Anda di halaman 1dari 79

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.

01 2016 | 1
Vol. 02, No. 01, September 2016 ISSN: 2502-4353

TARBAWI
Jurnal Studi Pendidikan Islami
MELACAK SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PESANTREN
Oleh : H. M. Sjaroni
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

KONSTRUKSI NILAI SOSIAL PESANTREN


(KONSTRIBUSI PESANTREN DALAM MEMBANGUN MORAL BANGSA)
Oleh: Abu Amar Bustomi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK PERSPEKTIF IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH


(Kajian Kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al-Maulūd)
Oleh: Helda Nur Ania
Dosen STKIP Nurul Huda OKU Timur Sumatera Selatan

Revitalisasi Taman Kota Pasuruan


Sebagai Wahana Pendidikan Literasi Warga Masyarakat
Oleh:Alfan Arifuddin

DINAMIKA MODERNITAS PENDIDIKAN PESANTREN


MENUJU MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Oleh Abdulloh Shodiq Ahmad
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

KATA TA’LIM DALAM AL-QURAN: MAKNA DAN CAKUPANNYA


(Elaborasi Pendekatan Tafsir Tematis dan Konsep Taksonomi Bloom)
Oleh: Nor Salam

KONSEPSI PSIKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM


DI SUATU LEMBAGA.
Oleh: H. Mat Saifi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

PROSPEKTIF IJTIHAD DALAM KONTEKS PEMAHAMAN HUKUM


ISLAM
Oleh : Nursaman
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

2 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


Vol. 02, No. 01, September 2016 ISSN: 2502-4353

TARBAWI
Jurnal Studi Pendidikan Islami

TARBAWI adalah jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan (P3M)
Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin (STAIS) Pasuruan. Terbit secara berkala tiap semester
sebagai wahana komunikasi keilmuan akademik dalam berbagai aspek guna memfasilitasi
pemikiran-pemikiran, temuan-temuan penelitian tentang pendidikan Islam yang terkait pada
berbagai aspek pendidikan baik tenaga pendidik, peserta didik, materi pendidikan, media dan
sarana pendidikan dan tren perkembangan dunia pendidikan Islam pada umumnya.

Dewan Redaksi

Penanggung Jawab : Abu Amar Bustomi, M.Si


Pemimpin Redaksi : Suadi, M.Pd.I
Pemimpin Keuangan : H. Yusuf, MM
Penyunting Ahli : 1. DR. A.Munjin Nasih
2. DR. Deni Utomo
3. DR.Nur Asnawi
Penyunting Pelaksana : Ahmad Adip Muhdi, MHI
Pelaksana Tata Usaha : 1. Abd Aziz, S.PdI,
2. Muhammad Lafiri Fendi, S.Kom,
3. Widiastuti, SE.,
4. M. Fajarul Khoir

Alamat Redaksi:
Kantor P3M STAI Salahuddin Pasuruan,
Jl. Dr. Sudiro Husodo 45 Pasuruan Telp. (0343) 429532
email: stais_pasuruan@yahoo.com

Jurnal TARBAWI menerima naskah ilmiah hasil pemikiran maupun hasil penelitian dalam isu-
isu yang telah disebutkan di atas dalam bentuk softcopy yang dikirim langsung ke alamat email
kami dengan ketentuan diketik dalam Microsoft Word, Times New Roman 12, spasi ganda,
ukuran kertas A4 dengan panjang tulisan 15-20 halaman.

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 3


ISSN: 2502-4353

TARBAWI
Jurnal Studi Pendidikan Islami
DAFTAR ISI
Halaman Judul (1)
Pedoman Transliterasi (2)
Daftar Isi (3)
Pedoman Transliterasi (4)
MELACAK SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PESANTREN
Oleh : H. M. Sjaroni
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan ~ 5
KONSTRUKSI NILAI SOSIAL PESANTREN
(KONSTRIBUSI PESANTREN DALAM MEMBANGUN MORAL BANGSA)
Oleh: Abu Amar Bustomi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan ~ 13
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK PERSPEKTIF IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
(Kajian Kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al-Maulūd)
Oleh: Helda Nur Ania
Dosen STKIP Nurul Huda OKU Timur Sumatera Selatan ~ 23
REVITALISASI TAMAN KOTA PASURUAN
Sebagai Wahana Pendidikan Literasi Warga Masyarakat
Oleh:Alfan Arifuddin ~ 33
DINAMIKA MODERNITAS PENDIDIKAN PESANTREN
MENUJU MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Oleh Abdulloh Shodiq Ahmad
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan ~ 41
KATA TA’LIM DALAM AL-QURAN: MAKNA DAN CAKUPANNYA
(Elaborasi Pendekatan Tafsir Tematis dan Konsep Taksonomi Bloom)
Oleh: Nor Salam ~ 47
KONSEPSI PSIKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM
DI SUATU LEMBAGA.
Oleh: H. Mat Saifi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan ~ 59
PROSPEKTIF IJTIHAD DALAM KONTEKS PEMAHAMAN HUKUM
ISLAM
Oleh : Nursaman
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan ~ 69
4 | JURNAL TARBAWI Vol.01 No.01 2016
PEDOMAN TRANSLITERASI

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam jurnal ini mengacu pada model Library of
Congress untuk transliterasi Arab ke dalam Bahasa Inggris dan juga model transliterasi
berdasarkan surat kuputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tanggal 22 Januari 1988 untuk transliterasi bahasa Arab kedalam Bahasa
Indonesia.

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 5


MELACAK SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN PESANTREN
Oleh : H. M. Sjaroni
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

Abstrak
Berbicara masalah pendidikan Islam tidak bisa terlepas membicarakan pondok pesantren,
karena pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dimana para santri belajar di
dalamnya.
Dalam khazanah tradisi pondok pesantren terdapat kaidah hukum yang menarik diresapi dan
diaplikasikan oleh lembaga unik ini sebagai lembaga pendidikan yang mesti merespon
tantangan zaman. Kaidah ini berbunyi : “al-muhafahzatu ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi
al-jadid al-ashlah”. Artinya : melestarikan nilai-nilai lama yang baik dan mengambil nilai-nilai
baru yang lebih baik. Kaidah ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan Islam di pondok
pesantren tidak meninggalkan pola yang lama, tetapi juga tidak menolak sistem pendidikan
yang baru yang dipandang lebih baik. Demikian juga masalah metode-medote pendidikan yang
lama yang baik tetap digunakan, namun juga tidak mengabaikan metode-metode yang baru
yang dianggap lebih baik.
Dengan demikian tidak memilik dasar yang akurat memberikan penilaian bahwa lembaga
pendidikan di pondok pesantren cenderung usang, dan ketinggalan zaman. Karena hal ini
berlawanan dengan ciri-ciri dan khazanah tradisi kaidah hukum yang disemboyankan seperti
tersebut di atas. Pendidikan di pondok pesantren cenderung, dinamis, kreatif, dan inovatif,
serta terbuka menerima perubahan untuk mencapai kemajuan dan pembaruan. Mengingat
betapa urgensinya sistem dan metode pendidikan di pondok pesantren, penulis melalui artikel
ini mencoba mengkaji dan melacak sistem dan metode pendidikan Islam yang digunakan dan
dikembangkan di lembaga pendidikan di pondok pesantren.
.
Kata Kunci : Melacak, Sistem, Metode, Pendidikan Pesantren.

A. SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN lembaga-lembaga pendidikan modern yang pada


umumnya bersifat formal, belum mampu
Pesantren merupakan sebuah lembaga
menembus ke pelosok desa. Pada saat itu, dunia
pendidikan tertua dalam perjalanan kehidupan
pesantren menjadi simbol yang menghubungkan
Indonesia sejak ratusan tahun yang silam.
dunia pedesaan dengan dunia luar.1 Bahkan,
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang
dalam perjalanan sejarahnya, pesantren telah
dapat dikategorikan sebagai lembaga unik dan
banyak memberikan andil dan kontribusi yang
mempunyai karakteristik tersendiri yang khas.
sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan
Sebab, sampai saat ini mampu menunjukkan
kehidupan bangsa dan memberikan pencerahan
kapabilitasnya yang cemerlang melewati
terhadap masyarakat dan serta dapat
berbagai episode zaman dengan pluralitas
menghasilkan komunitas intelektualyang setaraf
polemik yang dihadapinya. Pesantren juga
melayani kebutuhan (needs) pendidikan ketika 1 In‟am Sulaiman, Masa Depan Pesantren : Eksistensi
masyarakat memerlukannya, terutama ketika Pesantren di Tengah Gelombang Modernisasi, (Malang:
Madani, 2010), hlm. 3.
6 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
dengan sekolah gubernemen. Dengan demikian, dalam sebuah pesantren. Bahkan, Zamakhsari
pada tataran ini pesantren tidak dapat diklaim Dhofier dalam pengamatannya juga
sebagai institusi sosial yang tidak hanya menyederhakan pesantren ke bentuknya yang
berbentuk lembaga dengan seperangkat elemen paling tradisional, ia menyebutkan ada lima
pendukungnya seperti masjid, ruang mengaji, unsur yang membentuk pesantren, yaitu
asrama santri, beberapa guru dan kiai – tetapi pondok, masjid, pengajian kitab klasik, santri,
pesantren merupakan entitas budaya yang dan kiai.6 Pesantren sekurangnya berarti tempat
mempunyai implikasi terhadap kehidupan sosial para santri hidup dan belajar selama masa
yang melingkupinya.2 tertentu dan dibawah bimbingan kiai. Secara
sosiologis, kaum santri memang bukan
Bahkan, eksistensi pesantren sebagai lembaga
merupakan mayoritas dari hampir 200 juta
pendidikan tertua Islam nusantara telah diakui
penduduk Indonesia yang beragama Islam.
memiliki andil dan peran yang besar dalam
Namun, wacana keagamaan (Islam) di negeri
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pesantren
yang berpenduduk lebih dari 200 juta ini hampir
nusantara telah membuktikan eksistensi dan
mustahil dipisahkan dari dunia kehidupan kaum
kiprahnya menjadi dinamisator dalam setiap
santri beserta dinamika lembaga pesantren.
proses sejarah nation dan character building.
Menurut Harry J. Benda, sejarah Islam Meninjau dari pola pendidikan yang diterapkan,
Indonesia adalah sejarah perluasan peradaban pesantren secara general dapat dibedakan
santri dan pengaruhnya terhadap kehidupan menjadi tiga model, yakni tradisional (salafy),
agama, sosial dan politik Indonesia. Bahkan, khalafy ( modern), dan perpaduan antara
menurut J. Benda para penguasa yang baru keduanya. Karakteristik ketiganya digambarkan
dinobatkan bersandar diri kepada para ahli Jamal Ma‟mur Asmani dalam dialektika
agama, karena hanya merekalah yang dapat pesantren dengan tuntutan zaman. Pertama,
mengesahkan pentasbihan.3 Oleh karenanya pesantren salafy kental dengan pengajian yang
keberadaan pesantren tidak bisa dilepaskan dari terbatas pada kitab kuning, intensifikasi
sejarah Indonesia, karena sejarah pesantren musyawarah, berlakunya sistem klasikal, dan
adalah sejarah Indonesia itu sendiri.4 Tercatat kultur serta paradigma berfikirnya didominasi
dalam sejarah, pesantren merupkan lembaga oleh term-term klasik. Kelebihan dari model ini
pendidikan Indonesia. Kiai, santri, pondok, mental kemandirian dan kewirausahaan yang
masjid, dan kitab-kitab klasik Islam (kitab tinggi karena tertantang mengarungi hidup tanpa
kuning)5 menjadi unsur atau elemen utama berbekal ijazah. Kedua, pesantren khalafy
digambarkan pada penekanan penguasaan
bahasa asing, kurikulumnya mengadopsi
2 Hamdan Farchan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren kurikulum modern, tidak ada pengajian kitab
: Resolusi Konflik Masyarakat Pesantren. (Yogyakarta : Pilar
Religia, 2005), hlm. 1.
klasik, penekanan pada rasionalitas, orientasi
3 Harry J Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit (Jakarta : masa depan persaingan hidup dan penguasaan
Pustaka Jaya) 1983, hlm. 33
4 Hasan Muarif Ambari, “Peranan Pesantren Dalam
khazanah klasik. Ketiga, pesantren salaf-semi
Menghadapi Perubahan Perubahan Sosial di Banten, Makalah modern, ada kita salaf, kurikulum modern dan
Simposium Nasional dan Kongres Pemuda Al-Khairiyah se
Indonesia, Serang 1992.
ruang kreatifitas santri yang lebih lebar.
5 Kitab klasik Islam atau yang biasa dikenal dengan sebutan
“Kitab Kuning” sebagai kurikulum pesantren ditempatkan Sejarah perkembangan pesantren sebagai
pada posisi istimewa. Karena, keberadaaannya menjadi unsur lembaga pendidikan Islam yang awalnya hanya
utama dan sekaligus ciri pembeda antara pesantren dan
lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya. Pada pesantren di model salaf menjadi salaf-semi modern dan
Jawa dan Madur, penyebaran keilmuan, jenis kitab, dan
sistem pengajaran kitab kuning memiliki kesamaan, yaitu Dhofier, Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan Hidup
sorogan dan bandongan. Kesamaan-kesamaan ini Kiai, (Jakarta : LP3ES, 1982), hlm. 104.
menghasilkan homogenitas pandangan hidup, kultur, dan 6 Zamakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren : Tradisi ... Op. Cit.,
praktik-praktik keagamaan di kalangan santri. Zamakhsari hlm. 5.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 7
bahkan transformasi dirinyamenjadi lembaga melainkan lebih memperkaya mutu pendidikan
pendidikan Islam modern. Transformasi ini pesantren itu sendiri. Sebab, pada akhirnya
mengindikasikan atau menggambarkan betapa sesuai dengan hukum alam, hanya pesantren
elastis alur dinamika lembaga pendidikan Islam yang berkualitas yang akan mampu bertahan dan
ini. Hal ini juga memberikan pemahaman bahwa lebih banyak untuk eksis. Itu berarti bahwa
dialektika antara prinsip lembaga pendidikan lembaga pendidikan Islam untuk terus
dengan arus zaman memunculkan lembaga melakukan inovasi dalam sistem pendidikannya
pendidikan yang notebene mampu bergumul untuk terus berkompetisi dengan lembaga Islam
dengan perubahan zaman. lainnya terutama dengan lembagapendidikan
umum.
Pesantren mampu bertahan dan
berkembang karena memiliki prinsip Istilah sistem pendidikan dalam wacana
kemandirian dan lentur menghadapi perubahan tulisan ini dimaksudkan sebagai suatu pola
yang semakin kritis dan radikal termasuk di menyeluruh dalam suatu masyarakat di lembaga-
dalamnya perubahan dunia global yang sebagian lembaga formal maupun nonformal, agen-agen,
di picu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan organisasi yang memindahkan pengetahuan
dan teknologi seakan menantang pesantren dan warisan kebudayaan yang mempengaruhi
untuk mereposisikan diri agar tetap aktual pertumbuhan sosial dan warisan intelektual. Jadi
sebagai lembaga pendidikan maupun lembaga fungsi sistem pendidikan tersebut sangat krusial
sosial. Pesantren bahkan seharusnya tidak hanya dalam lembaga pendidikan Islam itu sendiri.
sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen Sebab sistem ini merupakan media yang akan
dari perkembangan ilmu pengetahuan. mengantarkan pendidikan pada orientasi
akhirnya yang berupa tujuan institusional
Terlepas dari persoalan tersebut,
maupun ideologis. Maka pada tataran ini,
modernisasi pendidikan Islam di pesantren
transmisi keilmuan sangat dibutuhkan
merupakan fenomena yang sangat menarik
menompang target dari lembaga pendidikan itu
untuk diangkat emjadi diskursus. Tiga
sendiri. Oleh sebab itu, sistem memiliki ;peran
karakteristik pesantren yang digambarkan pada
penting dalam menyukseskan target pendidikan,
awal tulisan ini adalah bentuk dinamika yang
lebih-lebih pesantren yang memiliki ciri khas
harus dipertahankan kelebihannya dan lebih
pendidikan Islam yang notebene memiliki ciri
dikembangkan proporsionalitasnya. Setiap ciri
khas yang sangat berbeda.
khas yang menampilkan kelebihan pada sisitem
pendidikannya akan melengkapi ciri lain yang Akan tetapi, dalam kurun waktu terakhir
menampilkan kekurangan. Dengan demikian, ini sistem pendidikan yang ada dimodifikasi
sistem pesantren akan mampu lahir berbagai untuk menjawab kebutuhan masyarakat di dunia
manusia paripurna dengan kedalaman ilmu yang serba global ini. Langkah-langkah strategis
agama dan umum. Hal yang menarik lagi adalah yang dilakukan dalam konteks ini, yaitu
sistem pesantren dalam menyeleng-garakan melakukan modernisasi pendidikan pesantren
pendidikan Islam yang berbeda akan yang spesifikasinya pada sistem pendidikan
memperkaya khazanah keilmuan umat Islam umum yang orientasi hasilnya lebih didasarkan
sesuai ciri dan keunikan pesantren yang semakin pada kebutuhan pasar. Pesantren yang
bervariasi dan lebih berwarna-warni. melakukan pergeseran yang didasarkan pada
kebutuhan pasar akan bersifat pragmatis dan
Akan tetapi, pesantren dalam melakukan
kehilangan jati diri sebagai lembaga pendidikan
transformasi diri untuk mengikuti alur
Islam yang hakiki. Yaitu, lembaga dakwah dan
perubahan zaman menekankan pada tiga aspek
mencipta manusia yang paham pada agama
(software, hardware, dan peoplewaree) yang
Islam.
penekanannya bukan untuk mengubah,
8 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Banyak gagasan yang terlontar mengenai setia arus tantangan yang dihadapinya, pesantren
sistem pendidikan terkait dengan pembaharuan merupakan sistem pendidikan paling tradisional
sistem pendidikan Islam yang mengolaborasikan di negeri ini.8
unsur-unsur tertentu seperti unsur keIslaman, Akan tetapi, sejalan dengan beredarnya
keindonesiaan, dan keilmuan. Pesantren sebagai waktu, pesantren telah banyak melakukan
sistem pendidikan Islam pada kerabgka ini akan pembaruan dalam berbagai aspek sebagai
mampu menghasilkan beberapa hal. Pertama, bentuk antisipasif dan preventif agar pesantren
dari keIslaman dapat menghasilkan IPTEK dan tetap survive dan adaptif dalam setiap
IMTAK yang diupayakan lewat perpaduan dua perubahan zaman. Dalam kaitan ini, ada banyak
sistem tradisional dan modern. Memasukkan hal yang berubah dari sistem yang ada di
sistem baru bukan berarti mengeliminasi sistem pesantren yang pada akhirnya dapat
yang lama, melainkan mencoba diindikasikan berbagai pola pendidikan yang di
mengolaborasikan atau mengelaborasikan dua selenggarakan oleh pesantren. Pertama,
entitas tersebut pada institusi pendidikan pesantren masih terikat dengan sistem
pesantren yang ada justru akan ada sistem baru pendidikan Islam sebelum masa modernisasi.
yang ditumbuhkan kembali. Kedua, konteks Dengan ciri khasnya pengajian kitab klasik,
keindonesiaan akan memunculkan modernisasi metode sorogan dan wetonan, serta hafalan ke
yang diharapkan mampu menciptakan suatu empat orientasinyapada penanaman moral.
lembaga pendidikan yang mempunyai identitas
kultural yang lebih khas sebagai konsep Pola kedua, meulai ada kemajuan dengan
pendidikan masyarakat Indonesia baru. Selain menambah sistem klasikal walau sistem yang
itu, di dalamnya juga akan ditemukan nilai-nilai lama masih ada. Pola ketiga, program
universitalitas Islam yang mampu melahirkan keilmuannya mulai diseimbangkan antara ilmu
suatu peradaban masyarakat Indonesia di masa agama dan umum. Pola keempat, pesantren
depan.7 mengutamakan ketrampilan walaupun pelajaran
agama masih menempati urutan yang pertama.
Ketiga, akan menghilangkan dikotomi Pola kelima, pesantren yang mengasuh beraneka
yang ada pada saat ini dirasa cukup tajam dalam ragam pendidikan yang tergolong formal dan
dunia pendidikan. Dengan demikian, pesantren nonformal.9 Sistem ini merupakan akar kuat
yang mewakili pendidikan tradisional Indonesia yang ikut memberikan andil besar dalam
akan membawa pada pembaruan yang cukup perjalanannya. Dengan demikian, pesantren dari
menjanjikan sehingga pendidikan pesantren waktu ke waktu mengalami perkembangan pesat
dapat memenuhi tuntutan teknologi di masa dan tetap menjadi wacana yang aktual
mendatang. didiskusikan. Oleh karena itu, wacana yang hadir
Maka, tidak berlebihan jika pesantren kemudian adalah wacana tentang segregasi
diklaim sebagai sebuah sistem pendidikan yang pendidikan yang merambah pada dunia
unik dan khas pendidikan ala Indonesia. Ia pesantren.
adalah sebuah diskursus yang kapan pun A. METODE PENDIDIKAN PESANTREN
diperbincangkan tetap hangat, menarik, dan
aktual. Banyak aspek yang mendukung wacana Dalam dunia akademis ada upaya ilmiah
pesantren tetap aktual dalam setiap dimensi. yang dijadikan pisau analisis yang biasa disebut
Sebbab, pesantren dengan eksistensinya tetap
percaya diri dan penuh pertahanan diri dalam 8 Ismail & Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan
Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
hlm. 171
7 Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholis Madjid 9 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam : Dalam Sistem
Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2004),
Press, 2005), hlm. 24. hlm. 30
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 9
sebagai metode, yaitu cara kerja untuk Sedangkan, metode modern merupakan metode
memahami objek sasaran ilmu yang sedang yang masih diintrodusir berdasarkan pendekatan
dikaji. Objek yang dimaksud adalah objek ilmiah.
material dari ilmu pengetahuan. Metode 1. Metode-Metode Tradisional
merupakan suatu prosedur atau cara untuk
mengetahui dan memahami terhadap segala a. Metode Sorogan (Individual Learning
sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah Process)
sistematis, serta komprehensif. 10 dengan Merupakan suatu metode yang ditempuh
rancangan ilmu ilmiah yang jelas dan akan dengan cara guru menyampaikan pelajaran
memudahkan sosok subjeknya serta juga akan kepada santri secara individual. Sasaran
memperoleh hasil ilmiah yang benar-benar valid. kelompok ini adalah kelompok santri pada
Dalam rangkaian sistem pengajaran, tingkat rendah yaitu yang baru menguasai
metode menempati urutan sesudah materi yang pembacaan Al-Qur‟an atau yang baru belajar
akan disampaikan. Fakta riilnya, penyampaian Al-Qur‟an. Disamping itu penerapan metode
materi tidak akan signifikan tanpa melibatkan ini kurang efektif dan efisien karena
metode yang tepat dalam Kegiatan Belajar menghabiskan waktu yang cukup lama.
Mengajar (KBM). Namun, metode akan Habib Chirzin mengemukakan pendapatnya
mengikuti materi, dalam arti mengadaptasikan seperti yang dikutip oleh M. Dawam
dengan bentuk dan coraknya sehingga metode Rahardjo bahwa metode sorogan adalah
mengalami transformasi bila materi yang sama suatu metode dimana santri mengajukan
dipakai metode yang berbeda-beda. Dengan sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca
demikian, metode pembelajaran akan sangat dihadapan kiai. Kalau di dalam membaca dan
menentukan keberhasilan pembelajaran yang memahami terdapat kesalahan, kesalahan
mengerucut pada penguasaan materi tersebut langsung dibenarkan oleh kiai.11 Ini
pembelajaran dan akhirnya diterjemahkan dalam artinya, santri dituntut kemandiriannya dalam
bentuk nilai-nilai yang diaplikasikan. belajar yang berhasil atau tidaknya sangat
Sebagai lembaga pendidikan Islam yang bergantung pada dirinya sendiri.
telah bergumul lama dengan realitas zaman, Dalam pengembangan dan aplikasinya dari
pesantren telah mengalami pergeseran dan metode ini akan menuntut adanya kesabaran,
perubahan baik terkait dengan institusi maupun kerajinan, ketelatenan, dan disiplin para
kurikulum seperti yang telah banyak dijabarkan. santri. Dengan demikian, metode ini dapat
Kategori pesantern tradisional dan modern berjalan secara efektif dalam pelaksanaannya
ternyata diindikasikan dengan pola perubahan yang memungkin para kiai megawasi, menilai,
metode yang dipakainya. Maka, dari perubahan dan membimbing santrinya dengan
tersebut akan terklasifikasi antara metode maksimal. Disamping pelaksanaan metode
tradisional dan metode modern bahkan sorogan ini bisa juga dijadikan sebagai tolak
turunannya yang lain. Departemen Agama ukur dari keberhasilan pendidikan pengajaran
Republik Indonesia melaporkan bahwa metode yang ada di pondok pesantren.
penyajian atau penyampaian materi di pesantren
b. Metode Wetonan
ada yang bersifat tradisional ada yang bersifat
modern. Penyampaian materi yang bersifat Selain merode pengajaran dalam bentuk
tradisional adalah sorogan, wetonan, dan bandongan. sorogan di pondok pesantren juga terdapat
metode wetonan dalam pengajarannya.
10 Mujammil Qomar, Epistomologi Pendidikan Islam dari
Metode Rasional Hingga Metode Kritik, (Jakarta : Erlangga, 11 M. Dawam Rahardjo (Edit.), Pergulatan Dunia Pesantren
2005), hlm. 20. Membangun Dari Bawah, (Jakarta : LP3ES, 1995), hlm. 88
10 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Metode wetonan adalah kiai membaca suatu dengan halaqah disini adalah sekelompok
kitab dalam waktu tertentu dan santri santri yang belajar dibawah bimbingan
membawa kitab yang sama, kemudian santri seorang guru atau ustadz atau kiai yang
mendengarkan dan menyimak bacaan kiai belajar bersama dalam satu tempat untuk
tersebut.12 Metode ini merupakan metode mendiskusikan pemahaman suatu masalah
yang paling utama di lingkungan pesantren. atau kitab tertentu.
Dalam pengajaran metode pesantren ini, e. Mudzakarah/Musyawarah
tidak ada ikatan yang mengikat kepada santri Yang dimaksud mudzakarah menurut Ismail
untuk harus datang dan mengikuti hal Abdul Mukti adalah melakukan pertemuan
tersebut. Artinya, santri diberikan kebebasan ilmiah secara khusus membahas persoalan
untuk datang mengikutinya, atau tidak agama pada umumnya. Dengan penerapan
mengikutinya, atau bahkan santri diberi metode ini berfungsi agar santri terlatih
kebebasan untuk tidak datang dan tidak untuk memecahkan suatu permasalahan
mengikutinya. Oleh karena itu, dalam metode dengan menggunakan suatu rujukan kitab-
ini tidak ada penelitian terhadap santri dari kitab yang tersedia.14 Bahkan, dalam metode
para kiai tentang tingkat kepandaian dan ini santri secara akselerasi akan membangun
tidak ada bentuk kenaikan kelas. Akan tetapi, mental yang kuat dalam mengemukakan
santri yang telah melaksanakan dan pendapat secara demokrastis dan juga
menjelaskan kitab yang dipelajarinya dapat melatih santri untuk menghargai pendapat
melanjutkan ke jenjang kitab yang lebih dari orang lain.
tinggi tingkatannya. Dengan demikian, secara
tidak langsung metode ini seolah-olah Bahkan metode ini bias dikatakan sebagai
mempunyai tujuan untuk membentuk suatu peremuan ilmiah yang spesifik
seorang santri untuk selalu berpikir kreatif membahas masalah-masalah diniah seperti
dan dinamis dalam rangka mengembangkan akidah, ibadah, dan masalah agama pada
ilmu pengetahuannya umumnya.

c. Metode Bandongan ( Collective Learning f. Metode Majlis Taklim


Process ) Suatu metode penyampaian ajaran Islam
Sildu Galba mengatakan bahwa metode yang bersifat umum dan terbuka, yang
bandongan adalah sistem pengajaran di mana dihadiri jamaah yang memiliki berbagai
kiai membaca kitab, sementara murid background pengetahuan, tingkat usia, dan
memberi tanda dari struktur kata atau kalimat jenis kelamin.15 Majelis taklim adalah
yang dibaca oleh kiai.13 Dalam praktiknya, lembaga pendidikan non-formal Islam yang
metode ini lebih menekankan ketaatan pada memiliki kurikulum tersendiri,
kiai. Metode ini lebih menekankan aspek diselenggarakan secara berkala dan teratur
perubahan sikap ( moral ) setelah santri dan diikuti oleh jamaah yang relative banyak
memahami isi kitab yang dibaca oleh kiai. dengan tujuan untuk membina dan
mengembangkan hubungan yang santun dan
d. Halaqah serasi antara manusi dengan Allah Swt.,
Halaqah dalam arti bahasanya adalah antara manusia dengan sesamanya, serta
lingkaran santri. Sedangkan, yang dimaksud
14 Ismail & Abdul Mukti, Pendidikan Islam, Demokrasi dan
Masyarakat Madani, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000),
12 M. Dawam Rahardjo (Edit.), Pesantren dan Pembaharuan hlm. 177.
... Op. Cit., hlm. 88 15 Mujamil Qomar, Pesantren : Dari Transformasi
13 Sildu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta :
(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 195), hlm. 57. Erlangga, 2005), hlm. 20.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 11
manusia dengan lingkungannya, dalam Jadi, transformasi metode pendidikan
rangka membina masyarakat yang bertakwa pesantren tersebut mulai dari sorogan,
kepada Allah Swt. bandongan, ceramah, musyawarah, mudzakarah,
majelis ta‟lim, hingga perkembangan terakhir
2. Metode-Metode Kombinatif
yang cenderung menerapkan diskusi dan
Untuk menyempurnakan berbagai seminar menunjukkan kendati secara perlahan-
metode yang ada, perkembangan metode yang lahan, telah ada benih-benih upaya penyampaian
diterapkan dalam lembaga pendidikan terus pelajaran secara modern yang terjadi di sekolah-
bermunculan. Hal ini dilakukan sebgai bentuk sekolah sekuler.16
kekritisan pakar dalam menyikapi berbagai
Demikianlah system dan metode
metode pendidikan yang bersifat tradisional
pendidikan Islam di pondok pesantren yang
yang dipandang perlu disempurnakan.
dikembangkan tanpa menghilangkan system dan
Perubahan metode yang diterapkan di pesantren
metode yang klasik yang masih dipandang baik.
tampaknya dipengaruhi metode pengajaran
Tetapi tidak menolak system dan metode yang
Islam di Makkah. Namun, perlahan-lahan
baru yang dianggap lebih baik dan relevan
metode tradisional mengalami transformasi ke
dengan masa sekarang.
arah yang lebih produktif.
Penyerapan metode baru sebagai
tambahan terhadap metode yang bersifat DAFTAR PUSTAKA
tradisional tidak pernah seragam. Para peneliti
menemukan perbedaan pemakaian metode di
kalangan pesantren. Hal ini disebabkan oleh Benda, Harry J., 1983. Bulan Sabit dan Matahari
kecenderungan kiai sebgai refleksi otonominya Terbit. Jakarta : Pustaka Jaya
dalam pengelolaan pendidikan Islam. Oleh Daulay, Hindar Putra. 2004. Pendidikan Islam :
karenanya, pengamatan dengan paradigma yang Dalam Sistem Pendidikan Islam di
berbeda apalagi terhadap pesantren yang Indonesia. Jakarta : Kencana
berbeda akan menemukan penerapan metode
Dhofier, Zamakhsari. 1982. Tradisi Pesantren :
yang berlainan pula.
Studi tentang Pandangan Hidup Kiai.
Observasi yang cermat terhadap Jakarta : LP3S
pelaksanaan proses belajar mengajar di
Farchan, Hamdan & Syarifuddin. 2005. Titik
pesantren akan menemukan perubahan bentuk
Tengkar Pesantren : Resolusi Konflik
metode pendidikan yang amat beragam baik
Masyarakat Pesantren. Yogyakarta : Pilar
yang sering diterapkan maupun terbatas pada
Religia
saat-saat tertentu. Para pimpinan pesantren yang
tergabung dalam Rabithah Ma‟ahid telah Galba, Silda. 1995. Pesantren Sebagai Wadah
mempraktikkan metode-metode yang sangat Komunikasi. Jakarta : PT. Rineka Cipta
beragam. Karena mereka menetapkannya dalam Qamar, Mujamil. 2005a. Epistomologi
muktamar pertama pada tahun 1959 yang Pendidikan Islam dari Metode Rasional
meliputri metode Tanya jawab, diskusi, Hingga Metode Kritik. Jakarta : Erlangga
imla‟muthala‟ah, proyek, dialog, karya wisata,
hafalan, sosiodrama, widyawisata, problem solving, , 2005 b. Pesantren dari Transparansi
pemberian situasi, habituasi, dramatisasi, Metodologi Menuju Demokrasi Institusi.
reinforcement, stimulus respons, dan sistem Jakarta : Erlangga
modul.
16 Mujamil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam dari
Metode Rasional Hingga Metode Kritik. (Jakarta : Erlangga,
2005), hlm. 151-153
12 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Rahardjo, M. Dawan (Edi). 1995 a. Pengalaman Sulaiman, In‟am. 2010. Masa Depan Pesantren :
Dunia Pesantren Membangun dari Bawah. Eksistensi Pesantren di Tengah Gelombang
Jakarta : LP3ES Modernisasi. Malang : Dadani
, Pesantren dan Pembaruan. Jakarta : Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren : Kritik
LP3ES Nurcholis Madjid Terhadap Pendidikan
Islam Tradisional. Jakarta Ciputat : Press
Ismail dan Mukti. Pendidikan IslamD,
Demokralisasi dan Masyarakat Madani.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 13


KONSTRUKSI NILAI SOSIAL PESANTREN
(KONSTRIBUSI PESANTREN DALAM MEMBANGUN MORAL BANGSA)
Oleh: Abu Amar Bustomi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

Abstrak:
Kualitas Moral Bangsa Indonesia semakin rapuh, hal ini lebih disebabkan oleh pengaruh
budaya asing, kurangnya penanaman nilai-nilai sosial keagamaan, dan sistem pendidikan
yang masih identik mengedepankan nilai-nilai materialistik. Salah satu lembaga endegenius
yang eksis dan mampu menjadi penjaga moral bangsa adalah pesantren. Eksistensi
pesantren telah teruji sebagai lembaga pendidikan, keagamaan dan sosial yang didalamnya
terdapat konstruksi nilai-nila sosial naturalistik produktif berbasis nilai-nilai agama.
Fenomena Konstruksi nilai-nilai sosial Pesantren atas nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk ini terkonstruksi secara alamiah
dari internalisasi sumber nilai adikorati (ajaran Agama Islam) yang khas dan dibangun dalam
panorama komponen-komponen realitas Kyai sebagai personifikasi dalam sistem nilai yang
kedudukan sosialnya cukup kokoh dalam charisma spiritual sebagai cultural broker yang
menawarkan agenda perubahan sesuai kebutuhan nyata masyarakat yang dipimpinnya; Santri
sebagai pengemban pengetahuan agama yang bertindak dan berbuat dalam prinsip ubudiyah
dan keikhlasan yang merupakan ciri dan kekuatan budaya transcendental; Masjid sebagai
symbol keutuhan budaya dan menjadi pusat aktivitas kepesantrenan; Kitab kuning sebagai
symbol kekuatan intelektual komunitas pesantren; Dan asrama sebagai bagian penting tradisi
pesantren untuk hidup bersama penuh dalam pembiasaan.
Kata Kunci: Konstruksi Nilai Sosial Pesantren, Konstribusi, Moral Bangsa.

A. PENDAHULUAN keagamaan, dan sistem pendidikan yang masih


identik mengedepankan nilai-nilai
Jika kita objektif melihat eksistensi materialistik.
moral bangsa di era global ini, kita akan
Terdapat lembaga endegenius yang eksis
melihat cermin penurunan kualitas moral
sebagai penjaga moral bangsa yang telah
rakyat Indonesia, mulai maraknya kasus
berjalan berabad-abad di Indonesia, yakni
tawuran, narkoba, minuman keras, hamil
pesantren. Lembaga pesantren ini merupakan
diluar nikah, praktek aborsi, video porno,
lembaga pendidikan, keagamaan sekaligus
sampai kasus korupsi dan suap yang menjerat
lembaga sosial, yang didalamnya terdapat
para elit politik. Cermin rapuh moral bangsa
konstruksi nilai-nila sosial yang naturalistik
ini semakin jelas, ketika persoalan demi
produktif berbasis nilai-nilai agama yang perlu
persoalan bangsa semakin hari tidak semakin
kita pertimbangkan sebagai alternative solusi
semakin hilang. Namun justru semakin
atas permasalahan bangsa.
meningkat tajam. Mulai dari kasus kekerasan
antar kelompok, ketidak adilan sosial, hukum Model konstruksi sosial, secara teoritis
dan sebagainya. Penyebab rusaknya moral dibangun oleh Peter L Berger. Dalam teorinya
bangsa ini lebih disebabkan pengaruh budaya Berger menjelaskan bahwa teori konstruksi
asing, kurangnya penanaman nilai-nilai sosial sosial (sosial construction) merupakan teori

14 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


sosiologi kontemporer yang berpijak pada membuat tatanan menjadi bermakna (Berger,
sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini 1990: 32). Kenyataan hidup sehari-hari bersifat
terkandung pemahaman bahwa kenyataan intersubjektif, dipahami bersama-sama oleh
dibangun secara social. Sedangkan kenyataan orang yang hidup dalam masyarakat sebagai
dan pengetahuan merupakan dua istilah kunci kenyataan yang dialami. Kendatipun kenyataan
untuk memahaminya. Kenyataan adalah suatu hidup sehari-hari merupakan dunia
kualitas yang terdapat dalam fenomena- intersubjektif namun bukan berarti antara orang
fenomena yang diakui memiliki keberadaan yang satu dengan orang yang lain selalu
(being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung memiliki kesamaan perspektif dalam
kepada kehendak manusia; sedangkan memandang dunia bersama. Setiap orang
pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomena- memiliki perspektif berbeda-beda dalam
fenomena itu nyata (real) dan memiliki memandang dunia bersama yang bersifat
karakteristik yang spesifik (Berger, 1990: 1). intersubjektif. Perspektif orang yang satu
dengan yang lain tidak hanya berbeda tetapi
Lebih lanjut dalam teori ini dapat
sangat mungkin juga bertentangan. Namun, ada
dijelaskan bahwa, pada hakekatnya dunia
persesuaian yang berlangsung terus-menerus
kehidupan sehari-hari adalah merupakan
antara makna-makna orang yang satu dengan
sesuatu yang berasal dari pikiran dan tindakan
yang lain tadi. Ada kesadaran bersama mengenai
manusia, serta dipelihara sebagai yang nyata
kenyataan didalamnya menuju sikap alamiah
dalam pikiran dan tindakan. Dasar-dasar
atau sikap kesadaran akal sehat. Sikap ini
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
kemudian mengacu kepada suatu dunia yang
adalah objektivasi (pengobjektivan) dari proses-
sama-sama dialami banyak orang. Jika ini sudah
proses (dan makna-makna) subjektif dunia
terjadi maka dapat disebut dengan pengetahuan
akal-sehat intersubjektif dibentuk. Dalam
akal sehat (common-sense knowledge), yakni
proses pengobjektivan, Berger dan Luckmann
pengetahuan yang dimiliki semua orang dalam
menekankan adanya kesadaran, dan kesadaran
kegiatan rutin yang normal dan sudah jelas
itu selalu intensional karena ia selalu terarah
dengan sendirinya dalam kehidupan sehari-hari.
pada objek. Dasar kesadaran (esensi) memang
tidak pernah dapat disadari, karena manusia Kenyataan hidup sehari-hari dialami
hanya memiliki kesadaran tentang sesuatu bersama oleh orang-orang. Pengalaman
(fenomena); baik menyangkut kenyataan fisik terpenting orang-orang berlangsung dalam
lahiriah maupun kenyataan subjektif batiniah. situasi tatap-muka, sebagai proses interaksi
Seperti halnya manusia, yang juga memiliki sosial (Berger, 1990: 41). Dalam situasi tatap-
kesadaran tentang dunia kehidupan sehari- muka ini, orang-orang terus-menerus saling
harinya seperti yang dipersepsinya. Bagi Berger bersentuhan, berinteraksi, dan berekspresi.
dan Luckmann, kenyataan hidup sehari-hari Dalam situasi itu pula terjadi interpretasi dan
sebagai kenyataan yang tertib dan tertata. refleksi. Interaksi tatap-muka sangat
Fenomena-fenomenanya seperti sudah tersusun memungkinkan mengubah skema-skema
sejak semula dalam bentuk pola-pola, yang tidak tipifikasi orang. Perjumpaan tatap-muka yang
tergantung kepada pemahaman seseorang. terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi
tipifikasi orang sebagai pendiam, pendendam,
Kenyataan hidup sehari-hari tampak
periang, dan sebagainya. Pada gilirannya,
sudah diobjektivasi, sudah dibentuk oleh suatu
interaksi itu kembali melahirkan tipifikasi baru.
tatanan objek-objek sejak sebelum seseorang
Suatu tipifikasi akan berlaku sampai ada
hadir. Dalam hal ini, bahasa yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari terus-menerus, perkembangan lain, yang menentukan tindakan-
tindakan seseorang. Tipifikasi yang ada pada
dipakai sebagai sarana objektivasi yang

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 15


orang-orang yang berinteraksi, saling terbuka pemahaman mengenai kenyataan hidup sehari-
bagi adanya campur-tangan. Skema tipifikasi itu hari. Bahasa lahir dari situasi tatap muka, dan
“bernegosiasi” terus-menerus dalam situasi dengan mudah dapat dilepaskan darinya. Ia juga
tatap-muka. Tipifikasi yang ada dan baru dapat menjadi tempat penyimpanan yang
terbentuk terjadi secara berkesinambungan. objektif dari akumulasi makna dan pengalaman
Oleh karena itu, pandangan Berger dan yang besar dan yang kemudian dilestarikan
Luckmann (dikutib Akmal: 2014) dapat dalam waktu dan diteruskan kepada generasi-
dimengerti bahwa kenyataan sosial kehidupan generasi berikutnya. Ia memiliki sistem tanda
sehari-hari dipahami dalam suatu rangkaian yang khas, yang bersifat objektif, yang tidak
(continuum) berbagai tipifikasi. Pada satu sisi, di dimiliki sistem tanda lainnya. Ia sebagai
dalam rangkaian itu terdapat orang-orang yang faktifitas, yang memiliki sifat memaksa; karena
saling berinteraksi secara intensif dalam situasi memaksa orang masuk ke dalam pola-polanya.
tatap muka; dan di sisi lain, terdapat abstraksi- Pesantren merupakan suatu fenomena
abstraksi yang sangat anonim karena sifatnya sosial-budaya yang memiliki sistem nilai
yang tidak terlibat dalam tatap muka. Dalam tersendiri dan terpelihara. Contohnya, sistem
konteks ini, struktur sosial merupakan jumlah penghormatan santri terhadap kyai yang “tak
keseluruhan tipifikasi dan pola-pola interaksi terbatas” (Azra: 1997). Pesantren merupakan
yang terjadi berulang-ulang melalui tipifikasi, lembaga penting yang berhubungan dengan
dan ia merupakan satu unsur yang esensial dari kekyaian seseorang. Melalui pesantren ini kyai
kenyataan hidup sehari-hari. membangun pola patronase yang mengaitkan
Berbagai skema tipifikasi, dengan dengan para santrinya dan juga masyarakat yang
kemampuan ekspresi diri, manusia mampu berada di luar desa atau kotanya sendiri. Pola
mengadakan objektivasi (objectivation). Manusia patronase ini dengan mudah dapat dibangun
dapat memanifestasikan diri dalam produk- karena unsur kepemilikan oleh sang kyai.
produk kegiatannya yang tersedia, baik bagi Pesantren juga menghubungkan para wali santri
produsen-produsennya maupun bagi orang lain dengan para kyai yang telah berjasa memberikan
sebagai unsur-unsur dari dunia bersama. pendidikan keagamaan kepada anaknya
Objektivasi itu merupakan isyarat-isyarat yang (Turmudzi, 31: 2004). Dengan hubungan yang
bersifat tahan-lama dari proses-proses subjektif kuat ini sangat membuka kemungkinan adanya
para produsennya, sehingga memungkinkan pola doktrinasi yang fanatik terhadap para
objektivasi dapat dipakai melampaui situasi santrinya. Doktrin fanatik ini terkait dengan
tatap-muka. salah satu mazhab yang dianut oleh pesantren
tersebut .9Pemahaman terhadap kitab-kitab
Kenyataan hidup, tentunya tidak hanya
kuning di pesantren secara umum menjadi suatu
berisi objektivasi-objektivasi; juga berisi
yang sakral dan normatif. Realitas ini
signifikasi, yakni pembuatan tanda-tanda oleh
mengarahkan pada fanatisme terhadap suatu
manusia. Sebuah tanda (sign), dapat dibedakan
mazhab yang berkembang di pesantren.
dari objektivasi. Jika objektivasi lebih berupa
ekspresi diri dalam wujud produk, signifikasi Karakteristik pesantren secara umum
berupa ekspresi diri berupa bahasa. Namun, identik dengan pemahaman dan pola kajian
keduanya dapat digunakan sebagai tanda, dan tradisional. Fakta itu didapati dari sejarah yang
terkadang kabur penggunaannya. Signifikasi menunjukkan pesantren sebagai pusat
bahasa menjadi yang terpenting dalam penyebaran Islam pada masa dahulu. Pada masa
kehidupan sehari-hari, karena dengan dan sekarang, pesantren telah berkembang menjadi
melalui bahasa. Suatu pemahaman mengenai institusi multi-fungsi dan bahkan multi-interest.
bahasa, merupakan hal yang pokok bagi setiap Hal ini tidak terlepas dari peranan pesantren

16 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


yang sangat kuat di masyarakat sehingga Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan dan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus
kepentingan. Di tengah arus modernitas yang melalui proses menimbang. Hal ini tentu sangat
kian menjamur, pesantren menjadi sesuatu yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut
unik, khususnya pesantren yang masih masyarakat. Tak heran apabila antara
mempertahankan tradisonalitasnya. Nilai-nilai masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain
tradisionalitas pesantren secara umum terdapat perbedaan tata nilai. Adapun ciri nilai
menunjukkan pada praktik-praktik yang sosial antara lain, merupakan konstruksi
dilakukan oleh civitas pesantren baik terang masyarakat sebagai hasil interaksi antarwarga
terangan maupun tersembunyi. Praktik-praktik masyarakat, disebarkan di antara warga
ini menjadi simbol atau ritual yang bertujuam masyarakat (bukan bawaan lahir), terbentuk
untuk menanamkan nilai-nilai dan norma melalui sosialisasi (proses belajar), merupakan
perilaku lewat pengulangan (repetisi), sehingga bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan
secara otomatis terjadi proses institusionalisasi. kepuasan sosial manusia, bervariasi antara
Diantara nilai lokalitas pesantren tradisional kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang
adalah sistem kepemimpinan berdasarkan figur lain, dapat mempengaruhi pengembangan diri
kharismatik, dominasi pihak laki-laki dalam social, memiliki pengaruh yang berbeda
struktur kepengurusan pesantren dan tanggung antarwarga masyarakat, cenderung berkaitan
jawab kegiatan pesantren, sistem pengajaran satu sama lain dan membentuk sistem nilai.
menggunakan bandongan dan sorogan, interaksi Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat
antara guru dan murid atau santri senior dan diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu nilai
santri yunior yang menekankan pada prinsip dominan dan nilai mendarah daging (internalized
autoritarianisme. Permasalahan ini menarik value). Nilai dominan, adalah nilai yang dianggap
untuk dikaji, karena nilai-nilai lokalitas yang ada lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran
di pesantren tradisional saat ini sedang diuji dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada
oleh arus modernisasi dalam skema pertarungan hal-hal berikut, banyak orang yang menganut
antara kearifan lokal dan modernitas secara nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota
berhadapan (vis a vis), dengan doktrin masyarakat menghendaki perubahan ke arah
apologisnya masing-masing. Hasil kajian yang lebih baik di segala bidang, seperti politik,
selanjutnya dapat dijadikan alternative solusi ekonomi, hukum, dan sosial, berapa lama nilai
untuk mengatasi permasalahan moral bangsa tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
yang semakin hari semakin menurun. Masyarakat (sebagai terjemahan istilah
B. Kontruksi Nilai-Nilai Sosial Komunitas society) adalah sekelompok orang yang
Santri Pesantren. membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau
semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi
Mengambil pengertian Woods dan M.Z.
adalah antara individu-individu yang berada
Lawang, penulis memahami nilai sebagai suatu
dalam kelompok tersebut, tinggi rendahnya
petunjuk umum yang telah berlangsung lama
usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai
serta mengarahkan tingkah laku dan kepuasan
tersebut. Contoh, orang Indonesia pada
dalam kehidupan sehari-hari, mengenai apa
umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di
yang diinginkan, yang pantas, berharga, dan
hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau
dapat mempengaruhi perilaku sosial dari orang
Natal, prestise atau kebanggaan bagi orang yang
yang bernilai tersebut. Sementara nilai sosial
melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki
merupakan nilai yang dianut oleh suatu
mobil dengan merek terkenal dapat
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik
dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 17
memberikan kebanggaan atau prestise terhadap perubahan yang menunjukan
tersendiri. perbedaan. Dalam kondisi ini, respons yang
ditunjukkan oleh Pondok Pesantren sebuah
Nilai mendarah daging (internalized value)
indicator adanya potensi untuk mengikuti dan
adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan
menyesuaikan diri dengan perubahan-
kebiasaan sehingga ketika seseorang
perubahan tersebut. Karena itu, secara esensial
melakukannya kadang tidak melalui proses
Pesantren memiliki daya adaptasi daya tahan
berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar).
yang dapat dijadikan pangkal tolak untuk
Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak
menumbuhkan daya dorong di dalam daya
seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini
proses social engeenering pembangunan masyarakat
tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan
yang lebih bermakna (Madjid: 1997).
merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala
keluarga yang belum mampu memberi nafkah Dalam fenomena lain Pesantren berhasil
kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala mengangkat “isu transformasi sosial”
keluarga yang tidak bertanggung jawab. kepermukaan dengan daya pikat tersendiri.
Demikian pula, guru yang melihat siswanya Pesantren sebagai lembaga social juga mampu
gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam memobilisasi perubahan yang memiliki relevansi
mendidik anak tersebut. tinggi bagi kebutuhan masyarakat untuk
mengangkat citra, derajat dan martabat rakyat
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai
kecil. Peran serta kyai dalam transformasi dan
landasan, alasan, atau motivasi dalam segala
rerkayasa sosial di masyarakat sanggup
tingkah laku dan perbuatannya. Nilai
membangun sikap emansipatoris wong cilik,
mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan
menanamkan watak progresif bagi santri serta
pandangan hidup seseorang dalam
menggerakan gelombang kesadaran rakyat jelata
masyarakat.Menurut Notonegoro,nilai sosial
untuk terlibat aktif bagi perubahan social
terbagi 3, yaitu: Nilai material, yaitu segala
(Horikhosi: 1967).
sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani
seseorang, nilai vital, yaitu segala sesuatu yang Secara Sosiologis peran pesantren selalu
mendukung aktivitas seseorang, nilai mengalami perubahan dari waktu ke waktu,
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna yang disebabkan adanya kesadaran intern umat
bagi jiwa/psikis seseorang. Islam maupun label Islam yang dilihat secara
umum sebagai symbol makna sosiologis dalam
Pesantren merupakan sumber nilai-nilai
kehidupan bermasyarakat secara luas. Hal ini
sosial agung yang telah teruji dan terkonstruksi
terjadi sebagai proses adaptasi nilai atas
secara alamiah dari internalisasi sumber nilai
perkembangan masyarakat bangsa, dalam
adikorati (ajaran Agama Islam). Kita sadar
penguatan nilai nilai sosial yang produktif dan
dalam kancah realitas social, ilmu pengetahuan
menginstitusi. Dalam sejarahnya di era
di era global memiliki dampak psikologis
kemerdekaan, pondok pesantren telat ikut
terhadap peran pesantren di bumi Nusantara
memberikan andil yang begitu besar dalam
ini. Problem kontemporer yang melanda
menyulut obor Nasionalisme yang berakhir
kehidupan dewasa ini, yang menjadi tantangan
dengan tercapainya kemerdekaan Indonesia dari
tersendiri bagi kerja dan fungsi pondok
belenggu penjajahan.
pesantren di tengah kecenderungan
perkembangan masyarakat ke arah “masyarakat Peran Pesantren tidak terbatas pada
serba nilai ”, yaitu berkembang-nya nilai-nilai wawasan keagamaan, namun juga masuk pada
budaya masyarakat yang timbul akibat proses wawasan kebangsaan. Pondok Pesantren
modernisasi itu sendiri. Dampak perubahan merupakan lembaga pendidikan agama dan
yang sedang berjalan diiringi dengan respons lembaga sosial kemasyarakatan dengan system
18 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
asrama. Pondok pesantren berperan dan apresiasi secara optimal atas bahan-bahan
memberi warna yang khas dalam wajah tersebut, dapat menguatkan harapan dan cita-
masyarakat. Kekhasan Pesantren dalam cita serta keyakinan bahwa suatu bentuk
organisasi ditunjang oleh komponen-komponen sumbangan tertentu dapat diberikan pesantren
pesantren, yaitu Kyai, santri, masjid, asrama dan kepada kemanusiaan untuk menghadapi
kitab kuning. Jika kita potret panorama tantangan zaman. Kedua, peranan kyai sebagai
kehidupan Pondok Pesantren menunjukan cultural broker menciptakan keterpusatan pola
realitas: pertama, Kyai merupakan personifikasi kepemimpinan kyai yang memegang otoritas
dalam system nilai yang kedudukan sosialnya sebagai alat penyaring arus informasi yang
cukup kokoh karena charisma spiritual berperan masuk ke dalam lingkungan santri, menularkan
sebagai (cultural broker) menawarkan agenda apa yang dianggap berguna dan membuang apa
perubahan yang dianggapnya sesuai dengan yang dianggap merusak. Ketiga, Profesionalisme
kebutuhan nyata masyarakat yang dipimpinnya. yang mentradisi, akan berdampak secara
Ia berperan sepenuhnya karena ia sebagai aplikatif bagi masyarakat (trickle effect down).
Innovative leader dan opinion leader, yang mengerti Keempat, prinsip pemahaman keagamaan yang
bahwa perubahan social adalah perkembangan luas yang terbingkai dalam budaya dengan
yang tak terelakkan lagi. Kyai mengupayakan segenap atribut dan symbol ketinggian nilai dan
perubahan itu sebagai kebutuhan dan sekaligus moralitas yang adaptif dalam kehidupan
memenuhinya, tanpa harus merusak ikatan- masyarakat progresif dan modern
ikatan sosial yang telah ada sebagai mekanisme perkembangan bangsa (Jamaluddin: 2014).
perubahan social yang diinginkan. Kedua, santri. Pada dimensi lain, secara inhern terdapat
Santri adalah orang yang memliki pengetahuan indikator peluang bagi pengembangan
agama yang mendalam dan terpelajar, yang pesantren, yaitu nilai-nilai secara taken for granted
segala tindakan dan perbuatannya didasarkan oleh: pertama, potensi potensi fundamental
pada ibadah yaitu keikhlasan yang merupakan mental intelektual (nafsani, aql), mental spiritual
ciri dan kekuatan budaya sebagai budaya (ruhani), dan fisik (jasmani) yang dapat
transendensi. Peran santri sangat strategis baik ditumbuhkembangkan. Dari trilogy potensi ini
dalam penataan ke dalam maupun penataan ke dapat diaktualisasikan pada bentuk ijtihad,
luar sebagai agen perubahan di masyarakat. mujahadah dan jihad sebagai pola kerja penuh
Ketiga, masjid. Masjid merupakan ciri penting minat, semangat dan dedikasi untuk
eksistensi pesantren, sebagai symbol keutuhan mentransformasikan nilai-niali kebenaran pada
budaya dan menjadi pusat aktivitas masyarakat. Kedua, terbukanya kesempatan
kepesantrenan. Keempat, kitab kuning. Kitab untuk mendialogkan budaya homogenitas
kuning menjadi symbol kekuatan intelektual pesantren dengan reaslitas heterogenitas
komunitas pesantren yang dengan tegas masyarkat. Ketiga, pluralitas budaya semakin
mempersiapkan santri-santrinya menjadi ulama. menyadarkan diri komunitas Pesantren, untuk
Kelima, asrama. Asrama sebagai bagian penting mengajarkan secara wajar dan dinamis dalam
tradisi pesantren untuk hidup bersama penuh kancah kehidupan bermasyarkat, berbangsa dan
dalam pembiasaan dan pembeda dengan system bernegara (Jamaluddin: 2014).
pendidikan lainnya (Jamaluddin: 2014).
Lalu bagaimana nilai-nilai sosial pesantren
Dari eksistensi tersebut, maka pesantren: terbentuk. Untuk melihat pembentukan nilai-
pertama, secara historis atas ajaran Kitab Suci dan nilai sosial, dapat kita perhatikan dialektika
Sunah Rasulnya, telah tersedia bahan-bahan konstruksi sosial yang menurut Peter berger
yang berharga bagi yang berkomitmen kepada dikatakan bahwa, dialektis masyarakat terhadap
usaha perbaikan kehidupan kelembagaan.
dunia sosio-kultural terjadi dalam tiga simultan

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 19


yakni Eksternalisasi dimana individu berusaha bagian yang tak terpisahkan sehingga apa yang
untuk beradaptasi dengan lingkungannya, dalam disadari adalah apa yang dilakukan. Komunitas
momen adaptasi tersebut sarana yang digunakan santri yang sedang melakukan proses interaksi
bisa berupa bahasa maupun tindakan. Manusia dengan dunia sosio-kulturalnya, mereka akan
menggunakan bahasa untuk melakukan adaptasi berusaha untuk berbaur dengan tujuan
dengan dunia sosikulturalnya dan kemudian mengikuti apa yang sudah menjadi kebiasaan
tindakannya juga disesuaikan dengan dunia pada umunya dengan harapan untuk
sosio-kulturalnya. Pada momen ini, terkadang menyesuaikan diri dengan lingkungan sosio-
dijumpai orang yang mampu beradaptasi dan kulturalnya. Pada proses ini terjadi sebuah
juga mereka yang tidak mampu beradaptasi. proses yang disebut institusionalisasi.
Penerimaan dan penolakan tergantung dari Dan yang terakhir adalah internalisasi
apakah individu tersebut mampu atau tidak yaitu momen identifikasi diri dalam dunia sosio-
beradaptasi dengan dunia sosio-kultural kultural. Internalisasi adalah proses individu
tersebut. Yakni ketika komunitas santri sudah melakukan identifikasi diri di dalam dunia sosio-
berbaur dalam sebuah komunitasnya dan kulturalnya. Internalisasi merupakan momen
mereka berada dalam sebuah lingkungan yang penarikan realitas sosial ke dalam diri atau
sama maka secara tidak langsung mereka akan realitas sosial menjadi realitas subjektif. Realitas
berusaha mengikuti kebiasaan masyarakat pada sosial itu berada di dalam diri manusia dan
umumnya. Santri yang berbaur dalam sebuah dengan cara itu maka diri manusia akan
komunitas pesantren, langsung maupun tidak teridentifikasi di dalam dunia sosio-kultural.
langsung, mereka akan mengikuti kebiasaan Dalam hal ini komunitas santri akan berusaha
yang dilakukan oleh komunitasnya supaya mengambil peran sehingga tidak ada perbedaan
mereka bisa bersama dalam sebuah kelompok yang signifikan dengan komunitas pada
yang utuh. Karena dengan proses eksternalisasi umumnya dan mereka akan merasa sebagai
tersebut komunitas santri berusaha beradaptasi bagian darikomunitas pada umunya. Sehingga
dalam sebuah kehidupan sosialnya. Apapun mereka mengidentifikasi diri denga lingkungan
nilai yang dianut atau dibawa sebelumnya, sosio-kulturalnya. Jadi dengan begitu di dalam
selanjutnya mereka akan berusaha beradaptasi interaksi individu santri dengan lingkungan
dengan lingkungan komunitas saat ini. sosiokulturalnya bisa dinalisis dengan tiga
Kemudian Objektivasi dimana individu akan tahapan konstruksi yakni eksternalisasi,
berusaha untuk berinteraksi dengan dunia objektivasi dan internalisasi.
sosio-kulturalnya.
Di dalam objektivasi, realitas sosial C. Penutup
tersebut seakan-akan berada di luar diri Eksistensi moral bangsa dewasa ini telah
manusia. Ia menjadi realitas objektif, sehingga mengalami penurunan kualitas moral yang
dirasa akan ada dua realitas yakni realitas diri sangat signifikan. Kondisi rapuh moral bangsa
yang subjektif dan realitas yang berada diluar ini semakin jelas dan semakin meningkat
diri yang objektif. Dua realitas tersebut tajam. Rusaknya moral bangsa ini lebih
membentuk jaringan intersubjektif melalui disebabkan oleh pengaruh budaya asing,
proses pelembagaan atau institusionalisasi. kurangnya penanaman nilai-nilai sosial
Pelembagaan atau institusionalisasi yaitu proses keagamaan, dan system pendidikan yang
untuk membangun kesadaran menjadi tindakan. masih identik mengedepankan nilai-nilai
Di dalam proses pelembagaan tersebut, nilai- materialistik.
nilai yang menjadi pedoman dalam melakukan
Salah satu lembaga yang eksis dapat
interpretasi terhadap tindakan telah menjadi
dijadikan sebagai penjaga moral bangsa adalah

20 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


pesantren. lembaga pesantren ini merupakan alamiah dari internalisasi sumber nilai adikorati
lembaga endegenius Nusantara, yang (ajaran Agama Islam). Kekhasan konstruksi nilai
eksistensinya telah teruji sebagai lembaga social pesantren dibangun dalam komponen-
pendidikan, keagamaan dan sosial yang komponen Kyai, santri, masjid, asrama dan
didalamnya terdapat konstruksi nilai-nila kitab kuning, yang Jika kita potret panorama
sosial yang naturalistik produktif berbasis kehidupannya menunjukan realitas: pertama,
nilai-nilai agama. Kyai merupakan personifikasi dalam system
nilai yang kedudukan sosialnya cukup kokoh
Terkait dengan konstruksi sosial Peter L
karena charisma spiritual berperan sebagai (cultural
Berger dalam teorinya menjelaskan bahwa, pada
broker) menawarkan agenda perubahan yang
hakekatnya dunia kehidupan sehari-hari adalah
dianggapnya sesuai dengan kebutuhan nyata
merupakan sesuatu yang berasal dari pikiran dan
masyarakat yang dipimpinnya. Kedua, santri.
tindakan manusia, serta dipelihara sebagai yang
Santri adalah orang yang memliki pengetahuan
nyata dalam pikiran dan tindakan. Dasar-dasar
agama yang mendalam dan terpelajar, yang
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari
segala tindakan dan perbuatannya didasarkan
adalah objektivasi (pengobjektivan) dari proses-
pada ibadah yaitu keikhlasan yang merupakan
proses (dan makna-makna) subjektif dunia
ciri dan kekuatan budaya sebagai budaya
akal-sehat intersubjektif dibentuk. Dalam
transendensi. Ketiga, masjid. Masjid merupakan
proses pengobjektivan, dtekankan oleh adanya
ciri penting eksistensi pesantren, sebagai symbol
kesadaran, dan kesadaran itu selalu intensional
keutuhan budaya dan menjadi pusat aktivitas
karena ia selalu terarah pada objek. Dasar
kepesantrenan. Keempat, kitab kuning. Kitab
kesadaran (esensi) tidak pernah dapat disadari,
kuning menjadi symbol kekuatan intelektual
karena manusia hanya memiliki kesadaran
komunitas pesantren yang dengan tegas
tentang sesuatu (fenomena); baik menyangkut
mempersiapkan santri-santrinya menjadi ulama.
kenyataan fisik lahiriah maupun kenyataan
Kelima, asrama. Asrama sebagai bagian penting
subjektif batiniah.
tradisi pesantren untuk hidup bersama penuh
Pesantren merupakan suatu fenomena dalam pembiasaan dan pembeda dengan system
sosial-budaya yang memiliki sistem nilai pendidikan lainnya.
tersendiri dan terpelihara. Secara umum
karakteristik pesantren identik dengan
pemahaman dan pola kajian tradisional,
berfungsi sebagai pusat penyebaran Islam, dan
saat ini berkembang menjadi institusi multi-
fungsi, bahkan multi-interest. Dalam prakteknya
eksistensi pesantren merupakan praktek simbol
atau ritual yang bertujuan untuk menanamkan
nilai-nilai dan norma perilaku lewat
pengulangan (repetisi), sehingga secara otomatis
terjadi proses institusionalisasi (Pranowo, 22-
23: 2011).
Pesantren mengkonstruksi nilai-nilai
sosial yang kita fahami sebagai nilai yang dianut
oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk.
Pesantren merupakan sumber nilai-nilai sosial
agung yang telah teruji dan terkonstruksi secara
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 21
DAFTAR PUSTAKA

Jamaluddin, Dindin. Potret Pendidikan Karakter;


Azra, Azyumardi. 1997. dalam Pengantar Kajian Pada Lembaga Pendidikan Di Jawa
Nur cholis Madjid. Bilik -bilik Pesantren. Barat. Jurnal Universitas Pendidikan Garut.
Jakarta: Paramadina. Vol.08; No. 01; 2014; 148-173.

Akmal, Muhamad. 2014. Konstruksi Sosial. www.


Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren:
Muhamad Akmal.com.
Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta:
Berger, L peter. 1990. Tafsir Sosial Atas Paramadina.
Kenyataan/ Jakarta: Lembaga penelitian,
pendidikan, dan penerangan ekonomi dan Pranowo, M. Bambang. 2011. Memahami Islam
social. Jawa. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan Kiai
Horikoshi, Hiroko. Kyai dan Perubahan Sosial;
dan Kekuasaan. Yogyakarta: LKiS.
Studi Tentang Peran Kyai dalam Perubahan
Sosial. Jakarta: P3M‟

22 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 23
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK PERSPEKTIF IBNU QAYYIM AL-JAUZIYAH
(Kajian Kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al-Maulūd)
Oleh: Helda Nur Ania
Dosen STKIP Nurul Huda OKU Timur Sumatera Selatan

Abstrak:
Kesulitan-kesulitan menjalankan tugas mendidik itu amat terasa, terutama ketika dihadapkan
realitas bahwa pengaruh lingkungan sudah sedemikian kuat, bahkan melampaui kekuatan
faktor-faktor pendidikan lainnya. Kenakalan remaja menjadi modus berita dan topik wacana
di masyarakat termasuk di media cetak maupun elektronik. Wacana disuguhkan oleh
berbagai pemberitaan adalah kenakalan remaja, hubungan bebas dengan lawan jenis,
perkelahian, penggunaan obat terlarang dan bahkan tindak kekerasan yang tidak selayaknya
dilakukan.
Melihat persoalan-persoalan di atas, bisa dipastikan para orang tua menjadi resah,
idealisme untuk menjadi orang tua yang berhasil yaitu memiliki anak sukses, taat pada
orang tua dan berbakti pada bangsa dan agama menjadi obsesi yang sangat sulit
diwujudkan.
Salah satu hak dasar anak adalah hak untuk tumbuh dan berkembang. Artinya anak
memperoleh kesempatan seluas-luasnya untuk tumbuh secara fisik dan berkembang secara
psikologis. Ini semua akan terjadi bila lingkungan sangat kondusif sehingga memungkinkan
perkembangan jiwa mereka dapat terlaksana dengan optimal.
Orang tua memiliki peranan yang amat penting dalam upaya mendukung perkembangan
anak, khususnya saat mereka berada pada tahapan usia dini.
Namun permasalahan seringkali muncul, manakala orang tua sering kurang memahami
teori perkembangan anak. Tidak adanya pendidikan khusus untuk mempersiapkan
seseorang menjadi orang tua juga semakin mempersulit tugas orang tua dalam
menangani berbagai permasalahan perkembangan anak.
Berpijak dari latar belakang di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah bagaimana Psikologi Perkembangan Anak
Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām alMaulūd,
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan anak perspektif Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah dalam kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al Maulūd.
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui Psikologi
Perkembangan Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Tuhfat al-Maudūd bi
Ahkām al-Maulūd, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan anak perspektif Imam al-Ghazali dalam kitab Tuhfat al-Maudūd bi Ahkām al-
Maulūd.
Kata Kunci: Psikologi, Perkembangan Anak, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.

A. Latar Belakang tumbuhan itu tumbuh segar dan subur,


Mendambakan sesuatu yang baik dan maka tidak terlepas dari pemeliharaannya
sempurna memerlukan adanya proses yang sejak awal yakni bermula dari memilih bibit,
cukup panjang untuk mewujudkan-nya. menanam, merawat, dan membesarkannya
Misalnya tumbuhan, untuk menjadikan hingga kemudian dapat dipetik hasilnya.

24 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


Sama halnya ketika orang tua Berkaitan dengan hal itu, Ubes Nur Islam
menginginkan anaknya sehat, pintar dan berpendapat bahwa yang lebih penting bagi
berbakat. Hal ini tidak terlepas dari adanya orang tua, terutama dalam kaitannya dengan
upaya maksimal untuk mendapatkannya pendidikan pralahir, yaitu bahwa bayi pralahir
melalui proses panjang yang tidak mudah. memiliki potensi besar untuk menerima dan
Pertama, menentukan pasangan hidup secara menggapai semua stimulasi dan sensasi yang
selektif sebagai sarana penentu bagi diberikan oleh orang tuanya. (Ubes Nur Islam,
terciptanya bibit manusia produktif yang dapat 2007:25)
memberikan kemanfaatan dalam kehidupan Ketiga, mapan secara finansial untuk
sosial. Dengan selektifitas itu pula akan memenuhi kebutuhan si kecil baik
dengan mudah untuk berkomitmen dalam gizi, pakaian dan segala sesuatu yang
menjaga keutuhan keluarga. Senada dengan bisa menjamin kenyamanan hidup anak.
penjelasan Agoes Dariyo, yang terpenting Kebutuhan penting dan awal bagi manusia
dalam pernikahan adalah upaya sejak masa kelahiran sampai kematiannya
mempertahankan keutuhan hubungan adalah kebutuhan jasmani, boleh jadi
pasangan suami istri dan memelihara anak- seseorang yang tak dapat merasakan keceriaan
anak sampi tumbuh menjadi orang yang masih dapat bertahan hidup, tumbuh dan
dewasa dan bertanggung jawab. (Agoes Dariyo, berkembang, meskipun tak kan sempurna,
2007:69) akan tetapi jika kebutuhan jasmaninya tidak
Jika seleksi itu tidak dilakukan, bisa terpenuhi maka ia taka kan mampu
saja perceraian akan terjadi disebabkan adanya melangsungkan kehidupannya. (Ali Qoimi,
ketidak-cocokan di antara keduanya. Tentu hal 2007:107)
ini akan sangat berpengaruh terhadap terhadap Anak, sebagai karunia dari Allah yang
proses perkembangan anak. Perceraian sekaligus merupakan amanah, harus diapresiasi
(divorce) hanya menambah masalah, karena dengan rasa syukur mendalam yang
setelah orang tua bercerai biasanya anak-anak diimplementasikan dalam bentuk ketulusan
menjadi terlantar dan tidak terurus dengan merawat dan membimbingnya menjadi
baik. Anak akan menderita secara psikologis, pribadi tangguh, memiliki kepekaan sosial
sedih, kecewa, depresi dan tidak nyaman hidup yang tinggi dan agar tertanam di dalam
di tengah masyarakat. (Ali Qoimi, 2002:30) dirinya keimanan yang kuat untuk meyakini
Oleh karenanya, orang tua wajib sepenuhnya terhadap adanya sang pencipta
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai seluruh alam beserta keajaiban-keajaibannya.
perjanjian yang telah disetujui bersama dan Tiada sesuatu pun yang diciptakan oleh
menjaga agar rumah tangga terhindar dari Allah yang tidak memiliki orientasi jelas
berbagai guncangan serta menyiapkan sarana dalam rangkaian fenomena kehidupan ini,
bagi pertumbuhan, perkembangan dan melainkan terdapat tujuan yang dapat
kebahagiaan anak-anak. mendukung terhadap bergulirnya kehidupan
Kedua, memahami proses kehamilan dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
perubahan-perubahan pada anak baik secara ciptaan yang ada di alam semesta ini.
fisik maupun psikis agar tidak menimbulkan Misalnya manusia, ia diciptakan sebagai makhluk
hal-hal yang dapat menghambat yang memiliki kapasitas kemuliaan yang lebih
pertumbuhannya selama masa penentuan itu dibandingkan dengan makhluk lainnya,
dan memiliki kesiapan mental terutama bagi disebabkan ia memiliki akal sehingga ia
sang ibu untuk menciptakan kebiasaan- diamanahi untuk mengurusi alam sebagai upaya
kebiasaan positif di saat kehamilannya. menstabilkan kondisi alam tersebut,
sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur‟an
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 25
di saat Dia berkomunikasi dengan para sebahagian dari (akibat) perbuatan
malaikat : mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar). (Q.S. Ar-Ruum: 41).
       
Jadi jelas bahwa yang menjadi
penyebab semua itu adalah tangan jahil
         manusia yang tak lagi mendasarkan dirinya pada
status kemuliaan (khalifah) yang telah
         dikaruniakan kepadanya oleh Allah SWT.
Kaitan dengan pendidikan anak sejak dini,
     Abd. Rahman dalam bukunya: Aktualisasi
konsep dasar pendidikan Islam, sebagaimana
Artinya: “Sesungguhnya Aku hendak dikutip oleh Yasin Musthofa,berpendapat
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. bahwa pengalaman dan pendidikan di masa
Mereka berkata: “Mengapa engkau hendak kanak-kanak akan menjadi kebiasaan dan
menjadikan (khalifah) di bumi menjadi karakter seseorang, namun apabila
itu orang yang akan membuat ada stimulus yang merangsang pengalaman
kerusakan padanya dan menumpahkan hidup yang pernah dialami tersebut, maka watak
darah, padahal kami senantiasa tersebut akan kembali walaupun dalam
bertasbih dengan memuji engkau dan bentuk berbeda. Dalam arti lain, pengalaman
mensucikan engkau? “Allah berfirman: dan pendidikan di masa kanak-kanak akan
Sesungguhnya Aku mengetahui menjadi pondasi dasar bagi anak dan akan
apa yang tidak engkau ketahui”(Q.S. Al- dapat berpengaruh terhadap perkembangan
Baqarah: 30). selanjutnya. (Yasin Musthofa, 2007:14)
Tetapi apakah yang menjadi Menjadi jelas bahwa tanggung jawab
kekhawatiran malaikat (membuat kerusakan dan ini (mendidik anak) adalah merupakan suatu
menumpahkan darah) itu bisa terjadi? Tentu keharusan bagi orang tua sebagai peletak
saja bisa, jika manusia tidak menyadari pondasi akhlak untuk keberlangsungan
bahwa ia memiliki tanggung jawab besar atas hidupnya, oleh karenanya tugas mendidik anak
keberlangsungan kehidupan di muka bumi ini ternyata tidak mudah dilakukan, lebih-lebih
ini. Jika dicermati, ternyata akhir-akhir ini pada zaman sekarang ini.
seringkali terjadi banjir, gempa bumi, Kesulitan-kesulitan menjalankan tugas
pertumpahan darah, pembunuhan dan masih mendidik itu amat terasa, terutama ketika
banyak lagi insiden yang tak lagi mendukung dihadapkan realitas bahwa pengaruh
terhadap kenyamanan hidup, seolah hidup ini lingkungan sudah sedemikian kuat, bahkan
menakutkan. Allah pun menegaskan dalam al- melampaui kekuatan faktor-faktor pendidikan
quran: lainnya. Kenakalan remaja menjadi modus
berita dan topik wacana di masyarakat
        
termasuk di media cetak maupun elektronik.
Wacana disuguhkan oleh berbagai
       pemberitaan adalah kenakalan remaja,
hubungan bebas dengan lawan jenis,
Artinya: “Telah tampak kerusakan di
perkelahian, penggunaan obat terlarang dan
darat dan di laut disebabkan karena
bahkan tindak kekerasan yang tidak selayaknya
perbuatan tangan manusia, supaya Allah
dilakukan.
merasakan kepada mereka
Orang tua memiliki peranan yang amat
penting dalam upaya mendukung perkembangan
26 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
anak, khususnya saat mereka berada pada B. Psikologi Perkembangan Anak
tahapan usia dini. Namun permasalahan Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
seringkali muncul, manakala orang tua sering dalam kitab Tuhfat Al-Maudūd bi
kurang memahami teori perkembangan anak. Ahkām Al-Maulūd
Tidak adanya pendidikan khusus untuk 1. Anjuran Memohon Anak
mempersiapkan seseorang menjadi orang tua Allah berfirman:
juga semakin mempersulit tugas orang tua
       
dalam menangani berbagai permasalahan
perkembangan anak (Samsul Munir Amin, Artinya:“Maka sekarang campurilah
2007:3) mereka dan ikutilah apa yang Telah
Hal ini, telah menjadi perhatian yang ditetapkan Allah untukmu....”(Q.S. Al-
sangat besar dari kalangan developmentalis Baqarah: 187)
barat seperti Rosseau, Gesell, Montessori Syu‟bah meriwayatkan dari Al-Hakam,
dan lain sebagainya. Namun tak terlewatkan dari mujahid, bahwa maksud dari ayat itu adalah
pula menjadi fokus kajian yang dilakukan untuk mendapatkan anak. Begitu juga yang
oleh ulama Islam terdahulu untuk merumuskan dikatakan Al-Hakam, Ikrimah, Al-Hasan Al-
bagaimana psikologi perkembangan anak itu, Nasry, As-Sady, dan Ad-Dhahhak. Sedangkan
salah satu ulama masyhur yang membahasnya pendapat yang paling banyak diterima oleh
adalah Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, terangkum kalangan luas adalah riwayat Ibnu Sa‟d, dari
dalam sebuah judul kitab Tuhfat Al-Maudūd bi bapaknya, bahwa paman saya telah menurunkan
Ahkām Al-Maulūd. hadits ini dari ayahnya, dari Ibnu „Abbas yang
Dalam sebuah pengantarnya, ia mengatakan, “(maksudnya) itu adalah anak”.
menyatakan: Beda halnya dengan pendapat Ibnu Zaid,
Kitab ini menjelaskan hukum-hukum “(maksudnya) adalah bersetubuh”. Lain lagi
yang berkaitan dengan anak, sejak ia dilahirkan dengan pendapat Qatadah, “Carilah
dan belum mencapai usia baligh. Mulai dari keringanan yang telah ditetapkan Allah bagi
aqiqah beserta hukum-hukumnya, mencukur kalian.” Ada sebuah riwayat lain dari Ibnu
rambut, memberi nama, mengkhitannya, „Abbas di mana ia mengatakan, (maksudnya)
bagaimana hukum air kencingnya dan adalah lailatul-qadar”. (Ibnu Qoyyim Al-Jauziah,
bagaimana pula menindik telinganya, hukum- 2001:37)
hukum mendidiknya, dan Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa
perkembanganperkembangannya sejak dari prosedur yang dianjurkan itu adalah pada
wujud nuthfah hingga keberadaannya di surga saat melakukan hubungan seksual tidak
dan neraka. (Ibnu Qoyyim Al- Jauziah, 2001:36) diniati semata-mata karena ingin
melampiaskan hawa nafsu, akan tetapi
Ia telah mengetengahkan bahasan- didasarkan pada sebuah keyakinan dan
bahasan yang berkaitan dengan psikologi kesungguhan memohon akan adanya karunia
perkembangan anak sejak saat kelahirannya, yang akan diberikan oleh Allah pada saatnya
memilihkan nama yang baik untuknya, nanti, yaitu anak saleh yang kelak memiliki
menyembelih binatang „aqiqah atas nama dia totalitas dalam beribadah kepada Allah dan
sebagai ungkapan syukur kepada Allah, dan tidak menyekutukanNya.Ini berarti bahwa
lainnya dari apa yang dirangkum oleh Ibnu agama Islam tidak mengabaikan satupun
Qayyim AlJauziyah dalam kitab tersendiri aspek yang menyokong kehidupan, selain
dengan judul Tuhfat Al-Maudūd bi Ahkām pula memberikan hak fitrah yang
AlMaulūd. berpengaruh dalam menciptakan kebahagiaan
manusia. Islam menganjurkan kaum muslimin
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 27
untuk memenuhi kebutuhan seksual dan tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai
menjalani kecenderungan instingnya dengan terbentuk dari susunan sel. Meskipun
metode yang sehat dan dihalalkan. bentuk luar masih jauh berbeda
Dua hal yang menjadi titik puncak dari disbanding kan manusia dewasa, beberapa
tujuan diciptakannya manusia sebagaimana bentuk seperti mata dan tangan, bahkan
dinyatakan Ibnu Qayyim yaitu pertama telinga dan kaki mulai dapat dikenali.
beribadah kepada Allah dan kedua tidak c. Tahap Fetal
menyekutukanNya, menurut penulis, yang Memasuki tahap ketiga dari dari kehamilan,
pertama, perbuatan itu mengindikasikan embrio disebut fetus. Tahap ini berlangsung
eksistensi manusia yang sebenarnya sebagai sekitar 30 minggu, mulai dari minggu
hamba („abdullah) dan pemegang amanah dari kedelapan kehamilan dan berakhir sampai
Allah untuk mengendalikan peredaran saat lahir. Dalam tahap ini, wajah,
kehidupan dunia ini (kholifah). Hal ini dapat tangan, dan kaki dari fetus mulai terlihat
diukur dengan proporsinya melakukan berbeda dan fetus tampak dalam bentuk
iadahibadah yang bersifat ritual (sholat, manusia. Selain itu, otak juga telah
zakat, puasa, dan haji) maupun sosial terbentuk, dan mulai menjadi lebih
(menghargai sesama, peduli terhadap oarang- kompleks dalam beberapa bulan. Dalam
orang miskin, menyelenggarakan pendidikan tahap fetal bentuk manusia telah dapat
untuk kebutuhan masyarakat, membangun dikenali, berbeda daripada
tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya) tahap embrio yang lebih menyerupai
selama hidupnya. segumpal daging. Lebih lanjut
2. Perkembangan Janin Masa Konsepsi perkembangan manusia diterangkan dalam
Perkembangan pada manusia dimulai ayat al-qur‟an sebagaimana berikut:
pada saat konsepsi atau pembuahan, yaitu pada 3. Perkembangan Anak
pembuahan telur oleh spermatosoma. Bila Mengenai perkembangan anak, Ibnu
spermatosoma laki-laki memasuki dinding telur Qayyim memulai menjelaskannya dari kondisi
(ovum) wanita, terjadilah konsepsi. bayi yang masih dalam keadaan lemah, di
Jika dibahas dalam tiga tahap (tahap mana bayi mengalami keadaan yang sama
geminal, tahap embrio dan tahap fetus) sekali baru ia hanya bisa menangis setelah
seperti, maka perkembangan janin tersebut berbulan-bulan berada di dalam rahim ibunya.
sebagaimana dijelaskan oleh Aliah B. Menurutnya keadaan lemah itu dialaminya
Purwakania Hasan (Purwakania Hasan, 2007:76- dikarenakan terpisahnya ia dari kebiasaan dan
78) adalah sebagai berikut: tempat sebelumnya.Berpandangan pada hal
a. Tahap Germinal (Pra-embrionik) tersebut, penulis juga ingin menukil pendapat
Tahap germinal atau tahap praembrionik Zulkifli, bahwa bayi yang baru lahir
merupakan awal dari kehidupan manusia. merupakan makhluk kecil yang tidak berdaya;
Proses ini dimulai ketika sperma kelangsungan hidupnya bergantung pada belas
melakukan penetrasi terhadap telur dalam kasihan dan pertolongan orang lain. Untuk
proses pembuahan, yang normalnya terjadi kelangsungan hidup itu, alam membekali dua
akibat hubungan seksual antara laki-laki dan kepandaian yang disebut insting yaitu insting
perempuan, pada tahap ini zigot dibentuk. mengisap dan menangis. (Zulkifli, 2006:6)
b. Tahap Emrbrio F.J. Monk, A.M.P., Knoers, dan Siti
Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, Rahayu Hadinoto juga menjelaskan bahwa
berlangsung lima setengah minggu. Tahap bayi yang baru dilahirkan menunjukkan
embrio mulai ketika zigot telah tertanam banyak gerak refleks. Masa ini kurang ada
dengan baik pada dinding rahim. Dalam perkembangan psikologis yang menarik karena
28 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
anak hanya melakukan tingkah laku -tingkah kepribadian diri pada anak dalam keluarga.
laku yang instinktif. Penelitian-penelitian Agoes Dariyo menyatakan, masing-masing
dilakukan mengenai tingkah laku instinktif apa keluarga dapat memilih jenis pola pengasuhan
saja yang dilakukan oleh anak pada hari-hari yang sesuai dengan karakteristik keluarganya
pertama sesudah dilahirkan. Diketemukan sendiri, tetapi hal yang terpenting dalam
bahwa 7% waktunya digunakan untuk maka, pengasuhan terhadap anak-anak adalah
jadi reaksi yang positif, 1% untuk tingkah laku menggunakan aspek komunikasi dua arah antara
spontan dan kurang lebih 88% untuk tidur atau orang tua dengan anak-anak
semacamnya. Hal inilah yang menyebabkan Pendidik terpenting bagi anak adalah
bahwa periode ini dulu disebut sebagai periode orang tua, orang tua adalah orang dewasa
tidur. (FJ Monk, 2008:59-60) dimana mereka harus menyesuaikan diri
4. Hal-Hal yang Mengiringi Perkembangan Anak mereka dengan pribadi anak. Menerima watak
Anak dalam perkembangannya anak dan memahami bentuk-bentuk perilaku
memerlukan contoh, dalam Islam anak dan menghasilkan kesesuaian, empati
percontohan yang diperlukan itu disebut antara orang tua dan anak. Anak merupakan
uswah hasanah, atau keteladanan. Keteladan amanah bagi orang tua. Allah menjadikan
ini pertama kali diperoleh dari lingkungan manusia dengan target manusia beribadah
keluarga. Biasanya seorang anak akan pada-Nya dan menjadi khalifah di muka
mencontoh perbuatan orang terdekat, orang bumi. Oleh karena itu peran seorang pendidik
yang dicintai, orang yang dikagumi, atau orang adalah sosok arsitektur pembentuk jiwa dan
yang memiliki kewibawaan. (Ahmad Kholil, watak anak didik yang berguna bagi agama,
2006:380) nusa dan bangsa serta membangun segala
Ibnu Qayyim yang tercatat sebagai potensi anak didik dalam rangka pencapaian
ulama mahir di segala bidang, pun tujuan pendidikan.
menjelaskan kewajiban orang tua dalam 5. Hakikat Perkembangan
mendidik anak-anaknya, sedemikian rinci tugas Term ini merupakan inti pokok ulasan
pokok orang tua dalam mendidik anak telah mengenai perkembangan manusia yang
diuraikannya, oleh karena dalam uraian ini dianalisis secara tajam oleh Ibnu Qayyim Al-
terdapat beberapa kesamaan maka penulis Jauziyah. Sebuah ajakan kontemplatif yang
akan menyederhanakannya menjadi beberapa patut diapresiasi sebagai sandaran
sub pokok bahasan, yaitu: pemahaman untuk menemukan hakikat diri
a. Mendidik anak dengan kasih saying setiap manusia; dari apa dan untuk apa ia
Ibu yang mulia akan mendidik anaknya diciptakan, serta kemana ia akan
melalui kelembutan senyum, tatapan dan dikembalikan.Piaget dengan teori yang
bisikannya, yang dengannya ia membangun dicetuskannya yaitu teori kognitif yang
hubungan yang harmonis dengan sang anak. didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan
Seorang bapak yang agung akan mendekap kognitif merupakan sesuatu yang fundamental
anaknya, mencium dan bercanda dengannya, dan yang membimbing tingkah laku anak.
serta sabar atas kesalahan anaknya. Dan sikap Dengan kemampuan kognitif ini, maka anak
keduanya (bapak dn ibu) itu harus dilakukan dipandang sebagai individu yang secara aktif
dalam kerangka mencari keridhaan Allah. membangun sendiri pengetahuan mereka
b. Mmebiasakan anak dengan etika yang tentang dunia.
baik (Berakhlaqul Karimah) Lebih lanjut Ibnu Qayyim menyatakan,
Memilih dan menerapkan pola Allah telah menunjukkan diri-Nya dengan
pengasuhan (parenting style) adalah penting sangat jelas, lewat petunjuk-petunjuk yang
dilakukan oleh orang tua untuk pengembangan bisa disaksikan oleh setiap hamba-Nya. Di
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 29
antara petunjuk-petunjuk itu adalah keadaan C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hamba itu sendiri, bagaimana sampai ia ada, perkembangan anak perspektif Ibnu
bagaimana rumitnya penciptaannya, keajaiban Qayyim Al-Jauziah
pada makhluk-makhluk lain yang diciptakan- Anak dalam perkembangannya mempunyai
Nya, bukti-bukti tentang kekuasaan-Nya dan tugas yang sama dengan usianya. Namun
bukti-bukti tentang hikmah-Nya. Allah juga realita dan praktek perkembangan anak berbeda-
telah mengajak umat manusia untuk melihat beda antara anak satu dengan yang lain. hal
bagaimana ia pertama kali diciptakan dan ini disebabkan perbedaan intelegensi,
bagaimana disempurnakan. kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial,
Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan bakat dan minat anak itu. Oleh karenanya Ibnu
antara paradigma Ibnu Qayyim dan paradigma Qayyim Al-Jauziyah-selain develop mentalis
Barat tentang psikologi perkembangan, dapat kontemporer- juga memberikan penjelasan
dilihat tabel mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan
berikut ini: faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
Tabel 1. Perbedaan Psikologi Perkembangan perkembangan anak. Ulasannya adalah sebagai
Ibnu Qayyim dan Psikologi Perkembangan berikut:
Barat 1. Faktor hereditas dalam perkembangan anak
Hal yang
Paradigma Dari penjelasan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
No Ibnu Paradigma Barat mengenai pengaruh hereditas, penulis
dikaji
Qayyim
memahaminya bahwa gagasan Ibnu Qayyim
1 Objek Manusia, Manusia, hanya
kajian memiliki memilikidimensi memiliki keterkaitan yang erat dengan
dimensi insaniah developmentalis modern yaitu Schopenhauer
ilahiah (antroposentris) yang merumuskan bahwa hereditas (totalitas
(teosentris) sifat-sifat karakteristik yang dipindahkan dari
orang tua ke anak keturunannya) memiliki
2 Pendekatan Berdasarkan Berdasarkanmetode
metodologis metodologi positivisme logikal peran yang sangat penting dalam
tafsir al- yang membatasi kajian menentukan perkembangan tingkah laku
qur‟an dan perkembanganmanusia seseorang. Yang kemudian aliran ini dikenal
assunnah secara ketat dalam dengan sebutan nativisme.
batasan konteks
M. Jindar Wahyudi pun menjelaskan,
kekuatan dan
pengaruh alamiah bahwa sifat-sifat dan ciri-ciri dari orang tua
yang menurun secara genetika kepada anak-
Dari gambaran yang demikian dapat anaknya sangat banyak macamnya, namun
diketahui bahwa aliran-aliran psikologi kadang-kadang muncul sifat-sifat dan ciri-ciri
perkembangan dalam berbicara tentang yang tidak berasal dari orang tuanya sendiri
perkembangan manusia sangat beragam dan tetapi muncul dari jalur ke atas keturunan kedua
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya orang tuanya. (M.Jidar Wahyudi, 2006:82-83)
masing-masing. Namun perbedaan gagasan itu 2. Faktor lingkungan dalam perkembangan
seharusnya diimbangi dengan sebuah anak
kesadaran transendental yakni mendasarkan AnjuranIbnu Qayyim agar dalam mengiringi
terjadinya proses perkembangan manusia proses perkembangan, setidaknya anak ada dua
kepada Tuhan yang Kuasa sebagai pemilik hal yang bisa dilakukan oleh orang tua, yaitu:
otoritas kehidupan ini menjadi mutlak a. Melantunkan adzandi telinga kanan anak
sebagaimana dikemukakan oleh tokoh reformis yang baru lahir dan iqomah di telinga
Islam yaitu Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. kirinya

30 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


Berdasarkan penjelasan Ibnu Qayyim, lingkungan (seperti contoh di atas). Dengan
bahwa mengumandangkan adzan pada demikian, hal tersebut tidak dapat
telinga kanan bayi, yakni suara adzan itu diterangkan dalam keranda penyelidikan
menjadi seruan awal kepada Allah, kepada material atau empirik. Jika psikolog tidak
agama Islam, dan ibadah untuk Allah, memperluas horizon dari pedekatan mereka
untuk mendahului seruan yang dengan meneliti faktor kehendak dan kekuasaan
dihembuskan setan. Sehingga fitrah yang Allah di atas segalanya, termasuk perkembangan
menjadi pola dasar penciptaan manusia tidak psikologi manusia, penelitian psikologi akan
didahului oleh perubahan yang dibuat setan. tetap tidak lengkap dan pengetahuan tentang
Atau untuk menghindarkannya dari diri juga mas ih tidak utuh.
perubahan yang direncanakan setan, atau Perbedaan pandangan mengenai faktor-faktor
untuk hikmah-hikmah lain. yang dapat mempengaruhi perkembangan
b. Member nama yang baik pada anak anak tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
Dalam hal ini Ibnu Qayyim memberikan ini:
penjelasan, bahwa secara kejiwaan orang Tabel 2. Faktor-faktor yang dapat
yang punya nama yang baik akan malu mempengaruhi perkembangan anak
dengan namanya sendiri. Akibatnya, perspektif Ibnu Qayyim dan perspektif Barat
pengaruh namanya akan membawanya No Perspektif Ibnu Perspektif Barat
untuk melakukan perbuatan yang sesuai Qoyyim
dengan tuntutan namanya dan menjauhi 1 Faktor herediter, Nativisme, aliran yang
totalitas sifatsifat menitikberatkan
amal perbuatan yang berlawanan dengan
karakteristik yang pandangannya pada
nafas nama tersebut. dipindahkan dari peranan sifat bawaan,
3. Faktor ketentuan Allah dalam orang tua ke keturunan dan kebakaan
perkembangan anak Anakketurunannya sebagai penentu
Faktor inilah yang memantau dan perkembangan tingkah
laku anak.
menjaga besarnya kekuatan alam dan
2 Faktor lingkungan, Empirisme, aliran yang
pengasuhan yang memengaruhi kehidupan lingkungan dapat menitikberatkan
dan perkembangan manusia. Hal ini dapat memengaruhi pandangannya pada
diterapkan pada semua aspek perkembangan. keseluruhan peranan lingkungan
Contohnya, perkembangan kognitif bukan perkembangananak. sebagaipenentu
perkembangan tingkah
semata-mata produk warisan genetik, ataupun
laku anak
semata-mata produk lingkungan. Sebab pada 3 Faktor kehendak Konvergensi, aliran yang
prinsipnya, ia merupakan kehendak dan Allah, meskipun menggabungkan dua
kekuatan Allah. Sehubungan dengan hal ini, hereditas dan aliran di atas. Hereditas
hereditas dan lingkungan merupakan media di lingkungan tidak akan berkembang
merupakan faktor secara wajar apabila tidak
mana Allah menunjukkan kecenderungan pola
yang tak dapat diberi rangsangan dari
dari perkembangan individu. Dengan diragukan sebagai faktor lingkungan.
demikian, kedua faktor ini memiliki batasan faktor yang dapat Sebaliknya, rangsangan
dalam memengaruhi kecenderungan psikologi memengaruhi lingkungan tidak akan
seseorang secara keseluruhan, batasan perkembangan membina perkembangan
manusia, ada faktor tingkah laku yang ideal
tersebut telah ditentukan oleh Allah.
ketiga yang lebih tanpa didasari oleh faktor
Dalam kajian psikologi, faktor ini signifikan dan hereditas.
merupakan hal yang penting untuk dominan. Faktor ini
diperhatikankarena banyak hal yang terjadi adalah kehendak dan
dalam kehiduan manusia yang tidak dapat kekuatan Allah yang
tidak terbatas.
digolongkan ke dalam faktor herediter atau
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 31
Pandangan Ibnu Qayyim yang bercorak psikologi perkembangan modern, tingkah
moderat itu adalah sebagai respon bijaksana laku manusia dikaji dan diperlakukan
akan adanya perbedaan di kalangan dengan sudut pandang materialistik Barat.
developmentalis yang terjadi sejak dulu. Abdul Melalui cara ini, manusia secara
Mujib pun menyoroti hal tersebut, ia fundamental dilihat sebagai makhluk
menyatakan bahwa diskursus psikologi materi. Sedangkan spiritualitas atau
perkembangan Islam, sebagaimana yang komponen di dalamnya kurang dihargai
berkembang di dalam tradisi ilmu-ilmu atau bahkan diabaikan sepenuhnya.
keislaman klasik (terutama teologi), lebih banyak Pengabaian komponen spiritual pada
menyoroti siapa yang memiliki otoritas dalam manusia dianggap menjadi perlu karena
menciptakan perkembangan tingkah laku, keberadaannya tidak dapat memenuhi
bukan lagi mempermasalahkan faktor apayang standar empirisme yang kaku, yang
mempengaruhi perkembangannya. (Abdul menuntut keakuratan dan presis ilmiah.
Mujib, 2007:124) 3. Psikologi perkembangan perspektif Ibnu
Qayyim juga membahas faktor-faktor yang
D. Kesimpulan dapat mempengaruhi perkembangan anak.
Berdasarkan analisis yang telah Jika psikologi perkembangan anak
penulis lakukan maka terdapat beberapa perspektif Barat, disebutkan ada tiga hal
kesimpulan sebagai berikut: yang dapat mempengaruhi perkembangan
1. Psikologi Perkembangan Anak Perspektif anak; faktor hereditas yang dikenal
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab dengan aliran nativisme, faktor
Tuhfatul Maudūd bi Ahkāmil Maulūd lingkungan yang dikenal dengan aliran
merupakan psikologi perkembangan yang empirisme dan konvergensi
mengkaji aspek perkembangan manusia (penggabungan dua pandangan tersebut),
khususnya anak dalam perspektif Islam. maka Ibnu Qayyim memberikan
Dengan demikian, secara umum pembahasan yang berbeda yaitu faktor
psikologi perkembangan yang digagas hereditas, lingkungan dan yang leb ih
oleh Ibnu Qayyim memiliki kesamaan dominan adalah faktor kehendak Allah.
objek studi dengan psikologi
perkembangan, yaitu proses pertumbuhan
atau perubahan manusia. Namun, jika
psikologi perkembangan membatasi DAFTAR PUSTAKA
penelitiannya pada objek material saja,
maka melalui studi literatur keagamaan, Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 2001, Tuhfatul
psikologi perkembangan perspektif Ibnu Maudūd bi Ahkāmil Maulūd, Beirut:
Qayyim ini dapat memperluas ruang Dar al-kitab al-‟Arabi.
lingkup penelitiannya pada kehidupan Departemen Agama Republik Indonesia,
yang bersifat transendental. 2002, Al-Qur‟an dan Terjemahannya,
2. Berbeda dengan psikologi perkembangan Surabaya: Penerbit Al-Hidayah.
lainnya, psikologi perkembangan Dewantara, Ki Hadjar, 1962, Bagian Pertama:
perspektif Ibnu Qayyim secara Pendidikan,Jokjakarta: Madjelis
fundamental memandang manusia sesuai Luhur Persatuan Taman Siswa.
dengan citranya sebagai khalifah Allah di Jindar Wahyudi, M., 2006, Nalar Pendidikan
muka bumi, seperti yang diterangkan Qur‟ani, Yogyakarta: Apeiron
dalam al-qur‟an dan hadits sebagai Philotes.
landasan berpikirnya. Misalnya dalam
32 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Kholil, Ahmad, 2006, Jurnal “el-Harokah” Pribadi, Sikun, 1981, Menuju Keluarga
Studi Islam dan Kebudayaan, Bijaksana, Bandung: Yayasan Sekolah
Manusia di Muka Cermin Ibnu Arabi,tk: t.p, Isteri Bijaksana.
vol.63. Purwakania Hasan, Aliah B., 2006, Psikologi
Moleong, Lexi J., 1989, Metodologi Penelitiaan Perkembangan Islami, Menyingkap Rentang
Kualitatif,Bandung: PT. Remaja Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga
Rosdakarya. Pascakematian, Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Monk, F.J. dkk., 2002, Psikologi Perkembangan, Qaimi, Ali, 2002, Menggapai Langit Masa Depan
Pengantar dalam berbagai Anak, Bogor: Penerbit Cahaya.
bagiannya,Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Santoso, Mudji, 1996, Hakekat, Peranan, dan Jemis-
Mujib, Abdul, 2006, Kepribadian dalam jenis Penelitian pada Pembangunan Lima Tahun Ke
Psikologi Islam, Jakarta: PT Raja VI, dalam Imron Arifin (ed.), Penelitian Kualitatif
Grafindo Persada. dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang:
____________ dan Mudzakir, Jusuf, 2002, Kalimasahada.
Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Sholeh, Moh., 2008, Bertobat Sambil Berobat,
Jakarta: PT Raja Grafindo. Rahasia Ibadah Untuk Mencegah
Musthofa,Yasin, 2007, EQ untuk anak usia dan Menyembuhkan Berbagai Penyakit, Jakarta:
dini dalam pendidikan Islam, Penerbit Hikmah.
Yogyakarta: Sketsa. Zainuddin, M., 2004, Karomah Syaikh Abdul
Nur Islam, Ubes, 2007, Mendidik Anak dalam Qadir al-Jailani, Yogyakarta:
Kandungan : OptimalisasiPotensi Pustaka Pesantren.
Anak Sejak Dini, Jakarta: Gema Insani, cetakan Zulkifli L., 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung:
kelima. PT Remaja Rosdakarya.

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 33


REVITALISASI TAMAN KOTA PASURUAN
SEBAGAI WAHANA PENDIDIKAN LITERASI WARGA MASYARAKAT
Oleh:Alfan Arifuddin
Guru MA Assholach Gondang Wetan

A. Latar Belakang Masalah Namun sayang, keanehan


Wahyu pertama yang turun kepada tampaknya terjadi pada umat Islam saat ini.
Nabi Muhammad adalah perintah membaca. Mereka tahu bahwa perintah pertama adalah
Seluruh umat Islam tau itu. Bahkan anak SD membaca, tapi tidak melaksanakannya.
pun mengetahui hal itu. Mengapa Allah Padahal, sejarah menyatakan bahwa kejayaan
justru perintah membaca yang turun umat Islam dahulu dikarenakan ketrampilan
pertama kali, bukan solat, zakat, puasa, haji, literasinya, dan sejatinya, membaca adalah
atau amala ibadah yang lain. Ini sebuah kegiatan yang menjadi tolak ukur
misteri yang jika dipelajari lebih lanjut, pengembangan intelektualitas suatu negara.
banyak mengandung hikmah. Bisa disimpulkan, jika suatu negara memiliki
Pada perang Badar, Nabi minat baca rendah, maka rendah pula
Muhammad memeiliki kebijakan yang ganjil kualitas warga masyarakatnya.
terhadap tawanan perangnya. Para tawana Membaca pada era ini, merupakan
yang miskin ditawari sebuah kesepakatan, suatu keharusan yang mendasar untuk
yakni diminta mengajar sepuluh anak membentuk perilaku seseorang. Dengan
Madinah dalam hal membaca dan menulis. membaca seseorang dapat menambah
Jika mereka sudah bisa mengajari sepuluh informasi dan memperluas ilmu
anak tersebut, tawanan perang badar bisa pengetahuan serta kebudayaan. Sumber
dibebaskan tanpa membayar apapun. literasi sesungguhnya sudah semakin mudah,
Padahal, saat itu tebusan untuk tawanan beberapa perusahan besar sudah turut
perang senilai 1000-1400 dirham. Sungguh memprogramkan budaya literasi dalam
nilai yang fantastis untuk kebutuhan smartphone, mulai dengan koleksi buku-
peperangan pada masa itu tapi Nabi buku digital, aplikasi menulis buku dengan
Muhammad lebih memilih ketrampilan mudah, atau program lain yang
membaca dan menulis bagi ummatnya berhubungan dengan kegiatan literasi.
(Dharma, 2015). Tetapi percuma jika tidak ada dukungan
Seratus tahun kemudian, kita lihat penuh dari berbagai pihak. Niscaya kualitas
Islam berhasil mencapai kejayaan berkat pertumbuhan sumber daya manusianya
kemampuan literasinya. Zaman kejayaan tetap akan terus tergerus dan tertinggal dari
Islam (sekitar tahun 750M-1258M) adalah negara lain.
masa dimana para Ilmuwan menghasilkan Badan Pusat Statistik (dalam
banyak kontribusi terhadap perkembangan Hapsari, 2009) pada tahun 2003
teknologi dan kebudayaan. Blomm dan Blair menunjukkan minat baca masyarakat yang
(2002) menyatakan rata-rata tingkat masih rendah.
kemampuan literasi (kemampuan membaca
dan menulis) dunia Islam pada abad
pertengahan lebih unggul daripada
Byzantium dan Eropa. Karya tulis
ditemukan diberbagai tempat.
34 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
No Bahan Bacaan Prosentase Selain itu, dikutip dari m.jpnn.com,
terungkap fakta yang mencengangkan. Bahwa
1 Koran 55.11%
dari pemeringkatan literasi internasional oleh
2 Majalah 29.22%
Most Literate Nations in the World, yang
3 Cerita 16.72%
diterbitkan Central Connecticut State
4 Buku Pelajaran 44.28 %
University, Maret 2016. menunjukkan bahwa
5 Buku Ilmu 21.07% tingkat kemampuan membaca dan menulis
Pengetahuan masyarakat Indonesia masih sangat
Tabel 1: Pembaca usia 15 tahun ke atas ketinggalan. Indonesia berada di urutan ke-60
Data BPS lainya (dalam Hapsari, 2009) dari total 61 negara. Indonesia hanya lebih baik
juga menunjukkan bahwa penduduk Indonesia dari Botswana. Posisi paling atas diduduki
belum menjadikan membaca sebagai informasi. Negara Finlandia, kemudian disusul Norwegia,
Masyarakat Indonesia lebih memilih menonton Islandia, Denmark, Swedia, dan
televisi dan mendengarkan siaran radio. Malahan Swiss. Sementara jika hasil pemeringkatan itu
kecenderungan cara mendapatkan informasi dikupas khusus faktor keberadaan perpustakaan
lewat membaca cenderung tidak berubah sejak atau infrastruktur literasi, posisi Indonesia naik
tahun 1993. Hanya naik sekitar 0,2%. Jauh jika di urutan ke 36. Indonesia mengungguli Korea
dibandingkan dengan menonton televisi yang Selatan di urutan 42, Malaysia diurutan 44,
kenaikan persentasenya mencapai 211, 1%. Data Jerman diurutan 47, Belanda diurutan 53, dan
pada tahun 2006 menunjukkan bahwa orang Singapura di urutan 59. Jadi, dalam
Indonesia yang membaca untuk mendapatkan pengembangan infrastruktur, Indonesia terus
informasi baru 23,5 % dari total penduduk. meningkat, tetapi belum mampu
Sedangkan, dengan menonton televisi sebanyak memanfaatkannya secara optimal.
85,9% dan mendengarkan radio sebesar 40,3 %. Kota Pasuruan, dimana dalam hal ini
(guahira.or.id) menjadi lokasi penelitian penulis, ternyata juga
Laporan studi Programme for International masih memiliki minat baca yang rendah. Hal ini
Student Assessment (PISA) tahun 2003 dilihat dari sepinya pengunjung bazar buku
menunjukkan bahwa literasi membaca siswa dalam dua tahun terakhir. Pada tahun 2015,
Indonesia berada di posisi ke 39 dari 43 negara salah satu Penerbit dari jogja menggelar bazar
(OECD, 2004). Pada tahun 2006 prestasi literasi buku murah, namun pengunjungnya masih
membaca siswa Indonesia berada pada kalah dengan konser music yang telah diadakan
peringkat ke 48 dari 56 negara, Selanjutnya hasil oleh beberapa Perusahaan di beberapa titik di
studi Progress in International Reading Literacy Kota Pasuruan. Pada tahun 2016 ini, bazar buku
Study (PIRLS) tahun 2006 dalam bidang yang telah diadakan di tempat yang sama, yakni
membaca pada anak-anak kelas IV sekolah dasar di Gedung Yonzipur, ternyata juga semakin
di seluruh dunia di bawah koordinasi The sedikit pengunjung. Hal ini terungkap dari
International Association for the Evaluation of panitia penyelenggara saat penulis datang ke
Educational Achievement (IEA) yang dikuti 45 tempat tersebut.
negara/negara bagian, baik berasal dari negara Jika kita ingat, di Kota Pasuruan sendiri
maju maupun dari negara berkembang, hasilnya terdapat toko buku Ceria yang sempat exis
memperlihatkan bahwa peserta didik Indonesia sampai beberapa tahun. Penulis sempat
berada pada peringkat ke 41 (OECD, 2006). melakukan wawancara dengan salah satu
Pada tahun 2009 budaya membaca masyarakat pegawai, apa rahasia toko ini masih exis hingga
Indonesia menempati peringkat paling rendah sekarang. Ia mengatakan bahwa, pemiliknya
dari 52 Negara di Asia Timur (Dharma, 2015) adalah orang jogja yang sudah memiliki
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 35
beberapa toko di Jogja. Setidaknya, toko buku dalam hal ini, harus turut serta menyediakan dan
yang berada di Pasuruan hanya sebagai asset membangun fasilitas-fasilitas taman baca agar
saja. Tetapi, kini toko tersebut pun telah tutup. memudahkan warga masyarakat untuk
mengakses sumber-sumber literasi.
Sekitar tahun 2011 dibangun toko buku
Togamas di Kota Pasuruan, untuk memenuhi Taman kota Pasuruan, sebagai salah satu
kebutuhan para pecandu buku. Ternyata, toko pusat kegiatan warga masyarakat perlu untuk
tersebut hanya buka sekitar 3-4 bulan saja. diberdayakan lebih optimal dan positif. Selain
Pegawai toko buku tersebut mengungkapkan, untuk kegiatan remaja saling berkumpul, mereka
biaya operasional yang dikeluarkan ternyata juga perlu dikenalkan dengan sumber dan
lebih besar dari jumlah penjualan buku yang ada. aktivitas yang berhubungan dengan literasi. Oleh
Alhasil, penutupan toko buku yang memiliki sebab itu, dalam hal ini penulis berupaya untuk
jargon diskon seumur hidup pun juga harus membahas tentang Revitalisasi Taman Kota
dilakukan. Sebagai Wahana Pendidikan Literasi Warga
Masyarakat.
Disayangkan memang, kegiatan literasi
dengan membaca buku oleh para siswa, B. Kajian Teori
mahasiswa dan warga masyarakat masih sangat 1. Revitalisasi
minim. Mereka lebih suka membaca artikel Menurut Rais (2007) revitalisasi adalah
melalui media internet, itupun jika hanya ada upaya untuk memvitalkan kembali suatu
tugas sekolah maupun kuliah. Padahal, jika kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah
dilihat lebih dalam, kualitas penulisan artikel hidup tetapi kemudian mengalamni
yang tersebar di dunia maya belum tentu dapat kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu
dipertanggung jawabkan, isinya pun hanya kawasan, aspek yang dicakup di antaranya
sekilas. Hal ini perlu diwaspadai, karena adalah perbaikan dalam aspek fisik, ekonomi
ditakutkan, mereka yang terbiasa dengan ini, dan social. Danisworo (2002) menyebutkan
akan mengalami kedangkalan informasi, bahwa pendekatan revalitasi harus mampu
disebabkan oleh kajian yang tidak tuntas dan ala mengenali dan memanfaatkan pula potensi
kadarnya. Terlebih dalam mengerjakan tugas yang ada dalam lingkungan sekitar seperti
sekolah maupun kuliah, mereka lebih suka hal sejarah, makna serta keunikan dan citra lokasi.
yang instan, tinggal copy dari internet, sedikit Revitalisasi sendiri bukan hanya
editing dan dikumpulkan. Sempat penulis berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik
diminta untuk mencarikan sebuah buku lama belaka, namun juga harus disertai peningkatan
untuk referensi penulisan skripsi oleh salah satu ekonomi serta pengenlaan budaya yang ada.
mahasiswa di Kota Pasuruan. Ia, berharap dapat Laretna (2002) menjelaskan bahwa dalam
menemukan satu buku yang sama persis dengan pelaksanaan revitalisasi diperlukan adanya
daftar pustaka miliknya, karena selama ini, keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang
penulisan skripsi yang ia lakukan adalah copy dimaksud bukan hanya sekedar ikut
paste, sedangkan ketika melakukan ujian skripsi, mendukung secara formalitas. Tapi juga
mahasiswa tersebut harus membawa buku berpartisipasi dalam kegiatan yang ada.
referensi yang telah dipergunakan. Aktivitas copy Sebagai kegiatatan yang sangat kompleks,
paste sebuah tugas, menunjukkan bahwa Rais (2007) membagi revitalisasi menjadi
aktivitas membaca masih belum membudaya. beberapa tahapan dan membutuhkan kurun
waktu tertentu yang meliputi hal berikut:
Pada dasarnya, meningkatnya aktivitas
1. Revitalisasi fisik, yakni proses yang
membaca tidak terbatas pada minat saja, tapi
mengawali kegiatan revitalisasi secara fisik
juga ketersediaan bahan bacaan. Pemerintah
dan dilakukan secara bertahap, meliputi
36 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
perbaikan dan peningkatan kualitas dan akan muncul kualitas olah pikir yang
kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem berkualitas.
penghubung, sistem reklame dan ruang
Snow (dalam Mc Cartney and Philips,
tebuka
2008) menguraikan beberapa aspek literasi:
2. Revitalisasi Ekonomi, yakni revitalisasi yang
diawali dengan proses peremajaan artefak 1. Komponen vs Holistik
urban ,dimana hal ini harus mendukung Literasi dipandang sebagai hasil dari
kegiatan ekonomi. Menurut Hall dan Pfeifer berbagai komponen ketrampilan yang
(dalam Dharma, 2015), perbaikan fisik dan penting seperti kesadaran fonologis,
kawasan yang bersifat jangka pendek pengetahuan huruf, kecepatan membaca
mampu mengakomodasi kegiatan ekonomi dan urutan huruf. Sedangkan holistik
baik secara formal dan informal sehingga memfokuskan literasi sebagai aktivitas
menjadi nilai tambah bagi kawasan kota. social.
3. Revitalisasi Sosial, yakni revitalisasi yang 2. Solitari vs Sosial
tidak hanya menciptakan suatu kawasan Literasi dipandang sebagai kemampuan
yang indah, namun juga berdampak positif kognitif individual, psikolinguistik dalam
bagi masyarakat sekitar. Sudah menjadi kepala yang melibatkan alur dan organisasi
sebuah tuntutan logis, bahwa suatu kawasan syaraf. Sedangkan pandangan social,
dalam pembangunan mampu menciptakan menganggap bahwa lieterasi adalah sebuah
lingkungan social yang berjati diri. akses dalam mendapatkan pengetahuan
yang sifatnya interaktif, dan kolaboratif.
2. Pendidikan Literasi 3. Diajarkan vs natural
Literasi dapat dipandang sebagai proses
Meski istilah literasi sudah dipakai secara
pengajaran sehingga kualitas pengajaran
umum puluhan tahun lalu, tapi banyak orang
menjadi sangat penting. Sedangkan secara
yang masih bertanya-tannya tentang apa itu
natural, literasi terjadi dikarenakan adanya
literasi. Konsep literasi fungsional baru
motivasi dan kesempatan yang ada
dikembangkan pada dasawarsa 1960an
4. Fungsional vs Kultural
(Gomez, dalam Dharma, 2015). Secara bahsa,
Secara fungsional, literasi dipandang sebagai
Literasi adalah kemampun baca dan tulis,
keahlian teknis untuk mempermudah
selanjutnya Kuder and Hasit (2002)
menyelesaikan pekerjaan seperti menerima
menjelaskan bahwa literasi adalah proses
informasi, bekerja atau memasuki
membaca, menulis, berbicara, mendengar
lingkungan baru. sedangkan secara kultural,
membayangkan dan melihat. Dalam proses
literasi sebagai factor dalam identitas diri
membaca itu sendiri, terjadi proses yang sangat
dan social, sumber pembentukan jati diri
rumit, yaitu proses kognisi, linguistik, dan
serta sebuah kekuatan untuk
aktivitas social. Pembaca secara aktif akan
mempertahankan kebudayaan.
melibatkan pengalaman sebelumnya, berpikir,
5. Tunggal vs multiple
sikap, emosi dan minat untuk memahami
Secara sederhana, tugas literasi adalah
bacaan.
tunggal yang dilakukan terhadap buku
Jadi, yang dinamakan pendidikan literasi ataupun Koran. Namun secara multiple,
adalah sebuah usaha-usaha yang dilakukan tugas literasi sangat beragam, bisa untuk
untuk mengenalkan dan membiasakan aktivitas membaca jadwal, surat kontrak mapun yang
membaca, menulis, berbicara, mendengar lainnya.
membayangkan dan melihat, sehingga nantinya

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 37


6. Berfokus sekolah vs berfokus diluar sekolah hidup tetapi kemudian mengalamni
Bagi sebagian orang literasi dilakukan kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu
disekolah, namun bagi sebagian lainnya kawasan aspek yang dicakup di antaranya
dilakukan diluar sekolah. Seperti di dalam adalah perbaikan dalam aspek fisik, ekonomi
komunitas maupun kelompok yang ada dan social.
disekitar mereka
Untuk mewujudkan aktivitas literasi,
taman kota perlu ditata menjadi tempat yang
C. Metodologi Penelitian
nyaman. Salah satunya adalah dengan
Metode yang dipergunakan dalam membangun gazebu-gazebu dibeberapa sudut
penelitian ini adalah studi pustaka yang taman kota untuk memudahkan proses seperti
digabungkan dengan fenomena, atau gejala- apa yang disampaikan oleh Kuder and Hasit
gejala yang muncul di lingkungan masyarakat (2002) yakni, membaca, menulis, berbicara,
kota Pasuruan. mendengar membayangkan dan melihat
dengan kelompok-kelompok kecil.
D. Pembahasan
Kegiatan dalam gazebo tidak membatasi
Melihat kejayaan umat Islam zaman
objek pembelajar pada remaja atau dewasa saja.
dahulu terbukti. Bahwa aktivitas literasi
Tapi juga bisa dipergunakan sebagai
merupakan hal penting yang harus
pembelajaran siswa PAUD, TK maupun SD,
dibudayakan. Karena proses belajar, didasarkan
dan kegiatan yang dilakukan bisa memunculkan
pada kemampuan membaca. Dengan
kesadaran fonologis, pengetahuan huruf,
kemampuan membaca yang membudaya,
kecepatan membaca dan urutan huruf dengan
tingkat keberhasilan sekolah maupun dalam
cepat. Karena kegiatan di gazebo menjadi
kehidupan masyarakat akan membuka peluang
variasi kegiatan belajar, dan juga sebagai
kesuksesan hidup yang lebih baik (Dharma,
aktivitas sosial. Mereka akan belajar
2015)
berinteraksi dengan orang lain yang ada di
Pasuruan, sebagai kota santri, harus turut sekitar taman kota. Kegiatan inilah yang
serta membangun kebudayaan literasi. Oleh mencakup aspek pendidikan literasi yang
sebab itu, diperlukan langkah-langkah strategis berkenaan dengan Komponen vs Holistik.
untuk mewujudkannya. Salah satunya adalah Snow (dalam Mc Cartney and Philips, 2008).
menyatukan persepsi seluruh stakeholder yang
Sementara itu, dengan adanya lokasi pusat
ada di Kota Pasuruan, tentang pentingnya
aktivitas literasi di taman kota, akan
budaya membaca. Baik disekolah, kampus,
menciptakan banyak kelompok atau
tempat umum, bahkan perkantoran.
komunitas-komunitas yang memanfaatkannya.
Taman kota, sebagai fasilitas umum untuk Baik untuk workshop, seminar, pameran, atau
berkumpulnya warga masyarakat, perlu untuk semacamnya. Inilah Aspek literasi yang
diberdayakan lebih baik dan lebih positif. berfokus pada komunitas seperti yang
Fungsi taman kota, haruslah diperluas kembali. dijelaskan oleh Snow (dalam Mc Cartney and
Selain berfungsi untuk sekedar berkumpul, Philips, 2008)..
taman kota bisa dimanfaatkan untuk
Agar lebih mengesankan dan menarik,
kepentingan literasi. Oleh sebab itu, taman kota
beberapa perbaikan juga perlu dilakukan
di Pasuruan perlu untuk direvitalisasi.
dengan mengecat ulang sebagian pot bunga
Rais (2007) menyatakan bahwa revitalisasi yang mulai usang. Selain itu, perlunya ruang
adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu reklame untuk sosialisasi. Hal ini penting
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah dilakukan, untuk menumbuhkan minat dan
38 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
mindset seseorang tentang pentingnya berdampak positif bagi masyarakat sekitar.
pendidikan literasi. Pemberian ruang tersebut Sudah menjadi sebuah tuntutan logis, bahwa
untuk para sponshorsip yang mendukung suatu kawasan dalam pembangunan mampu
gerakan literasi di Kota Pasuruan. Ruang menciptakan lingkungan social yang berjati diri.
reklame tidak terbatas pada wilayah sekitar
Bisa dipastikan, bahwa munculnya
taman kota saja, namun juga bisa dilakukan di
masyarakat yang suka membaca akan
berbagai tempat, antara lain melalui iklan stiker
membentuk jati diri yang lebih baik. Karena
yang di tempel di kendaraan umum, branding
ketrampilan membaca adalah komponen
mobil perpustakaan kota pasuruan, di setiap
penting dalam berbahasa, sedangkan bahasa
sudut sekolah, dan tempat lainnya. Inilah yang
adalah ketrampilan berpikir. Orang tidak akan
disebut Rais (2007) dengan revitalisasi fisik,
mampu memahami makna bacaan tanpa ia
meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas
melakukan olah pikir. Sehingga dapat
dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem
disimpulkan bawah semakin tinggi ketrampilan
penghubung, sistem reklame dan ruang tebuka
membaca, akan tinggi kualitas berfikirnya, dan
Tidak hanya sebatas revitalisasi fisik, perlu orang yang memiliki kualitas berfikir baik, ia
digalakkan pula revitalisasi ekonomi. akan menjadi pribadi yang berkualitas baik
Pemanfaatan ruang reklame, adalah salah satu dalam kognitif, afektif dan psikomotorik.
bentuk kegiatan ekonomi. Selain itu, para
Generasi seperti inilah yang diharapkan
pegiatan literasi harus dikenalkan pula tenang
akan lahir untuk mempertahankan kebudayaan,
keuntungan financial ketika mereka mampu
sesuai dengan aspek literasi yang berkenaan
menerbitkan buku, menulis di media massa
dengan Fungsional vs Kultural. Secara
maupun media elektronik. Selanjutnya, warga
fungsional ia akan mampu menangkap
masyarakat turut diberikan kesempatan untuk
informasi yang tepat, memilih pekerjaan yang
berpartisipasi dengan cara jual beli buku-buku
sesuai dengan dirinya. Secara kultural ia akan
disekitar lokasi, atau di beberapa sudut yang
memiliki jati diri yang kuat. Snow (dalam Mc
dirasa strategis. Salah satunya adalah lokasi
Cartney and Philips, 2008).
GOR Untung Suropati yang letakknya tidak
terlalu jauh dengan taman kota. Membangun taman kota sebagai wahana
pendidikan literasi berarti memberikan
Adannya banyak pilihan buku baru di
kesempatan kepada warga masyarakat untuk
lapak yang tersedia, akan meningkatkan minat
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Semakin
dari kegiatan ini. Inilah yang Rais (2007)
banyak aktivitas yang muncul, akan
disebut dengan Revitalisasi Ekonomi, yakni
mempercepat timbulnya budaya baru. Hal ini
revitalisasi yang diawali dengan proses
sesuai dengan aspek literasi Natural menurut
peremajaan artefak urban ,dimana hal ini harus
Snow (dalam Mc Cartney and Philips, 2008).
mendukung kegiatan ekonomi., dan menurut
Tetapi idealnya, dalam kegiatan literasi harus
Hall dan Pfeifer (2001) akan menjadi nilai
ada mentor atau pembimbing. Sesuai dengan
tambah bagi kawasan kota.
aspek literasi Diajarkan. Snow (dalam Mc
Setelah revitalisasi fisik dan revitalisasi Cartney and Philips, 2008).
dalam bidang ekonomi, ada satu bentuk yang
Kegiatan literasi, memang seharusnya juga
dirasa sangat penting, yakni dengan
berfokus disekolah. Snow (dalam Mc Cartney
meningkatkan Revitalisasi Sosial, Rais (2007)
and Philips, 2008). Karena sekolah, merupakan
menjelaskan bahwa tolak ukur keberhasilan
salah satu institusi yang membentuk budaya.
revitalisasi social tidak hanya menciptakan
Terlebih, sangat baik jika kurikulum di dalam
suatu kawasan yang indah, namun juga
sekolah memuat aspek-aspek dalam
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 39
menumbuhkan aktivitas membaca. Caranya DAFTAR PUSTAKA
adalah dengan membiasakan siswa membaca
Bloom, J and Blair S,. 2002. Islam-A thousand
minimal 1 judul buku setiap 2 minggu atau
years of faith and power. Yale University Press.
membiasakan siswa membaca buku 15 menit
London
sebelum mengawali pelajaran. Tidak hanya
buku, bisa koran, artikel dalam internet dimana Dharma, S. 2015. Misteri di Balik Perintah
hal ini sesuai dengan aspek literasi Tunggal vs Membaca 14 Abad yang lalu. Surabaya:
multiple. Snow (dalam Mc Cartney and Philips, Eureka academia
2008), agar terbentuk proses kognitif,
Danisworo, M., Martokusumo, W. 2002.
psikolinguistik, sesuai dengan aspek literasi
Revitalisasi Kawasan Kota, Sebuah Catatan
Solitare. Sedangkan aspek social dapat
dalam dan Pemanfaatan Kawasan Kota. Info
ditemukan dengan cara melakukan interaksi
URDI vol 13
antar siswa atau diskusi tentang isi buku. Snow
(dalam Mc Cartney and Philips, 2008). Hapsari, M. I. 2009. Analisis Sistemik
Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat di
E. Kesimpulan
Kabupaten Semarang. Jurnal PNFI/Volume
Dari pembahasan yang sudah diuraikan,
1/ No.1 Bulan Nopember
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perlu disadari bahwa aktifitas literasi adalah Kuder, S.J., and Hasit, C. 2002 Enchaching
aktifitas yang bertahap baik dalam fasilitas Literacy for All Student. Pearson education,
yang disediakan maupu menumbuhkan Inc
minat dalam budaya membaca
Laretna, A.T. Peran Lembaga-lembaga yang
2. Hal yang pertama dilakukan adalah
menangani Obek Budaya Sebagai Aset
menjadikan satu persepsi di antara
Pariwisata diakses pada tanggal 6
stakeholder akan pentingnya kegiatan literasi
September pada
3. Melakukan promosi di berbagai bidang, baik
http://perencanaankota.blogspot.com
melalui radio, media massa, iklan,
pembagian stiker, dan lainnya. OECD. 2004. Literacy Skill for the World
4. Membudayakan kegiatan literasi di sekolah Tomorrow- Further Result from PISA
dan kampus-kampus dengan membiasakan Organisation for Economic Co-Operation and
membaca buku selama 15 menit sebelum Development and Unesco for Statistic
memulai pelajaran, selain itu pula dengan
OECD. 2006. Science Competencies for tomorrow‟s
cara membaca 1 judul buku selain buku
World.
paket setiap dua minggu sekali.
5. Merevitalisasi taman kota, baik secara fisik, NN. Minat Baca di Indonesia Buruk diakses pada
ekonomi dan secara social tanggal 5 Sepetember 2016 diakses di
http://Guahira.Or.Id
Dari beberapa simpulan ini, diharapkan
dapat terwujud gerakan literasi lokal kota NN, 2016. Tak Enak di Dengar Indonesia peringkat
Pasuruan, dan menjadi harapan besar, secara 60 dari 61 Negara diakses pada tanggal 5
makro, akan terwujud gerakan literasi nasional September 2016 di http://m.jpnn.com
yang akan menjadi budaya positif. Sehingga
sepuluh tahun kedepan generasi muda NN, Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota,
Indonesia, khususnya generasi muslim, mampu diakses pada tanggal 5 September di dalam
bersaing di ranah internasional. http:// www.urdi.org
Rais, A. 2007. Pengaruh Air Payau terhadap Beton
yang yang memakai Semen Padang di Kota
40 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Padang Sumatera Barat. Medan: Sekolah Universitas : S1 Universitas Negeri Malang
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara jurusan Psikologi
S2 Universitas Airlangga Prodi
Psikologi Komunitas dan
Pembangunan
BIODATA PENULIS
Pekerjaan :Staff Pengajar BK di Pesantren
Assholach
NAMA : Alfan Arifuddin Staf Pengajar BK di Pesantren
Bayt Al-Hikmah
Alamat : Jl Bengawan Solo 34 Perumahan
Tembok Indah Pasuruan Penulis Lepas
Email : alfanarifuddin@gmail.com
Telp : 085646384441

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 41


DINAMIKA MODERNITAS PENDIDIKAN PESANTREN
MENUJU MASA DEPAN BANGSA INDONESIA
Oleh Abdulloh Shodiq Ahmad
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

Abstrak
Modernitas pendidikan pesantren adalah suatu lembaga pesantren yang menumbuhkan sikap rasionalisasi
dalam mencapai perubahan dan perkembangan sosial budaya bangsa dengan memiliki sistem pendidikan
yang dikelola berdasarkan manajemen pendidikan modern, bertujuan tafaqquh fi ad-din, profesional dan
intelektual para santri di lingkungan pesantren. Tradisi pesantren yang semula terkesan kolot berubah
menjadi modern dan menerima segala aspek kehidupan bangsa, sehingga terjadilah perkembangan
pendidikan sampai PTAI dan PTU di lingkungan pesantren yang cukup signifikan, karena itu pesantren
yang banyak berada di pedesaan memiliki peran juga dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat
pesantren menuju masa depan bangsa.

Sebelum berbicara tentang karakateristik c) Media massa,


pesantren modern, terlebih dahulu perlu d) Urbanisasi, dan lain-lain.18
diterangkan definisi modern, nilai dan sikap manusia Seorang ahli psikologi kenamaan Inkeles dan
modern. Arti modern sebenarnya adalah sesuatu Smith, sebagaimana dikutip oleh Zaini Hasan
yang dipandang baru yang menggantikan sesuatu berpendapat bahwa nilai dan sikap modernitas
telah lama berlaku, seperti pakaian modern, alat masyarakat antara lain ditandai: (1) keterbukaan
music modern, lagu-lagu modern, dan sebagainya. terhadap pengalaman baru, (2) kesiapan untuk
modern di tahun ini belum tentu di 10 tahun menerima perubahan sosial, (3) “efficacy” yakni
mendatang dianggap sama. Atau sesuatu yang kepercayaan atas kemampuan manusia dengan ilmu
dikatakan modern oleh suatu kelompok masyarakat dan teknologinya untuk menguasai dan mengatur
tertentu belum tentu dianggap modern pula oleh lingkungannya, sebagai lawan fatalism, (4) kebiasaan
masyarakat lain. Akan tetapi para ahli teori merencanakan dan bekerja tepat waktu, (5)
modernisasi memakai istilah modern untuk konsep berorientasi ke masa depan, (6) percaya tanpa
yang mengandung arti tertentu, misalnya manusia prasangka buruk serta menghormati martabat orang
modern, masyarakat modern atau modernitas lain,(7) individualisme, (8) menghargai keluarga kecil
masyarakat.17 dan kesamaan status serta hak-hak kaum wanita, (9)
Masyarakat modern berkepentingan dengan lemahnya keyakinan keagamaan, (10) aktif berperan
inovasi; dengan penemuan-peneuan baru baik itu serta dalam kegiatan politik dan gerakan-gerakan
berupa gagasan, tindakan atau barang-barang baru. sosial lainnya, (11) aktif mencari informasi dan fakta
Inovasi merupakan pangkal terjadinya perubahan melalui media massa, dan (12) lebih senang hidup di
sosial dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. kota untuk mengejar kemajuan. Sedangkan menurut
Ada beberapa faktor penting yang membuat Kahl (1974) sebagaimana dikutip juga oleh Zaini
manusia cenderung untuk menjadi modern, yaitu: Hasan, manusia modern ditandai adanya (a)
a) Sistem pendidikan yang maju, aktivisme, (b) rendahnya ikatan kekeluargaan, (c)
b) Pesatnya industrialisasi, individuaisme, (d) lebih suka mengembangkan
karier di kota, (e) aktif memanfaatkan media massa
untuk mencari fakta dan memperoleh informasi, (f)
17 Zaini Hasan, Pendidikan dan Modernitas Individu
dalam Proses Pembentukan Manusia kepercayaan keagamaan rendah, (g) pandangan
Pembangunan di Indonesia (Pidato ilmiah pada bahwa lapisan masyarakat terbuka, (h) menghargai
upacara Diesnatalis ke 33 IKIP Malang (sekarang
menjadi UN Malang), pada tanggal 18 Oktober
1987, hlm. 4. 18 Ibid., hlm. 5.
42 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
pendapat orang lain, dan (i) berani mengambil Berangkat dari uraian-uraian di atas, maka dapat
resiko dalam berbagai tindakan.19 kami tarik suatu pengertian bahwa pesantren
Dari hal-hal tersebut secara umum dapat modern adalah suatu lembaga pondok pesantren
dipahami apa yang dimaksud dengan nilai dan sikap yang menumbuhkan sikap rasionalisasi dalam
manusia modern atau modernitas masyarakat. Baik mencapai perubahan sosial dan perkembangan
Ingkeles maupun Smith sama-sama memandang budaya bangsa dengan memiliki sistem pendidikan
bahwa manusia modern adalah manusia yang yang dikelola berdasarkan manajemen pendidikan
berpikir maju, peka terhadap perubahan sosial dan modern dengan tujuan meningkatkan tafaqquh fi ad-
perkembangaan budaya bangsa, tidak bersifat apriori Din dan profesionalisme serta intelektualisme para
dalam segala tindakannya, bersifat individualisme, santri di lingkungan kehidupan pesantren. Di
sekularisme, aktif berperan dalam kegiatan sosial, sinilah kemudian muncul selogan mengintegrasikan
dan sebagainya. tradisi dan modenisasi menjadi salah satu watak
Selanjutnya dalam kaitannya dengan khas pesantren yang berbunyi “al muhafazlah „ala al-
karakteristik pesantren modern, perlu dilihat dan qadim as-shalih wal akhdh min Jadid nafi‟, atau wal akhdh
diidentifikasi unsur-unsur manakah dalam bil jadid al-aslah”.
modernisasi yang sesuai dan bertentangan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
nilai-nilai pondok pesantren. Unsur-unsur modern Wirjosukarto (dalam Muhaimin, 2010)20
yang bertentangan dengan pesantren antara lain menunjukkan bahwa Pondok Muhammadiyah yang
adalah (a) individualisme, dan (b) lemahnya berdiri sekitar tahun 192021 telah menggunakan
keyakinan keagamaan atau sekularisme, yakni suatu sistem penyelenggaraan pendidikan modern yang
paham yang memisahkan agama (Islam) dari berbeda dengan pondok pesantren lama. Terdapat 6
kegiatan-kegiatan politik, ilmu pengetahuan dan aspek perbedaan yaitu: (1) Cara mengajar dan
teknologi. Sedangkan nilai-nilai modern yang lain belajar. Untuk pesantren lama digunakan sistem
dapat diterima atau mempunyai tempat di dunia sorogan dan weton yang hasilnya dianggap kurang
pesantren modern, seperti berorientasi ke masa efisien, sedangkan di Pondok Muhammmadiyah
depan, optimis dan berani mengambil resiko dalam dipergunakan sistem klasikal dengan cara-cara Barat
mengejar kemajuan, menerima perubahan sosial dan yang hasilnya lebih efisien; (2) Bahan pelajaran. Pada
kemajuan bangsa, aktif dan berperan serta dalam pesantren lama hanya masalah agama semata dan
kegiatan politik dan kegiatan sosial, aktif kitab-kitab karya pembaharu tidak digunakan,
berkomunikasi dengan dunia luar dan mencari sedangkan di Pondok Muhammadiyah bahan
informasi dan fakta melalui media massa, dan pelajaran tetap agama, tetapi juga diajarkan ilmu
sebagainya. Akan tetapi hal ini tergantung kepada pengetahuan umum, kitab-kitab agama
sejauh mana peran kyai (pengasuh) dalam dipergunakan secara luas baik karya ulama lama
pesantrenya mau menerima modernisasi. maupun ulama modern; (3) Rencana pelajaran. Pada
Dewasa ini telah berkembang dengan pesat pesantren lama belum ada rencana pelajaran yang
ilmu pengetahuan dan teknologi, komputerisasi dan teratur dan integral, sedangkan di Pondok
industrialisasi terasa di mana-mana. Hal ini berarti Muhammadiyah sudah diatur dengan rencana
manusia sudah merasakan kemajuan dunia modern. pelajaran sehingga efisiensi belajar terjamin; (4)
Akan tetapi kemajuan ini bila tidak diimbangi Pendidikan di luar waktu-waktu belajar. Pada
dengan nilai-nilai agama (Islam) akan menjadikan pesantren lama, waktu belajar terlalu bebas dan
manusia kehilangan kepercayaan diri sehingga nilai
moral bisa menurun dan kegiatan spiritual akan juga 20 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan
sedikit tergeser karena manusia modern lebih Islam, hlm. 20-21.
percaya pada ketinggian akal pikiran (superior 21 Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH
Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912.
intelligence). Inilah gambaran manusia modern yang Jadi kurang lebih 8 tahun kemudian Pondok
bersikap memisahkan dirinya dari agama Muhammadiyah itu berdiri. Organisasi
(sekularisme). Muhammadiyah, mulai embrio kelahirannya,
aktivitas, dan tujuan pendiriannya adalah organisasi
pembaruan. Lebih lanjut, lihat Abdul Aziz, Islam
dan Negara dalam Politik Orde Baru (Jakarta: Gema
19 Ibid., hlm. 4-5. Insani Press, 1994), hlm. 133-135.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 43
kurang terpimpin, sedangkan di Pondok pada tahun 1926 dan pembaruan yang terjadi di
Muhammadiyah diselenggarakan dalam asrama yang pesantren tadi cepat menyebar di pesantren-
terpimpin secara teratur; (5) Pengasuh (guru-guru), pesantren lain seperti Pesantren Demak Kudus,
pada pesantren lama para pengasuh diliputi oleh Cirebon, dan Banten. Setelah KH Asy‟ari,
alam pikiran lama, sedangkan di Pondok kepemimpinan diserahkan kepada KH Ilyas, dari
Muhammadiyah terdiri atas para ulama yang sinilah Madrasah di Tebuireng yang semula bersifat
menganut alam pikiran modern; dan (6) Hubungan diniyah murni kemudian dikembangkan menjadi
guru dan murid. Pada pesantren lama lebih bersifat madrasah yang juga mengajarkan ilmu-ilmu
otoriter dan kurang demokratis, sedangkan di pengetahuan umum, seperti ilmu bumi, berhitung,
Pondok Muhammadiyah diusahakan suasana sejarah Indonesia, bahasa Indonesia, dan sebagainya.
hubungan guru-murid lebih akrab, bebas dan Dalam hasil kajiannya, Mastuhu (1994)
demokratis. menyimpulkan bahwa di dalam Pesantren Tebuireng
Sedangkan cita-cita pendidikan Muhamadiyah sekitar 10-15 tahun ini, kedudukan madrasah dan
itu, menurut kesimpulan Wirjosukarto (dalam sekolah umum mendominasi pendidikan pesantren.
Muhaimin, 2010), adalah membentuk manusia Hal ini menurut pandangannya, tidak hanya dihadapi
muslim (a) baik budi, alim dalam agama, (b) luas oleh Pondok Pesantren Tebuireng saja, tetapi oleh
pandangan, alim dalam ilmu dunia (ilmu umum), dan hampir seluruh pesantren karena dunia pesantren
(c) bersedia berjuang untuk kemajuan dewasa ini sedang dalam dinamika antara
masyarakatnya.22 memantapkan identitas dan berkomunikasi dengan
Kecuali itu terdapat tokoh lain yang berperan masyarakat luar pesantren secara terbuka.25
dalam pembaruan pendidikan Islam di Jawa, yaitu Di sinilah pesantren telah mulai berkembang
KH Hasyim Asy‟ari (pendiri NU tahun 1926) yang dan merupakan lembaga yang gabungan antara
memperkenalkan pendidikan madrasah di sistem pondok dan pesantren yang memberikan
lingkungan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa pendidikan formal dan pengajaran Islam dengan
Timur. Pesantren yang didirikan pada tahun 1899 ini sistem non klasikal secara bersama-sama. Di
lebih menekankan pada ilmu agama dan bahasa Arab samping itu pesantren menyelenggarakan sistem
dengan sistem pengajaran sorogan dan bandongan. pendidikan klasikal (schooling) baik yang bersifat
Kemudian pada tahun 1919 sistem pengajarannya pendidikan umum atau agama yang lazim disebut
mengalami pembaruan dan ditingkatkan dengan madrasah.26
menggunakan sistem klasikal, yang dikenal dengan Apapun usaha yang dilakukan untuk
sistem madrasah.23 Hal ini berarti bahwa madrasah meningkatkan pesantren di masa kini dan
merupakan sub sistem dari sistem pendidikan mendatang, pesantren pada umumnya tetap pada
pesantren di Tebuireng. Menurut hasil penelitian prinsip lembaga pendidikan Islam dengan ciri-ciri
Imron Arifin, Pondok Pesantren Tebuireng khas, sekalipun ia banyak terlibat dalam berbagai
Jombang diresmikian pada tahun 1903. Semula masalah kemasyarakatan, seperti perekonomian,
jumlah santri yang menetap tidak banyak kemudian kesehatan, lingkungan, dan aspek-aspek
lama kelamaan mengalami perkembangan sehingga pembangunan lainnya. Pesantren yang terlibat dalam
jumlah santri makin banyak dan mereka datang dari berbagai kegiatan seperti ini pada umumnya dikenal
berbagai pelosok tanah air. Bahkan mereka yang sebagai pondok pesantren modern.
tamat, banyak yang menjadi tokoh dan mendirikan Sistem dan kelembagaan pesantren jenis
pesantren di daerahnya masing-masing.24 modern ini telah dimodernisasi dan disesuaikan
Posisi Pesantren Tebuireng merupakan sentral tuntutan pembangunan terutama dalam aspek
dalam jaringan pesantren di pulau Jawa, lebih-lebih kelembagaan sehingga mempengaruhi juga kepada
setelah pembentukan organisasi Nahdlatul Ulama ketetapan kurikulum, seperti pesantren Tebuireng
Jombang (seperti disebut di atas) dan pesantren
22 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan lainnya yang di dalamnya telah lahir dan berkembang
Islam, hlm. 22.
23 Ibid., hlm. 23-24. 25 Mastuhu, Dinamika sistem Pendidikan Pesantren,
24 Imron Arifin, Kepemiminan Kyai: Kasus Pondok hlm. 112.
Pesantren Tebuireng (Malang: Kalimasahadah 26 Saridjo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia
Press, 1993). (Jakarta: Dharma Bhakti, 1980), hlm. 10.
44 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
suatu lembaga madrasah dan sekolah umum bahkan institusinya, tenaga pendidiknya, kurikulumnya, dan
perguruan tinggi yang dalam proses pencapain fasilitas pendidikan lainnya.28
tujuan kelembagaannya menggunakan kurikulum Dewasa ini di Indonesia sudah cukup banyak
secara baik dan dikelola dengan baik pula, tidak jumlah pendidikan tinggi agama Islam, hampir
seperti pesantren salaf (tradisional). Dalam mencapai 553 PTAI. Dengan pendidikan tinggi
pesantren salaf, kurikulumnya belum dimasukan agama ini diharapkan lebih mudah untuk
secara baik. meningkatkan kualitas pendidikan orang-orang
Zamakhsyar Dhofier pernah menulis sebuah Islam. Akan tetapi saat ini di kalangan muslim
artikel dalam International Journal of Pesantren Studies, muncul kurang minat belajar ke PTAI. Kurangnya
dengan judul “The Improvement of Universities in minat mereka melanjutkan studi ke PTAI bukan
Pesantren”/Perkembangan Lembaga-lembaga Universitas”, dikarenakan oleh suramnya masa depan PTAI, tetapi
yang dimuat pada tahun 2009.27 karena mutu PTAI itu sendiri yang belum
Beliau mengatakan bahwa pesantren sekarang profesional. Padahal seharusnya ilmu pengetahuan
ini mengalami perkembangan pesat baik secara Islam harus pada posisi terhormat. Oleh karena itu
kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, yang harus dikerjakan adalah bagaimanakah
Direktorat Diniyah Dirjen Pendidikan Islam menempatkan strategi secara komprehensif dan
Departemen Kementerian Agama RI telah sistematis sehingga ilmu pengetahuan Islam itu
menerapkan beasiswa kepada para santri untuk terhormat. Di sinilah masyarakat, dan pemerintah
mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi di harus bisa membangun pendidikan Islam yang
pendidikan Perguruan Tinggi Negeri, antara lain di bermutu, mengingat bahwa pendidikan Islam adalah
UI, IPB, ITB, UGM, ITS, dan UIN Jakarta, UIN kunci dari pada perkembangan moral dan spiritual
Yogyakarta, IAIN Surabaya, dan IAIN Semarang. kehidupan masyarakat. Untuk itu para mahasiswa
Mereka yang menerima beasiswa tersebut berjumlah yang berpotensi harus bisa mendapatkan beasiswa
1.495 orang, dan relatif cukup banyak mereka itu untuk melanjutkan pendidikan mereka yang lebih
pada mengambil jurusan IPTEK. Di tahun 2008, ada tinggi.29
sejumlah 150 santri mendapat beasiswa melanjutkan Para ilmuwan Amerika, Eropa dan Australia
kuliah di Fakultas Hukum Islam di UIN. dari berbagai universitas terus secara berkelanjutan
Dengan beasiswa pendidikan tersebut bertukar ilmu pengetahuan dan saling meningkatkan
diharapkan agar mereka mampu menyelesaikan kebersamaan mereka untuk memajukan pradaban
studinya dan setelah itu mereka dapat kembali ke barat. Oleh karena itu mereka bisa mendominasi
pesantren untuk meningkatkan mutu pendidikan di peradaban dunia sampai saat ini. Inilah saatnya yang
pesantren. Di samping itu diharapkan pula PTAI tepat bagi pemerintah Indonesia baik pusat,
dan PTU yang dikelola oleh pesantren dapat provinsi maupun daerah untuk memberikan
meningkatkan kualitas pendidikannya. kebijakan guna kekuatan pendidikan, dan
Perkembangan PTAI dan PTU di lingkungan memberikan kesempatan pada generasi muda di
pesantren cukup signifikan sekarang ini karena daerah terutama di pedesaan untuk mendapatkan
memang pesantren merupakan bagian dari sejarah pendidikan yang lebih baik. Bukan berarti bahwa
peradaban di Indonesia hingga dewasa ini. kualitas pendidikan di kota-kota besar harus
Karenanya dengan pemberian beasiswa kepada dikurangi, akan tetapi kedua-duanya harus bisa
kyai/santri tersebut, diharapkan perguruan tinggi di berjalan seiring.
pesantren harus mampu meningkatkan perannya Pondok pesantren yang banyak berada di
dalam perkembangan dan kemajuan Indonesia. pedesaan memiliki peran juga dalam mencerdaskan
Dalam hal ini PTAI harus meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat menuju masa depan bangsa.
Masyarakat pesantren sebenarnya dapat
27 Zamakhsyar Dhofier, “The Improvement of meningkatkan integritas moral dan kemempuan
Universities in Pesantren” dalam International intelektual para santrinya, dan dalam jangka panjang
Journal of Pesantren Studies (Jakarta: Pusat Studi
dan Pengembangan Pesantren (PSPP) (Center for
the Study and Development of Pesantren (CSDP).
Volume 3, Number 2, 2009), hlm. 119-121. 28 Ibid., hlm. 120-121.
29 Ibid., hlm. 124.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 45
lulusan pesantren diharapkan dapat bersaing dengan cukup banyak, sekitar 30 persen dari 21.521
lulusan universitas pada umumnya. tersebut.32 Bisa jadi juga 30 persen dari prediksi
Dewasa ini tradisi pesantren yang semula 30.000.000 tersebut di tahun ini.
terkesan kolot berubah menjadi modern dan Pengembangan Universitas di pesantren relatif
menerima segala aspek kehidupan bangsa karena lebih mudah dan murah karena beberapa faktor.
semangat kyai Abdurrahman Wahid ketika menjadi Faktor pertama, pesantren mempunyai
presiden. Tradisi pesantren mulai mempengaruhi gedung/kampus yang dihormati dan menjadi tradisi
kehidupan ekonomi, politik sosial dan peradaban di panutan untuk pengembangan pendidikan; kedua,
Indonesia. Dalam rangka itu pesanten merasa adanya ukhuwwah islamiyah dan tradisi mengajar di
mempunyai kewajiban untuk mendirikan PTAI atau pesantren benar-benar sudah mengakar; ketiga,
universitas di lingkungan pesantren dan menjadikan adanya keyakinan bagi santri dan para pengajar
lembaga pendidikan itu selevel dengan universitas bahwa mencari dan mengajarkan ilmu adalah suatu
pada umumnya. kewajiban. Di samping itu yang tak kalah pentingnya
Perkembangan universitas di pesantren dimulai bahwa pengajar dari alumni pesantren tidak
tahun 2010. Seperti yang kita ketahui bahwa megharapkan gaji yang besar, karena mereka
pesantren biasanya berlokasi di pedesaan, pesantren beranggapan bahwa mengajar adalah ibadah,
mempunyai kemampuan yang besar untuk meskipun mereka sendiri tinggal di daerah dengan
mendapatkan donatur dari para santrinya. Jumlah biaya hidup rendah. Kecuali itu ada faktor lain,
pesantren meningkat secara signifikan dapat kita bahwa pengembangan universitas di pedesaan relatif
lihat seperti pada tabel berikut. murah karena harga tanah, dan harga bangunan
relatif murah, dan biasanya biaya hidup juga murah.
Tabel 1. 1 Oleh karena itu kesempatan untuk mengembangkan
Data Perkembangan Pondok Pesantren30 universitas di pedesaan terutama di dunia pesantren
No. Year Number of Number of sangat terbuka lebar.33
Pondok Pesantren Santri Dengan demikian, pesantren telah membuktikan
(Islamic Boarding (Students) dengan membangun sebuah pendidikan yang tradisi
School) islami sudah cukup lama, dan mereka terus
1 1981 6.086 802.545 melanjutkan untuk melestarikan tradisi si pendiri di
2 1982 6.086 816.083 satu sisi, dan memberi penyegaran pada tradisi
3 1983 6.204 933.265 muslim Indonesia di sisi lain sehingga antar
4 1984 6.239 1.086.801 pesantren yang satu dengan lainnya berbeda-beda,
5 1985 6.240 1.284.800 namun tetap bersatu dalam visi dan misinya,
6 1986 6.386 1.429.768 sehingga pesantren telah tersebar luas di seluruh
7 1987 6.579 1.713.739 penjuru nusantara dan menjadi salah satu jaringan
8 2004 14.656 2.369.193 pendidikan Islam terbesar di dunia.
9 2005 17.506 3.289.141 Ringkasnya,dinamika modernitas pendidikan
pesantren akan diharapkan untuk mencerdaskan
10 2006 21.521 3.818.469
kehidupan masyarakat pesantren guna menuju ke
masa depan bangsa Indonesia.
Data jumlah pesantren 21.521 tersebut,
menurut Zamakhsyari Dhofier (2011) dalam 10
tahun ini (yakni 2016) diperidiksi jumlah pesantren
meningkat sampai 30.000, dan jumlah santri
6.000.000-an,31 dan lembaga pesantren yang masih
mengkhususkan pendidikan agama dan pengkajian
kitab-kitab karangan ulama zaman klasik masih

30 Source: Data Website


http://pendis,go.id/file/dokumen/s-gab-pontren- 32Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (edisi revisi) ,
madin.pdf hlm. 256.
31 Zamakhsyari Dhofier, “The Improvement of 33 Zamakhsyar Dhofier, “The Improvement of
Universities in Pesantren”, hlm. 127. Universities in Pesantren”, hlm. 125-129.
46 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
DAFTAR RUJUKAN

Imron Arifin, Kepemiminan Kyai: Kasus Pondok


Pesantren Tebuireng (Malang: Kalimasahadah
Press, 1993).

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren


(Jakarta: INIS, 1994).

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam


(Bandung: Nuansa, 2010).

Saridjo, M. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia


(Jakarta: Dharma Bhakti, 1980).

Source: Data Website


http://pendis,go.id/file/dokumen/s-gab-pontren-
madin.pdf.

Zaini Hasan, Pendidikan dan Modernitas Individu dalam


Proses Pembentukan Manusia Pembangunan di
Indonesia (Pidato ilmiah pada upacara
Diesnatalis ke 33 IKIP Malang (sekarang
menjadi UN Malang), pada tanggal 18 Oktober
1987.

Zamakhsyar Dhofier, “The Improvement of Universities


in Pesantren” dalam International Journal of
Pesantren Studies (Jakarta: Pusat Studi dan
Pengembangan Pesantren (PSPP) (Center for the
Study and Development of Pesantren (CSDP).
Volume 3, Number 2, 2009).

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi


Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa
Depan Indonesia (edisi revisi) (Jakarta: LP3ES,
2011).

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 47


KATA TA’LIM DALAM AL-QURAN: MAKNA DAN CAKUPANNYA
(Elaborasi Pendekatan Tafsir Tematis dan Konsep Taksonomi Bloom)

Oleh: Nor Salam


Email: salamsalembu@gmail.com

Abstrak:
Kajian ini dilatarbelakangi adanya kecenderungan kontradikif antara penggunaan istilah ta‟dib, ta‟lim
dan tarbiyah. Di satu sisi, istilah tarbiyah dinilai lebih tepat untuk menunjuk pada konsep pendidikan
dalam Islam, sementara di sisi yang berbeda justeru kata ta‟dib dinilai sebagai konsep yang “unggul”
dibandingkan istilah ta‟lim dan tarbiyah. Dalam kajian ini, dengan melakukan penelusuran terhadap
penggunaan derivasi kata ta‟lim dalam al-Quran yang kemudian penulis “kemas” dengan menggunakan
pendekatan tafsir tematik yang kemudian dielaborasi dengan konsep taksonomi Bloom, menghasilkan
kesimpulan bahwa kata ta‟lim mencerminkan kompleksitas proses pendidikan. Kompleksitas ini tercermin
dalam tiga domain –sebagaimana gagasan Benjamin S. Bloom –yakni, pertama, domain kognitif, redaksi
ayat yang termasuk di dalamnya adalah ‫اْل ْع ََب َء ُم َّي َٖب‬ َ ْ َ ًَ‫ َٗعَ َّيٌ َ َآد‬yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 31
ِ ْ َ ٌ‫ عَ َّي‬yang merupakan potongan ayat dalam surat al-Alaq ayat 5; kedua, domain
serta ٌْ ‫َعْ َي‬ٝ ٌْ ‫اْل ّْغَبَُ ٍَب َى‬
afektif yang ditunjuk dalam ayat َُ ‫ عَ َّيٌ َ ا ْى ُق ْش َآ‬yang terdapat dalam surat al-Rahman ayat 2; domain
psikomotorik yang ditunjuk oleh redaksi ayat َُ ‫َب‬َٞ‫ عَ َّي ََُٔ ا ْىج‬yang terdapat dalam surat al-Rahman ayat 4 serta
ayat ٌِ ‫ عَ َّيٌ َ ثِب ْى َق َي‬yang merupakan potongan ayat dalam surat al-„Alaq ayat 4.
Kata kunci: Ta‟lim, Tafsir Tematik, Taksonomi Bloom

Latar Belakang sebagai sumber ajaran Islam yang menempati


Al-Quran sebagai Kalamullah yang posisi sentral tidak saja dalam perkembangan
diturunkan (al-munazzal)kepada Nabi ilmu keislaman melainkan juga sebagai sumber
Muhammad Saw., selain sebagai wahyu terakhir inspirasi bagi gerakan Islam yang didalamnya –
yang melengkapi kitab-kitab samawi yang sebagaimana ungkap para pengkaji al-Quran –
sebelumnya juga melingkupi ajaran-ajaran Islam mengandung sekian kemukjizatan yang salah
yang paripurna, walau demikian, harus pula satunya adalah ketelitian dalam hal redaksi ayat-
ditandaskan bahwa keparipurnaan ajarannya ayatnya.34 Contoh yang dapat diangkat adalah
seakan tidak dapat “berbicara” dengan sejumlah kata yang seringkali diartikan sama
sendirinya melainkan membutuhkan justifikasi namun dalam redaksi al-Quran sebenarnya
penafsiran yang dalam hal ini adalah hadis nabi digunakan dalam konteks yang beragam seperti
yang diposisikan sebagai sumber ajaran kedua kata fa‟ala dan kasaba, kata qalb dan fu‟ad, kata
setelah al-Quran. Dengan demikian, al-Quran „ibad dan „abid serta antara kata dhiya‟ dan nur.
dan hadis dalam struktur kajian keislaman Sederet kata ini –sebagaimana ungkap Quraish
menempati posisi yang istimewa walaupun pada Shihab –oleh sementara penerjemah seringkali
akhirnya seringkali menimbulkan “perkelahian”
antar golongan dalam mengklaim dirinya sebagai
penganut yang paling absah untuk menyuarakan
slogan “al-ruju‟ ila al-Quran wa al-Sunnah”
(kembali kepada al-Quran dan hadis). 34 Lihat misalnya salah satu karya M. Quraish Shihab,
Terlepas dari perdebatan tentang Mukjizat Al-Quran Ditinjau Dari Aspek Kebahasaan,
Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib (Bandung:
pemaknaan slogan di atas, al-Qur‟an tetap dinilai Mizan, 1997)
48 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
diartikan sama tanpa menyinggung perbedaan tersebut mencakup beberapa unsur seperti adab,
dalam penggunaannya.35 'ilm, ta'lim dan tarbiyah.39
Demikian contoh yang dapat diungkap Kertas kerja ini berupaya untuk
dalam menunjukkan ketelitian redaksi ayat-ayat “menyangsikan” kesimpulan yang ada, atau
al-Quran, yang mana ketelitian itu juga dapat setidaknya berupaya memberikan perspektif
dikaji dalam kaitannya dengan ayat-ayat atau yang berbeda untuk menempatkan kata ta‟lim
lebih tepatnya kata kunci dalam al-Quran yang yang sebenarnya tidak dapat dipertentangkan
menunjukkan pada istilah pendidikan seperti dengan term tarbiyah dan ta‟dib, karenanya ketiga
kata al-Tansyi‟ah, al-Ishlah, al-Ta‟dib, al-Tahzib, al- kata tersebut memiliki konteks masing-masing
Thahir, al-Ta‟ziyah, al-Ta‟lim, al-Siyasah, al-Irsyad, yang saling melengkapi. Jika memang kata ta‟lim
dan al-Akhlaq, al-Tabyin dan al-Tadris.36 Namun “lebih rendah” dibandingkan dua kata yang
demikian, dari sekian term yang telah telah disebutkan, pertanyaan yang penting untuk
disebutkan, hanya terdapat tiga kata yang dijawab adalah mengapa justeru derivasi kata
seringkali diperselisihkan pemaknaannya dalam ta‟lim yang dipilih oleh Allah dalam konteks
konteks relevansinya dengan konsep dasar pengajaran sebagaimana yang tertera dalam surat
pendidikan dalam Islam, yaitu kata tarbiyah, ta‟lim yang pertama turun kepada nabi Muhammad?.
dan ta‟dib. “kecurigaan akademik” inilah yang coba dijawab
Dalam salah satu kajian, kata tarbiyah dalam kertas kerja ini.
dinilai lebih relevan jika dikaitkan dengan Untuk menjawab persoalan di atas,
konteks pendidikan karena di dalamnya makalah ini menggunakan pendekatan tafsir
tersimpul makna proses pengembangan dan maudhu‟i (thematic approach)40 dengan corak
bimbingan baik jasad, akal, maupun jiwa yang penafsiran eksploratif terhadap ayat-ayat yang
dilakukan secara berkelanjutan sehingga memiliki relevansi terhadap tema pembahasan
mutarabbi (murid) bisa dewasa dan mandiri hidup dalam lintas surat41 yang dalam hal ini adalah
di tengah masyarakat, karenanya pula, seorang ayat-ayat al-Quran yang menggunakan kata ta‟lim
murabbi diposisikan pada posisi yang lebih tinggi dengan berbagai derivasinya. Adapun langkah
dibandingkan mu‟allim ataupun mudarris.37 operasional tafsir tematik ini meliputi tahap
Berbeda dengan al-Attas yang lebih pengumpulan ayat-ayat al-Quran yang memiliki
mengunggulkan istilah ta‟dib dalam konteks tema yang sama atau ayat-ayat yang relevan
pendidikan,38 karena menurutnya, istilah dengan tema yang dikaji; menyusun ayat-ayat
yang telah terkumpul sesuai dengan kerangka
kajian yang telah dibuat secara sistematis;
35 Mengingat kajian ini tidak hendak mempersoalkan
makna dan penggunaan kata-kata yang dimaksud, maka 39 Syed M. Naquib Al-Attas, Konsep Pendidikan
untuk memperoleh penjelasan yang lebih rinci dapat Dalam Islam: Rangka Pikir Pembinaan Filsafat
dirujuk, M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Pendidikan Islam,terj. Haidar Baqir (Bandung: Pustaka,
Ketentuan, dan Aturan Yang Patut Anda Ketahui 1984), hal. 75
Dalam Memahami Ayat-ayat al-Quran (Jakarta: 40 Tafsir maudhui sebagaimana dikemukakan oleh
Lentera Hati, 2013), hal. 119 dan seterusnya. Zahir bin Iwadh al-Ma‟iy yang selanjutnya dikutip oleh
36 Umum B. Karyanto, “Makna Dasar Pendidikan M. Saad Ibrahim adalah upaya menghimpun ayat-ayat
Islam (Kajian Semantik)”, dalam, Forum Tarbiyah Vol. al-Quran yang berbeda-beda dalam berbagi surat yang
9, No. 2, Desember 2011, hal. 156 berkaitan dengan suatu tema, baik dari segi redaksi
37 H. I. Shofjan Taftazani dan Maman Abdurrahman, maupun muatan isinya (lafdzan aw hukman) dan
“Konsep Tarbiyat (Pendidikan) Dalam Al-Quran: interpretasinya sesuai dengan maksud al-Quran. Lihat
Sebuah Kajian Semantis Berdasar Ayat-Ayat Quran”, dalam, M. Sa‟ad Ibrahim, Kemiskinan dalam Perspektif
dalam, al-Quran (Malang: UIN Press, 2007), hal. 6
http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bahasa_arab 41 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Bandung:
/196106181987031maman_abdurahman/konseppendinq Mizan, 2001), hal. xii-xiii. Bandingkan dengan
uranhst-MAR.pdf. diakses pada, 25 Agustus 2016 klasifikasi yang dikemukakan oleh Abdul Hay al-
38 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam Farmawy, al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhui (Ttp, 1977),
(Jakarta: Pustaka al-Husna, 2003), hal. 3 hal. 51-52
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 49
melakukan elaborasi terhadap penafsiran yang Quran tidak kurang dari 105 kali,46 dengan
telah ada yang berkaitan dengan ayat-ayat rincian lima kali terulang dengan menggunakan
tersebut; melakukan analisa atau proses bentuk „allama dan selebihnya dengan
penafsiran terhadap ayat-ayat yang telah menggunakan bentuk lain semisal „ilman yang
terkumpul dengan menggunakan teori tertentu, terulang 14 kali dalam al-Quran; dua kali
yang dalam hal ini penulis menggunakan teori terulang dengan menggunakan kata „ulama; tiga
munasabat al-ayat42 dengan asumsi adanya kali dengan menggunakan kata „alimta; lima kali
korelasi antara ayat yang satu dengan ayat yang dengan redaksi „alimtum; terulang sebanyak 4 kali
lainnya; terakhir, mengemukakan pandangan al- dengan menggunakan kata „allamakum dan
Quran terhadap tema yang dikaji yang sekaligus seterusnya.47
menjadi kesimpulan.43 Kembali kepada kata „allama yang
Menelusuri Makna Ta’lim Sebagai Key merupakan bentuk dasar dari kata ta‟lim yang
Term Dalam Literatur Suci mana terulang sebanyak lima kali dalam al-
Seperti diungkapkan sebelumnya, bahwa Quran dapat ditemukan dalam beberapa surat
dari sekian kata yang digunakan untuk berikut ini:
menunjuk pada konsep pendidikan, hanya a) Surat al-Baqarah ayat 31
terdapat tiga istilah yang seringkali ‫ ْاى ََ ََلئِ َن ِخ فَقَب َه‬َٚ‫ض ُٖ ٌْ َعي‬ َ ‫َٗ َعيَّ ٌَ آَد َ ًَ ْاْل َ ْع ََب َء ُميَّ َٖب ث ُ ٌَّ َع َش‬
diperbincangkan yaitu, al-ta‟lim, al-tarbiyyah dan َِِٞ‫صب ِدق‬ َ ٌْ ُ ‫بء َٕؤ ََُل ِء ِإ ُْ ُم ْْز‬ ِ ََ ‫ ِثؤ َ ْع‬ِّٜ ُ٘‫أ َ ّْ ِجئ‬
al-ta‟dib.44 Dari tiga istilah inipun, dalam “Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-
makalah ini –berdasarkan pada argumen dan nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
kegelisahan seperti yang telah penulis utarakan – mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
hanya difokuskan pada kajian tentang makna berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-
dan penggunaan kata ta‟lim serta berbagai benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
derivasinya yang terungkap dalam berbagai ayat yang benar!"
al-Quran, begitu pula dalam hadis nabi sebagai b) Surat al-Rahman ayat 2 dan 4
perbandingannya. Dua rujukan utama inilah َُ‫َب‬َٞ‫غبَُ َعيَّ ََُٔ ْاىج‬ ِ ْ َ‫اىشحْ ََُِ َعيَّ ٌَ ْاىقُ ْشآََُ َخيَق‬
َ ّْ ‫اْل‬ َّ
yang penulis istilahkan sebagai literatur suci “Tuhan yang Maha pemurah; Yang telah
dalam sub kajian ini. mengajarkan Al Quran; Dia menciptakan
Kata ta‟lim dalam kajian kebahasaan manusia; Mengajarnya pandai berbicara.
memiliki arti pengajaran yang bersifat c) Surat al-„Alaq ayat 4 dan 5
pemberian atau penyampaian pengertian dan ٌْ َ‫َ ْعي‬ٝ ٌْ َ‫غبَُ ٍَب ى‬ َ ّْ ‫اْل‬ َ ٌِ َ‫عيَّ ٌَ ِث ْبىقَي‬
ِ ْ ٌَ َّ‫عي‬ َ ِٛ‫اىَّز‬
keterampilan.45 Kata tersebut merupakan “Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
bentuk masdar dari kata „allama, yang mana kata kalam; Dia mengajar kepada manusia apa yang
„allama beserta derivasinya terulang dalam al- tidak diketahuinya”

Terhadap beberapa ayat yang telah


dikemukakan di atas, dalam berbagai tafsir yang
42Munasabatul ayat adalah langkah analisis al-Quran telah ditulis oleh para sarjana dalam bidang
dengan jalan mencari persamaan dan kedekatan makna tersebut diperoleh beragam pemaknaan.
yang terdapat dalam al-Quran. lihat, MF. Zenrif, Misalnya pemahaman terhadap kata asma‟ yang
Sintesis Paradigma Studi al-Quran (Malang: Uin Press,
2008), hal. 227-228 terungkap dalam surat al-Baqarah ayat 31, di situ
43 Untuk melihat secara lebih jelas mengenai tahapan-
tahapan operasionalisasi tafsir maudhui dapat dilihat
dalam, Sa‟ad Ibrahim, Kemiskinan, hal. 13-14 46 Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-
44 M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Perspektif Al- Mufahras Li Alfaz al-Qur‟an al-Karim (Beirut: Dar al-
Qur‟an (Jakarta: Madani Press, 2001), hal. 125 Fikr, 1992), hal.488
45 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: 47 „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras, hal. 689 dan
Bumi Aksara,1996), hal. 26 setelahnya.
50 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
dijelaskan dalam tafsir Zad al-Masyir, bahwa Pemahaman ini diungkapkan oleh al-Dhahhak.
pengajaran Allah terhadap Adam yang Makna yang lain adalah sesuatu yang bermanfaat
diungkapkan dengan kata asma‟ dipahami dalam seperti pendapat Rabi ibn Anas, atau bahkan
beragam makna. Menurut ibnu Abbas, Mujahid, diartikan sebagai tulisan dengan pena.52
Qutadah dan Said ibn Jubair bahwa yang Selanjutnya pada surat al-Alaq, ayat 4 yang
dimaksudkan adalah semua nama benda yang berbunyi „allama bi al-qalam artinya Tuhan yang
ada di muka bumi. Pendapat lain menjelaskan telah mengajarkan tulis menulis, sementara ayat
bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah 5 diartikan dengan “Allah pula yang telah
sebuah nama yang terbatas pada objek yang juga mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
terbatas.48 Di samping dua pemahaman itu, diketahuinya, yaitu tentang beragam petunjuk
masih terdapat pemaknaan lain yang memahami dan al-Bayan. Penting ditegaskan dalam hal ini
bahwa kata asma‟ yang diajarkan oleh Allah bahwa “al-insan” yang dimaksud adalah baginda
kepada Adam adalah nama-nama malaikat. nabi Muhammad Saw., sehingga ayat ini seakan-
Demikian pendapat Abu al-„Aliyah. Sedangkan akan hendak menegaskan bahwa “Allahlah yang
Ibn Zayd menyatakannya sebagai nama-nama sebenarnya telah mengajar engkau wahai
keturunan Adam.49 Muhammad atas apa yang tidak engkau
Terlepas dari perbedaan tentang ketahui.53 Versi penafsiran al-Razi, redaksi
pemahaman kata asma‟ pada surat al-Baqarah ini, „allama bi al-qalam sebagai isyarat terhadap
makna penting yang dapat disimak adalah terkait pengajaran Allah akan hukum-hukum yang
dengan kata „allama yang sesungguhnya menjadi tertulis yang tidak dapat dipahami kecuali
fokus kajian dalam makalah ini, yang mana kata melalui ilmu yang bersifat sam‟iyat,54 lalu kata
tersebut diartikan dengan َٖٔ‫ أى‬sebagaimana „allama yang kedua yakni „allama al-insana ma lam
tersebut dalam tafsir Bahr al-„Ulum.50 Demikian ya‟lam menurut al-Razi sebagai penjelas terhadap
makna yang bisa dipahami dari beberapa kitab kandungan yang dimaksud dalam redaksi „allama
tafsir yang ada. bi al-qalam.55
Kemudian, pada ayat 2 surat al-Rahman, Menyimak pada ragam penafsiran di atas,
kalimat „allama al-Quran diartikan dengan semakin menunjukkan bahwa kata „allama
pengajaran yang tidak hanya terbatas pada lafadz digunakan dalam al-Quran dalam rangka
semata melainkan pada kandungannya. Dengan merujuk kepada hubungan antara Allah dan
begitu kata „allama digunakan untuk menunjuk nabinya –Adam dalam surah al-Baqarah, nabi
kepada objek yang agung karena al-Quran Muhammad dalam surat al-„Alaq –dalam
merupakan nikmat yang memiliki posisi konteks pengajaran atau bahkan tidak hanya
terhormat yang sekaligus menjadi ukuran khusus kepada para nabi melainkan manusia
kesenangan duniawi dan ukhrawi.51 Sementara secara keseluruhan sebagaimana yang
pada ayat „allamahu al-bayan, kata „allama dimaksudkan dalam surat al-Rahman, di mana
digunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang pada ayat tersebut Allah seakan-akan menyeru
menunjukkan akan kesalingpahaman. Walau “wahai sekalian umat manusia, karena rahmat-
sesungguhnya, bayan sendiri masih
diperselisihkan pemaknaannya, ada yang
memaknainya dengan kebaikan dan kejelekan.
52 Fath al-Qadir, Juz 7, hlm. 100 (Al-Maktabah al-
48 Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43 (Al-Maktabah al- Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Syamilah (http://www. Shamela.ws) 53 Tafsir al-Baghawi, Juz 8, hlm. 479 (Al-Maktabah al-
49 Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43 Syamilah (http://www. Shamela.ws)
50 Bahr al-Ulum, Juz I, hlm. 37 (Al-Maktabah al- 54 Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 107 (Al-Maktabah al-
Syamilah (http://www. Shamela.ws) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
51 Tafsir al-Alusi, Juz 20, hlm. 110 (Al-Maktabah al- 55 Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 109 (Al-Maktabah al-
Syamilah (http://www. Shamela.ws) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 51
Nyalah Allah mengajarkan al-Quran kepada menyebabkan Adam pada posisi terhormat
kalian semua.”56 sehingga malaikat dan iblis pun harus sujud
Selain itu, penafsiran yang beragam seperti sebagai bentuk penghormatan kepada Adam.59
dikemukakan sebelum ini juga menunjukkan Begitupun kata „allama dalam surat al-
bahwa penggunaan kata „allama tidak hanya Rahman, menurut beberapa tafsir di atas juga
berarti proses transformasi ilmu semata-mata digunakan dalam konteks yang tidak
dengan mengabaikan aspek lain seperti etika. sesederhana dengan menyebutkan bahwa istilah
Nyatanya, penggambaran pengajaran Allah ta‟lim sebagai derivasi dari kata „allama hanya
sebagaimana terlihat dalam ayat di atas sama berarti transformasi keilmuan. Menyimak
sekali tidak mengalpakan aspek spiritual, bahkan penjelasan dalam tafsir al-Alusi, semakin
boleh dikatakan, keberhasilan pengajaran dari nampak bahwa kata „allama digunakan untuk
Allah kepada para nabi atau bahkan kepada menunjuk pada kajian terhadap objek yang
manusia secara keseluruhan sangat terkait dinilai sebagai nikmat yang paling agung berupa
dengan aspek spiritual (baca: adab?), katakan al-Quran dan pengajarannya pun tidak hanya
saja pengajaran Allah kepada Adam tentang semata-mata pada lafal melainkan pada makna
nama-nama benda. Jika dikorelasikan antara ayat yang terkandung di dalamnya sehingga bisa
31 yang berbicara tentang pengajaran Allah dijadikan barometer kebahagiaan kehidupan
kepada Adam dengan ayat sebelumnya dapatlah duniawi dan ukhrawi. Ini artinya bahwa terdapat
dikatakan bahwa “drama kosmologis” ini konsekuensi pengajaran yang bersifat intelectual
sebenarnya merupakan respon Allah terhadap exercise di satu sisi sehingga melahirkan kajian
“penentangan” malaikat yang seakan-akan ia akademik yang tidak pernah surut terhadap al-
memiliki pengetahuan melebihi kemampuan Quran dibuktikan dengan lahirnya ratusan
Allah seperti dinyatakan dalam ayat 30 dalam bahkan ribuan tafsir terhadapnya,60 namun
surat al-Baqarah. Pada ayat tersebut, ketika pada sisi yang lain, penggunaan kata „allama
Allah menyampaikan keinginannya kepada para
malaikat untuk menciptakan khalifah di muka 59 Qs. Al-Baqarah ayat 34
60 Doktrin normatif sebagai justifikasi terhadap
bumi, para malaikat segera merespon dengan kenyataan ini adalah surat al-Kahfi ayat 109 dan surat
mengunggulkan diri mereka yang selalu memuji Luqman ayat 27. Dalam surat al-Kahfi Allah
menyatakan:
dan bertasbih kepada Allah sementara manusia
ِّٜ‫ ىَ َْ ِفذَ ْاىجَحْ ُش قَ ْج َو أ َ ُْ ر َ ْْفَذَ َم ِي ََبدُ َسث‬ِّٜ‫د َسث‬ ِ ‫قُ ْو ىَ ْ٘ َمبَُ ْاىجَحْ ُش ٍِ ذَادًا ِى َن ِي ََب‬
yang akan diciptakannya, dalam pandangan para ‫َٗىَ ْ٘ ِجئَْْب ِثَِ ثْ ِي ِٔ ٍَذَدًا‬
malaikat hanya akan melahirkan pertumpahan “Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk
(menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah
darah di muka bumi.57 lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat
Menghadapi respon yang kurang Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
menyenangkan dari para malaikat ini, Allah sebanyak itu (pula)".
Kemudian dalam surat Luqman, Allah kembali
menunjukkan bahwa manusia (Adam) yang akan menegaskan:
diciptakannya tidaklah sebagaimana prediksi َ ِٓ ‫ َُذُُّٓ ٍِ ِْ َث ْع ِذ‬َٝ ‫ش َج َشحٍ أ َ ْق ََل ًٌ َٗ ْاى َجحْ ُش‬
‫ع ْج َعخُ أ َ ْث ُح ٍش ٍَب‬ َ ِْ ٍِ ‫ض‬ ِ ‫ ْاْل َ ْس‬ِٜ‫َٗىَ ْ٘ أََّّ ََب ف‬
para malaikat. Adam akan diberikan pengajaran ٌٌ ِٞ‫ض َحن‬ٝ ٌ ‫ع ِض‬ َ َ َُّ ‫َّللاِ ِإ‬
َّ
‫َّللا‬ َّ ُ‫د َم ِي ََبد‬ ْ َ‫َّ ِفذ‬
“ Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena
oleh Allah –dalam hal ini dipakai kata „allama58 dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh
–sehingga Adam memiliki prestasi keilmuan laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan
yang mengungguli para malaikat. Kehebatan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
akademik Adam inilah yang merupakan buah Bijaksana.
dari pengajaran Allah („allama) yang Kata kalimat yang dimaksudkan dalam ayat di atas,
dalam beberapa kitab tafsir diartikan sebagai ilmu Allah
dan ada pula yang memahaminya dengan kalam Allah
56 Tafsir al-Thabari, Juz 22, hlm. 7 (Al-Maktabah al- sebagaimana riwayat Qutadah yang selanjutnya
Syamilah (http://www. Shamela.ws) ditakhrij oleh Ibn Abi Hatim. Lihat dalam, Tafsir al-
57 Periksa dalam, Qs. Al-Baqarah ayat 30 Duur al-Mantsur, Juz 6, hlm. 429 (Al-Maktabah al-
58 Qs. Al-Baqarah ayat 31 Syamilah (http://www. Shamela.ws)
52 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
dalam ayat ini juga memiliki muatan pengajaran nubuwwah disebabkan pengetahuan akan
yang bersifat spiritual exercise berupa keyakinan rububiyyah tidak terikat dengan pengetahuan akan
dan pemantapan akan segala sesuatu yang nubuwah, sementara pengetahuan akan nubuwwah
berada di balik kehidupan alam nyata. membutuhkan pengetahuan akan rububiyyah.62
Terlebih lagi ketika menyimak penggunaan Dengan demikian, penggunaan kata „allama yang
kata „allama dalam surat al-Alaq yang dari situ kemudian lahir kata ta‟lim dalam bentuk
akan muncul sebuah pertanyaan, jika memang masdarnya dalam rangka mengurai konsep inti
istilah ta‟lim yang merupakan akar kata „allama dalam system keberagamaan yakni aspek
posisi dan cakupannya tidak lebih “istimewa” rububiyah dan nubuwwah.
dalam konteks pendidikan dibandingkan dengan Bahkan jika menelisik bentuk lain yang
istilah ta‟dib dan tarbiyah, mengapa kemudian seakar dengan kata ta‟lim yaitu kata ulama seakan
istilah „allama yang dipilih oleh Allah sebagai menjadi term eksklusif dalam al-Quran, hal ini
salah satu key term dalam wahyu yang pertama karena sebagaimana penelitian Quraish Shihab,
kali diturunkan. Dalam banyak riwayat, surat kata ini hanya terulang dalam al-Quran sebanyak
yang pertama kali diturunkan adalah surat al- dua kali. Pertama, dalam konteks ajakan al-
„Alaq ayat 1-5 sebagaimana dipaparkan secara Quran untuk memperhatikan turunnya hujan
panjang lebar oleh Jalaludin al-Suyuty dalam dari langit, beraneka ragamnya buah-buahan,
kitab al-Itqannya. gunung, binatang dan manusia yang kemudian
Al-Suyuty dengan merujuk pada riwayat ayat tersebut ditutup dengan uraian
yang berasal dari sayyidah Khadijah yang “sesungguhnya yang takut kepada Allah di
selanjutnya ditakhrij oleh Bukhari dan Muslim antara hamba-hamban-Nya adalah para
menguatkan bahwa surat al-„Alaq ayat 1 sampai ulama.63 Bagi Shihab, ayat ini memberikan
ayat 5 sebagai ayat yang pertama kali diturunkan. gambaran bahwa yang disebut sebagai ulama
Memang, masih ditemukan pendapat lain – adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan
sekalipun dinilai oleh Suyuti sebagai pendapat tentang ayat-ayat Allah yang bersifat kawniyah
yang kurang bisa diterima –yang menyatakan (fenomena alam). Kedua, kata ulama disebutkan
bahwa ayat yang pertama diturunkan adalah ayat dalam konteks pembicaraan al-Quran yang
1 dalam surat al-Muddatsir. Pendapat lain kebenaran kandungannya telah diketahui oleh
menyatakan surat al-Fatihah bahkan ada yang ulama Bani Israil.64 Kedua ayat di atas –lanjut
menyatakan ayat 1 surat al-Fatihah.61 Tanpa Shihab –menegaskan bahwa yang dimaksud
harus meneliti tingkat akurasi pandangan- dengan ulama adalah orang yang memiliki
pandangan yang tersaji, kepentingan penulis pengetahuan tentang ayat-ayat Allah baik yang
dalam hal ini hanya untuk menjawab pertanyaan bersifat kawniyah ataupun qur‟aniyah yang
mengapa digunakan kata „allama dalam kemudian mengantarkannya pada pengetahuan
rangkaian ayat yang pertama diturunkan. tentang kebenaran Allah, sikap takwa kepadanya
Pertanyaan ini dapat terjawab dengan dan lain sebagainya.65
mempertimbangkan ulasan dalam tafsir al-Razi Analisis Shihab menunjukkan bahwa kata
yang menyatakan bahwa, surat yang pertama ta‟lim digunakan dalam rangka menunjukkan
diturunkan ini meliputi dua kategori, kategori proses transformasi keilmuan melalui penelitian
ayat yang pertama mengisyaratkan pengetahuan dan pengkajian, namun juga –bahkan yang
akan rububiyah dan nubuwwah. Sedangkan
didahulukannya pengetahuan akan rububiyah atas 62 Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 107 (Al-Maktabah al-
Syamilah (http://www. Shamela.ws)
63 Lihat dalam surat Fathir ayat 28
61 Untuk melihat penjelasan rinci tentang hal ini, 64 Periksa dalam surat al-Syu‟ara ayat 197
rujuklah dalam, Jalaludin al-Suyuti, al-Itqan Fi „Ulum 65 M. Quraish Shihab, “Membumikan” al-Quran:
al-Quran (Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 2004), hal. 41 Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
dan setelahnya. Masyarakat (Bandung: Mizan, 2004), hal. 382
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 53
terpenting –dari hasil sebuah analisis yang ُ ‫ هللاُ َٗ َس‬: ُ‫اىغَّب ِئ ِو ؟ قُ ْيذ‬
ٌْ ‫ ُو أَرـَب ُم‬ْٝ ‫ قَب َه فَئ ِ َُّّٔ ِجج ِْش‬. ٌَ َ‫ع ْ٘ىُُٔ أ َ ْعي‬
dilakukan adalah mengantar pada kepercayaan .ٌْ ‫َْ ُن‬ْٝ ‫ُ َع ِ ّي َُ ُن ٌْ ِد‬ٝ
dan keteguhan keimanan akan kebenaran Allah,
“Diriwayatkan dari Umar bin Al-Khathab ra., dia
atau yang lazim dinyatakan sebagai sikap takwa
berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama
kepada Allah. Sementara takwa –sebagaimana
Rasulullah Saw., pada suatu hari, tiba-tiba tampak di
ungkap Nurcholis Madjid dalam karyanya, Islam,
hadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian
Doktrin dan Peradaban –dalam pengertian
sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat
terminologisnya sejajar dengan pengertian
padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak
rabbaniyyah yang menjadi tujuan diutusnya para
seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Lalu ia
nabi dan rasul ke muka bumi karena dalam kata
duduk di hadapan Rasulullah Saw., dan
ini tersimpul sebuah pengertian yakni, sikap-
menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan
sikap pribadi yang secara bersungguh-sungguh
meletakkan tangannya di atas paha Rasulullah,
berusaha memahami Tuhan dan mentaati-Nya
selanjutnya ia berkata, hai Muhammad, beritahukan
sehingga dengan sendirinya ia mencakup pula
kepadaku tentang Islam. Rasulullah menjawab, Islam
kesadaran akhlaki manusia dalam kiprah
adalah engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada
hidupnya di dunia ini.66
Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu
Dalam konteks yang berbeda, akar kata
utusan Allah, engkau mendirikan sholat,
dari ta‟lim yang berbentuk fiil mudhari
mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan
digunakan juga oleh Nabi Muhammad Saw.,
dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau
dalam mengungkapkan sebuah pengajaran yang
mampu melakukannya. Orang itu berkata, engkau
terjadi antara baginda nabi dengan malaikat
benar, kami pun heran, ia bertanya lalu
Jibril terkait dengan beberapa hal seperti tentang
membenarkannya. Kemudian orang itu berkata lagi,
makna Islam, iman, ihsan dan tanda-tanda
beritahukan kepadaku tentang iman, Rasulullah
terjadinya hari kiamat. Hadis yang dimaksudkan
menjawab, engkau beriman kepada Allah, kepada para
adalah riwayat yang berasal dari sahabat Umar
Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-
ibn Khattab, dengan redaksi sebagai berikut:
utusan-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir
َ‫ط ِع ْْذ‬ ٌ ْ٘ ُ‫ َْ ََب َّحْ ُِ ُجي‬ْٞ ‫ َث‬: ‫ْضب ً قَب َه‬َٝ‫ هللاُ َع ُْْٔ أ‬ٜ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ََ َش َس‬ ُ ِْ ‫َع‬
َ ْ‫ ْ٘ ًٍ ِإر‬َٝ َ‫عيَّ ٌَ رَاد‬ yang baik maupun yang buruk. Orang tadi berkata,
‫َْب َس ُج ٌو‬ْٞ َ‫طيَ َع َعي‬ َ َٗ ِٔ ْٞ َ‫ هللاُ َعي‬َّٚ‫صي‬ َ ِ‫ع ْ٘ ِه هللا‬ ُ ‫َس‬
Engkau benar. Orang itu berkata lagi, beritahukan
‫ ِٔ أَثَ ُش‬ْٞ َ‫ َعي‬ٙ‫ َُش‬ٝ َ‫ َل‬،‫ش ْع ِش‬ َّ ‫ع َ٘ا ِد اى‬ َ ُ ‫ذ‬ْٝ ‫ش ِذ‬
َ ‫ة‬ ِ ‫ب‬َٞ ّ‫بض اى ِث‬ ِ َٞ ‫ذُ َث‬ْٝ ‫ش ِذ‬ َ
kepadaku tentang ihsan, Rasulullah menjawab,
َ‫ ملسو هيلع هللا ىلص فَؤ َ ْعَْذ‬ٜ ِّ ‫ اىَّْ ِج‬َٚ‫ظ ِإى‬ َ َ‫ َجي‬َّٚ‫ َحز‬،ٌ ‫ ْع ِشفُُٔ ٍَِّْب أ َ َحذ‬َٝ َ‫ ََٗل‬،‫غفَ ِش‬ َّ ‫اى‬
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
‫َب ٍُ َح ََّذ‬ٝ :َ‫ ِٔ َٗقَبه‬ْٝ َ‫ فَ ِخز‬َٚ‫ ِٔ َعي‬ْٞ ‫ض َع َم َّف‬ َ َٗ َٗ ِٔ ْٞ َ ‫ ُس ْمجَز‬َٚ‫ ِٔ ِإى‬ْٞ َ‫ُس ْمجَز‬ melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya,
َ‫ اْ ِْل ِعَلَ ًُ أَ ُْ ر َ ْش َٖذ‬: ‫ع ْ٘ ُه هللاِ ملسو هيلع هللا ىلص‬ ُ ‫ فَقَب َه َس‬،ًِ َ‫ َع ِِ اْ ِْل ْعَل‬ِّٜ‫أ َ ْخ ِج ْش‬
sesungguhnya Dia pasti melihatmu. Orang itu berkata
ٜ َ ِ‫صَلَحَ َٗرُؤْ ر‬ َّ ‫ ٌَْ اى‬ٞ‫ع ْ٘ ُه هللاِ َٗر ُ ِق‬ ُ ‫أ َ ُْ َلَ ِإىََٔ ِإَلَّ هللاُ َٗأ َ َُّ ٍُ َح ََّذًا َس‬ lagi, beritahukan kepadaku tentang kiamat.
ً‫َل‬ْٞ ‫ع ِج‬ َ ِٔ ْٞ َ‫طعْذَ ِإى‬ ْ
َ َ‫ْذَ ِإ ُِ ا ْعز‬َٞ‫ضبَُ َٗر َ ُح َّج اىج‬ َ ٍَ ‫ص ْ٘ ًَ َس‬ ُ َ ‫اىضمبَح َ َٗر‬ َّ
Rasulullah menjawab, orang yang ditanya itu tidak
َ
ِِ ‫ َع‬ِّٜ‫ فَؤ ْخ ِج ْش‬:َ‫ قَبه‬،ُُٔ‫ص ِذّق‬ َ
َ َُٝٗ ُُٔ‫َ ْغؤى‬ٝ َُٔ‫ فَ َع ِج ْجَْب ى‬، َ‫صذَ ْقذ‬ َ : ‫قَب َه‬ lebih tahu dari yang bertanya, selanjutnya orang itu
ْ
ًِ ْ٘ َٞ‫ع ِي ِٔ َٗاى‬ ُ ‫ أ ُْ رُؤْ ٍَِِ ِثبهللِ َٗ ٍََلَئِ َنزِ ِٔ َٗ ُمز ُ ِج ِٔ َٗ ُس‬: ‫بُ قَب َه‬ َ ِ ََ ْٝ ‫اْ ِْل‬ berkata lagi, beritahukan kepadaku tentang tanda-
َ
ِّٜ‫ قَب َه فَؤ ْخ ِج ْش‬، َ‫صذَ ْقذ‬ ْ
َ ‫ قَب َه‬.ِٓ‫ ِْش ِٓ َٗش ِ َّش‬ٞ‫خ ِش َٗرُؤْ ٍَِِ ِثبىقَذَ ِس َخ‬ٟ‫ا‬ ِ tandanya. Rasulullah menjawab, jika hamba
َ
َُِّّٔ‫ أ ُْ ر َ ْعجُذَ هللاَ َمؤَّّلَ ر ََشآُ فَئ ِ ُْ ىَ ٌْ رَ ُن ِْ ر ََشآُ فَئ‬:َ‫ قَبه‬،ُ‫ب‬ َ ِ ‫غ‬ َ ْ‫َع ِِ اْ ِْلح‬ perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika
‫ْؤُٗ ُه َع ْْ َٖب‬ ْ
ْ ‫ ٍَب اى ََغ‬:َ‫ قَبه‬،‫ع ِِ اىغَّب َع ِخ‬ َ
َ ِّٜ‫ فَؤ ْخجِ ْش‬:َ‫ قَبه‬. َ‫َ َشاك‬ٝ engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki,
ُ‫ قَب َه أَ ُْ رَ ِيذَ اْْل َ ٍَخ‬،‫بسارِ َٖب‬ َ ٍَ ‫ َع ِْ أ‬ِّٜ‫ قَب َه فَؤ َ ْخجِ ْش‬.‫ثِؤ َ ْعيَ ٌَ ٍَِِ اىغَّبئِ ِو‬
َ
tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing,
ِٜ‫ط َبٗىُ َُْ٘ ف‬ َ َ‫َز‬ٝ ‫بء‬ ِ ‫ش‬َّ ‫ ْاى ُحفَبح َ ْاىعُ َشاحَ ْاىعَبىَخَ ِس َعب َء اى‬ٙ‫َسثَّز َ َٖب َٗأ َ ُْ ر ََش‬ berlomba-lomba mendirikan bangunan. Kemudian
ِِ ٍَ ٛ‫ع ََ َش أَرَذ ِْس‬ ُ ‫َب‬ٝ : ‫ ث ُ ٌَّ قَب َه‬،‫ًّب‬ٞ‫طيَقَ فَيَجِثْذُ ٍَ ِي‬ َ ّْ ‫ ث ُ ٌَّ ا‬،ُ‫ب‬ِ َْْٞ ُ‫ْاىج‬ pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian
Rasulullah bertanya kepadaku, wahai Umar, tahukah
66 Dikutip dalam, Moh. Arif, “Membangun
engkau siapa yang bertanya itu? saya menjawab, Allah
Kepribadian Muslim Melalui Takwa dan Jihad”, dalam,
Kalam: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah berkata,
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013, hal. 345
54 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan tentang kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
agama kepadamu.” keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.68
Hadis di atas, dalam penjelasan Habib
Sementara membincang tentang konsep
Zain ibn Ibrahim ibn Sumayt mencakup rukun-
pendidikan islam, ditemukan sekian arti yang
rukun agama yaitu Islam, Iman dan ihsan serta
diutarakan para ahli. Salah satu pengertiannya
meliputi tiga macam ilmu, pertama, ilmu Fiqih
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
sebagai pengetahuan yang berhubungan dengan
didik dalam meyakini, memahami, menghayati
hukum-hukum syar‟I yang bersifat amaliah yang
dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui
diwajibkan untuk dilaksanakan bagi setiap orang
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan
muslim. Kedua, ilmu tauhid yakni kewajiban
dengan memperhatikan tuntutan untuk
atas setiap mukallaf untuk meyakininya meliputi
menghormati agama lain dalam mewujudkan
perkara yang bersifat ilahiyat, nabawiyyat dan
persatuan nasional. Dalam pengertian yang lain,
sam‟iyyat. Ketiga, ilmu tasawuf yakni ilmu
pendidikan Islam diartikan dengan usaha orang
tentang tata hati yang diwajibkan bagi setiap
dewasa muslim yang bertakwa secara sadar
mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan hal-hal
mengarahkan perkembangan fitrah anak didik
yang menyelamatkannya serta menghindarkan
melalui melalu ajararan Islam ke arah titik
diri dari setiap hal yang mencelakakannya.
maksimal pertumbuhan dan perkembangan.
Kemudian di akhir penjelasannya, Ibn Sumayt
Dua rumusan ini setidaknya dapat
menyatakan bahwa ketiga ilmu tersebut di atas
disederhanakan ke dalam sebuah pernyataan
merupakan tuntutan yang bersifat wajib dan
bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses
tidak ada rukhsah untuk meninggalkannya.67
kegiatan pembinaan kepada peserta didik untuk
Penjelasan inipun semakin menunjukkan
mencapai kedewasaan kepribadian yang sesuai
bahwa proses pendidikan yang diungkapkan
dengan ajaran al-Quran dan hadis.69
dengan kata ta‟lim memiliki cakupan yang begitu
Penting digarisbawahi, tujuan pendidikan
luas, dengan mengacu pada penjelasan Ibn
Islam sebagaimana diutarakan yakni mencapai
Sumayt terhadap hadis yang merekam
kedewasaan kepribadian yang sesuai dengan
transformasi keilmuan antara Jibril dan baginda
ajaran al-Quran dan hadis. Pernyataan “sesuai
nabi, yakni pondasi agama yang mempelajari
dengan al-Quran dan hadis” sebagai tujuan akhir
ilmu tentang tata dzahir yang terangkup dalam
dari proses pendidikan tidaklah diperdebatkan,
ilmu fikih, keyakinan yang tersimpul dalam ilmu
namun bagaimana tujuan itu dicapai, ditemukan
tauhid serta tata batin yang terungkap dalam
sekian aliran filsafat pendidikan Islam yang
ilmu tasawuf.
disajikan oleh banyak pakar di bidangnya. Salah
Cakupan Makna ta’lim dalam Kerangka
satunya adalah aliran yang menyebut dirinya
Taksonomi Bloom
sebagai aliran filsafat perennial-esensial salafi
Mengutip salah satu pasal dalam undang-
yang mengidealkan masyarakat salaf pada masa
undang system pendidikan nasional, pendidikan
nabi dan para sahabat dan karenanya seorang
dinyatakan sebagai usaha sadar dan terencana
pendidik harus mampu mengarahkan peserta
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
didiknya agar memiliki kepribadian sebagaimana
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
masyarakat salaf. Aliran lain adalah perennial-
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
esensial madzhabi yang menandaskan
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

68 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


67 Habib Zain ibn Ibrahim ibn Sumayt, Syarah Hadis Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab
Jibril al-Musamma Hidayat al-Thalibin fi Bayani I (pasal 1)
Muhimmat al-Din (Bogor: Ma‟had Kharithah, 2007), 69 Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam
hal. 16 (Malang: Madani, 2015), hal. 49
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 55
pentingnya mengembangkan pembentukan mendorong produktivitas baik dari segi
masyarakat Islam sebagai kelanjutan dari masa ekonomi, estetik, sosial dan cultural.71
Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam hal ini Perbedaan di dalam setiap aliran di atas
pendidikan diarahkan sebagai sarana untuk hanya terletak pada cara untuk mendapatkan
membentuk generasi muslim yang memiliki pemahaman serta pengamalan yang sesuai
watak seorang muslim ideal era klasik sehingga dengan al-Quran dan hadis. Tegasnya,
pendidik diarahkan untuk membantu peserta pendidikan dalam islam diarahkan terhadap
didik dalam menginternalisasikan kebenaran- pembentukan karakter akademik, perilaku dan
kebenaran yang telah dipraktikkan pada masa keterampilan, yang mana ketiganya dicakup
pasca salaf yang disebut sebagai era klasik atau dalam istilah ta‟lim, karena itu pula benarlah apa
abad pertengahan.70 yang dinyatakan oleh Abd. Fattah Jalal, bahwa
Aliran berikutnya adalah aliran modernis pengertian kata al-ta‟lim sejatinya tidak hanya
yang berupaya memahami ajaran Islam yang berhenti pada transformasi keilmuan yang
terkandung dalam al-Quran dan Hadis semata- bersifat akademik an sich melainkan juga meliputi
mata mempertimbangkan konteks sosio-historis penanaman aspek afektif karena didalamnya
yang dihadapi masyarakat muslim kontemporer juga menekankan pada terwujudnya perilaku
tanpa mempertimbangkan khazanah intelektual yang baik (al-akhlaq al-karimah).72
muslim era klasik. Versi aliran ini, pendidikan Untuk memudahkan pemahaman ini,
memiliki tugas untuk melatih peserta didiknya konsep taksonomi yang dikembangkan oleh
agar memiliki kemampuan memecahkan Benjamin S. Bloom dapat digunakan sebagai
masalah kehidupan berdasarkankan tata pikir peta penjelas. Sebagaimana diketahui, Bloom
yang logis, sistematis dan ilmiah. Hal ini berarti pada tahun sekitar 1956 memperkenalkan
peserta didik diarahkan untuk mendapatkan sebuah konsep taksonomi yang selanjutnya
kecerdasan yang dengannya mampu beradaptasi popular dengan istilah taksonomi Bloom yang
secara kontinyu sesuai tuntutan lingkungannya. berhasil mengklasifikasikan ranah pendidikan ke
Kemudian aliran perennial-esensial-kontekstual- dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan
falsifikatif yang berangkat dari konsepsi psikomotorik,73 atau dalam istilah lain, ketiga
pemikiran muslim era klasik namun tetap domain itu disebut dengan aspek cipta, rasa, dan
mempertimbangkan perkembangan ilmu karsa.74 Secara terminologis, domain kognitif
pengetahuan dan teknologi modern. Karenanya merupakan segi kemampuan yang berkaitan
pendidikan tidak lain kecuali proses mewariskan dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran,
tradisi keilmuan klasik dan abad pertengahan atau pikiran. Sedangkan domain afektif
yang dengannya peserta didik dapat berinteraksi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan
dengan lingkungannya dan memberikan respon perasaan, emosi dan reaksi-reaksi yang berbeda
yang benar terhadap tuntutan dan kebutuhan dengan penalaran, kemudian domain
dan masyarakatnya. Terakhir adalah aliran psikomotorik biasa diartikan sebagai yang ranah
rekonstruksi sosial yang meyakini manusia yang banyak berkaitan dengan aspek-aspek
sebagai masyarakat konstruktivis yang memiliki keterampilan jasmani.75
kemampuan untuk membentuk orde sosial baru
yang selaras dengan tujuan hidupnya. Dalam
71 Mahmud, dkk., Filsafat Pendidikan, hal. 204-209
aliran ini, peserta didik diharapkan memiliki 72 Abd. Fattah Jalal, Azas-Azas Pendidikan Islam, terj.
kecakapan dalam mengembangkan Noer Ali (Bandung: Diponegoro, 1980), hal.30
masyarakatnya sejalan dengan nilai-nilai ilahiyah 73 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta:
Gramedia, 1987), hal. 149
yang diperkaya dengan khazanah budaya yang 74 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar
Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992), hal. 32.
70 Mahmud, dkk., Filsafat Pendidikan Islam 75 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran
(Surabaya: Kopertais IV Press, 2015), hal. 200 dan 203 (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hal. 298
56 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Ketiga domain yang dicakup dalam analisis terhadap redaksinya, melainkan
konsep taksonomi Bloom ditemukan dalam pemahaman terhadap kandungannya dan pada
penggunaan istilah ta‟lim yang berakar dari kata akhirnya melahirkan sikap dan tindakan yang
„allama yang terdapat dalam redaksi al-Quran dikehendaki oleh al-Quran. Sementara pada
maupun hadis nabi. Dengan kata lain, istilah domain psikomotorik, redaksi ayat َُ‫َب‬َٞ‫َعيَّ ََُٔ ْاىج‬
ta‟lim mencakup makna tarbiyah dan ta‟dib. yang terdapat dalam surat al-Rahman ayat 4
Pernyataan ini jika digambarkan dalam sebuah serta ayat ٌِ َ‫ َعيَّ ٌَ ثِ ْبىقَي‬yang merupakan potongan
bagan maka akan tampak seperti berikut: ayat dalam surat al-„Alaq ayat 4 adalah ayat yang
tergolong ke dalam domain tersebut dengan
‫َو َعلَّ َم آ َ َد َم‬ alasan bahwa kedua ayat tersebut sama-sama
Kognitif ‫إاْل َ إس َما َء ُكلَّ َها‬ mengacu pada lahirnya sikap kreatif melalui
َ‫سان‬ ِ ‫َعلَّ َم إ‬
َ ‫اْل إن‬
T bahasa yang dengannya dapat menjalin
‫َما لَ إم يَ إعلَ إم‬
Takson A komunikasi serta melalui tulisan yang
omi Afektif ’ َ‫َعلَّ َم إالقُ إرآَن‬ diharapkan dapat menguraikan komunikasi
Bloom L verbal ke dalam sebuah narasi kalimat.
I Kesimpulan
M َ‫َعلَّ َمهُ إال َب َيان‬ Uraian sederhana di atas menunjukkan
Psikomo sebuah kesimpulan bahwa dari tiga istilah yang
torik ‫َعلَّ َم بِ إالقَلَ ِم‬ popular yang digunakan untuk menunjukkan
(Bagan: Elaborasi Taksonomi Bloom konsep pendidikan yaitu tarbiyah, ta‟dib dan
dengan Konsep Ta‟lim dalam al-Quran) ta‟lim, jika mengikuti alur pikir al-Quran, maka
kata terakhir inilah yang mencerminkan
Bagan di atas memperlihatkan sebuah
kompleksitas proses pendidikan. Ini artinya,
skema pemahaman bahwa dengan
berbeda dengan kesimpulan yang menyatakan
menggunakan konsep taksonomi Bloom
bahwa jika istilah ta‟lim yang digunakan maka
terhadap cakupan makna ta‟lim yang terdapat
proses pendidikan semata-mata hanya berhenti
dalam al-Quran, tiga domain yang menjadi
pada transformasi keilmuan.
tujuan pendidikan yang meliputi domain
Keserbamencakupan konsep ta‟lim yang
kognitif, afektif dan psikomotorik sama-sama
digunakan dalam al-Quran setidaknya dapat
terangkum di dalam konsep ta‟lim. Hal ini
dipetakan melalui penggunaan taksonomi
dibuktikan dengan klasifikasi terhadap ayat-ayat
Bloom yang meliputi domain kognitif, afektif
yang penulis identifikasi sebagai ayat yang
dan psikomotorik, di mana masing-masing
menggunakan akar kata ta‟lim. Pada domain
domain ini ditunjukkan oleh ayat-ayat yang
kognitif, redaksi ayat yang termasuk di dalamnya
menggunakan akar kata ta‟lim. Pada domain
adalah ‫ َٗ َعيَّ ٌَ آَدَ ًَ ْاْل َ ْع ََب َء ُميَّ َٖب‬yang terdapat dalam kognitif, redaksi ayat yang termasuk di dalamnya
surat al-Baqarah ayat 31 serta ٌْ َ‫ ْعي‬َٝ ٌْ َ‫غبَُ ٍَب ى‬ ِ ْ ٌَ َّ‫َعي‬
َ ّْ ‫اْل‬ adalah ‫ َٗ َعيَّ ٌَ آَدَ ًَ ْاْل َ ْع ََب َء ُميَّ َٖب‬yang terdapat dalam
yang merupakan potongan ayat dalam surat al-
surat al-Baqarah ayat 31 serta ٌْ َ‫َ ْعي‬ٝ ٌْ َ‫غبَُ ٍَب ى‬ ِ ْ ٌَ َّ‫َعي‬
َ ّْ ‫اْل‬
Alaq ayat 5. Kedua ayat ini sama-sama
yang merupakan potongan ayat dalam surat al-
mengarah terhadap proses transformasi
Alaq ayat 5, sementara pada domain afektif,
keilmuan yang bersifat analitis. Pada domain
redaksi ayat ََُ‫ َعيَّ ٌَ ْاىقُ ْشآ‬yang terdapat dalam surat
afektif, redaksi ayat ََُ‫ َعيَّ ٌَ ْاىقُ ْشآ‬yang terdapat
al-Rahman ayat 2 dapat digolongkan ke dalam
dalam surat al-Rahman ayat 2 dapat digolongkan
domain ini. Kemudian yang terakhir adalah
ke dalam domain ini, mengingat –sebagaimana
domain psikomotorik yang ditunjuk oleh redaksi
telah diuraikan dalam tafsir al-Alusi yang penulis
ayat َُ‫َب‬َٞ‫ َعيَّ ََُٔ ْاىج‬yang terdapat dalam surat al-
kutip sebelum ini –makna mengajarkan al-
Rahman ayat 4 serta ayat ٌِ َ‫ َعيَّ ٌَ ثِ ْبىقَي‬yang
Quran tidak hanya sebatas pada kemampuan
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 57
merupakan potongan ayat dalam surat al-„Alaq Mahmud, dkk., Filsafat Pendidikan Islam
ayat 4. (Surabaya: Kopertais IV Press, 2015)
DAFTAR PUSTAKA Shihab, M. Quraish, “Membumikan” al-Quran:
Al-Attas, Syed M. Naquib, Konsep Pendidikan Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Dalam Islam: Rangka Pikir Pembinaan Masyarakat (Bandung: Mizan, 2004)
Filsafat Pendidikan Islam,terj. Haidar Baqir Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir: Syarat,
(Bandung: Pustaka, 1984) Ketentuan, dan Aturan Yang Patut Anda
Al-Baqi, Muhammad Fu‟ad „Abd, al-Mu‟jam al- Ketahui Dalam Memahami Ayat-ayat al-
Mufahras Li Alfaz al-Qur‟an al-Karim Quran (Jakarta: Lentera Hati, 2013)
(Beirut: Dar al-Fikr, 1992) Shihab, M. Quraish, Mukjizat Al-Quran Ditinjau
Al-Farmawy, Abdul Hay, al-Bidayah fi Tafsir al- Dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Maudhui (Ttp, 1977) Pemberitaan Gaib (Bandung: Mizan, 1997)
Al-Suyuti, Jalaludin, al-Itqan Fi „Ulum al-Quran Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran
(Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 2004) (Bandung: Mizan, 2001)
Arif, Moh., “Membangun Kepribadian Muslim Tafsir al-Alusi, Juz 20, hlm. 110 (Al-Maktabah al-
Melalui Takwa dan Jihad”, dalam, Kalam: Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Tafsir al-Baghawi, Juz 8, hlm. 479 (Al-Maktabah
Volume 7, Nomor 2, Desember 2013 al-Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Bahr al-Ulum, Juz I, hlm. 37 (Al-Maktabah al- Tafsir al-Duur al-Mantsur, Juz 6, hlm. 429 (Al-
Syamilah (http://www. Shamela.ws) Maktabah al-Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Budiman, M. Nasir, Pendidikan dalam Perspektif Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 107 (Al-Maktabah al-
Al-Qur‟an (Jakarta: Madani Press, 2001) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 107 (Al-Maktabah al-
Bumi Aksara,1996) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran Tafsir al-Razi, Juz 17, hlm. 109 (Al-Maktabah al-
(Jakarta: Rineka Cipta, 2009) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Fath al-Qadir, Juz 7, hlm. 100 (Al-Maktabah al- Tafsir al-Thabari, Juz 22, hlm. 7 (Al-Maktabah al-
Syamilah (http://www. Shamela.ws) Syamilah (http://www. Shamela.ws)
Hasyim, Farid, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Taftazani, H. I. Shofjan dan Maman
(Malang: Madani, 2015) Abdurrahman, “Konsep Tarbiyat
Ibn Sumayt, Habib Zain ibn Ibrahim, Syarah (Pendidikan) Dalam Al-Quran: Sebuah
Hadis Jibril al-Musamma Hidayat al-Thalibin Kajian Semantis Berdasar Ayat-Ayat
fi Bayani Muhimmat al-Din (Bogor: Ma‟had Quran”, dalam,
Kharithah, 2007) http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._p
Ibrahim, M. Sa‟ad, Kemiskinan dalam Perspektif al- end._bahasa_arab/196106181987031ma
Quran (Malang: UIN Press, 2007) man_abdurahman/konseppendinquranhs
Idris, Zahara dan Lisma Jamal, Pengantar t-MAR.pdf. diakses pada, 25 Agustus
Pendidikan I, (Jakarta: Grasindo, 1992) 2016
Jalal, Abd. Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
terj. Noer Ali (Bandung: Diponegoro, 1980) Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Karyanto, Umum B., “Makna Dasar Pendidikan Winkel, W. S., Psikologi Pengajaran (Jakarta:
Islam (Kajian Semantik)”, dalam, Forum Gramedia, 1987)
Tarbiyah Vol. 9, No. 2, Desember 2011 Zad al-Masyir, Juz I, hlm. 43 (Al-Maktabah al-
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam Syamilah (http://www. Shamela.ws)
(Jakarta: Pustaka al-Husna, 2003) Zenrif, MF., Sintesis Paradigma Studi al-Quran
(Malang: UIN Press, 2008)
58 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 59
KONSEPSI PSIKOLOGI TERHADAP LINGKUNGAN PENDIDIKAN ISLAM DI
SUATU LEMBAGA.
Oleh: H. Mat Saifi
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan
Abstrak
Dalam pandangan agama Islam, manusia diciptakan dengan memiliki dua unsur pokok, yakni
unsur jasmaniah dan unsur ruhaniyah (psikologis). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-
Qur‟an Surat Sad Ayat 71-72 yang artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu Berfirman kepada malaikat : “Sesungguhnya aku akan menciptakan
manusia dari tanah”, maka apabila telah kusempurnakan kejadiannya dan kutiupkan
kepadanya ruh (ciptaan) ku : Maka hendaklah kamu bersujud kepada-Nya”.
Di dalam lembaga pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan psikologi memiliki
peranan penting terutama psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar dan
mengajar. maka kami memperoleh data sebagai berikut :
1. Konsepsi psikologi terhadap lingkungan pendidikan Islam di suatu lembaga mencakup
dua unsur penting yaitu mengetahui kondisi lingkungan Pendidikan dan memahami jiwa
perkembangan anak didik/siswa.
2. Implikasi psikologi terhadap pendidikan di lembaga mencakup dua hal yaitu implikasi di
dalam kelas dan di luar kelas.
Jadi jelas bahwa konsep psikologi terhadap lingkungan pendidikan Islam ada keterkaitannya.
Demikian gambaran Ilmiah yang kami bahas semoga bermanfaat.

PENDAHULUAN keterampilan yang diperlukan dirinya,


masyarakat bangsa dan negara”.76
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat,
Membicarakan mengenai pendidikan
dalam bukunya “Ilmu Jiwa Agama” bahwa
sebenarnya usaha sadar membantu peserta didik
unsur terpenting dalam pendidikan adalah guru
menuju kedewasaan baik secara fisik maupun
yang mengerti,
psikis yang dilaksanakan oleh orang dewasa
secara sadar dan penuh tanggung jawab. memahami dan menyadari jiwa dari anak
Sebagaimana yang tertulis dalam Undang- didiknya.77 Misalnya anak untuk datang ke
Undang RI Nomor 20 tentang Sistem sekolah untuk belajar, belum tahu atas jiwa dari
Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah : anak didiknya. Barangkali hanya memenuhi
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan keinginan orang tuanya, dan si anak juga tidak
suasana belajar dan proses pembelajaran agar merasakan kebutuhan akan pelajaran yang
peserta didik secara aktif mengembangkan diberikan kepadanya. Yaitu mendengarkan dan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan memperhatikan pelajaran yang diterangkan oleh
spiritual keagamaan, pengendalian diri, guru. Bahkan barangkali ada anak yang enggan
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

76 Undang-Undang RI Nomor 20 Bab I, 91


77 Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2011), 77
60 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
atau tidak ingin mengikuti pelajaran itu tetapi ia Lembaga, Bagaimana implikasi Psikologi
tidak mengungkapkan perasaannya sehingga terhadap lingkungan pendidikan Islam di Suatu
terpaksa duduk mendengarkan keterangan guru Lembaga, Bagaimana korelasi Psikologi
dengan hati yang tidak terbuka. terhadap lingkungan pendidikan Islam di Suatu
Lembaga
Masalah lain yang harus pula dipahami
oleh guru bahwa hubungan murid dan guru Tujuan Penelitian
tidak banyak ditentukan oleh faktor-faktor
Untuk mengetahui konsep Psikologi
seperti sikap, pengertian kesadaran dan
terhadap lingkungan pendidikan Islam di
keterampilan guru saja, akan tetapi sering juga
Suatu Lembaga. Untuk mengetahui
terdapat faktor-faktor luar yang tidak disadari
implikasi Psikologi terhadap lingkungan
oleh guru yaitu pengaruh keadaan yang sedang
pendidikan Islam di Suatu Lembaga. Untuk
dihadapi oleh masing-masing murid di luar
mengetahui korelasi Psikologi terhadap
sekolah, baik dari pihak murid maupun guru itu
lingkungan pendidikan Islam di Suatu
sendiri. Dengan demikian apabila ada anak didik
Lembaga
yang bersikap acuh tak acuh terhadap pelajaran
yang diberikan oleh guru atau berontak terhadap B. Kajian Tentang Psikologi
peraturan sekolah dan membuat keonaran, guru 1. Definisi Psikologi
jangan sampai menghadapi kelakuan dan sikap Psikologi dalam istilah lama disebut
anak didik tersebut dengan keras, dengan ilmu jiwa, karena berasal dari kata
Psychology : Psychology merupakan dua
atau dengan cara-cara yang menambah
akar kata yang berasal dari bahasa Yunani
kebencian anak didik terhadap guru dan sekolah.
yaitu : Psyche yang artinya jiwa. Dan logos
Guru harus berlapang dada dan berusaha
yang artinya ilmu. Jadi secara harfiyah
memahami latar belakang lingkungan dan sikap
psikologi adalah ilmu jiwa.
anak yang seperti itu.
Sedangkan menurut istilah, sebagaimana
Berbagai masalah dan rintangan dapat
yang dirumuskan oleh beberapa para ahli,
terjadi dalam mencapai tujuan pendidikan yang
antara lain :
direncanakan maka semua masalah baik yang
terdapat pada anak maupun yang terdapat pada 1. Menurut Dr. Singgih Dirgagunasa
guru seharusnya dapat dimengerti dan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari
diusahakan untuk mengurangi serta
Tingkah Laku Manusia.
mengatasinya. Pengetahuan yang dapat
membantu pengenalan dan penganalisaan 2. Plato dan Aristoteles. Berpendapat bahwa :
masalah-masalah itu adalah jiwa dengan Psikologi ialah ilmu pengetahuan yang
berbagai cabangnya. Guru-guru yang ingin mempelajari tentang hakikat jiwa serta
dalam tugasnya harus berusaha untuk prosesnya sampai akhir.
meningkatkan kemampuannya terutama dalam
3. John Broadus Waston, memandang
bidang ilmu jiwa dan ilmu pendidikan.
psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang
Dari uraian di atas dapat penulis mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah)
simpulkan bahwa betapa penting psikologi dan dengan menggunakan metode observasi
konsep Islam terhadap pendidikan. Timbul yang objektif terhadap rangsangan dan
suatu pertanya. jawaban (respons).
Bagaimana Konsep Psikologi 4. Wihelm Wundt, berpendapat bahwa :
terhadap lingkungan pendidikan Islam di Suatu Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 61


mempelajari pengalaman-pengalaman yang the Education of human being is called
timbul dalam diri manusia seperti Educational Psychology, yakni bahwa
penggunaan panca indera, pikiran, perasaan psikologi pendidikan adalah studi sistematis
(feeling) dan kehendak. tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia.79
5. Woodworth dan Marquis
3. Cakupan Psikologi Pendidikan
Psikologi ialah : ilmu pengetahuan yang
Secara garis besar banyak ahli yang
mempelajari aktivitas individu sejak masih
membatasi pokok-pokok bahasan psikologi
dalam kandungan sampai meninggal dunia
pendidikan menjadi tiga macam yaitu :
dalam hubungannya dengan alam sekitar.
a. Pokok bahasan mengenai “belajar” yang
6. Knight and Knight
meliputi teori-teori, prinsip-prinsip dan
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan
secara sistematis tentang pengalaman dan sebagainya.
tingkah laku manusia dan hewan, normal
b. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”
dan abnormal, individu atau sosial.
yakni tahapan perbuatan dan peristiwa
7. Garden Murphy yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari c. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”
respons yang diberikan oleh makhluk hidup yakni suasana keadaan lingkungan baik
terhadap lingkungannya.78 bersifat fisik maupun non fisik yang
berhubungan dengan kegiatan belajar
2. Definisi Psikologi Pendidikan
siswa.
Menurut Barlow (1985) mendefinisikan
psikologi pendidikan sebagai a body of Sementara itu Samuel Smith sebagaimana
knowledge grounded in Psichologycal yang dikutip Suryabrata (1984) menetapkan 16
research which provides a repertoire of topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut :
resources to aid you in functioning more
1) Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
effectifely in teaching learning process.
(The Science of Educational Psychology)
Psikologi pendidikan adalah sebuah 2) Hereditas ata karakteristik pembawaan
pengetahuan berdasarkan riset psikologis sejak lahir (Herdity)
yang menyediakan serangkaian sumber- 3) Lingkungan yang bersifat fisik (Physical
sumber untuk membantu anda melaksanakan Structure)
tugas sebagai seorang guru dalam proses 4) Perkembangan siswa (Growth)
belajar mengajar secara lebih efektif.tekanan 5) Hakikat dan ruang lingkup belajar (Nature
definisi ini secara lahiriah hanya berkisar and Scope of Learning)
sekitar proses interaksi antar guru-siswa 6) Proses-proses tingkah laku (Behaviour
dalam kelas. Process)
7) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Selanjutnya, Whiterington dalam bukunya
(Factors That Condition Learning)
Educational Psychology terjemahan M.
8) Hukum-hukum dan teori belajar (Laws and
Buchori (1978) memberikan definisi
Theories of Learning)
Psikologi Pendidikan sebagai a systematic
study of the process and factors involved in

78 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung : CV. 79 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT.
Pustaka Setia, 1997), 11-12 Remaja Rosda Karya, 2005), 12-13
62 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
9) Pengukuran yakni prinsip-prinsip dasar dan psikis, yang dilaksanakan oleh orang dewasa
batasan-batasan pengukuran/evaluasi secara sadar dan penuh tanggung jawab.
(Measuremement : Basic Principles and
Pada bagian ini akan penyusun uraikan
Definitions)
mengenai definisi, fungsi, serta jenis lingkungan
10) Transfer belajar meliputi mata pelajaran
pendidikan.
(Transfer of Learning : Subject Matters)
11) Sudut-sudut pandang praktis mengenai 1. Definisi Pendidikan
pengukuran (Practical Aspects of Measurement) Menurut Abdurrahman An-Nahlawi (1989 :
12) Ilmu statistik belajar (Element of Statistic) 31-33) pendidikan berasal dari kata Al-Tarbiyah.
13) Kesehatan rohani (Mental Hygiene) Dari segi bahasa, menurut pendapatnya kata Al-
14) Pendidikan membentuk anak (Character Tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu :
Education)
Pertama, kata Raba-Yarbu yang berarti
15) Pengetahuan psikologi tentang mata
bertambah-bertumbuh seperti yang terdapat
pelajaran sekolah menengah (Psychology of
dalam Al-Qur‟an Surat Ar-Rum ayat 39 yaitu :
Secondary School Subjects)
16) Pengetahuan psikologi tentang mata ِ َّْ‫ ا َ ٍْ َ٘ا ِه اى‬ِٚ‫َ ْشث َُ٘ا ف‬ٞ‫ز ُ ٌْ ٍِ ِْ ِسثًب ِى‬ْٞ َ ‫َٗ ٍَآ اَر‬
َ‫َ ْشث َُ٘ا ِع ْْذ‬ٝ َ‫بط فََل‬
pelajaran sekolah dasar (Psychology of َُْ٘ ُ‫ض ِعف‬ ْ َ ُ
ْ َُ ‫ذ َُُْٗ َٗجْ َٔ هللاِ فَؤٗىئِلَ ُٕ ٌُ اى‬ْٝ ‫ز ُ ٌْ ٍِ ِْ صَ مَ٘حٍ ر ُ ِش‬ْٞ َ‫هللاِ َٗ ٍَآ اَر‬
Elementary School Subjects)80 )39 : ًٗ‫(اىش‬
4. Fungsi Psikologi Terhadap Lingkungan
Pendidikan Artinya :
Dalam pelaksanaan pendidikan, khususnya “Dan sesuatu tambahan yang kamu berikan
pendidikan persekolahan fungsi psikologi agar harta manusia bertambah, maka tidak
sangatlah penting. Dari psikologi seorang bertambah dalam pandangan Allah dan apa yang
pendidik dapat mengetahui bahwa jiwa anak kamu berikan berupa zakat yang kamu
berbeda dengan jiwa orang dewasa sehingga cara maksudkan untuk memperoleh keridhaan Allah
menghadapi anakpun harus berbeda dari orang maka itulah orang-orang yang melipatgandakan
dewasa, bahwa dalam pertumbuhan menuju ke (pahalanya)”
tingkat dewasa anak melampaui periode
pertumbuhan yang memiliki ciri-ciri tersendiri Kedua, Rabiya-Yarba yang berarti menjadi
sehingga dalam menghadapi anak pada setiap besar.
periode itu harus ada penyesuaian dengan ciri- Ketiga, Rabba-Yarubbu yang berarti
ciri sifat yang ada. Dengan dimilikinya memperbaiki, menguasai urusan menuntun,
pengetahuan tentang jiwa maka dapat menjaga, memelihara.82
dihindarkan sebanyak mungkin kesalahan-
kesalahan pendidikan sehingga dapat Sedangkan menurut Drs. Ahmad D.
memberikan motivasi bagi pertumbuhan anak Marimba yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan
menuju ke tingkat dewasa.81 Nur Uhbiyati dalam bukunya Ilmu Pendidikan
Islam, pendidikan Islam adalah bimbingan
C. Kajian Tentang Pendidikan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
Berbicara tentang pendidikan, sebetulnya agama Islam menuju terbentuknya kepribadian
menyangkut usaha sadar membantu anak utama menurut ukuran-ukuran Islam.83
menuju kedewasaan baik dari segi fisik maupun

82 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Perspektif Islam,


80 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005), Cet. Ke-VI
Rosda Karya, 2005), hlm. 25 hlm. 29
81 F. Patty, dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya 83 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,
: Usaha Nasional, 1982), 33 (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 110
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 63
Adapun di dalam Al-Qur‟an ayat-ayat yang
1. Definisi Pendidikan
menerangkan mengenai Tarbiyah (pendidikan) Secara singkat, perkembangan (development)
terdapat pada : adalah proses tahapan pertumbuhan ke arah
yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth)
a. Surat Bani Israil : 24
berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam hal
َ ِّٚ‫َب‬َّٞ‫اس َح َْ ُٖ ََب َم ََب َسث‬
‫ َْشا‬ٞ‫ص ِغ‬ ْ ‫ة‬ِ ّ ‫ َٗقُ ْو َس‬... jumlah, ukuran dan arti pentingnya
“Dan ucapkanlah : Ya Tuhan kasihanilah pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan
mereka sebagaimana mereka telah mendidik aku perkembangan (a stage of development, Mc. Leod,
(Rabbayni) sewaktu aku masih kecil.”84 1989).

b. Surat Asy-Syura : 28 Menurut kamus besar Bahasa Indonesia


ُ ِْ ٍِ ُ‫ذًا َٗىَ ِجثْذ‬ْٞ ‫َْب َٗ ِى‬ْٞ ‫ اَىَ ٌْ ُّ َش ِثّلَ ِف‬: ‫قَب َه‬
َِِْْٞ ‫ع َُ ِشكَ ِع‬ (1991) perkembangan adalah perihal
berkembang selanjutnya kata berkembang
“Fir‟aun menjawab : Bukankah kami telah
menurut kamus besar bahasa Indonesia ini
mengasuhmu (Nurboika) diantara (keluarga) kami,
berarti mekar terbuka atau membentang.
waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal
Menjadi besar luas dan banyak serta menjadi
bersama kami beberapa tahun umurmu.”85
bertambah, sempurna dalam hal kepribadian
2. Fungsi Pendidikan pikiran, pengetahuan dan sebagainya. Dengan
Adapun fungsi Tarbiyah (pendidikan) Islam demikian, kata berkembang tidak saja meliputi
adalah untuk mengindividualisasikan nilai dan aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan
ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia pengetahuan tetapi juga meliputi aspek yang
muttaqin dalam bersikap dan berperilaku, juga bersifat konkret.88
untuk mensosialisaikan nilai-nilai dan ajaran
2. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan
Islam demi terbentuknya umat Islam.86
a. Faktor Turunan (Warisan)
3. Jenis Lingkungan Pendidikan Turunan memiliki peranan penting dalam
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir
menerima pengaruh dari tiga lingkungan ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, yang berasal dari kedua ibu bapak atau nenek
dan masyarakat. Ketiganya disebut tripusat, dan kakek. Warian (turunan atau pembawaan)
semula dikemukakan Ki Hajar Dewantara pada tersebut yang terpenting antara lain bentuk
Brosur Seri “Wasita” tahun ke-1 No. 4 – Juni tubuh, raut muka, warna kulit, intelegensi, bakat,
1935 yang isinya meliputi alam keluarga, alam sifat-sifat atau watak dan penyakit.
perguruan, dan alam pemuda. Ketiga pusat itu
E. Pengertian, Proses, Teori dan Faktor-faktor
kini dikenal dengan istilah tripusat pendidikan
yang Mempengaruhi Belajar
yang meliputi : keluarga, sekolah dan
1. Pengertian Belajar
masyarakat.87
adapun yang dimaksud dengan belajar
D. Proses Perkembangan Dan Hubungannya
adalah tingkah laku yang mengalami perubahan,
Dengan Pendidikan
karena belajar menyagkut berbagai asek
kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti :
84 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
(Surabaya : Penerbit Mahkota, 2002), hlm. 387
85 Departemen Agama RI, Al-Qur’an & Terjemahnya,
9Surabaya : Penerbit Mahkota, 2002), hlm. 514
86 Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel
Surabaya, Pengantar Studi Islam, (Surabaya : IAIN
Sunan Ampel Press, 2002), hlm. 170
87 Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu, 172 88 Muhibbin Syah, Psikoogi, 41-42
64 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
maslah / berfikir, keterampilan, kecakapan, c. Belajar dan Pengalaman
kebiasaan ataupun sikap.89
Belajar dan pengalaman keduanya merupakan
Dalam definisi lain, dikatakan belajar suatu proses yang dapat mengubah sikap,
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku dan pengetahuan kita. Akan tetapi
tertentu seluruh tingkah laku individu yang belum tentu merupakan belajar dalam arti
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan pedagogis. Tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan berarti juga mengalami.
proses kognitif.90
3. Beberapa Teori Belajar
2. Bagaiana Proses Belajar Mengajar
a. Teori Conditioning
berikut ini uraian bebeapa macam cara
Seorang ahli psikologi, Watson mengadakan
penyesuaian diri yang dilakukan manusia dengan
eksperimen-eksperimen tentang perasaan takut
sengaja maupun tidak sengaja. Dan bagaimana
pada anak dengan menggunakan tikus dan
hubungannya dengan mengajar.
kelinci. Dari hasil percobaannya dapat ditarik
a. Belajar dan Kematangan kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak
dapat dilatih / diubah, anak percobaan Watson
kematangan adalah suatu proses
yang mula-mula tidak takut pada kelini dibuat
pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam
menjadi takut kelinci. Kemudian anak tersebut
diri makhluk hidup dikatakan telah matang, jika
dilatihnya pula sehingga tidak menjadi takut lagi
ia telah mencapai kesanggupan untuk
kepada kelinci.
menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan itu datang / tiba waktunya dengan Penganut teori ini mengatakan bahwa segala
sendirinya. Sedangkan belajar lebih tingkah laku manusia juga tidak lain adalah hasil
membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu daripada conditioning. Yakni hasil daripada
aktivitas, latihan-latihan dan konsentrasi dari latihan-latihan / kebiasaan-kebiasaan mereka
orang-orang yang bersangkutan. Proses belajar terhadap syarat-syarat / perangsang tertentu
terjadi karena perangsang-perangsang dari luar, yang dialaminya di dalam kehidupan.91
sedangkan proses kematangan terjadi dari
b. Teori Conectionism
dalam.
Menurut teori Trial an Error (mencoba-
b. Belajar dan Penyesuaian Diri
coba dan gagal) ini, setiap organisme jika
Penyesuaian diri merupakan juga suatu dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan
proses yang dapat merubah tingkah laku tindakan-tindakan yang sifatnya coba-coba
manusia. Penyesuaian diri itu ada dua macam : secara membabi buta. Jika dalam usaha
mencoba-coba itu secara kebetulan ada
1. Penyesuaian diri atuoplastis, seseorang
perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan
mengubah dirinya disesuaikan dengan keadaan
situasi, maka perbuatan yang kebetulan cocok
lingkungan / dunia luar.
itu kemudian “dipegangnya” karena latihan yang
2. Penyesuaian diri Alloplastis, yang berarti terus menerus maka waktu yang dipergunakan
mengubah lingkungan dunia luar disesuaikan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu
dengan kebutuhannya sendiri. makin lama makin efisien.
Menurut Thorndike proses belajar itu
melalui :
89 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Penerbit
Remaja Karya : Bandung, 1987, hlm. 86
90 Muhibbin Syah, Psikologi, hlm. 92 91 M. Ngalim Purwanto, Psikologi, hlm. 93
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 65
1. Trial and Error (mencoba-coba dan tergantung kepada bermacam-macam faktor.
mengalami kegagalan) Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu :
2. Law of Effect yang berarti bahwa segala
tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan 1. Faktor yang ada pada diri organisme itu
yang memuaskan (cocok dengan tuntutan sendiri yang disebut sebagai faktor
situasi) akan diingat dan dipelajari dengan individual.
sebaik-baiknya.92
2. Faktor yang ada di luar individu yang
c. Teori belajar menurut psikologi Gestalt disebut dengan faktor sosial.
Menurut para ahli psikologi Gestalt, Yang termasuk ke dalam faktor individual
manusia itu bukanlah hanya sekedar makhluk antara lain faktor kematangan/ pertumbuhan,
reaksi yang hanya berbuat atau bereaksi jika ada kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi,
perangsang yang mempengaruhinya. sedangkan yang termasuk faktor sosial antara
lain faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya.
Manusia itu adalah individu yang
Alat-alat yang dipergunakan dalam belajar
merupakan kebulatan jasmani – rohani sebagai
mengajar. Lingkungan dan kesempatan yang
individu manusia bereaksi atau lebih tepat
tersedia dan motivasi sosial.94
berinteraksi dengan dunia luar dengan
kepribadiannya dan dengan caranya yang unikF. Psikologi Dalam Pendidikan Islam
pula. Tidak ada orang yang mengalami Dalam pandangan Islam manusia
pengalaman yang benar-benar sama atau identik diciptakan diciptakan dengan memiliki dua
terhadap obyek atau realita yang sama. unsur pokok yaitu yang bersifat jasmaniah dan
rohaniah (psikologis) sebagaimana firman Allah
Sebagai pribadi manusia tidak secara
:
langsung bereaksi kepada suatu perangsang dan
tidak pula reaksinya itu dilakukan secara َ ‫) فَئِرَا‬71( ٍِْ ٞ‫ خَب ِى ٌق ثَش ًَشا ٍِ ِْ ِط‬ِِّّٚ‫إِرْ قَب َه َسثُّلَ ِى ْي َََلَئِ َن ِخ ا‬
ُُٔ‫ز‬ْٝ َّ٘ ‫ع‬
membabi buta atau secara trial and error seperti )72( َِْٝ‫ع ِج ِذ‬ َ َُٔ‫ فَقَعُ ْ٘ا ى‬ٚ‫ ِٔ ٍِ ِْ ُس ْٗ ِح‬ْٞ َ‫ََّٗفَ ْخذُ ف‬
dikatakan oleh para penganut teori conditioning
dan connectionism. Raksi manusia terhadap Artinya :
dunia luar tergantung kepada bagaimana ia (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
menerima stimulasi dan bagaimana serta apa Malaikat: sesungguhnya Aku akan menciptakan
motif-motif yang ada padanya. Manusia adalah manusia dari tanah. Maka apabila telah Ku
makhluk yang mempunyai kebebasan, ia bebas sempurnakan kejadiannya dan kutiupkan Roh (ciptaan
memilih cara bagaimana ia bereaksi dan Ku) maka hendaklah kamu bersujud kepada-Nya.”
stimulasi yang mana diterimanya dan mana yang (Q.S. Shad, 38 : 71-72)
ditolaknya.93
Disamping mempunyai kemampuan
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar jasmaniah, semisal gerak, mencerna makanan
Telah dikatakan bahwa belajar adalah dan sebagainya, manusia dianugerahi Allah
suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu kemampuan rohaniah yang keduanya jauh lebih
perubahan atau pembaharuan dalam tingkah tinggi dibandingkan makhluk-makhluk lainnya.
laku atau kecakapan. Sampai dimanakah Kemampuan-kemampuan rohaniah yang
perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata dimiliki manusia dan banyak disebut-sebut
lain, berhasil baik atau buruknya belajar itu dalam Al-Qur‟an dan hadits antara lain adalah :
a. Akal (pikiran, albab)
92 M. Ngalim Purwanto, Psikologi, hlm. 102-103
93 M. Ngalim Purwanto, Psikologi, hlm. 104 94 M. Ngalim Purwanto, Psikologi, hlm. 106
66 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
b. Hati nurani (af‟idah) tafsir ini tidak menafsirkan kemungkinan af‟idah
itu ada dalam otak (Dimagh).
c. Penglihatan (pengamatan)
Demikian pentingnya arti daya nalar akal
d. Pendengaran95
dalam perspektif ajaran Islam terbukti dengan
Dalam pandangan agama Islam manusia dikisahkannya penyesalan para penghuni neraka
dicptakan dengan memiliki organ-organ fisio- karena keengganan dalam menggunakan akal
psikis seperti yang terungkap dalam beberapa mereka untuk memikirkan peringatan Tuhan.
firman Allah SWT sebagai berikut : Dalam Surat Al-Mulk ayat 10 dikisahkan bahwa
mereka berkata :
1. Indera penglihatan (mata) yakni alat fisik
yang berguna untuk menerima informasi .‫ ِْش‬ٞ‫غ ِع‬
َّ ‫ت اى‬ ْ َ ‫ ا‬ِٚ‫َٗقَبىُ ْ٘ا ىَ ْ٘ ُمَّْب َّ ْغ ََ ُع ا َ ْٗ َّ ْع ِق ُو ٍَب ُمَّْب ف‬
ِ ‫ص َح‬
visual.
Artinya :
2. Indera pendengar (telinga) yakni alat yang
“Sekiranya kami mendengarkan dan memikirkan
berguna untuk menerima informasi verbal.
(peringatan Tuhan) niscaya kami tidak termasuk para
3. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa penghuni neraka yang menyala-nyala.”97
sistem psikis yang kompleks untuk menyerap
Sehubungan dengan uraian diatas,
mengolah, menyimpan, dan memproduksi
bagaimana pula fungsi kalbu (Qalb) bagi
kembali item-item informasi dan
kehidupan psikologis manusia? Arti konkret
pengetahuan (ranah kognitif).
(bersifat fisik) qalb menurut kamus Arab –
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam Inggris Al-Maurid, adalah heart (jantung) bukan
hubungannya dengan kegiatan-kegiatan belajar lever (hati). Kata “hati” yang biasanya dipakai
merupakan subsistem-subsistem yang satu sama untuk menterjemahkan “qalb” itu dalam bahasa
lain berhubungan dengan secara fungsional. Arab disebut “kabid”. Sebagai perbandingan
penyakit hati/lever yang dalam bahasa Inggris
Dalam Surat An-Nahl : 78 Allah berfirman :
disebut lever complaint dalam bahasa Arab disebut
‫ئًب َٗ َجعَ َو ىَ ُن ٌُ اىغ ََّْ َع‬ْٞ ‫ش‬ ُ ُ‫َٗهللاُ ا َ ْخ َش َج ُن ٌْ ٍِ ِْ ث‬
َ َُْ٘ َُ َ‫ط ْ٘ ُِ ا ُ ٍَّ َٖزِ ُن ٌْ َلَ رَ ْعي‬ I‟tilatul Kabid bukan I‟tulatul Qalb, jadi
. َُْٗ ‫بس َٗاَْلَ ْفئِذَح َ ىَعَيَّ ُن ٌْ رَ ْش ُن ُش‬
َ ‫ص‬َ ‫َٗاَْلَ ْث‬ sebenarnya kalau kita hendak menangkap arti
fisik kalbu, mestinya kita menyebut jantung
Artinya :
“bukan hati” sebagaimana pemakai bahasa
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari bumi dalam Inggris menyebut “heart” (jantung) bukan lever
keadaan tidak mengetahui apa-apa dan Dia memberi (hati) untuk kata qalb.
kamu pendengaran, penglihatan dan af‟idah (daya
Memang menurut kamus Arab – Indonesia
nalar) agar kamu berfikir”96
(1984) arti fisik qolb disamping “jantung” hati.
Kata “Af‟idah” dalam ayat ini menurut Akan tetapi mungkin pengertian ini dimasukkan
seorang pakar Tafsir Al-Qur‟an Dr. Quraisy karena sudah terlanjur populer di kalangan
Shihab (1992) berarti daya nalar yaitu potensi penerjemah kitab-kitab Arab Indonesia. Dalam
atau kemampuan berpikir logis atau dengan kata pengertian non fisik (yang bersifat abstrak)
lain akal dalam tafsir Ibnu Katsir Juz II kamus Arab – Indonesia tersebut mengartikan
tempatnya di dalam jantung (Qalb) namun kitab qolb sebagai al-aql (akal) al-lubb (inti akal) al-
zakirah (ingatan mental) dan al-quwatul (daya
pikir).
95 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling
Dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2001), 7
96 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 97 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya,
(Surabaya : Mahkota, 2002), hlm. 375 (Surabaya : Mahkota, 2002) hlm. 823
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 67
Sementara itu kamus Arab – Inggris Al-b. Memahami jiwa perkembangan anak didik/
Maurid memberi arti non fisik (Qolbu dengan siswa
kata-kata 1) mind (akal); 2) secret thought (pikiran Pertama, mengenai kondisi lingkungan
tersembunyi/ pikiran rahasia). Pengertian non Lembaga, dalam kaitannya dengan kondisi
fisik seperti yang tersebut dalam kamus Al- lingkungan Lembaga, dapat dilihat dengan cara
Munawwir dan Al-Maurid itulah yang jelas lebih di daerah mana guru mengajar, di daerah pesisir,
cocok untuk memahami kata kalbu, bahkan di pedesaan, atau diperkotaan. Karena masing-
memilih arti non fisik akal untuk kata qolb masing daerah mempunyai kondisi lingkungan
terasa lebih pas apabila kita memperhatikan yang berbeda. Kemudian bagaimana kondisi
firman Allah dalam Surat Al-A‟raf ayat 179 : masyarakat di sekitar Lembaga tersebut, baik itu
dilihat dari latar belakang pendidikannya
َُْ٘ ُٖ َ‫ ىَ ُٖ ٌْ قُيُ ْ٘ةٌ َلَ ثَ ْفق‬،‫ ًْشا ٍَِِ ْاى ِج ِِّ َٗاْ ِْل ّْ ِظ‬ِٞ‫َٗىَقَذْ رَ َسأَّْب ِى َج ََّْٖ ٌَ َمث‬
maupun pekerjaannya. Kemudian dari segi anak
.‫ِث َٖب‬
didik/siswa bagaimana cara mendidik anak-anak
Artinya : di daerah pesisir.

“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka Kedua, memahami jiwa perkembangan anak
jahanam kebanyakan jin dan manusia mereka didik/siswa unsur terpenting dalam sebuah
mempunyai kalbu-kalbu (akal-akal) tetapi tidak pendidikan di sekolah adalah guru. Guru yang
digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah”98 bijaksana dan memahami jiwa perkembangan
anak didiknya akan mampu untuk kehidupan
Kata kalbu-kalbu (qulub) yang dikaitkan
siswa di kemudian hari nanti. Sebaliknya jika
dengan aktivitas memahami ayat-ayat Allah
guru tidak bijaksana tidak mau tahu dan tidak
seperti tersebut dalam firman, tadi tentu tak
memahami jiwa perkembangan siswanya
dapat diartikan secara fisik baik dalam arti
mengakibatkan manfaat pendidikan yang telah
jantung maupun hati yang sudah terlanjur salah
diberikan menjadi kecil bahkan menjadi bersifat
kaprah itu, aktivitas memahami sama dengan
negatif.
aktivitas berpikir kritis yang hanya dapat
dilakukan oleh sistem memori atau akal manusia2. Implikasi Psikologi terhadap lingkungan
yang bersifat abstrak. Dengan demikian arti pendididkan Islam di Suatu Lembaga
kalbu yang lebih realistik ialah akal atau sistem Implikasi Psikologi terhadap lingkungan
memori yang tempatnya di dalam otak, bukan di pendididkan Islam di Suatu Lembaga yaitu
dalam jantung atau di dalam hati manusia.99 Implikasi di dalam kelas, seperti manajemen ruang
kelas, metode yang digunakan proses belajar
Berdasarkan data dalam penelitian ini, baik
mengajar, semuanya itu telah dilakukan oleh
dari observasi, interview dan dokumentasi yang
hampir semua guru terutama yang wali kelas.
telah di paparkan diatas, maka penuilis uraikan
Berdasarkan data yang penulis dapat mengenai
analisa datanya secara dekriptif sebagai berikut :
penanganan siswa yang mengganggu proses
1. Konsepsi Psikologi terhadap lingkungan belajar mengajar yang penyebabnya dikarenakan
pendididkan Islam di Suatu Lembaga. bisa dua kemungkinan, yaitu faktor intern siswa
Mengenai konsepsi Psikologi terhadap dan faktor ekestern siswa.
lingkungan pendididkan Islam di Suatu
Lembaga harus diketahui adalah :
Kesimpulan
a. Kondisi lingkungan Lembaga
Berdasarkan hasil pengumpulan dan
98 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, analisis data maka penulis dapat menarik
(Surabaya : Mahkota, 2002), hlm. 233 kesimpulan sesuai dengan penulis tentukan.
99 Muhibbin Syah, Psikolog, hal. 101-103
68 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari Fauzi, H. Akhmad, 1997. Psikologi Umum,
penelitian ini adalah sebagai berikut : Bandung : CV. Pustaka Setia.
1. Konsepsi psikologi terhadap lingkungan Faisal, Sanapiah & Mappiare, Andi, Dimensi-
pendididkan Islam di Suatu Lembaga mencakup dimensi Psikologi, Subaraya : Penerbit Usaha
dua unsur penting yang harus di ketahui oleh Nasional.
seorang guru yaitu
Faqih, Ainur Rahim, 2001. Bimbingan dana
a. Kondisi lingkungan Lembaga
Konseling Dalam Islam, Bandung : Penerbit PT.
b. Memahami jiwa perkembangan anak didik/
Rineka Cipta.
siswa
2. Implikasi psikologi terhadap lingkungan Hadi, Sutrisno, 1992. Metoidelogi
pendidikan Islam di Suatu Lembaga mencakup Research,Yogyakarta : Andi Offset.
dua hal yaitu :
Koentjoroningrat, 1990 Metode-metode Oenelitian
a. Implikasi di dalam kelas
Masyarakat, Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
- Manajemen kelas
Utama.
- Metode yang digunakan ketika mengajar
- Evaluasi Moleong, J. Lexy, 200. Metodelogi Penelitian
- Penanganan siswa yang mengganggu proses Kualitatif, Bandung : PT Remadja Rosdakarya.
belajar mengajar
Purwanto, M. Ngaiim, 1987. Psikologi Pendidikan,
b. Implikasi di luar kelas Bandung : Penerbit Remadja Karya.
- Guru memberi contoh / suritauladan yang baik Razak, Nasurdin, 1996. Dienul Islam, Bandung :
- Siswa diajarkana mengucapkan salam PT. Al-Ma‟arif.
Syah, Mahibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung :
DAFTAR PUSTAKA PT. Remadja Rosda Karya
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, Suryabtrata, Sumadji, Psikologi Pendidikan,
Jakarta, Penerbit : Rineka Cipta. Penerbit Rajawali Press.
Ahmadi, Abu & Uhbiyati, Nuir 1991. Ilmu Suryanto, A. Toto dkk. Pendidikan Agama Islam,
Pendidikan, Jakarta : PT. Rineka ipta. Bandung : Penerbit Tiga Mutiara.
Cipta, Patty, F dkk, 1982. Pangantar Psikologi, Tirta Rahardja, Umar & La Sulo, S.L. 2005.
Syrabay : Penerbit Usaha Nasional Pengatur Pendidikan, Jakarta : Penerbit Rineka
Departemen Agama RI, 2002. Al-Qur‟an dn Cipta.
Terjemahanya, Surabaya : Penerbit Tafsir, Akhmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam
Mahkota. Perspektif Islam, Bandung : Penerbit PT. Remadja
Rosdakarya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2002. Pengatur Studi Islam, Surabaya :
Jakarta :Balai Pustaka. IAIN Sunan Ampel Press.
Darajat, Zakiah, 1996.Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Zulkifli, 1992. Posikologi Pekembangan, Bandung :
Poenerbit Bulana Bintang. Penerbit PT. Remadja Rosdakarya.
PROSPEKTIF IJTIHAD DALAM KONTEKS PEMAHAMAN HUKUM
ISLAM
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 69
Oleh : Nursaman
Dosen STAI Salahuddin Pasuruan

Abstrak
Ijtihad merupakan sebuah usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al-Qur'an dan Hadist dengan syarat
menggunakan akal sehat dan juga pertimbangan matang. Dengan tujuan adalah untuk
memenuhi keperluan umat manusia dalam beribadah kepada Allah di tempat dan waktu
tertentu. Serta untuk mendapatkan solusi hukum, jika terdapat suatu masalah yang harus
diterapkan hukumnya, namun tidak dijumpai pada Al-Qur'an dan Hadist. sehingga ijtihad ini
sangat penting, karena telah diakui kedudukan dan legalitasnya dalam islam, namun tidak
semua orang dapat melakukan ijtihad, hanya dengan orang-orang tertentu yang dapat
memenuhi syarat-syarat menjadi seorang mujtahid.

I. ARTI IJTIHAD dari penghayatan terhadap tujuan umum syari‟ah


atau hikmah syari‟ah yaitu maslahat.101
Lazim di Indonesia-kan dengan pendapat
Dengan kriteria ini Ijtihad menyandarkan
yang dikemukakan atau pendapat bebas (Ijtihad
diri pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah
bir ro‟yi). Kata dasar Ijtihad memiliki arti:
sebagai ukuran, bukan semata-mata
berusaha sungguh-sungguh dalam melaksanakan
memperturutkan kata hati/pendapat akal bebas
saesuatu, atau mengerahkan segala kesanggupan
yang dalam mencari nilai kebenaran hanya
untuk mengerjakan sesuatu.100
mengandalkan diri pada pengamatan atas gejala-
Sepanjang pemakaian kata Ijtihad selalu
gejala (amarat). Ijtihad versi qiyas dibiasakan
dalam menghadapi usaha berat dan
pemakaiannya oleh Ali bin Abi Thalib, Abdullah
memayahkan. Apabila nash dalam arti
bin Mas‟ud yang mempengaruhi corak berfikir
bahasanya menunjuk bahwa sesuatu telah
ulama Kuffah sepeninggal bimbingan kedua
sampai pada batasnya, maka Ijtihad merupakan
sahabat tersebut. Adapun Umar bin Khattab
proses menuju batas yang relatif belum
merupakan proto type ijtihad versi maslahat,
tersampaikan.
yakni dengan pola menerapkan kaidah-kaidah
Istilah Ijtihad telah berkembang
umum dari dalil syara‟. Untuk kedua versi
sedemikian rupa sehingga perlu diberikan
ijtihad tersebut dipakai sebutan Ijtihad bir-ra‟yi.
kriteria yang mengikuti maksud pemakaian
Mayoritas ulama ushul fiqh membatasi
istilah itu. Sepanjang masa kepemimpinan
istilah ijtihad dengan pengertian: mencurahkan
Rasulullah saw dan pada periode sahabat Ijtihad
segenap kesanggupan (tenaga pikiran) dari seorang
itu di istilahkan dengan maksud : penelitian dan
faqih secara maksimal untuk mendapatkan hukum
pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang
syara; atau untuk memperoleh kemungkinan
terdekat kepada Kitabullah dan Sunnah
kesimpulan/ pengertian dhonni tentang sesuatu masalah
Rasulullah, baik ukuran terdekat itu dengan
syari‟ah melalui salah satu dalil syari‟ dengan cara-cara
ma‟qulun nash (pengertian yang dapat
tertentu. Dengan batasan ini Ijtihad menunjuk
ditanggapi dari nash) yaitu qiyas, atau diperoleh
pada tingkat kecakapan dan kesanggupan
seorang ahli fiqh dalam menggali hukum syara‟
berkwalitas dhonni dari sumbernya. Ijtihad

100100 Moh. Khudory Byk, Ushul Fiqh, 404. KHM.


Dahlan, Ijtihad dan Qiyas, 68, Nicolas P. Achinedis 101 Moh. Abu Zahroh, Fi Tarikhil Mazahibil Al-
Pengantar Ilmu Hukum Islam tarjamah Roesli DMB 89 Islamiyah, 11-17
70 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
dalam batasan tersebut sekedar merupakan persesuaian identitas illat yang diistimbathkan
rabithah (alat penghubung) antara dalil sya‟ra oleh mujtahid terdahulu bagi peristiwa baru.
dan hukum yang disimpulkan. Boleh jadi ijtihad ini merupakan menifestasi
Dalam pandangan ahli fiqh ijtihad itu kerja tahqiqul manath dan tanqihul manath.
mengaah pada tingkat spesialisasi “darakil Spesialisasi ijtihad ini dinamakan ijtihad
ahkam” atau “ Tathbiqul ahkam”. tathbiqul ahkam. Dikatakan tahbiq karena
1. Ijtihad darakil ahkam mujtahid yang bersangkutan hanya mencari
Ijtihad yang khusus mencari hukum dan persesuaian perkara kepada hukum yang sudah
penjelasan pelaksanaannya. Spesialisasi ini ada.
diperlukan terhadap hal-hal yang belum ada
II. IJTIHAD DAN FATWA
petunjuk tegas dari nash dalam bentuk ayat atau
hadits yang qoth‟i (satu penafsiran /satu Fatwa sering diidentikan dengan ijtihad,
penta‟wilan). padahal antara keduanya terdapat perbedaan
Seorang mujtahid muthlaq mustaqil atau yang prinsipil, fatwa dialihbahasakan nasehat,
minimal mujtahid muthlaq fil madzhab berusaha atau sekedar pertimbangan hukum. Sifat fatwa
keras mendapatkan hukum langsung dari terbatas, sebab ia berbentuk jawaban hukum
sumber dalil syar‟i memakai sistem dan thariqah dan pertimbangan hukum terhadap kasus
istimbath tertentu. Dsitulah kerja istumbath (waqi‟ah) yang dipertanyakan. Daya ikat fatwa
identik dengan ijtihad, karena terjadi pemusatan patut dilokalisir pada pribadi yang bertanya.
kegiatan pada usaha mengeluarkan hukum dari Dalam praktek Pengadilan Agama misalnya
pesembunyiannya. Sarana yang bisa memberi fatwa itu sekalipun sama-sama produks
petunjuk untuk mendapatkan hukum itu. Ayat Lembaga peradilan atau faqih, namun tidak
atau hadits sejauh diduga sebagai sandaran dapat dipaksakan.102
hukum dari dhohir nashnya di proses istimbath Karena sifat terbatasnya maka dalam
melalui penilikan terhadap sifat indikasi (dalah) proses menyampaikan fatwa hukum perlu
lafadh pad segi khas atau „am, muthlaq atau dilengkapi dengan :
muqayad, nasakh atau mansukh atau takhsis,a. Pengetahuan terhadap realita kasus yang
istirok atau muradif dan lain sebagainya. dimintakan pertimbangan hukumnya.
Spesialisasi ini dogolongkan ke dalam ijtihadb. Mempelajari keadaan psychologis pihak-pihak
darakil ahkam. yang meminta fatwa
2. Ijtihad tathbiqul ahkam c. Gambaran latar belakang masyarakat dan
Ijtihad yang khusus menerapkan/ kondisi tata kehidupan masyarakat
meletakan hukum atau kaidah hukum atas lingkungannya.103
kasus-kasus (peristiwa) tertentu. Pada masa Beda yang menonjol pada fatwa adalah
Nabi spesialisasi ini berbentuk kesanggupan keleluasaan mufti untuk mengoper pendapat
para sahabat menerapkan suatu hukum dalam orang lain, termasuk dalam hal ini alternatif
memberikan keputusan peradilan dan dalam pendapat mazdhab tertentu yang dipilih dan
mem para sahabat menerapkan suatu hukum mugkin juga memperlakukan yurisprodensi
dalam memberikan keputusan peradilan dan hukum, dengan syarat menyesuaikan diri dengan
dalam memberikan fatwa. Gerak ijtihad ini tata cara pengoperan.
berorenberikan fatwa. Gerak ijtihad ini
berorientasi pada perumusan hasil istumbath
ulama mujtahid untuk ditetapkan bagi peristiwa 102 Moh. Daud. SH, Kedudukan Hukum Islam dalam
baru yang belum ada kepastian hukui mujtahid Sistem hukum di indonesia, Majalah Hukum dan
untuk ditetapkan bagi peristiwa baru yang belum Pembangunan Th XII Maret 1982
103 Moh. Abu Zahroh, Fi Tarikhil Mazahibil Al
ada kepastian hukumnya. atau mencari Islamiyah, 11, 134
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 71
Contoh praktis tentang hal tersebut bisa kembali naskah Al-qur‟an dan pentadwinan
dilihat pada pengoperan hasil istimbath pada mushaf pada masa khilafah Ustman bin Affan.
qodhi syar‟i dan hakim agama. Putusan yang Itu semua adalah realita sunnah Rasul dan
termuat dalam putusan-putusan pengadilan amalus sahabat dalam mewujudkan ijtihad
agama. Putusan-putusan Pengadilan Agama jamaiyah (kolektif).
tersebut adalah yurisprodensi konstan yang juga Dari segi aqliyah dapat dikemukakan
merupakan sumber hukum acaranya. bahwa keterbatasan ayatul ahkam dan
Berbeda sekali dengan keputusan hasil perbendaharaan sunnah/hadits ahkam jauh
ijtihad mutlak yang harus digali/disimpulkan lebih kecil dari jumlah peristiwa beraspek hukun
langsung dari dalil-dalilnya dan menunjuk serta yang perlu kepastian hukum. Kebutuhan akan
sistem istimbathnya. kepastian hukum bagi semua peristiwa
Setiap fatwa harus mempertimbangkan sepanjang kehidupan umat manusia di
dan berorientasi pada kemaslahatan orang manapun, memerlukan dukungan ijtihad. Tanpa
banyak, seperti terlihat pada anjuran memilih dukungan ijtihad tentu umat islam akan
materi fatwa yang dirasa moderat, tidak mengalami kesempitan.
terlampau ekstrim dan tidak pula cendrung
IV. FUNGSI IJTIHAD
memberi kelonggaran yang mungkin akan
disalahgunakan. Orientasi demikian tidak Bercermin pada ibaratul matni
terlihat datanya dalam ijtihad sekalipun dalam (teks hadits) tentang jawaban Muadz bin Jabbal
madzhab tertentu. di hadapan Rasulullah saw “ Ajtahidu ro‟yi wala
aalu” aku akan berusaha memeras pikiranku
III. LANDASAN IJTIHAD SEBAGAI dengan teliti (tidak apriori). Jawaban itu
DASAR TASYRI‟ terutama indikasi lafdziyahnya memberi kesan
Dalalah iltizamiyah berkenaan dengan bahwa ijtihad berfungsi sebagai alat atau sarana
peran serta pihak-pihak yang melakukan formal guna mengeluarkan hukum, bukan
istimbath (vide QS An-Nisa 82), perintah agar mencipta hukum, bukan pula sebagai sumber
mencari mencari tempat kembali sesuatu yang hukum. Ijtihad sekedar asas yang efektif untuk
diperselisihkan kepada hukum Allah dan menggali dan menyimpulkan hukum dari dalil-
Sunnah Rasul-Nya (vide QS An-Nisa 59) dan dalil syar‟i.
melihat pembenaran Rasulullah terhadap jenjang Pencipta hukum adalah Allah swt.
(hirarsi) memperoleh sumber hukum materiil Sedangkan Rasulullah saw bertugas
seperti dapat diikuti pada teks jawaban Muazd menyampaikan dengan kewenangan memberi
bin Jabbal yang diriwayatkan oleh Bukhori, bayan (penjelasan) terhadap hukum-hukum
kiranya cukup melandasi kedudukan formal ketetapan Allah (vide QS Al-An‟am 57).
ijtihad sebagai dasar tasyri‟ islami. Ijtihad merupakan kebutuhan yang
Para penyanggah mungkin menampilkan dharuri dalam pengertian tidak mungkin
makna harfiyah dari QS An-Nakhal 89, QS Al- dihindarkan, karena dengan ijtihad ditempuh
An‟am 38 dan QS An-Nisa 105 serta penegasan istimbath hukum dari dalil-dalil syar‟i.
Ali bin Abi Thalib sehubungan dengan mashul Menempatkan ijtihad sebagai sumber
khuffi. Argumentasi pembanding itu terjawab hukum walau pada urutan sesudah Al-Kitab dan
dengan sendirinya oleh realita ijtihad berbentuk As-Sunnah harus berhadapan dengan berbagai
musyawarah Nabi bersama tokoh-tokoh sahabat kelemahan, karena ijtihad adalah produksi akal,
setiap kali hendak menentukan strategi perang. sedangkan akal tidak termasuk sumber hukum
Ijtiha khilafah yang mengambil tempat di islam, melainkan sekedar alat belaka (vide QS
Tsaqifah Bani Sa‟adah, begitu pula ijtihad Al-A‟rof 179). Logika sederhananya kurang
Khalifah Abubakar mengenai penyalinan lebih sebagai berikut: akal sehat sekalipun belum

72 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


tentu menghasilkan pikiran yang sehat, tapi akal kuliyah. Kaidah kuliah tersebut dipandang
dapat menghasilkan rumusan yang berlainan, qoth‟iyah lantaran sumber pengambilannya dari
apabila akal dijadikan sumber hukum islam, nash Al-qur‟an dan Hadits yang telah diuji
maka berarti sumber hukum itu berlainan.104 kelayakannya sejauh segi-segi ajaran islam.
Dalalah iltizamiyah dari QS An- Seperti kaidah “ La dhororo wa la dhiroro”
Nisa 82 justru menunjuk kesungguhan mujtahid dan asas “ Al hududu tudrasu bisy syubhati”
dan mustambith dalam dan lain-lain.
menggali/mengistimbathkan hukum dari Pada kelompok qoth‟iyah ini tidak
ketetapan yang sudah ada, yakni Al-qur‟an dan memberikan tempat gerak terhadap ijtihad. Dari
As-Sunnah/Al-Hadits sana dirumuskan sebuah kaidah “La masagho
lil ijtihadi fi mawaridin nash” (tak boleh
V. LAPANGAN IJTIHAD
mengadakan ijtihad pada tempat-tempat yang
Syari‟at Islam yang dasar-dasarnya telah ada nashnya). Syar‟i meletakan bentuk nash
terdapat dalam Al-qur‟an dan As-Sunnah (Al- untuk ketetapan hukum qoth‟iyah karena tidak
Hadits) dipisahkan menjadi 2 (dua) macam, mungkin terjadi perbedaan berhubung beda
yaitu kelompok qoth‟iyah dan kelompok masa dan tentu berbeda pada nilai maslahatnya.
dhanniyah.105 Kelompok hukum syar‟i dhonniyah
Kelompok hukum syar‟i yang qoth‟i selalu terdapat beberapa kemungkinan, mungkin
(positif) mencakup semua informasi syara‟ yang dari segi ketetapan datangnya seperti dialami
diperoleh ketetapannya dari dalil-dalil yang di oleh hukum dari hadits ahad, mungkin pula dari
pastikan dan diyakini datangnya (qoth‟iyul indikasi lafadznya, atau dari kedua segi tersebut.
wurud) dalam pengertian benar-benar demikian Pada kelompok dhonniyah ini ijtihad memang
keadaannya diterima dari Rasulullah atau dari dihajatkan dalamm bentuk : Usaha memahami
Allah swt serta qoth‟i pula indikasi/dalalah rumusan ayat/hadits, mentarjihkan suatu
lafadznya, indikasi lafadz dianggap qoth‟i bila pemahaman atas ma‟na yang lain, menyelidiki
hanya memberikan pengertian tunggal, yakni mutu sanad, mencari persesuaian kaidah
bila lafadz tersebut terhindar dari kemungkinan madzhabiyah atau kaidah ushul fiqh dan
majaz, isytirok, idhmar, taqdim/ta‟khir nasakh, mencari kepastian telah ada tidaknya ijma‟ atas
takhsis dan ta‟arudh aqli.106 suatu masalah hukum. Hukum syar‟i dhonni
Dalil yang demikian disebut “nash” banyak mewarnai masalah furu‟iyah, terutama
dengan ciri umum : terdiri atas ayat Al-qur‟an bidang muamalah dan mungkin juga menimpa
atau hadits mutawatir, sifat informasinya mudah teori ilmu kalam (nadhariyah kalamiyah) seperti
dipahami dan jelas, telah terjadi kesepakatan atas masalah ru‟yatullah bagi orang mukmin di
keadaannya lantaran bukti pengalaman yang akhirat.
berlangsung secara terus menerus. Seperti Dengan demikian ruang ijtihad melihat
hukum bilangan rokaat sholat fardhu, objeknya terbentang pada bidang hukum
kefardhuan puasa Ramadhan, keharaman zina amaliyah yang dalil/petunjuk hukumnya bersifat
dan sebagainya. Termasuk dalam kelompok dhonni. Objek/lapangan ijtihad dapat
qoth‟iyah adalah semua hukum syar‟iat tentang digeneralisir menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu :
urusan ibadah murni (ibadah mahdiyah) sesuai1. Masalah yang man shush ta‟aquli, yakni terdapat
dengan penegasan QS As-Syura 21 dan kaidah nash Al-qur‟an/ As-Sunnah/hadits tetapi
indikasi lafadznya cenderung dapat dirasiokan
104 Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam, Catatn (kita dapat berfikir bebas). Seperti masalah
Pribadi, LP3ES, 1982, 21 qishos atas orang yang dipaksa membunuh,
105 Muhamad Al-Madani, Mawathinul Ijtihad Fis karena rumusan lafadz Al-qur‟an berdalalah
Syari’ah Al-Islamiyah, 6-9
dhonni. Demikian juga mahrom rodho‟ah
106 KHM. Dahlan, Ijtihad dan Qiyas, 12.
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 73
karena dalil pendukungnya hadits ahad dalam ijtihadnya mempergunakan metode dasar
(dhonniyul wurud). dan system imam madzhab yang dianutnya.
2. Masalah yang mustambath ta‟aquli, yakni hukum Praktis kiranya abad ke VIII H dipandang
dasarnya diperoleh lewat penyimpulan dan sebagai periode taqlid.
indikasi ma‟nanya cenderung dipertimbangkan Ijtihad (muthlaq dan muntasib)
dengan akal. Seperti hukum yang diperlukan atas menjadi terhenti bukan karena syari‟at melarang,
dasar hikmah dan nilai-nilai kemaslahatan, tetapi karena kemampuan perseorangan umat
apakah hukum itu manshus atau mustambath. islam sudah tidak mendukung lagi persyaratan
3. Masalah yang tidak ada nashnya baik dhonni standart seorang mujtahid. Kondisi riil seperti
atau qoth‟i dan tidak dapat dipersesuaikan tersebut di bawah ini kiranya dapat membantu
dengan tehnik penetapan kaidah kuliah serta usaha mencari sebabnya, yaitu :
diperoleh ijma‟. Pada type seperti ini tepat1. Kemampuan dalam mencipta system (kaidah,
diperlukan ijtihad bi-rro‟yi, mungkin dengan metode, norma) istimbath menjadi bukti
jalan qiyas, istihsan, urf dan lain sebagainya. reputasi ilmiah mujtahid.
2. Penguasaan dengan sempurna seluruh cabang
VI. MACAM-MACAM IJTIHAD
ilmu syar‟iat merupakan modal dasar bagi setiap
Kemampuan tertinggi dalam berijtihad mujtahid.
dimiliki oleh mujtahid muthlaq3. Sifat teliti dalam analisa dan sifat praktis dalam
mustaqil/mujtahid kamil/mujrahid fis syar‟i. menetapkan berbagai alternatif hukum yang
Kemampuan yang dimiliki mencakup kegiatan logis.
menciptakan norma/kaidah hukum, kaidah4. Kebenaran dalam mengemukakan pendapat
istimbath agar menjadi system bagi mujtahid sejauh batas-batas yang ditentukan oleh
yang bersangkutan dalam petunjuk Al-qur‟an dan As- Sunnah.
menggali/mendapatkan/ mengistimbathkan5. Karya kodivikasi/pentadwinan hasil ijtihad yang
hukum syar‟i. Mujtahid dengan tingkat tersusun systematis dan ditunjang oleh proses
kemampuan sedikit di bawah rangking mutlak penuqilan yang terpercaya serta usaha
mustaqil adalah mujtahid muntasib, di bawah menginventarisir masalah-masalah dengan
lagi mujtahid fil mazdhab (muqoyyad), mujtahid diperlengkapi pembatasan kongkrit atas
fit tarjih, ash-habut tarkhrij sampai kepada keumuman suatu hukum/kaidah hukum.
fuqohaun-nafsi. 6. Masa pendukung/pengikut mujtahid dalam
Macam ijtihad yang kini populer adalah jumlah relatif besar dan ulama pembela ajaran
ijtihad far‟i (perorangan), karena pelakunya hasil ijtihad yang benar-benar qualified.
seorang dan ijtihad jama‟i (kolektif) yang Faktor-faktor tersebut di atas
melibatkan sejumlah mujtahid dan secara merupakan existensi ijtihad dan popularitas
bersama-sama melakukan analisa terhadap mujtahid yang bersangkutan. Pada abad VIII
masalah. Hijriyah itu sulit dijumpai ahli fiqih yang mampu
VII. PINTU IJTIHAD ANTARA menpu mencapainya. Akibat lebih lanjut dari
TERTUTUP DAN TERBUKA keadaan tersebut adalah persetujuan secara
diam-diam terhadap capainya. Akibat lebih
Isydadu babil ijtihad (pintu lanjut dari keadaan tersebut adalah persetujuan
ijtihad menjadi tertutup) terasa gejala umumnya secara diam-diam terhadap aliran berfikir dan
sejak awal abad IV Hijriyah dan berarti sesudah garis-garis imam madzhab.107
abad tersebut tidak ada lagi ahli fiqih/ahli ilmu
syar‟iyah yang pantas diklasifikasi mujtahid
muthlaq mustaqil. Pada pertengahan abad ke
VII H. Didapati mujtahid fil madzhab yang 107 Op Cit Nicolas, P. Aghnies, Terjemah Roesli DMB,
05
74 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
Persetujuan terbukapun telah yang mewakili aliran-aliran umat islam dalam
diumumkan antara Ibnu Sholah dan Ibnul suatu majlis perwakilan umat islam.110
Humam dengan Statmen “ Taqlid kepada Anggapan yang kuat pengaruhnya di
selain ke empat imam madzhab tidak lingkungan ulama madzhab Hambali tampak
diperbolehkan”.108 moderat, lebih-lebih bila sikap memandang
Bertolak belakang dengan pihak cukup hasil ijtihad masa lalu oleh segi
mayoritas umat islam yang menerima kenyataan kelemahan sebagai berikut :
pintu ijtihad (muthlaq dan muntasib) tertutup,1. Hasil ijtihad masa lalu yang berasal dari produks
justru ulama di lingkungan madzhab Hambali mujtahid muthlaq/muntasib/fil madzhab tidak
seperti Ibnul Qoyyim Al-Juz‟i, Ibnu Hamdan mungkin mampu melayani kebutuhan akan
dan lain-lain tetap menganggap bahwa pintu kepastian hukum peristiwa-peristiwa baru. Segi
ijtihad dengan berbagai manifestasinya tetap kelemahan ini pada sektor hukum tasfshili
terbuka. Suasana vacum mujtahid tidak mungkin bukan pada system hukum dan kaidah
terjadi dan setiap saat pasti ada berbilang hukum/istimbath.
mujtahid. Bahkan untuk masa sekarang ini2. Ijtihad bertolak dari dalil dhonni, hukum yang
ijtihad jauh lebih mudah dilaksanakan.109 dihasilkannya tentu dhonni juga, karenanya
Argumentasi ulama Hambali rata-rata terbuka kemungkinan ijtihad masa lalu itu tidak
dengan menunjuk hadits tentang pelopor tepat untuk masa sekarang. Kemungkinan ini
gerakan taqlid yang pada setiap 100 tahun logis adamya bila dikaitkan dengan ijtihad fi
dipastikan munculnya dan penegasan Ali bin Ali ma‟qulin nash yang melibatkan pekerjaan
Tholib Ra : Lan takhluwa al ardhu min meneliti illat (tahqiqul manath dan tanqihul
qoimin lillahi bi hujjatihi”. Alasan Ibnul manath)
Humam dengan menunjuk berbagai fasilitas3. Ijtihad telah melembaga sejak masa Nabi,
pelengkap ijtihad cukup tersedia rasional juga, Sahabat dan juga imam-imam madzhab. Ijtihad
mengingat Al-qur‟an sudah berwujud mushaf merupakan kebanggaan islam sebagai satu-
standart, tafsir ayatul ahkam banyak, koleksi satunya agama yang memberantas taqlid buta.
hadits dan kitab syarah hadits cukup memadai, Menutup pintu ijtihad bisa diindikasikan
bahkan system sitimbath dan sarana lain untuk menghambat kemampuan berpikir cendekiawan
menganalisa setiap permasalahan jauh lebih muslim.
mudah untuk masa sekarang. Walau demikian bersemangat pada
I‟tikad baik semua pihak yang ingin pembela paham ijtihad tetap terbuka, namun
mempertahankan anggapan bahwa pintu ijtihad menyadari kelemahan mendasar para ahli fiqih
tetap terbuka patut dihargai mengingat urgensi sesudah abad VIII Hijriyah hingga sekarang
(vitalitas) ijtihad sebagai : terutama pada syarat keilmuan seorang yang
Asumsi Ibnul Humam bahwa berijtihad, maka pada umumnya mereka
pelaksanaan ijtihad lebih mudah untuk masa menunjuk cara “Ijtihad jamaiyah/Kolektif”. Cita-
sekarang dan pantas dipandang sebagai jalan cita luhur Izzudin Ibnu Ab salam Asy-syaukani
pintas bagi ijtihad. Tidak jauh kiranya dengan dan lain-lain bertolak dari pertimbangan praktis
interprestasi Muhammad Iqbal terhadap Ijma‟ tersebut di atas.
bahwa di zaman modern ini ijma‟ dapat dicapai
dengan cara memindahkan ijtihad perorangan

VIII. PROSPEK IJTIHAD

108 Op Cit, Moh. Khudhori Byk, 423 110 Dr. Anwar Haryono SH, Hukum Islam Keluasan dan
109 Op Cit, Mohammad Abu Zahroh II, 392. Keadilannya, 105
JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 75
Perkembangan terakhir mengenai ijtihad Ijtihad kolektif muthlaq dalam
dan tanggapan ilmuwan muslim kiranya bisa pengertian tanpa perlu merasa terikat dengan
ditelusuri lewat 3 (tiga) sumber informasi : hasil ijtihad para mujtahid fil madzhab bisa
Pertama : Keputusan lembaga penelitian ilmiah diterima dan ada kemungkinan terjadinya.
islam internasional yang mengambil Dalam hal ini system (metode)/thariqoh
tempat di Kairo Maret 1964; istimbath dan thariqoh istidlal) tidak bisa lain
Kedua : Hasil penelitian tentang pemahaman kecuali menerapkan system hukum yang ada.
baru masalah syari‟yah oleh IAIN Ijtihad fardi (perorangan) hanya
Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun mungkin dilakukan sepanjang mengenai :
1981; kegiatan tarjih (memilih), takhrij, tathbiqul
Ketiga : Statement DR Zakky Yamani ahkam (mencari persesuaian perkara-perkara
mengenai batasan “Syari‟at dalam kepada hukum yang sudah ada untuk peristiwa
arti luas” meliputi semua hukum baru). Mengenai cara, metode, kaidah serta
yang telah tersusun dengan teratur norma hukum dalam istimbath dan istidlal harus
oleh para ahli fiqih dalam pendapat- diusahakan menurut kebiasan lama
pendapat fiqihnya mengenai (konvensional) seperti qiyas dll.
persoalan di masa mereka atau yang Terlepas cara fardi atau jamaiyah dalam
mereka pikirkan akan terjadi merencanakan sesuatu untuk diijtihadkan
kemudian, dengan mengambil dalil- dituntut kemampuan mengklafi-kasikan dalil
dalilnya langsung dari Al-qur‟an, dari segi qoth‟i/dhonni, indikasi lafadz atau
Al-Hadits, sumber pengambilan ma‟nanya bersifat ta‟aquli atau ta‟abudi.
hukum seperti qiyas dan maslahat Berhubung tafsir ayat Al-qur‟an dan syarah
mursalah.111 hadits-hadits khususnya pada kelompok dalil
Dari ketiga sumber informasi tersebut dhonni bila perlu dilakukan tarjih atas
diperoleh gambaran masa depan (prospek) penafsiran yang ada dan dalam hal hasil
ijtihad sebagai berikut; pengujian menunjuk kurang benar bisa
Ijtihad dalam bentuk menciptakan dilakukan re interprestasi (penafsiran ulang).
norma, kaidah istimbath dan perangkat Dengan langkah tersebut kitab kuning tetap di
systemnya penggalian hukum dan penyimpulan perlukan sebagai bahan referensi.
hukum (ijtihad muthlaq mustaliq) baik secara
IX. KESIMPULAN
fardi atau jama‟ah sulit tergambarkan adanya
sepeninggal imam hukum (ijtihad muthlaq 1. Ijtihad adalah kesanggupan daya berpikir
mustaliq) baik secara fardi atau jama‟ah sulit seorang ahli fiqih untuk mendapatkan
tergambarkan adanya sepeninggal imam-imam hukum atau sekedar memperoleh
madzhab. kesimpulan hukum tingkat dhonni tentang
Ijtihad muntasib yang dalam pola sesuatu masalah syar‟iyah melalui salah satu
ijtihadnya berpedoman pada norma, kaidah dalil syara‟ dengan metode dan system
istimbath sebagai satu system produks mujtahid tertentu.
muthlaq mustaqil yang telah tiada, secara 2. Fungsi ijtihad adalah sebagai alat/asas dan
perorangan juga tidak mungkin terjadi. Ada system hukum dalam menggali hukum syar‟i
kemungkinan ijtihad muntasib bila dilakukan tingkat dhonni dari dalil-dalilnya.
secara kolektif (jamaiyah) dan disebut “Ijtihad 3. Lapangan ijtihad terbatas pada masalah-
kolektif Madzhab” masalah yang tidak di ikat oleh dalil qoth‟i
dan punya kecendrungan ta‟aquli pada
indikasi lafadznya atau penyimpulan
111 DR. Zakki Yamani, Asy-syari’atul Al-Kholidah Wa hukumnya.
Musykilatuhu Ashri, 14
76 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016
4. Ijtihad menurut pandangan syari‟at islam Abu Zahroh, Muhamad, Fi Tarikhil Madzahib Al
tetap diakui sebagai hak, bagi pihak-pihak Islamiyah
yang memenuhi syarat dan senantiasa Abu Zahroh, Muhamad, Ushul Fiqh, Darul Fikri
terbuka kemungkinannya untuk Arobi, Cairo.
melakukannya di atas jalur yang dibenarkan. Ahmad Wahib, Pergolakan Pemikiran Islam
5. Prospek (gambaran masa depan) ijtihad LP3ES, 1982
diramalkan tetap efektif, bila ditempuh cara Anwar Haryono, DR. SH, Hukum Islam Keluasan
kolektif/jama‟iyah dengan berpedoman pada dan Keadilannya,
metode/kaidah istimbath/kaidah hukum Al-Khudhari Bek, Ushul Fiqh, Tijariyah Kubro,
produksi mujtahid muthlaq mustaqil. Mesir, 1965
6. Hasil ijtihad jama‟iyah atau fardi, tarjih atau Dahlan, KHM, Ijtihad dan Qiyas
takhrij dan tahbiqul ahkam tetap bernilai Ichtiyanto, SA, SH,.Pengadilan Agama di Indonesia,
dhonni, dengan pengertian tetap terbuka Majalah Hukum dan Pembangunan
kemungkinan betul atau salah. Zakki Yamai, DR, Asy-syariatul Al Kholiday wa
Musykilatuhu Ashri, Darul Misri,

DAFTAR PUSTAKA

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 77


PANDUAN PENULISAN JURNAL TARBAWI

1. Naskah ditulis dengan menggunakan ukuran kertas A4, margin 4-4-3-3, Times New Roman (12 font
size), spasi 1,2 dan panjang naskah antara 15-20 halaman.
2. Naskah ditulis dengan mengikuti sistematika seperti di bawah ini:
Judul
 Lugas dan informatif
 Kapial Tebal (capital,bold)

Nama
 Ditulis dibawah judul
 Nama Lengkap tanpa gelar
 Menggunakan kata DAN jika penulis lebih dari Saturday
 Institusi penulis
 Alamat email yang aktif

Abstrak
 Ditulis dalam bahasa Indonesia
 Panjang abstrak 250-300 kata
 Mencamtumkan sedikitnya 2 sd 5 kata kunci

Pendahuluan (Latar belakang masalah; rumusan masalah; tujuan & manfaat penelitian)
Pembahasan (diuraikan dalam sub-sub pembahasan sesuai dengan kebutuhan)
Kesimpulan
Daftar Pustaka

3. Naskah mencantumkan rujukan dengan menggunakan sistem catatan kaki (footnote) dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Rujukan ditulis lengkap tanpa menggunakan ibid.,op.cit dan loc.it;
 Sumber yang dirujuk pertama kali ditulis secara lengkap dengan mencamtumkan: Nama Penulis,
Judul Buku, (Kota Penerbit: Nama Penerbit, Tahun Terbit), Halaman (hlm)

78 | JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016


 Rujukan selanjutnya untuk sumber yang sama ditulis dengan mencamtumkan nama terakhir penulis,
dua atau tiga kata dari judul buku, dan halaman.

Contoh Penulisan Catatan Kaki:

1 Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Jender: Prespektif al-Qur‟an, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm.243.

4. Naskah mencamtumkan daftar pustaka dengan pola penulisan sama seperti catatan kaki denga
menghilangkan keterangan halaman dan tanda kurung pada data publikasi. Daftar pustaka disusun
menurut abjad dan mendahulukan nama belakang pengarang (“al” pada nama pengarang arab
dianggap tidak ada).

Contoh Penulisan Daftar Pustaka:

Daftar Pustaka
Umar, Nasarudin, Argumen Kesetaraan Jender: Prespektif al-Qur‟an, Jakarta: Paramadina, 2001.

5. Istilah bahasa Arab harus ditulis dengan menggunakan gaya transliterasi Litbang of Conggres (LC)
6. Penulisan berhak mendapatkan hard-copy sebanyak 1 (satu) eksemplar.

JURNAL TARBAWI Vol.02 No.01 2016 | 79

Anda mungkin juga menyukai