkah dan Kairo semakin meningkat.
Semua peningkatan ini melancarkan proses penyebaran Islam di pelosok pedesaan. Tiga
dasawarsa terakhir abad ke19, menjadikan Indonesia seolah-olah dilanda oleh intensistas
kehidupan Islam. Sejak pertengahan abad ke19 banyak anak muda yang menetap diri di
Mekkah. Dengan makin kuatnya keterlibatan meraka dalam kehidupan intelektual dan
spiritual Timur Tengah, Islam di Indonesia makin menipis sifat lokalnya yang titik beratnya
pada aspek tarekat. Semakin berkurang (tidak berarti hilang sama sekali) dan bertambahnya
praktik-praktik ritual dan doktri, menyebabkan watak keislaman dipengaruhi oleh
modernisasi Islam Timur Tengah, meskipun yang amat seirama dengan penganut
Muhammadiyah.
Sistem pengajaran secara individual yang ada di pesantren disebut sistem sorogan
yang diberikan pada murid yang baru masih memerlukan bimbingan individual. Metode
utama sistem pengajaran pesantren adalah sistem bandongan atau seringkali disebut sistem
weton. Dalam sistem ini sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca,
menerjemahkan, menerangkan, atau mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab.
Pesantren-pesantren mengajarkan berbagai kitab Islam klasik dalam bidang yurisprudensi,
teologi, dan tasawuf. Kiranya cukup alasan untuk menyimpulkan bahwa, tidak seperti
keadaan di negara-negaraArab tradisi pesantren di Indonesia sejak terbentuknya paling tua
telah merupakan suatu kombinasi antara madrasah dan pusat kegiatan tarekat. Inilah yang
akhirnya tumbuh di Indonesia, yang tidak mempertentangkan antara aspek syariah dan aspek
tarekat.
Pada periode tahun 1970 dan 1998 berkembang varian tipe pendidikan yang masing-
masing memiliki kecenderungan yang berbeda-beda. Dikelompokkan menjadi dua tipe; tipe
lama dan tipe baru. Dimana tipe baru ini dengan mendirikan sekolah-sekolah umum dan
madrasah yang mayoritas mata pelajaran yang dikembangkan bukan kitab-kitab Islam klasik.
Pesantren dengan tipe baru ini contohnya pesantren Tebuireng dan Rejoso di Jombang yang
telah membuka SMP, SMA dan universitas
Adapun elemen-elemen yang terdapat yang terdapat dalam pesantren menurut
Zamakhsyari Dhofier adalah pondok, Masjid, pengajaran kitab Islam klasik, santri, Kyai.
Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana
siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru. Kedudukan masjid
sebagai pusat pendidikan dalam tradisi merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam
berpusat pada masjid sejak masjid Qubba di dirikan dekat Madinah pada masa nabi, tetap
terpancar pada sistem pesantren.
Spesifikasi Ahlussunnah wal jama'ah dalam pandangan kyai merupakan pilihan yang
sangat lentur dan sesuai dengan kondisi umat Islam Indonesia. Dasar ideologis yang lentur
inilah yang memungkinkan kyai merespon perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya
tanpa harus melenyapkan inti ajaran dan hakikat Islam itu sendiri.

Menurut Dhofier dalam menatap masa depan para kyai telah mengayunkan
langkahnya melaju ke Indonesia masa depan lebih cepat. Para kyai melakukan perubahan dan
menambah Ilmu pengetahuan modern di Lembaga-lembaga pesantrenya sejak tahun 1998.
Tradisi pesantren sebagai penerus tradisi peradaban melayu nusantara memiliki dasar
pemandangan keagamaan yang mudah dipadukan dengan modernitas. Cepatnya aspek
modernitas terpadu dalam tradisi pesantren terbukti bahwa 70% lembaga pesantren telah
mengemmbangkan sekolahan dan sebagian mendirikan perguruan tinggi modern.

Jadi dari karya tulis Zamakhsyari Dhofier dapat diambil kesimpulan bahwa
perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan pesantren dan islam yang dianut oleh
para Kyai Indonesia dalam periode Indonesia modern tetap menunjukkan vitalitasnya sebagai
kekuatan social, kultural, keagamaan dan aktif membangun kebudayaan Indonesia Modern.

Wassalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai