Anda di halaman 1dari 114

PENGARUH AMALIAH TQN TERHADAP KESADARAN BERIBADAH

PESERTA DIDIK DALAM PEMBINAAN IBADAH DI SEKOLAH

(Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti


Pondok Pesantren Suryalaya Kecamatan Pageurageung Kabupaten
Tasikmalaya)

SKRIPSI
Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:
SRI RAHMAYANTI
NIM. 1821.009

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM LATIFAH MUBAROKIYAH (IAILM)
PONDOK PESANTREN SURYALAYA TASIKMALAYA
2022/1443 H
RIWAYAT HIDUP

Sri Rahmayanti dilahirkan di Ciamis pada 28 Februari 2000


anak ke 2 dari pasangan Bapak Dayat Ruhiyat dan Ibu Herna
dan bertempat tinggal di Kp. Panggilingan RT/RW 04/03
Dusun Cidoyang Desa Sukakerta Kecamatan Panumbangan
Kabupaten Ciamis.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2


Sukakerta pada tahun 2012, dan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1
Panumbangan pada 2015, sementara pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan di
SMK Yayasan Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya (YSB) pada tahun 2018,
kemudian melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Program Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah
(IAILM) Suryalaya Tasikmalaya.

Selama menjadi Mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan Kemahasiswaan.


Terutama organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS-PAI)
menjadi divisi keagamaan pada tahun 2018-2019 dan Senat Mahasiswa Institut
(SEMA-I) mejadi sekretaris pada tahun 2021-2022. Penulis juga aktif dalam
organisasi Pramuka, Forum Dakwah Kampus (FDK).

Panumbangan, Juni 2022

Penulis,

Sri Rahmayanti
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sri Rahmayanti

NIM : 1821.009

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Fakultas : Tarbiyah

Telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Amaliah TQN


Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah”
(Penelitian Deskriptif Kuantitatif di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya Kecamatan Pageurageung Kabupaten Tasikmalaya).

Dan menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi beserta seluruh


isinya merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan.

Sehingga atas pernyataan ini saya siap menanggung segala konsekuensi atau
sanksi apabila dikemudian hari terdapat adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan atau pengakuan dari pihak lain terhadap keaslian skripsi ini.

Panumbangan, 19 Mei 2022

Sri Rahmayanti
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirahiim,
Segala puji penulis sanjungkan kehadirat Allah Swt, Sang Maha Perencana
yang telah menganugrahkan rahmat, hidayah dan nikmat-Nya, sehingga skripsi ini
mampu selesai pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada sufi yang paling sufi,
Rasul penutup kenabian yaitu Nabi Muhammad Saw, beserta keluarganya,
sahabatnya dan tidak lupa juga kepada seluruh umatnya yang sepenuh hati telah
mengikuti jejak langkah dakwah yang telah dibawanya.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran
Beribadah Peserta Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah” (Penelitian
Deskriptif Kuantitatif di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya Kecamatan Pageurageung Kabupaten Tasikmalaya) ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyan, Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah Suryalaya
Tasikmalaya.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
kontribusi dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam ruang dan
kesempatan yang terbatas ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terimakasih
yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Syaikhuna wa Mursyiduna Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul ‘Arifin
(Alm), Mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
2. Dr. H. Asep Salahudin, M.Ag., Selaku Rektor IAILM Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya.
3. Drs. Nurhamzah, CS., MSI., MP.Mat., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
IAILM Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
4. Agus Samsul Bassar, M.M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah IAILM Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya,

i
sekaligus Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan serta
arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.
5. Moh. Yusup Saepuloh Jamal, M.Ag, Selaku dosen Pembimbing II, yang
senantiasa memberikan bimbingan dan arahannya dalam penulisan skripsi
ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Tarbiyah
IAILM Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
7. Bapak Nurhidayat, S.Ag., M.S.I, selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah
Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya.
8. Ibu Dra. Ai Sadiah, selaku Wakamad Kesiswaan MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya.
9. Bapak Irfan Abadi, M.A.g selaku Guru TQN Kelas XI MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya.
10. Ibu Yayu Rahayu, S.Pd selaku Guru Bimbingan Konseling MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya.
11. Kedua orang tua beserta keluarga tercinta yang selalu memberikan
dorongan doa dan nasihat hingga terselesaikannya skripsi ini.
12. Sahabat, teman-teman tersayang yang selalu memberikan semangat, doa
dan saran nasihat dalam penyusunan skripsi ini. Atas jasa kebaikannya yang
telah dicurahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat dipersembahkan
bagi dunia pendidikan.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis memanjatkan doa, semoga
segala ilmu yang telah didapat selama penulis berada di bangku kuliah dapat
diaktualisasikan menjadi kesalehan sosial untuk perkembangan masyarakat Islam.
Disisi lain skripsi ini masih jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan
saran perbaikan demi kemaslahatan akan selalu penulis terima dengan lapang dada,
sehingga karya yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Panumbangan, Juni 2022

Sri Rahmayanti

ii
ABSTRACT
Sri Rahmayanti: The Effect of Amaliah TQN on Students' Awareness of
Worship in Worship Development in Schools.
In increasing awareness of worship, one of them is through the TQN Suryalaya
amaliah method, which is one aspect of the grip to get closer to Allah SWT. This is
very important to be considered and studied by every student and then practiced in
order to become a role model and cultivate moral character. This Tarekat and
Sufism comes with a clear concept by providing a sure way to manage the human
heart to get closer to the Almighty so that it can grow an awareness, especially in
worship. Based on this fact, the authors focus their research on the effect of
Suryalaya TQN's amaliah on students' awareness of worship in worship building in
schools. The research was conducted at MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya.
The aims of this study were to find out the Suryalaya TQN amaliah, the students'
awareness of worship in worshiping worship at school, and to find out the Influence
of TQN's Amaliah on Students' Worship Awareness in Worship Guidance in
Schools. The research method that the author uses is a descriptive method with a
quantitative approach. The population is all students of MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya as many as 512 people. While the sample is 29 respondent class IX-
A. The sampling technique used is purposive sampling. While the data collection
techniques used were observation, questionnaires, and interviews. The data analysis
technique for each variable uses the calculated average while the correlation
analysis of the two variables uses the Spearman rank correlation (rs). The analysis
of data from Amaliah TQN Suryalaya is in good classification, and data analysis of
Student Worship Awareness is in the sufficient classification, while the correlation
analysis of the influence of TQN amaliah on students' awareness of worship in
fostering worship in schools, research at MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya
is in the classification high (High) with the obtained rs value of 0.76 in the interval
0.61-0.80. With the degree of determination obtained on the Suryalaya TQN
amaliah indicators and the worship awareness of students at MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya by 50.76% and 49.76% determined by factors outside the
study such as family, community or friendship factors. The results of hypothesis
testing obtained tcount ttable that is 6.0724 1.703. This means that the alternative
hypothesis (Ha) which states that there is a significant effect between the practice
of TQN Suryalaya and the worship awareness of students in worshiping at school,
research at MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya is accepted and (Ho) is
rejected.

Keywords: Amaliah TQN Suryalaya, Worship Awareness, Students, Worship


Developmen, Madrasah

iv
ABSTRAK
Sri Rahmayanti: Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah
Peserta Didik Dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah.
Dalam peningkatan kesadaran beribadah salah satunya dengan melalui
metode amaliah TQN Suryalaya, yang menjadi salah satu aspek pegangan untuk
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan dan
di pelajari oleh setiap peserta didik lalu diamalkan agar menjadi suri tauladan serta
menumbuhkan akhlakul karimah. Tarekat dan Tasawuf ini hadir dengan membawa
konsep yang jelas dengan memberikan cara pasti untuk mengelola hati manusia
agar lebih mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta sehingga mampu
menumbuhkan suatu kesadaran khususnya dalam beribadah. Didasari oleh
kenyataan ini, penulis memfokuskan penelitian pada pengaruh amaliah TQN
Suryalaya terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di
sekolah. Penelitian dilakukan di MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya. Tujuan
penelitian ini diataranya untuk mengetahui amaliah TQN Suryalaya, kesadaran
beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah, dan untuk mengetahui
Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta Didik Dalam
Pembinaan Ibadah di Sekolah. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah
metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasinya adalah seluruh
peserta didik MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya sebanyak 512 orang.
Sedangkan sampelnya adalah 29 responden kelas IX-A. Teknik sampling yang
digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah observasi, angket, dan wawancara. Teknik analisis data untuk
masing-masing variabel dengan menggunakan rata-rata hitung sedangkan analisis
korelasi kedua variabel tersebut menggunakan korelasi rank spearman (rs).
Analisis data dari Amaliah TQN Suryalaya berada pada klasifikasi baik, dan
analisis data Kesadaran Beribadah Peserta Didik berada pada klasifikasi cukup,
sedangkan analisis korelasi pengaruh amaliah TQN terhadap kesadaran beribadah
peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah, penelitian di MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya berada pada klasifikasi high (Tinggi) dengan diperoleh nilai
rs sebersar 0,76 berada pada interval 0.61-0.80. Dengan derajat determinasi yang
diperoleh pada indikator amaliah TQN Suryalaya dan kesadaran beribadah peserta
didik di MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya sebesar 50,76% dan 49,76%
ditentukan oleh faktor diluar penelitian seperti faktor lingkungan keluarga,
masyarakat atau pertemanan. Hasil uji hipotesis didapat thitung ≥ ttabel yaitu 6,0724
≥ 1,703. Hal ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan ada pengaruh
yang signifikan antara amaliah TQN Suryalaya dengan kesadaran beribadah peserta
didik dalam pembinaan ibadah di sekolah, penelitian di MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya diterima dan (Ho) ditolak.

Kata Kunci: Amaliah TQN Suryalaya, Kesadaran Beribadah, Peserta Didik,


Pembinaan Ibadah, Madrasah.

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


ABSTRAK ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................5
C. Batasan Masalah...........................................................................................5
D. Rumusan Masalah ........................................................................................5
E. Tujuan Penelitian .........................................................................................6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
G. Kerangka Penelitian dan Paradigma Penelitian ...........................................7
H. Hipotesis ......................................................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................10


A. Amaliah TQN Suryalaya ............................................................................10
1. Pengertian TQN Suryalaya ....................................................................10
2. Tujuan TQN Suryalaya..........................................................................12
3. Komponen Pokok dalam Tarekat ..........................................................14
4. Amalan Amaliah TQN Suryalaya..........................................................17
B. Kesadaran Beribadah .................................................................................23
1. Pengertian Kesadaran Beribadah ...........................................................23
2. Indikator Kesadaran Beribadah .............................................................28
3. Aspek-aspek Kesadaran Beragama .......................................................29
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Beribadah ....................32
C. Pembinaan Ibadah di Sekolah ....................................................................33
D. Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah dalam Pembinaan
Ibadah di Sekolah .......................................................................................34

v
vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................39


A. Metode Penelitian.......................................................................................39
B. Variabel Penelitian .....................................................................................39
C. Definisi Operasional Variabel ....................................................................40
D. Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel....................................................43
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .................................................45
F. Teknik Analisis Data ..................................................................................49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................52


A. Hasil Penelitian ..........................................................................................52
1. Gambar Objek Penelitian .....................................................................52
2. Pengolahan Data Hasil Penelitian ........................................................61
a. Amaliah TQN Suryalaya ................................................................61
b. Kesadaran Beribadah Peserta Didik ...............................................65
c. Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta
Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah ...................................69
B. Pembahasan ................................................................................................76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................81


A. Simpulan ....................................................................................................81
B. Saran ...........................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................84


LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Skema Paradigma Penelitian ....................................................................8


Tabel 3.1 Devinisi Operasional Penelitian .............................................................40
Tabel 3.2 Populasi Siswa-siswi MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya ...........43
Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban .........................................................................47
Tabel 4.1 Data Siswa-Siswi MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya.................57
Tabel 4.2 Data Guru dan Tenaga Kependidikan ....................................................58
Tabel 4.3 Data Sarana dan Prasarana .....................................................................61
Tabel 4.4 Skor Data Angket Amaliah TQN Suryalaya (Variabel X) ....................62
Tabel 4.5 Skor Data Angket Kesadaran Beribadah Peserta Didik (Variabel Y) ...66
Tabel 4.6 Tabulasi Data untuk Menentukan Rangking Data X .............................70
Tabel 4.7 Tabulasi Data untuk Menentukan Rangking Data Y .............................71
Tabel 4.8 Mencari Beda Rangking.........................................................................73

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Judul Penelitian


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian di MTs
Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya
Lampiran 4 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Pedoman Angket
Lampiran 7 Jadwal Pembinaan Ibadah Peserta Didik MTs Serba Bakti
Suryalaya
Lampiran 8 Tabel Degres of Freedom
Lampiran 9 Lembar Konsultasi
Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai makhluk yang paling
sempurna dari segala makhluk ciptaan lainnya. Manusia diciptakan untuk
bertaqwa kepada Allah Swt yaitu dengan melaksanakan perintah atau
beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beribadah
merupakan suatu bukti pengabdian seseorang kepada sang pencipta dengan
melaksanakan amalan yang diperintahkan sesuai dengan penjelasan sumber
Islam yaitu Al-Quran dan Hadits.
Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Q.S Thaha ayat 132 yang
berbunyi:
‫علَ ْي َه ۗا ََل نَسْـَٔلُكَ ِر ْزقً ۗا نَحْ نُ ن َْر ُزقُ ۗكَ َو ْال َعا ِق َبةُ ِللت َّ ْق ٰوى‬ َ ‫ص‬
َ ‫ط ِب ْر‬ َّ ‫َوأْ ُم ْر اَ ْهلَكَ ِبال‬
ْ ‫ص ٰلو ِة َوا‬
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa”.
(Q.S. Thaha: 132). (Tim Penerjemah Kemenag RI, 2014: 321).
Ibadah merupakan puncak ketundukan dan kesadaran terhadap dzat
yang di sembah yaitu Allah Swt. Ibadah juga merupakan tangga yang
menghubungkan antara manusia dengan sang pencipta. Ia memiliki
pengaruh yang sangat kuat terhadap kepribadian seseorang dan interaksi
antara sesama manusia. Sedangkan kesadaran adalah kondisi yang menjadi
sadar atau paham terkait dengan dirinya sendiri, bersifat terbuka, dan
bersedia menerima kritikan yang sifatnya mendukung orang lain. Kesadaran
diri seseorang diperoleh melalui puncak spiritual, untuk itu seorang muslim
tidak sekedar memberikan pemahaman berkaitan dengan ajaran-ajaran
Islam, tetapi juga mengunggah kesadaran manusia bahwa sudah menjadi
kodratnya, yaitu manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah
Swt. (Pangestika Indah, 2020:21)

1
2

Sais Ramadhan Al-Buthi, dalam bukunya Tajribah Al-Tarbiyyah Al-


Islamiyah, menjelaskan hubungan ibadah dengan pembinaan akidah anak.
Dia menyatakan bahwa: “Agar akidah anak tertanam kuat di dalam jiwanya,
ia harus disiram dengan air ibadah dengan berbagai bentuk dan macamnya
sehingga akidahnya dapat tumbuh dengan kukuh, tegar dalam menghadapi
terpaan badai dan cobaan hidup”. Melaksanakan ibadah dalam bentuk
pengabdian kepada Allah Swt adalah tugas utama manusia dalam hidupnya,
baik dalam arti khusus yang meliputi ibadah yang menghubungkan manusia
secara langsung kepada Tuhan seperti ibadah shalat, puasa, haji, zakat dan
sebagainya. Sedangkan pengabdian ibadah secara umum meliputi seluruh
aktivitas dalam kehidupan manusia yang dimotivasi oleh keikhlasan serta
kemauan menuju ridhonya. (Ahwi Okradiksa, 2007:2)
Pembinaan dalam beribadah sendiri di anggap sebagai penyempurna
akidah, karena nilai ibadah yang di dapat oleh peserta didik akan dapat
menambah keyakinan akan kebenaran ajarannya. Atau dalam istilah lain
semakin tinggi nilai ibadah yang ia miliki maka akan semakin tinggi pula
keimanannya. Dari sini bentuk ibadah yang dilakukan peserta didik bisa
dikatakan sebagai cerminan atau bukti nyata akidahnya. Sehingga
keterikatan lembaga pendidikan sekolah dalam pelaksanaan pembinaan
ibadah dianggap sebagai tindak lanjut dari pendidikan keluarga, karena
sekolah bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik
untuk menjadikan diri peserta didik manusia unggul yang mampu, mandiri
dan berakhlakul karimah.
Fenomena sekarang ini yang terjadi dikalangan peserta didik
khususnya remaja banyak terjadi merosotnya nilai-nilai agama dan
kurangnya kesadaran untuk melaksanakan ibadah yang seharusnya dimiliki
oleh peserta didik sebagai umat yang beragama. Perkembangan zaman yang
semakin maju, pengaruh modernisasi yang negatif, pengaruh lingkungan
yang kurang baik dan pendidikan agama yang kurang, menyebabkan
kurangnya nilai-nilai religius yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik
sebagai penerus bangsa. Yang mana nilai-nilai religius ini harus kita
3

tanamkan sejak dini agar kelak ketika tumbuh menjadi dewasa sudah
memiliki kebiasaan baik yang melekat pada sang anak sehingga mampu
mengantarkan kepada kehidupan dengan karakter atau pribadi yang ta’at
terhadap orang tua, agama dan negaranya.
Diantaranya faktor yang mempengaruhi anak terhadap kesadaran
dalam beribadah ialah kurangnya tuntutan, bimbingan dan dorongan serta
pengarahan agar anak dapat menguasai dan mengamalkan ajaran Islam
secara baik dan benar. Salah satu upayanya ialah dengan mengenalkan
amaliah tasawuf sedini mungkin.
Tasawuf hadir sebagai salah satu jalan dari permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan kesadaran seseorang dalam beribadah
atau dalam kerohaniannya. Karena kasadaran seseorang dalam beribadah
atau kerohaniannya tidak bisa hanya menunggu hidayah datang dengan
sendirinya, tetapi salah satu cara efektifnya ialah dengan harus dibina dan
diarahkan, melalui pembinaan ibadah yang ada di sekolah. Karena pada
waktu di sekolah seorang guru bertanggung jawab penuh akan semua
kegiatan yang dilakukan peserta didiknya, bahkan dari mulai siswa masuk
hingga pulang. Apalagi dalam masalah ibadah shalat, guru harus bersikap
tegas untuk membinanya agar peserta didik tidak melalaikan kewajibannya
dalam melaksanakan shalat. Dengan adanya pembinaan seorang guru maka
anak akan merasa di perhatikan secara khusus dan mereka akan
melaksanakan apa yang telah diperintah gurunya kemudian menjadi suatu
kebiasaan.
Pembinaan ibadah yang dilaksanakan di MTs Serba Bakti Suryalaya
merupakan suatu program unggulan yang diadakan kembali oleh kepala
sekolahnya langsung. Kegiatan ini diadakan kembali pada pertengahan
semester ganjil di tahun pelajaran 2021 dengan melibatkan seluruh peserta
didik dan bimbingan wali kelas. Setelah beberapa tahun terhenti karena
adanya dari dampak virus corona-19.
Berdasarkan praktek pengalaman lapangan (PPL) yang penulis
laksanakan di MTs Serba Bakti Suryalaya beberapa bulan lalu, masih
4

terlihat peserta didik yang masih kurang akan kesadaran untuk


melaksanakan kewajiban beribadah sebagai umat beragama. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya; faktor kepribadian dan
kurangnya motivasi, faktor lingkungan keluarga yang tidak banyak
menanamkan aspek agama, serta faktor dari luar diri individu seperti
lingkungan sosial pertemanan dan pergaulan. Hasyim Hasanah (2015:216).
Hal tersebut membuat kesadaran peserta didik untuk beribadah juga
kurang. Dimana keadaan tersebut terlihat ketika dalam program di sekolah
untuk melaksanakan shalat dhuha berjama’ah, shalat dhuhur berjama’ah,
kegiatan pembelajaran dan kegiatan keagamaan lainnya masih banyak
peserta didik yang tidak ikut serta atau tidak melaksanakan ibadah shalat
tersebut apabila tidak di ingatkan dan di paksa oleh guru. Sehingga baik
laki-laki maupun perempuan masih banyak yang belum mengerti tentang
kewajiban saat mereka sudah baligh.
Ai Sadiah, (wawancara, 10 Januari 2022) menjelaskan bahwa dalam
pembinaan ibadah amaliah TQN nya ialah seperti shalat-shalat sunnah,
dzikir, khataman, mandi taubat, shalat malam, ziarah ngaras, yang biasa
dilakukan di sekolah MTs Serba Bakti Suryalaya merupakan
penyempurnaan pembinaan aqidah mereka, sebab dengan adanya kegiatan
pembinaan ibadah (khusunya ibadah shalat) dapat memberi masukan
kedalam diri jiwa anak sekaligus dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan
kepada Sang Pencipta dan menuju kepribadian muslimin muslimah yang
cageur, bageur lahir batin (sehat, baik, lahir batin) dan terus memantau
perkembangannya baik dari segi intelektual, akhlak maupun ibadahnya.
Pembinaan akan terjadi apabila dalam pembiasaan dan latihan karena
dengan pembiasaan dan latihan tersebut akan menimbulkan suatu kesadaran
kepada anak yang mampu membawa anak kepada arah pribadi yang lebih
baik.
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran
Beribadah Peserta Didik Dalam Pembinaan Ibadah Di Sekolah” (Penelitian
5

Deskriptif Kuantitatif di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok


Pesantren Suryalaya Kecamatan Pageurageung Kabupaten Tasikmalaya).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, dapat di identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Masih ada peserta didik yang tidak peduli terhadap kewajiban dalam
beribadah.
2. Masih ada peserta didik yang suka menunda-nunda waktu beribadah
bahkan sampai lupa dan tidak melaksanakannya.
3. Masih ada peserta didik yang kurang memahami arti pentingnya ibadah
dalam kehidupan.
4. Masih ada peserta didik yang kurang dalam pengetahuan mengenai
amaliah TQN.
5. Masih ada peserta didik yang sudah mengetahui amaliah TQN tapi tidak
mengamalkannya.
6. Masih ada peserta didik yang kurang dalam beretika kepada guru dan
teman.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
penulis membatasi masalah yang akan di teliti sebagai berikut:
1. Mengingat banyaknya amaliah TQN yang diamalkan di Pondok
Pesantren Surylaya, memilih fokus kepada pembinaan amaliah yang di
laksanakan di MTs Serba Bakti Suryalaya seperti; amalan harian dan
mingguan.
2. Melihat kondisi di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya, memilih fokus terhadap kesadaran beribadah peserta didik
yang ada di MTs Serba Bakti Suryalaya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan, maka rumusan
masalah yang diharapkan dapat memberikan arahan dalam usaha
pengumpilan data dan informasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
6

1. Bagaimana amaliah TQN Suryalaya dalam pembinaan ibadah di MTs


Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?
2. Bagaimana kesadaran beribadah peserta didik di MTs Serba Bakti
Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?
3. Bagaimana pengaruh amaliah TQN terhadap kesadaran beribadah
peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penulis akhirnya dapat
merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui amaliah TQN Suryalaya dalam pembinaan ibadah di
MTs Serba Bakti Pondok Pesanren Suryalaya Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui kesadaran beribadah peserta didik di MTs Serba
Bakti Pondok Pesanren Suryalaya Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh amaliah TQN terhadap kesadaran
beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di Sekolah.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini hasilnya dapat
digunakan sebagai bahan informasi sekaligus dapat dijadikan bahan
kajian guru dan umum untuk mengetahui bagaimana pentingnya
amaliah TQN Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya terhadap
kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah
Madrasash Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis
untuk berbagai pihak antara lain:
a. Bagi Institut Agama Islam Latifah Mubarokiyah (IAILM),
diharapkan dapat menambah referensi di perpustakaan IAILM dan
juga dijadikan bahan diskusi mahasiswa.
b. Bagi Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Suryalaya Tasikamalaya,
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan terobosan
7

baru dalam menumbuhkan nilai kesadaran beribadah peserta didik


yang lebih baik, dan mengarahkan peserta didik untuk lebih rajin dan
semangat serta istiqamah mengamalkan hasil pembelajaran di
Madrasah khususnya pembinaan amaliah TQN.
c. Bagi orang tua peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran akan pentingnya pendalaman amalan dari ajaran Agama
Islam khusunya dari amaliah TQN.
d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan
memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan
dan keterampilan meneliti dan diharapkan menjadi rujukan bagi
penelitian selanjutnya.
G. Kerangka Pemikiran dan Paradigma Penelitian
Pembinaan dan pelatihan dalam pendidikan agama sangat besar
pengaruhnya bagi seseorang sebagai alat pengontrol dari segala bentuk
aspek dalam kehidupan sehari-hari, artinya nilai-nilai agama yang
diperolehnya menjadi bagian dari pribadinya yang dapat pengatur segala
tindak tanduknya secara otomatis.
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya, adalah salah
satu cabang tarekat mu’tabaroh di Indonesia yang memiliki amalan sesuai
yang terkandung dalam Maklumat No. 50.PPS.IILI1995 seperti, amalan
harian (dzikir sehabis shalat lima waktu), amalan mingguan (khotaman yang
dilaksanakan setelah shalat ashar hari senin dan hari kamis di pondok
pesantren Suryalaya), dan amalan bulanan yaitu manaqib Syekh Abdul
Qadir Al-Jailani setiap tanggal sebelas hijriyah). (Maklumat No: 50.PPS.1
II.1995 hal: 41).
Dari beberapa amaliah TQN diatas telah di implementasikan ke dalam
pendidikan sekolah sebagai salah satu metode peningkatan keimanan
khususnya kesadaran beribadah peserta didik di Madrasah Tsanawiyah
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya seperti pembinaan ibadah yang
dilaksanakan selama sehari semalam dengan kegiatan keagamaan seperti
8

shalat-shalat sunnah, dzikir harian, khataman, mandi taubat, ziarah dan


silaturahmi ke pondok pesantren suryalaya. Kemudian dengan melakukan
kegiatan rutinan di sekolah seperti; shalat dhuha, shalat berjamaah dzuhur,
apel pagi, tasawul di hari jumat, manakib dan lain sebagainnya.
Apabila hati selalu diisi dengan zikrullah ingatan ditautkan dengan
ingatan kepada Allah maka akan nampak pengaruh dzikir itu pada sikap
batin dan akan menjelma dalam perbuatan yang baik amal laku sebagaimana
digariskan dalam perintah Allah dan Rasul-Nya. Tajul Arifin (2015:13).
Pembinaan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna
akidah, karena nilai ibadah yang di dapat oleh anak akan dapat menambah
keyakinan akan kebenaran ajarannya maupun inteletualnya.
Berdasarkan pada pernyataan diatas, amaliah TQN yang ada dalam
penelitian ini adalah sebagai suatu usaha yang didasari dengan ilmu
pengetahuan yang dilambangkan dengan variabel (X), mempunyai
keterkaitan dengan kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan
ibadah di sekolah yang dalam penelitian ini dilambangkan dengan variabel
(Y). dan diharapkan amaliah TQN dapat membentuk dan menumbuhkan
rasa kesadaran beribadah yang lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran diatas akan digambarkan
dalam tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Skema Kerangka Pemikiran dan Paradigma.
Variabel X Variabel Y
Amaliah TQN Suryalaya Kesadaran Beribadah
Peserta Didik

1. Dzikrullah (Jahr dan 1. Afektif


Khafi) 2. Konatif
2. Khataman 3. Kognitif
3. Manaqib 4. Motorik
4. Ziarah
Alba (2012: 98) Ahyadi (2011:31)
9

Responden

H. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau
pernyataan yang diajukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti dalam data yang
terkumpul.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat kita pahami bahwa karena
sifat yang sementara, maka terdapat dua kemungkinan terhadap hipotesis
yang diajukan, yakni diterima atau sebaliknya. Ada dua macam hipotesis,
yaitu hipotesis kerja yang disebut hipotesis alternatif, dan hipotesis nol yang
disebut hipotesis statistik.
Dengan demikian dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
Ha: Amaliah TQN berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah
Ho: Amaliah TQN tidak berpengaruh terhadap kesadaran beribadah peserta
didik dalam pembinaan ibadah di sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Amaliah Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN)


1. Pengertian Amaliah Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN)
Salah satu unsur ajaran Islam yang sama pentingnya dengan unsur-
unsur yang lain adalah ajarannya yang berkaitan dengan hati agar bersih
sehingga mampu mengendalikan seluruh pribadinya dan menjadikannya
dekat pada Tuhan dan manusia. Kualitas pelaksanaan peran ganda
manusia tergantung pada keadaan kualitas hatinya ini. Ajaran Islam ini
terkenal dengan nama tasawuf dan organisasi atau metode
pelaksanaanya disebut tarekat.
Menurut Abdul Qadir al-Jailani tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan, kholwat, riyadah, dan terus
menerus berdzikir dengan dilandasi iman yang benar, mahabbah, taubah
dan ikhlas. Tasawuf merupakan bagian integral dari sistem ajaran Islam.
Islam tanpa tasawuf bukanlah Islam kaffah sebagaimana yang diajarkan
Rasulullah SAW. Islam kaffah adalah Islam yang di dalamnya terpadu
aspek akidah, syariat dan hakikat. Dari akidah lahir tauhid, dari syariat
lahir fikih dan dari hakikat lahir tasawuf yang kemudian melahirkan
tarekat. (Cecep Alba, 11:2012)
Tarekat merupakan anak kandung tasawuf amali. Secara harfiah
tarekat berasal dari kata al-thariqah yang berarti cara, jalan atau
metodologi. Dalam tasawuf tarekat adalah cara, jalan atau metodologi
guna mencapai tujuan tasawuf yaitu kesucian jiwa, kedekatan diri
dengan Allah dan merasakan kehadiran - Nya. Tasawuf amali dibangun
di atas prinsip “ilmu amaliah, amal ilmiah” yang biasanya
dipraktekkan dengan mengikuti tarekat di bawah bimbingan seorang
mursyid. (Asep Usman, 2018:1).
Menurut Kharisudin Aqib (Tanpa tahun terbit: 9) menjelaskan
bahwa dalam terminologi Bahasa Indonesia tarekat diberi arti

10
11

bermacam-macam yaitu: jalan, cara, aturan dan persekutuan dengan


para penganut tasawuf. Sedangkan secara praktis tarekat dapat
dipahami sebagai sebuah pengamalan keagamaan yang bersifat esoterik
(mementingkan dimensi dalam), yang dilakukan oleh orang-orang
Islam dengan menggunakan amalan-amalan yang berbentuk wirid dan
zikir yang diyakini memiliki mata rantai secara sambung dari guru
mursyid keguru mursyid lainnya sampai kepada Nabi Muhammad Saw.
Tarekat Qadiriyyah wa an-Naqsyabandiyah adalah salah satu aliran
dalam tasawuf yang substansi ajarannya merupakan gabungan dari dua
tarekat, yaitu tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyah. Al-Gazali
biasanya menggunakan istilah tauhid, fikih, dan tasawuf untuk
memberikan padanan pada ketiga aspek tadi yakni aqidah, syariat dan
hakikat.
Secara etimologis, TQN berasal dari dua istilah yakni Tarekat
Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Secara eksplisit kedua tarekat ini
dipadukan oleh seorang Maha Guru tasawuf yang menjadi marja
tasawuf di Makkah al-Mukarramah pada masanya, yaitu syekh Ahmad
Khatib as-Sambasi. Qadiriyah adalah nama tarekat yang di nisbahkan
kepada pendirinya yaitu Sultan al-Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani.
Sementara Nasyabandiyah adalah tarekat yang dinisbahkan kepada
dirinya yaitu Bahaudin an-Naqsyabandi. (Cecep Alba, 2012:8)
Syekh Naquib al-Attas mengatakan bahwa TQN tampil sebagai
sebuah tarekat gabungan karena Syekh Sambas adalah seorang syeikh
dari kedua tarekat dan dalam satu versi yaitu mengajarkan dua jenis zikir
sekaligus yaitu zikir yang dibaca keras (Jahar) dalam terkat Qadiriyah
dan zikir yang dilakukan di dalam hati (khafi) dalam tarekat
Naqsyabandiyah. (Munir, 2012:363)
Sementara itu tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah atau TQN
Suryalaya, menurut Zamakhsyari Dhofier, sebagaimana di kutip dalam
jurnal Asep Usman (2018; 7) merupakan tarekat terbesar di Pulau Jawa.
Salah satu pusat penyebarannya di Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya
12

Jawa Barat. Pesantren ini diririkan oleh Syaikh Abdullah Mubarok bin
Nur Muhammad terkenal dengan sebutan Abah Sepuh, pada 5
September 1905 di Kampung Godebag, Desa Tanjungkerta, Kecamatan
Pageurageung, Tasikmalaya yang juga mursyid TQN ke-36.
Kepemimpinan TQN kemudian digantikan oleh K.H. Ahmad Shohibul
Wafa Tadjul Arifin, terkenal Abah Anom sejak 13 Februari 1956.
2. Tujuan Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN)
Tujuan utama pendirian berbagai tarekat oleh para sufi termasuk
tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah adalah untuk membina dan
mnegarahkan seseorang agar bisa merasakan hakikat Tuhan -Nya dalam
kehidupan sehari-hari melalui perjalanan ibadah yang terarah dan
sempurna. Sedangkan secara umum tujuan utama setiap tarekat adalah
penekanan pada kehidupan akhirat yang merupakan titik akhir tujuan
kehidupan manusia beragama, sehingga setiap aktivitas atau amal
perbuatan selalu diperhitungkan. Karena itu, Muhammad ‘Amin al-
kurdi, salah saorang tokoh Tarekat Naqsyabandi menekankan
pentingnya seseorang masuk kedalam tarekat agar bisa memperoleh
kesempurnaan dalam beribadah kepada Tuhan-Nya. Menurutnya,
minimal ada tiga tujuan bagi seseorang yang memasuki dunia tarekat
untuk menyempurnakan ibadah, yakni:
a. Supaya “terbuka” sesuatu yang diimaninya, yakni Dzat Allah Swt,
baik mengenai sifat-sifat, keagungan maupun kesempurnaan - Nya,
sehingga ia dapat mendekatkan diri kepada-Nya secara lebih dekat
lagi, serta mencapai hakikat dan kesempurnaan kenabian dan para
sahabatnya.
b. Untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat dan akhlak yang keji,
kemudian menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji dan
sifat-sifat yang diridhai Allah dengan berpegang pada para
pendahulu (shalihin) yang telah memiliki sifat-sifat itu.
13

c. Untuk menyempurnakan amal-amal syari’at, yakni memudahkan


beramal shaleh dan berbuat kebajikan tanpa menemukan kesulitan
dan kesusahan dalam melaksanakannya. (Ajid Thohir, 2002:60)
Sedangkan menurut Agus Samsul Bassar, (2018: 5) menjelaskan
bahwa bagaimana hakekat dari hidup manusia, hakekat dari karya
manusia, hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu , hakekat
dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, hakekat dari hubungan
manusia dengan sesamanya, para ihkwan (pengamal) TQN PP
Suryalaya semuanya bermuara kepada upaya mentauhidkan Allah Swt.
Sebagaimana tergambar dalam doa pembuka mengawali dzikir yaitu:
َ‫طلُ ْوبِي ٰأتِنِ ْي َم َحبَتَكَ َو َم ْع ِرفَتَك‬
ْ ‫ضاكَ َم‬
َ ‫ِي َو ِر‬ ُ ‫إِ ٰل ِه ْي أَ ْنتَ َم ْق‬
ْ ‫ص ْود‬
Artinya: “Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-mu
yang aku cari. Berilah aku kemampuan untuk bisa mencintai-mu dan
makrifat kepadamu”.
Setiap ikhwan TQN Suryalaya yang benar-benar melaksankan
seluruh ajaran dan petuah Guru Mursyid, sudah pasti mampu
menginternalisasikan nilai-nilai ketauhidan dalam kehidupannya.
Diantara nilai-nilai luhur yang terdapat dalam doa yang selalu dibaca
dalam muqadimahsebelum melakukan dzikrullah mempunyai empat
macam tujuan yaitu:
a. Taqarrub kepada Allah Swt: yaitu mendekatkan diri kepada Allah
dengan cara dzikrullah. dzikrullah merupakan hakekat kecintaan
seorang abid kepada khalik-nya. Semakin ia banyak berdzikir
kepada Allah Swt, maka semakin cintalah ia kepada-Nya. Hanya
Allah Swt sajalah yang patut disembah, hanya pada-Nya yang
dimaksud, dan hanya kepada-Nya saja menggantungkan harapan
serta menjadi tujuan akhir hidup.
b. Menuju jalan mardhatillah, yaitu menuju jalan yang diridhai Allah
Swt. Baik dalam ‘ubudiyyah maupun di luar ubudiyyah, dan hanya
mengharapkan keridhoan-Nya dalam setiap kehidupan. Tidak
pantas kalau mengharapkan ridha-Nya, akan tetapi tidak rela atas
14

ketentuan Allah dan semua peraturan-Nya. Untuk itu dalam segala


gerak gerik manusia diharuskan mengikuti perintah-perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya. Sehingga mampu
menghasilkan: Budi pekerti atau akhlak mulia dan segala ihwalnya
menjadi mulia pula, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun
yang berhubungan dengan sesama manusia, atau dengan makhluk
Allah lainnya.
c. Kemakrifatan (al – makrifat); melihat Tuhan dengan mata hati,
sehingga gamblang tidak ragu-ragu atau bimbang terhadap Allah
Swt, baik terhadap Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, maupun segala
perbuatan-Nya. Keraguan terhadap Allah Swt akan membawa
keraguan terhadap semua itu, sehingga akan meragukan berbuat
baik untuk bekal di akhirat. Ma’rifat tidaknya seseorang akan
tergambar baik pada ucapan, hati maupun perbuatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Kecintaan (mahabbah) terhadap Allah “Dzat Laisa kamislihi
Syaiun”, yang mana dalam mahabbah itu mengandung keteguhan
jiwa dan kejujuran hati secara totalitas, mengharapkan akan
memperoleh sikap mencintai Allah melebihi cintanya kepada
makhluk-Nya. Dengan itu akan mencintai apa yang dicintai Allah
dan semua pemberian Allahdan semua ciptaan-nya berupa dunia
dan seisi-Nya. Kalau telah tumbuh mahabbah timbullah rupa-rupa
hikmah, diataranya membiasakan diri dengan selurus-lurusnya
dalam hak zahir dan batin, dan dalam keadilan, yakni dapat
menetapkan sesuatu pada tempatnya dengan sebenar-benarnya.
(Agus Samsul Bassar, 2018: 6)
3. Komponen Pokok dalam Tarekat
Menurut Asep Usman, (2018:200) menjelaskan bahwa Tarekat
sebagai metode psikologis yang dilakukan mursyid dalam membimbing
murid-murid tumbuh menjadi sebuah metodologi sistemik yang
15

memiliki delapan komponen pokok, yaitu: Mursyid, murid, wirid,


talqin, bai’at, silsilah, tempat dan adab.
Pertama, mursyid. Secara bahasa mursyid berarti pembimbing atau
guru, tepatnya guru tarekat. Mursyid adalah pemimpin tertinggi sebuah
tarekat. Setiap tarekat memiliki mursyid yang membimbing murid-
murid dalam melakukan berbagai amaliah tarekat seperti shalat, wirid,
dzikir dan doa. Mursyid tarekat memiliki otoritas mutlak dalam
menentukan ajaran dan amalan tarekat.
Kedua, murid. Secara etimologi murid berarti seorang yang
berkehendak, berharap atau menginginkan sesuatu. Dalam tarekat,
murid adalah para penempuh jalan ruhani yang berharap mendapat
keridhoan Allah, mengenal dan mencintai-Nya. Murid adalah orang-
orang yang menghendaki perjumpaan dengan Allah melalui ibadah,
riyadhah, mujahadah dan munajat di bawah bimbingan mursyid.
Ketaatan total murid kepada mursyid kunci keberhasilan murid dalam
mencapai tujuan tarekat.
Ketiga, wirid. Secara etimologi wirid berarti sesuatu yang terjadi
berulang-ulang. Dalam tarekat wirid adalah dzikir yang dilakukan
secara rutin. Wirid TQN intinya adalah dzikir setiap selesai shalat lima
waktu dengan mengucapkan kalimat Laa Illaha Ilallah sebanyak 165
kali, tawajjuh dengan dzikir kalbu atau dzikir khafi, dan mengikuti
khataman, pembacaan wirid secara berjamaah yang dipimpin seorang
pemandu.
Keempat, talqîn yang secara etimologi berarti nasihat. Dalam TQN
talqin adalah proses penyadaran atau bimbingan ruhani. Talqin
merupakan proses bimbingan dzikir dalam TQN untuk mendidik calon
murid agar perasaannya tersambung dengan Allah. Talqin merupakan
pintu gerbang masuk TQN, mengikuti proses pendidikan dan pelatihan
ruhani yang berbasis dzikir lisan dan dzikir kalbu. Metode ini
merupakan bimbingan psiko-spiritual yang dirintis oleh Syaikh Abdul
Qadir al-Jaylani dan Syaikh Bahauddin al-Naqsyabandi. Essensi talqin
16

adalah metodologi psikologis yang dilakukan mursyid dalam


membimbing calon murid agar mengaktifkan rasa dan
menghubugkannya dengan Allah. Dengan mengikuti talqin, calon murid
resmi menjadi ikhwan, suadara sesama pengamal TQN.
Kelima, bai’at yang secara etimologi bai’at berarti janji atau
perjanjian di antara dua orang atau dua pihak. Dalam tarekat, bai’at
adalah perjanjian antara murid dengan mursyid. Murid berjanji akan
mengamalkan dzikir yang diajarkan guru dengan sebaik-baiknya. Janji
itu hakikatnya kepada Allah bukan kepada mursyid. Seorang calon
pengamal tarekat diharuskan berjanji setia kepada mursyid, bahwa ia
akan menaatinya, memegang teguh ajaran dan mengamalkan wirid yang
diajarkan guru kepadanya; tidak mempertanyakan atau meragukan
ajaran dan amalan guru.
Keenam, silsilah yang secara etimologi berarti mata rantai. Dalam
tarekat, silsilah adalah mata rantai yang menghubungkan
kesinambungan ruhani di antara mursyid dengan mursyid sebelumnya
hingga sampai kepada mursyid tertinggi, Rasulullah saw. “Konsep
silsilah mengokohkan otoritas guru. Melalui silsilah jalur transmisi
otoritas dan barakah dibangun. Dengan cara ini, kekuatan spiritualitas
syaikh tarekat dapat ditransmisikan kepada para murid, terutama kepada
mursyid berikutnya”.
Ketujuh, tempat diklat ruhani para sufi yang disebut dengan
beberapa nama. Ada yang menyebutnya zawiyah, yang berarti pojok.
Ada juga yang menyebutnya ribâth, yang berarti tempat mengikat.
Selain itu, dikenal pula istilah funduq, yang berarti pondok, tempat
mereka berkumpul. Istilah funduq menjadi cikal bakal pondok
pesantren. Dalam TQN tempat diklat ruhani itu disebut madrasah.
Kedelapan, adab yang berarti etika yang mengatur hubungan murid
dengan mursyid dalam tarekat. Adab merupakan kunci keberhasilan
murid tarekat.
17

4. Amalan Amaliah Thariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN)


Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah sebagai sebuah aliran dalam
tasawuf mempunyai amaliah khusus, yang sudah barang tentu tidak
akan sama dengan amaliah dalam tarekat lain. Kalaupun ada kesamaan,
kemungkinan dalam beberapa hal saja karena memang sumber
ajarannya sama-sama dari Rasulullah Saw. Amaliah yang bersifat
spiritual ini harus diamalkan oleh siapa saja yang telah menyatakan diri
melalui “talqin” sebagai murid dan ihkwan dari Guru Mursyid dalam
komunitas tarekat termaksud. Amaliah tersebut merupakan amalan yang
sangat penting yang harus dilakukan oleh murid setelah melakukan
amaliah syar’iyah yaitu salah fardu. (Cecep Alba 2012:98).
Amalan-amalan yang terdapat dalam TQN tersebut ialah
diantaranya:
a. Amaliah Pokok
1. Dzikir (Dzikrullah)
Zikir berasal dari bahasa Arab: (َ‫ یَ ْذ ُك َُر – ِذكْرا‬- ‫ )ذَك َََر‬yang berarti
mengingat ataupun menyebutkan sesuatu. Secara umum zikir
mencakup seluruh elemen syariát baik perintah maupun larangan,
namun arti zikir secara khusus (specifik) adalah melafalkan lafal-
lafal yang mengandung makna zikir dalam Syariát semisal: tasbih,
tahlil dan tahmid. (Faisal Muhammad 2017:190).
Dzikir ditinjau dari segi Bahasa (lughatan) atau etimologi,
adalah mengingat, sedangkan secara istilah adalah membasahi
lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah. Menurut Syaikh
Ahmad Fathani menjelaskan, dzikir pada mulanya diartikan
sebagai “bersih” (Asshafa), wadahnya adalah menyempurnakan
(al-Wafa), dan syaratnya adalah hadir di hadirat-Nya, harapannya
adalah lahirnya amal shaleh, dan hasiatnya adalah terbukanya tirai
rahasia atas kedekatan seorang hamba kepada Allah Swt. (Fatoni,
2020:1)
18

Allah Swt pun sudah memerintah hambanya untuk berdzikir


yang mana dalil dzikir dalam Al-Quran salah satunya terdapat
pada:
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ا ْذ ُك ُروا‬
ً ِ‫َّللاَ ِذ ْك ًرا َكث‬
‫يرا‬
Artinya: “Wahai Orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada
Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya. (Q.S
Al-Ahzab: 41). (Tim Penerjemah Kemenag RI, 2014: 423).
Ada dua macam dzikir yang umum dilakukan dikalangan sufi,
yang mana merupakan amalan keseharian tarekat Qadiriyah
Naqsyabandiyah yaitu dzikir jahr dan dzikir khofi. Dzikir jahr
disebut dzikir lisan, dan dzikir khofi disebut dzikir sirri atau qalbi.
(M. Anas Ma’arif dan M. Husnur Rofiq, 2019:8)
Dzikir Jahr adalah melafalkan kalimat tayibah yakni “Lailahaَ
illallah”َ secara lisan dengan suara keras dan dengan cara-cara
tertentu. Seperti; Cara membaca zikir jahar disebutkan dalam Pasal
kedua Kitab Miftahus Shudur. Gerakan kepala saat membaca zikir
Jahar mempunyai makna filosofis. Saat mengucap “laa” dari
bawah pusar sampai ke otak, melewati lisan dan hidung membuat
benteng tak terlihat. Agar lisan tak berkata dusta, ghibah, adu
domba, fitnah dan perkataan batil lainnya. Agar hidung tidak
mencium yang dilarang oleh Allah. Demikian juga gerakan kepala
saat ke kanan dan ke kiri membentengi bagian tubuh sebelah kanan
dan kiri (mata, telinga, tangan dan kaki) dari godaan nafsu dan
syetan. (Rojaya, 2016: 78).
Sedangkan dzikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan dzikir
isbat saja yaitu mengingat nama “Allah” secara sir di dalam hati
dengan cara-cara yang diterangkan dalam talqin.
Zikir khafi ini dalam TQN dibaca setelah zikir Jahar setelah
sholat wajib dan diamalkan sepanjang hari secara terus-menerus
baik saat duduk berjalan atau bahkan beristirahat, seberapa sering
orang perlu melakukan yang tidak disebutkan secara rinci.
19

Meskipun demikian TQN Suryalaya mengharapkan bahwa orang


harus melaksanakan zikir diam setelah salat wajib dan sepanjang
siang malam sebanyak mungkin. (Mulyati, 2010:325).
Orang yang akan melaksanakan dzikir hendaklah
memperhatikan syarat-syarat dalam dzikir yaitu; pertama, dalam
wudlu yang sempurna. Kedua, berdzikir dengan pukulan gema
yang kuat, Ketiga, berdzikir dengan suara yang dapat
menghasilkan Nur Dzikir dalam rongga bathin mereka yang
berdzikir, sehingga hati mereka itu hidup dengan Nur Hidup yang
abadi yang bersifat keakhiratan. (KHA. Shohibulwafa Tajul Arifin,
2005:17)
2. Khataman
Kata khataman berasal dari kata "khatama-yakhtumu-
khotaman” artinya selesai/menyelesaikan. Maksud khataman
dalam TQN adalah menyelesaikan atau menamatkan pembacaan
aurad (wirid-wirid) yang menjadi ajaran TQN pada waktu-waktu
tertentu.
Waktu pelaksanaan amalan ini ialah mingguan, dalam satu
minggu minimal 2x melaksanakan khataman, yaitu di hari Senin,
Kamis dan juga selesai dzikir shalat jum’at sebagaimana yang di
contohkan pangersa abah Abah. Harian, setiap bada magrib sampai
isya pangersa Abah semasa hidupnya selalu melaksanakan
khataman. Kebiasaan ini diikuti oleh para muridnya. Setiap sebeum
manaqib para Ikhwan juga selalu melaksanakan khataman, semisal
manaqib dilaksanakan di pagi hari setelah isyroq diawali dengan
khataman bersama. (Irfan Abadi, 2020:83)
3. Manaqib
Pengertian manaqib menurut bahasa adalah kisah kekeramatan
para wali. Sementara menurut istilah, manaqib adalah cerita-cerita
mengenai kekeramatan para wali yang biasanya dapat didengar
pada juru kunci makam, pada keluarga, dan muridnya, atau dibaca
20

dalam sejarah-sejarah hidupnya. Manaqib secara leksikal al-


manaqib berarti kebaikan sifat dan sesuatu yang mengandung
berkah. Dalam dunia tarekat, manaqib adalah catatan riwayat hidup
Syekh tarekat yang memaparkan kisah ajaib dan hagiografis
(sanjungan) dengan menyertakan ikhtisar hikayat, legenda,
kekeramatan, dan nasihatnya. Semuanya di tulis oleh pengikut
tarekat yang dirangkum dari cerita para murid, orang dekat,
keluarga dan sahabatnya. (Budi Sujati, 2021:44)
Didalam Al-Quran sendiri terdapat ayat-ayat yang menjelaskan
tentang kisah-kisah orang-orang tertentu. Ada kisah para nabi,
kisah para rasul, umat terdahulu, para wali dan lain-lain. Dalam Al-
Quran disebutkan:

ُ ‫علَ ۡيكَ َو ِم ۡن ُه ۡم َّم ۡن لَّ ۡم ن َۡق‬


ۡ ‫ص‬
‫ص‬ َ ‫صصۡ نَا‬ ُ ‫س ۡلنَا ُر‬
َ َ‫س ًًل ِم ۡن قَ ۡبلِكَ ِم ۡن ُه ۡم َّم ۡن ق‬ َ ‫َولَقَ ۡد اَ ۡر‬
... َ‫علَ ۡيك‬
َ
Artinya: Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang
rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan
kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu… (Q.S al-Gafir:78) (Tim Penerjemah
Kemenag RI, 2014: 476).
Menurut H. Nasution, (2009: 20), Pelaksanaan amalan manaqib
berjamaah paling sedikit 1x dalam satu bulan dan susunan acara
managib harus sesuai dengan maklumat nomor 50. PPS.III. 1995
tanggal 11 Maret 1995 yang ditandatangani oleh Sesepuh Pondok
Pesantren Suryalaya, KHA. Shahibul Wafa Tajul Arifin ra. Yaitu:
1). Pembukaan
2). Pembacaan ayat-ayat suci Al-Our'an
3). Pembacaan Tanbih
4). Tawasul
5). Pembacaan Mangobah dan Doa
6). Pembinaan Pemahaman amalan
21

7). Pembacaan shalawat Bani Hasyim 3x


4. Ziarah
Ziarah menurut bahasa berasal dari akar kata zaara-yazuuru-
ziyaaratan, artinya berkunjung atau mengunjungi. Menurut istilah,
ziarah adalah mengunjungi tempat-tempat suci, atau berkunjung
kepada orang-orang shaleh, para nabi, para wali yang masih hidup
maupun yang sudah meninggal dengan niat karena Allah.
Adapun tujuan dan hikmah dari ziarah ialah dapat mengingatkan
pada kematian, mempertebal keimanan terhadap adanya alam
akhirat, sehingga orang itu meningkat ketaqwaannya kepada Allah
Swt, memperbaiki hati yang buruk/mental yang rusak, sehingga
pada akhirnya nanti orang itu sadar akan perlunya mempererat
hamblum minallah dan hamblum minannas, memberi manfaat
kepada manyit secara khusus dan ahli kubur secara umum berupa
pahala dari bacaan Al-Quran, kalimat Thoyyibah, istigfar, shalawat
Nabi dan lain-lain. (Irfan Abadi, 2020:54).
b. Amaliah Tambah
1. Tawasul
Menurut Misbahuzzulam dikutip dalam jurnal Deskripsi
Tawasul dan Hukumnya (2014:136) bahwa tawasul identik dengan
doa yang mengandung sesuatu yang disebutkan oleh orang yang
berdoa, dengan harapan sesuatu tersebut dapat menjadi perantara
dikabulkannya doa yang dipanjatkannya. Tawasul ibarat tangga
yang digunakan sebagai perantara yang dapat menyampaikan
seseorang kepada tempat yang lebih tinggi atau ibarat jembatan
yang berfungsi sebagai perantara antara satu sisi jalan dengan sisi
jalan yang lainnya.
Tawasul atau berwasilah dalam upaya mendekatkan diri kepada
Allah yang biasa dilakukan di dalam tarekat adalah suatu upaya
atau cara (wasilah), agar pendekatan diri kepada Allah dapat
dilakukan dengan mudah dan lebih ringan. Diantara bentuk-bentuk
22

tawasul yang biasa dilakukan adalah: berhadiah fatihah kepada


Syekh yang memiliki silsilah tarekat yang diikuti sejak dari Nabi
sampai mursyid yang mengajar zikir kepadanya.
2. Riyadhah
Riyadhah secara etimologis artinya latihan. Dalam tasawuf,
yang dimaksud riyadhah adalah latihan rohani dengan cara-cara
tertentu yang lazim dilakukan dalam dunia tasawuf. Dalam tradisi
TQN, riyadhah yang paling utama adalah zikrullah. Tetapi ketika
zikrullah sudah menjadi amalan yang dilakukan secara istikamah
setiap setelah shalat wajib, seorang salik boleh meminta kepada
guru (mursyid) tambahan amalan-amalan untuk memperkokoh
keimanannya, mempermudah pencapaian cita-cita hidupnya, dan
mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam kehidupannya.
Riyadhah yang biasa diberikan Syekh Mursyid secara sistematis,
mulai dari belajar mandi taubat, mandi malam selama empat puluh
hari dengan doa-doa tertentu, belajar melaksanakan puasa- puasa
sunat, belajar melek (tidak tidur beberapa hari, baik siang ataupun
malam), mandi kemanusiaan, ni’is (tidak makan makhluk yang
bernyawa, seperti daging, telor, ikan dan yang lainnya), ijazah saefi
(hizbul Yaman) dan lain-lain. Semua amalan riyadhah tadi
dilakukan di bawah bimbingan dan pengawasan guru mursyid, atau
orang yang ditunjuk oleh guru, bisa dari salah seorang wakil talqin
ataupun putra tertuanya sendiri,
Menurut Ibn Sina, riyadhah ditujukan untuk mendapatkan tiga
tujuan, yaitu:
1) Berkaitan dengan urusan-urusan eksternal, yakni membuang
segala kesibukan yang menyebabkan kelalaian.
2) Berhubungan dengan penyiapan kekuatan-kekuatan Internal
serta menghilangkan kekacauan-kekacauan rohani yang
diistilahkan dengan "menundukkan nafsu amarah oleh nafsu
muthmainnah.
23

3) Berkaitan dengan perubahan-perubahan kualitatif di dalam roh


yang diistilahkan dengan “pelembutan relung hati terdalam”.
(Cecep Alba 2014:154).
B. Kesadaran Beribadah
1. Pengertian Kesadaran Beribadah
Menurut Imam Ghazali menjelaskan mengenai kesadaran bahwa
sesungguhnya permulaan yang mendorong soal hamba melakukan ibadah
dan ketaatan kepada tuhannya adalah bentuk kesadaran diri yang diberikan
oleh Allah Swt yang merupakan pemberian atau pentunjuk dari tuhannya,
dan hal tersebut semakna dengan firman Allah Swt dalam Al-Quran yang
berbunyi:

ِ َّ ‫ور ِم ْن َر ِب ِه ۚ فَ َو ْي ٌل ِل ْلقَا ِسيَ ِة قُلُوبُ ُه ْم ِم ْن ِذ ْك ِر‬


ۚ ‫َّللا‬ ٍ ُ‫علَ ٰى ن‬ ِ ْ ‫صد َْرهُ ِل‬
َ ‫ْلس ًَْل ِم فَ ُه َو‬ َّ ‫أَفَ َم ْن ش ََر َح‬
َ ُ‫َّللا‬

َ ‫أُو ٰلَئِكَ فِي‬


ٍ ‫ض ًَل ٍل ُم ِب‬
‫ين‬
Artinya: “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk
(menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama
dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi
mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu
dalam kesesatan yang nyata” (Q.S Az-Zumar :22) (Tim Penerjemah
Kemenag RI, 2014: 461).
Kemudian Rasulullah Saw bersabda “sesungguhnya cahaya apabila
sudah masuk ke dalam hati, maka hatinya akan terbuka dan memiliki
keluasaan hati” lalu Rasulullah Saw bertanya “apakah hal demikian itu
memiliki tanda-tanda yang dapat diketahui? Dan Rasulullah Saw menjawab
“ya, menghindari dari kehidupan yang banyak tipu daya seperti, kehidupan
dunia, seperti kehidupan dunia itu hanya tipu muslihat dan tipu daya, dan
menyabarkan diri dan berlari menggapai kehidupan yang abadi, dan
mempersiapkan kematian sebelum kematian itu datang. (Imam Ghozali,
2006:37)
Menurut penjelasan kalimat diatas ialah kesadaran itu datang dari Allah
Swt yang kemudian diistilahkan oleh Imam Ghozali itu kesadaran diri yang
24

Allah Swt berikan kepada seorang hamba, kemudian nanti dilapangkan


dadanya, ketika sudah lapang dadanya maka hatinya akan terbuka dan
mendorong hatinya untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah
Swt, yang pada intinya kesadaran itu didapatkan oleh Allah Swt, diberikan
petunjuk oleh Allah Swt dan dengan petunjuk itu mendorong dirinya untuk
melakukan ketaatan.
Kemudian bahwasannya kesadaran diri itu yang mendorong manusia
untuk melakukan ketaatan kepada tuhan tanpa ada kesadaran diri maka
manusia tidak akan punya keinginan untuk beribadah dan taat kepada tuhan.
(Muhammad Rohimin, Mesir, Wawancara, 28 Juni)
Menurut Solso dan Maclin (2008) sebagaimana di kutip oleh Alex Sobur
(2016;467) bahwa kesadaran ialah sebagai sebuah kesiagaan terhadap
peristiwa-peristiwa atau stimuli di lingkungan sekitar dan terhadap
fenomena-fenomena kognitif, seperti memori, pikiran, dan sensasi fisik.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Daring)
kesadaran berasal dari kata dasar “sadar” yang memiliki arti insyaf, yakin,
merasa, tahu, dan mengerti. Kesadaran adalah kondisi kesigapan mental
seseorang dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam. Jadi
makna kesadaran yang dimaksud ialah keadaan tahu dan ingat ataupun
insyaf terhadap diri sendiri mengenai keadaan yang sebenarnya baik akibat
rangsangan dari luar maupun dari dalam diri. (Wowo Sunaryo Kusuma,
2013: 230)
Ibadah sendiri secara umum dapat dipahami sebagai wujud
penghambaan diri seorang makhluk kepada Sang Khaliq. Penghambaan itu
lebih didasari pada perasaan syukur atas semua nikmat yang telah
dikaruniakan oleh Allah padanya serta untuk memperoleh keridhaanNya
dengan menjalankan titah-Nya sebagai Rabbul ‘Alamin
Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yang artinya melayani
patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis ialah sebutan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah azza wa jalla, baik
25

berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.


(Sahriansyah, 2014: 1).
Sedangkan menurut KH. Asep Salahudin dalam pengantar Ibadah
Oksigen Kehidupan sebagaimana di kutip oleh Jamaludin (2017: iv) bahwa
Allah benar-benar menjadi fokus dari seluruh gerak pengabdian seorang
hamba tanpa sedikitpun menyisipkan yang lain. Allah menjadi Dzat tempat
kita menyerahkan diri sepenuhnya; Inni wajahtu wajhiya li alladzi fathara
an-nas wa al-ardl hanifa meslima wa ma ana minal-musyrikin
(sesungguhnya aku menghadap wajahku, dengan lurus kedapa dzat yang
menciptkan langit dan bumi, dan aku bukanlah golongan orang-orang yang
musyrik). (Q.S. al-An’am/6:79).
Inilah yang disebut ibadah. Ibadah tentu bukan sekedar vertikal habl min
Allah, namun juga seluruh aktivitas hidup kita harus diniatkan sebagai
bagian dari pengabdian kepada-Nya. Inni shalati wa nusuki wa mahyaya wa
mamati li Allah rabb al-amin (sesungguhnya shlatku, seluruh ibadahku,
hidupku dan matiku semata untuk Allah. Tuhan pengausasa alam).
Pada dasarnya Allah Swt. menciptakan manusia semata-mata untuk
ibadah kepada-Nya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah Q.S. Adz-
Dzariyat ayat 56, yaitu;

ِ ‫س ِإ ََّّل ِل َي ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepadaku”. (Q.S. Adz-Dzariyat, ayat:56) (Tim
Penerjemah Kemenag RI, 2014: 523).
Diatas telah dijelaskan didalam firman Allah bahwa Allah menciptakan
jin dan manusia didunia ini untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.
Bentuk pengabdian seorang hambanya yang telah diciptakan itu untuk
menjalankan perintahnya yaitu terutama ibadah shalat.
Menurut Khairul Abror, (2019:10) bahwa dari segi ruang lingkupnya
ibadah dibagi menjadi dua macam yaitu:
26

a. ‘Ibādah khāssah, yakni ibadah yang ketentuan dan cara


pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh nash, seperti shalat,
zakat, puasa, haji dan lain-lain sebagainya.
b. ‘Ibādah ‘āmmah, yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan
niat yang baik dan semata-mata karena Allah Swt (ikhlas), seperti
makan dan minum, bekerja, amar ma’ruf nahi munkar, berlaku adil
berbuat baik kepada orang lain dan sebagainya
Adapun kategori-kategori ibadah menurut Zulkifli, (2017:8)
diantaranya yaitu:
a. Ibadah i’tiqodiyah (keyakinan), ibadah ini adalah ibadah yang
berhubungan dengan keyakinan dan keimanan, seperti iman kepada
rukun iman dan iman kepada yang ghaib.
b. Ibadah Qalbiyah (ibadah hati), ibadah ini adalah amalan-amalan
ibadah yang lebih banyak dilakukan dengan hati, yang tidak boleh
ditunjukan dan dimaksudkan kecuali hanya kepada Allah. Seperti
cinta, tawakal, sabar, takut, berharap dan taubat.
c. Ibadah Lafzhiyah, ibadah ini adalah amalan-amalan ibadah yang lebih
banyak dilakukan dengan lisan. Seperti mengucap kalimat-kalimat
thoyyibah, dzikir dan membaca Al-Quran.
d. Ibadah Jasadiyah (badan), ibadah ini adalah amalan-amalan ibadah
yang lebih banyak dilakukan dengan badan/jasad seperti ruku, sujud,
thawaf dll.
e. Ibadah Maliah (harta), ibadah ini adalah amalan-amalan ibadah yang
lebih banyak dilakukan dengan sarana harta benda dan kekayaan
seperti zakat, infaq dan shadaqah.
Menurut Taufik (2020:77) sebagaimana di kutip dalam Psikologi
agama bahwa sumber kesadaran beragama dalam teori fakulty
berpandangan bahwa segala sepak terjang dan sikap manusia tidak
disebabkan hanya oleh satu sebab, tapi oleh beberapa sebab sekaligus.
Dalam hal kesadaran beragama, teori ini menyebut ada tiga hal yang
menjadi sumber utamanya yaitu:
27

a. Cipta (reason) fungsi intelektual manusia, berperan dalam


menentukan benar tidaknya ajaran suatu agama.
b. Rasa (emosi) fungsi emosional manusia, berperan menimbulkan
keseimbangan sikap batin dan rasa positif dalam menghayati
kebenaran ajaran agama.
c. Karsa (will) menimbulkan amalan-amalan atau implementsi atas
doktrin keagamaan yang benar dan logis.
Dalam kesadaran beragama sebagaimana menurut Abdul Aziz (2011:
37) dalam buku Psikologi Agama (Kepribadian Muslim Pancasila) bahwa
pengertian kesadaraan beragama meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-
Tuhanan, keimanan, sikap, dan tingkal laku keagamaan yang terorganisasi
dalam sistem mental dan kepribadian. Karena agama melibatkan seluruh
fungsi jiwa dan raga manusia, maka kesadaran beragama pun mencakup
aspek-aspek afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek afektif dan konatif
terlihat di dalam pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan, dan kerinduan
kepada Tuhan. Aspek kognitif terlihat pada keimanan dan kepercayaan,
sedangkan aspek motorik terlihat pada perbuatan dan gerakan tingkah laku
keagamaan.
Sehingga kesadaran beragama yang dimaksud adalah segala prilaku
yang dikerjakan oleh seseorang dalam bentuk menekuni, mengingat, merasa
dan melaksanakan ajaran-ajaran agama (mencakup aspek afektif, konatif,
kognitif dan motorik) untuk mengabdikan diri kepada Tuhan (Allah) dengan
disertai perasaan jiwa yang tulus dan ikhlas, sehingga apa yang
dilakukannya sebagai perilaku keagamaan dan salah satu pemenuhan atas
kebutuhan rohaniahnya.
Dalam beribadah, secara khusus ditanamkan kesadaran akan
pengawasan Allah terhadap semua manusia dan makhluk-makhluk-Nya
dengan kesadaran akan pengawasan Allah yang tumbuh dan berkembang
dalam pribadi anak, maka akan masuklah unsur pengendalian terkuat dalam
dirinya.
28

Kesadaran beribadah diartikan sebagai bagian atau segi yang hadir atau
terasa dalam pikiran dan dapat dilihat gejalanya melalui instropeksi. Dapat
dikatakan bahwa kesadaran beribadah adalah aspek mental atau aktivitas
ibadah. Dari kesadaran ibadah tersebut akan muncul sikap keagamaan yang
ditampilkan seseorang anak yang mendorongnya untuk bertingkah laku
sesuai dengan ketaatannya pada agama yang dianutnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran beribadah adalah
rangkaian perbuatan atau tindakan yang didasari rasa sadar dan paham
untuk mengerjakan perintah Allah sesuai dengan ajaran agama Islam.
2. Indikator Kesadaran Beribadah
Menurut pendapat G.W Allport sebagaimana dikutip oleh Pangestika
Indah (2020: 12) bahwa indikator kesadaran beragama adalah sebagai
berikut:
a. Differensiasi yang baik adalah semakin mantap dalam mendekatkan
diri kepada Tuhan, kehidupan beragama yang matang.
b. Motivasi kehidupan beragama yang dinamis adalah memperkuat
motivasi keagamaan kepada Tuhan, mendorong manusia untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan.
c. Pelaksanaan ajaran agama secara konsisten dan produktif adalah
bertanggung jawab dengan mengerjakan perintah agama sesuai
kemampuan dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
d. Pandangan hidup yang komprehensif adalah agama memberikan
dorongan dan motivasi lebih kuat dan lebih bermakna terhadap
semangat dan arti hidup.
e. Pandangan hidup yang integral adalah mengarahkan dan
menyelesaikan berbagai permasalahan hidup.
f. Semangat pencarian dan pengabdian kepada Tuhan adalah ibadahnya
selalu di evaluasi dan ditingkatkan agar menemukan kenikmatan
penghayatan dan kehadiran Tuhan.
29

3. Aspek – aspek kesadaran beragama


Menurut Wahyudi (2019: 20) menjelaskan bahwa terdapat aspek-aspek
kesadaran dalam beragama ialah sebagai berikut:
a. Aspek afektif dan konatif
Bahwa yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia itu bukan
hanya terbatas pada kebutuhan biologis saja, namun manusia juga
mempunyai keinginan dan kebutuhan yang bersifat rokhaniah, yaitu
kebutuhan dan keinginan untuk mencintai dan dicintai Tuhan.
Sebagaimana pedapat beberapa ahli yaitu:
- Federick Hegel
“Bahwa agama adalah suatu pengetahuan yang sungguh-sungguh
benar dan tempat kebenaran abadi. Hal ini mengakibatkan perasaan
manusia untuk mengenal dan bergabung di dalamnya sangat kuat,
manusia ingin mengenal lebih jauh terhadap agama dan ajaran-
ajarannya, yang selanjutnya merekapun menujukan kedekatan dan
kerinduannya kepada Tuhan”.
Dari pendapat ahli diatas tentang pentingnya agama, bahwa agama
merupakan kebutuhan rohaniah manusia, dimana seseorang tidak bisa
hidup tanpa agama, ibarat berjalan dikegelapan tak tahu arah dan
tujuan, sehingga hal tersebut yang mengakibatkan seseorang selalu
mendambakan agama dalam hidupnya. Setelah menemukan agama dan
menyakininya dengan perasaan ingin mengabdikan dirinya pada Allah,
maka keadaan jiwanya akan tentram dan damai.
b. Aspek kognitif
Aspek kognitif merupakan aspek yang juga menjadi sumber jiwa
agama pada diri seseorang (yaitu melalui berfikir), manusia berTuhan
karena melalui kemampuan berfikirnya. Sedangkan kehidupan
beragama merupakan refleksi dari kemampuan berfikir manusia itu
sendiri. Manusia juga menggunakan fikirannya untuk merenungkan
kebenaran atau kesalahan menuju keyakinan terhadap ajaran agama.
30

Adapun hal-hal yang berhubungan dengan aspek kognitif dalam


kesadaran beragama, yaitu:
1) Kecerdasan qalbiyah
Kecerdasan qalbiyah yaitu kecerdasan untuk mengenal hati dan
aktifitas-aktifitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenis-jenis
kalbu secara benar, memotivasi kalbu untuk membina hubungan
moralitas dengan orang lain dan hubungan ubudiyah dengan
Tuhan. Kecerdasan ini berkaitan dengan penerimaan dan
pembenaran yang bersifat intuitif ilahiyah, sehingga adalam
kecerdasan qalbiyah lebih mengutamakan nilai-nilai ketuhanan
(theosentris) yang universal daripada nilai-nilai kemanusiaan
(antroposentris) yang temporer. Dalam Islam kecerdasan ini dapat
dilihat pada keyakinan seseorang terhadap rukun iman yang
jumlahnya ada enam, selain itu juga dapat dilihat pada
peribadatannya kepada Allah Swt.
2) Kecerdasan emosional
Kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang berkaitan
dengan pengendalian nafsu-nafsu impulsive dan agresif, sehingga
seseorang akan terarah untuk bertindak secara hati-hati, waspada,
tenang, sabar dan tabah ketika mendapat musibah dan berterima
kasih ketika mendapat kenikmatan.
3) Kecerdasan moral
Kecerdasan moral adalah kecerdasan yang berkaitan dengan
hubungan kepada sesame manusia dan alam semesta. Kecerdasan
ini mengarahkan seseorang untuk berbuat baik.
4) Kecerdasan Spritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berhubungan
dengan kualitas batin seseorang dalam meyakini ajaran agama.
Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk berbuat lebih
manusiawi, sehingga dengan menggunakan fikirannya seseorang
31

dapat menjangkau nilai-nilai luhur dalam agama yang mungkin


belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
5) Kecerdasan Beragama
Kecerdasan beragama adalah kecerdasan yang berhubungan
dengan kualitas beragama pada diri seseorang. Kecerdasan ini
mengarahkan pada diri seseorang untuk berperilaku agama secara
benar, sehingga menghasilkan ketaqwaan dan keimanan secara
mendalam. (Wahyudi 22:2019)
c. Aspek motorik
Menurut Abdul Aziz Ayadi (2011:69) menjelaskan bahwa aspek
motorik dalam kesadaran beragama merupakan aspek yang berupa
prilaku keagamaan yang dilakukan seseorang dalam beragama. Adapun
aspek-aspek tersebut ialah:
1) Kedisiplinan shalat
Kedisiplinan shalat adalah ketaatan, kepatuhan keteraturan
seseorang dalam menunaikan ibadah shalat.
2) Menunaikan ibadah puasa
Yang dimaksud menunaikan ibadah puasa ialah menahan diri
dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, seperti menahan
makan, minum dan nafsu. Dimana buah dari menunaikan ibadah
puasa ialah:
a) Memiliki rasa syukur
b) Ketaqwaan
c) Perasaan sosial yang tinggi
d) Pengendalian diri dan
e) Kesehatan jiwa dan raga
3) Berakhlak baik
Berakhlak baik ialah suatu perbuatan yang disenangi oleh
banyak orang seperti:
32

a) Ketaqwaan
b) Kejujuran
c) Amanah dan ikhlas
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesadaran beribadah
Menurut Wahyudi (2019:27) mengemukakan faktor-faktor kesadaran
dalam beragama ialah dintaranya:
a. Faktor pembawaan
Perbedaan hakiki manusia dengan makhluk lainnya adalah manusia
mempunyai fitrah (pembawaan) beragama (homo religious). Setiap
manusia yang lahir kedunia, baik yang lahir di Negara komunis maupun
kapitalis; baik yang lahir dari orang tua jahat atau shaleh; baik yang
masih primitive maupun modern, menurut fitrah kejadiannya
mempunyai potensi beragama atau keimanan kepada Tuhan.
b. Faktor lingkungan
Fitrah beragama merupakan potensi yang mempunyai
kecenderungan untuk berkembang. Namun, perkembangan tersebut
tidak akan terjadi manakala tidak ada faktor luar yang memberikan
rangsangan atau stimulus yang memungkinkan fitrah tesebut
berkembang dengan sebaik-baiknya.
c. Faktor keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak.
Keluarga yang Bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
perkembangan emosi anak. Oleh karena itu kedudukan keluarga dalam
pengembangan kepribadian anak sangatlah penting. Sehingga
dibutuhkan peran orang tua dalam menanamkan nilai kesadaran
beragama anak.
d. Faktor sekolah
Sekolah merupakan Lembaga pendidikan formal yang mempunyai
program yang sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran
dan Latihan kepada anak agar anak dapat membantu perkembangan
kepribadian anak. Sebagaimana pendapat Hurlock bahwa sekolah
33

merupakan substitusi dari keluarga dan guru merupakan substitusi dari


orang tua. Karakteristik dan kompetensi guru sangatlah berpengaruh
dalam mencapai keberhasilan anak.
e. Faktor masyarakat
Teori sosial Albert Bandura menyatakan bahwa orang dapat belajar
dengan hanya mengobservasi perilaku orang lain. Dalam masyarakat,
individu (terutama anak-anak atau remaja) akan melakukan interaksi
sosial dengan teman sebayanya ataupun dengan masyarakat lainnya.
Apabila teman seergaulan itu menampilkan perilaku sesuai dengan
nilai-nilai agama (berakhlak mulia), maka akhlak remaja tersebut akan
cenderung baik, karena tingkah laku adalah akibat dari proses belajar.
C. Pembinaan Ibadah di Sekolah
Pembinaan adalah proses perbuatan, pembaharuan, penyempurnaan,
usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Memang benar bahwa tugas pembinaan
pribadi anak di sekolah bukan tugas guru agama saja, tetapi tugas gurupada
umumnya, di samping tugas orangtua. Namun, peranan guru agama dalam
hal ini sangat menentukan. Guru agama dapat memperbaiki kesalahan yang
dibuat. (Lina Hadiawati, 2008: 18)
Menurut Zakiah Daradjat sebagaimana di kutip oleh Farhan Khairiyah,
(2011:37) bahwa pembinaan ialah upaya pendidikan baik formal maupun
non formal yang di laksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur dan
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras.
Pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta
Prakarsa sendiri, menambah, meningkatkan dan mengembangkan kearah
tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusia yang optimal dan
pribadi yang mandiri.
Sedangkan ibadah ialah sebagaimana dijelaskan di atas bahwa iabadah
adalah merendahkan diri kepada Allah azz awa Jalla, yaitu tingkatan tunduk
yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
34

tinggi. Serta mencakup seluruh apa yang dicintai dan di ridhai Allah Swt,
baik berupa ucapan, atau perbuatan, yang zhahir maupun batin.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan ibadah di
sekolah adalah tindakan yang dilakukan dengan memperoleh hasil yang
baik sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Tuhan-Nya,
dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Selain itu,
dengan beribadah seorang hamba akan selalu merasa dekat dengan Allah,
bahkan dapat menolong batinnya dari kesusahan.
Di dalam islam, fungsi sekolah adalah memberikan peranan penting
dalam memberikan suatu ajaran yang berupa pemikiran, aqidah, dan syariat
yang menjadi pedoman hidup. Perubahan sikap didalam diri manusia karena
adanya suatu pembinaan, oleh karena itu seorang guru bertanggung jawab
penuh dalam pembinaan terhadap siswanya untuk merubah sikap agar
mereka sadar akan kewajiban khususnya dalam menjalankan ibadah shalat.
D. Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta
Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah
Menurut ajaran Islam manusia diciptakan Allah Swt, untuk menjadi
khalifah di bumi, dengan memiliki tujuan utama agar selalu beribadah dan
mengabdi kepada Allah (Q.S 51:56). Implikasinya dalam pendidikan Islam,
semua potensi yang dimiliki manusia tersebut perlu diarahkan dan dididik
dengan tujuan untuk memberi kemampuan kepada manusia menjalankan
tugas sebagai Khalifah di bumi yang selalu beribadah dan mengabdi kepada
Allah Ta’ala. Karena dalam Islam, selain berdasarkan timbangan filosofis,
seorang muslim juga dituntut mempertimbangkan sisi teologis dalam
menentukan dasar pendidikan nasional. (Agus Samsul Basar, Dkk. 2020:53)
Pada dasarnya kesadaran beribadah memiliki sasaran dalam
pembentukan kesalehan individu, dimana kesadaran beragama merupakan
salah satu unsur penting dalam kehidupan seseorang. Kesadaran beragama
merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan
kepada Allah Swt, yang direfleksikan ke dalam pribadatan kepada-Nya baik
35

yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas. (Haris Budiman


2015:25).
Sebagaimana dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

َ َ‫سدُ ُكلُّهُ وإذَا ف‬


َ َ‫سدَت ف‬
” َ‫سد‬ َ ‫صلَ َح ال َج‬ ْ ‫صلَ َح‬
َ ‫ت‬ َ ‫ضغَة إِذَا‬ َ ‫أَال وإِن فِي ال َج‬
ْ ‫س ِد ُم‬
ُ ‫هي القَ ْل‬
‫رواه البخاري ومسلم‬.“ ‫ب‬ َ ‫سدُ ُكلُّهُ أَال َو‬
َ ‫ال َج‬
Artinya: “Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika
ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no 52 dan
Muslim no. 1599).
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengisyaratkan bahwa baiknya
amalan badan seseorang dan kemampuannya untu menjauhi keharaman,
juga meninggalkan perkara syubhat (yang masih samar hukumnya) itu
semua tergantung pada baiknya hati.
Para ulama mengatakan bahwa walaupun hati (jantung) itu kecil
dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain, namun baik dan jeleknya
jasad tergantung pada hati. (Syarh Muslim, 11:29)
Menurut Agus Samsul Bassar, Dkk (2020: 55) menjelaskan bahwa
manusia-manusia Indonesia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan
yang kuat, mampu untuk senantiasa mengendalikan diri dan memiliki
kepribadian prima, akhlak mulia, serta memiliki kecerdasan dan
keterampilan mumpuni yang diperlukan oleh diri, bangsa dan negaranya.
Sehingga mampu berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan bangsa.
Pengamalan TQN merupakan kunci kesuksesan dalam pengabdian
kepada Allah Swt dan juga kepada sesama makhluk ciptaannya. Amalan
TQN yang ditanamkan dalam bentuk pemahaman dan pengetahuan,
dilaksanakan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, di
sekolah dan dilingkungan masyarakat tempat ia tinggal karena dengan
pengamalan akan mempunyai kontrol terhadap prilakunya dan mencapai
atau memperoleh manfaat dari apa yang ia amalkan diantaranya akan
mempunyai sikap dan spiritual keagamaan yang baik. (Syafe’I, 2020:47)
36

Pembinaan pengamalan ajaran agama Islam dimaksudkan sebagai pola


bimbingan dan pengarahan kepada anak, karena pengembangan potensi
kepribadian pada anak harus mendapat bimbingan dan pengalaman yang
mendukung, sebab perkembangan pribadi anak tidak saja dihubungkan
dengan potensi-potensi pembawaan mereka, tetapi terutama dihubungkan
dengan pengalaman-pengalaman yang mereka hadapi. (Haris Budiman,
2015: 20)
Melalui pembinaan khususnya amaliah TQN yang diterapkan oleh
sekolah merupakan sebuah revolusi dalam pembentukan nilai-nilai
kereligiusan peserta didik supaya terbangun dan tertanam kesadaran akan
kewajiban dalam beribadah, karena sejatinya untuk mencapai kekuatan
spiritual keagamaan yang kuat, mampu untuk senantiasa mengendalikan
diri dan memiliki kepribadian prima, akhlak mulia, serta memiliki
kecerdasan dan keterampilan mumpuni yang diperlukan oleh diri, bangsa
dan negaranya salah satunya ialah melalui pendekatan filosofis tauhid
kepada Allah Swt yang selalu mengacu kepada hakikat tujuan manusia
diciptakan Allah Swt, sebagai hamba yang harus senantiasa beribadah dan
mengabdi kepada Allah Swt.
Sehingga kesadaran beribadah yang diharapkan ialah dapat membatu
untuk merefleksikan diri dan berprilaku sesuai dengan ajaran-ajaran syariat
agama Islam serta nila-nilai positif yang dianutnya dan semakin mantap
dalam mendekatkan diri kepada Tuhan dan kaya dalam hal memahami
agama.
Maka dalam upaya pembentukan kesadaran ibadah yang baik pada
peserta didik di Mts Serba Bakti Tsanawiyah Pondok Pesantren Suryalaya
melalui pembinaan Ibadah di sekolah dengan melakukan pebiasaan
pengamalan-pengamalan TQN, diharapkan peserta didik Mts Serba Bakti
Tsanawiyah Pondok Pesantren Suryalaya menjadi insal kamil yang cageur
bageur lahir batin (sehat jasad, budi utama) dengan istiqomah mengamalkan
ajaran TQN, dan menghasilkan kesadaran ibadah yang optimal, yang harus
37

ditanamkan peserta didik sejak dini agar menjadi sebuah pondasi yang
kokoh sebagai penerus bangsa.
Sebagaimana Allah Swt mengangkat derajat seseorang manusia, yang
mana mereka itu suka mengendalikan hawa nafsu, sehingga Nabi pun
memandang orang itu sebagai orang-orang yang melakukan “Jihadul
Akbar” (perang besar), hal ini telah disabdakan oleh Nabi dikala perang
Tabuk yang berbunyi:
Artinya: “Marilah kita kembali dari perang kecil menuju perang besar,
yaitu perang dengan nafsu yang benar-benar musuhmu yang selalu terisi
didalam dadamu”.
Adapun maksudnya supaya ummat-ummat senantiasa berakhlaqul
karimah/budi yang mulia atau akhlaqul mahmudah/akhlak yang terpuji,
hingga dapat menyingkirkan akhlaqul madzmumah, yakni akhlaq yang
tercela dan hina.
Pribadi yang demikian itu akan membuktikan kebaikan dalam segala
hal amal lakunya, hanya dengan pribadi-pribadi demikianlah ketentraman,
kesejahteraan, keamanan masyarakat, bangsa, agama, dan negara dapat
tercapai. Karena ia merupakan pribadi yang mukmin yang beraqidahnya
keyakinan, yang bersusila, berakhlak dan bermuamalah, selalu beramal dan
berkarya yang positif dan bermanfaat, baik di akhirat di hadapan Allah Swt
sebagai Tuhannya, maupun di dunia terhadap sesama mahkluk.
(Shohibulwafa Tajul Arifin, 2015:21)
Kemudian didukung dalam penelitian karangan Basukiyatno yang
berjudul; “Effektivitas Ibadah dalam Pengembangan Kecerdasan Spritual
Santri di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya” terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap metode peribadatan yang terbukti efektif dalam
membina kecerdasan spitual yang melahirkan manusia-manusia yang utuh.
Hal tersebut ditunjukan oleh keberhasilan dalam pembinaan yang dilakukan
secara khusus sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
38

Dimana spiritualitas seseorang merupakan relatifitas keimanan


seseorang yang bertempat di qalbu, yang mempunyai fungsi sebagai titik
sentral komando atas segala aktifitas manusia. Qalbu-lah yang membuat
manusia mampu berprestasi semata demi Allah Swt. Qalbu manusia yang
bersih, berning dan jernih, menghasilkan perilaku manusia yang terpuji,
demikian halnya sebaliknya. Penampilan setiap insan merupakan refleksi
dari qalbunya masing-masing.
Spritualitas juga merujuk pada tingkat kesadaran seseorang, yang
berpangkal di qalbu, tempat berpijak dari seluruh pengetahuan dan
pengalaman, baik pengetahuan empirik rasional maupun pengetahuan
dalam dimensi tauhid, yang diperoleh melalui akal pikiran dan pengalaman
diri yang bersangkutan. Lapis-lapis keilmuan tersebut berasosiasi langsung
dengan lapis-lapis kesadaran fitriyah dan kesadaran indriyah pemahaman
dan keterampilan menggunakan pengetahuan tersebut merujuk pada
berbagai kecerdasan manusia, yang selalu berkembang ragam dan jenisnya.
(Basukiyatno dan Fitriyanto, 2020: 7)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Berdasarkan dari permasalahan yang yang diteliti yaitu mengenai
“Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta Didik
dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah” (Penelitian Deskriptif Kuantitatif di
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya). Maka metode yang diambil ialah dengan deskriptif
kuantitatif karena metode ini dirasa paling cocok dengan permasalahan yang
diteliti.
Menurut Wawan, metode deskriptif adalah metode penelitian yang
berupaya untuk mengungkapkan keadaan atau kondisi yang terjadi saat
sekarang dengan mempertimbangkan keadaan masa lampau, untuk
mendapatkan gambaran secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta
serta hubungan antar fenomena yang diteliti.
Pendekatan kuantitatif ini dimaksudkan penulis ialah dimana
penelitian ini menggunakan angka-angka dan analisis. Analisis yang
digunakan adalah analisis dengan statistika. Penelitian deskriptif ini
dimaksudkan untuk mengetahui dan membuat gambaran secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta pengaruh akibat fenomena
yang diselidiki.
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel independent (memepengaruhi)
(X), dan satu variabel dependent yaitu terikat atau dipengaruhi (Y).
(sugiyono, 2010:38).
Dalam penelitian ini variabel penelitian yang diteliti ialah “Pengaruh
Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta Didik dalam

39
40

Pembinaan Ibadah di Sekolah” (Penelitian Deskriptif Kuantitatif di


Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya).
Dalam judul penelitian ini, pernyataan variabelnya adalah:
Variabel bebas (X) : Amaliah TQN
Variabel terikat (Y) : Kesadaran Beribadah Peserta didik dalam
Pembinaan Ibadah di Sekolah.
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel bertujuan untuk menjelaskan makna
yang teliti, untuk memudahkan pembahasan dan analisis serta menemukan
item-item angket maka dibuat definisi operasional variabel sebagai beriku:
Tabel 3.1
Devinisi Operasional Variabel
Variabel No
No. Indikator Sub Indikator Skala
Penelitian Angket
Telah melaksanakan
proses talqin sebelum
1
mengamalkan amaliah
TQN
Dzikrullah
Melaksanakan dzikir
(Jahr dan
Variabel X setelah selesai shalat 2
Khofi)
1. Amaliah fardu Ordinal
TQN Selalu mengingat
Allah kapan pun dan 3
dimana pun
Mengamalkan
Khataman khataman setiap 2 4
minggu sekali
41

Mengamalkan
khataman berjama’ah 5
di masjid
Mengikuti khidmat
amaliah manaqib
khusus di pondok 6
pesantren Suryalaya
Manaqib setiap 1 bulan sekali
Menjadi petugas
amaliah manaqib
7
umum di lingkungan
sekitar
Mengetahui jenis-jenis
riyadah yang ada 8
Riyadah dalam TQN Suryalaya
Melaksanakan riyadah
9
TQN Suryalaya
Melaksanakan ziarah
dan silaturahmi ke
Ziarah pondok pesantren 10
Suryalaya minimal
seminggu sekali
Emosi:
Variabel Y Emosional peserta
Afektif dan
2. Kesadaran didik saat dan setelah Ordinal 5, 9
Konatif
Beribadah mengikuti kegiataan
pembinaan ibadah
42

Perasaan:
Perasaan peserta didik
dalam proses
7
pembinaan ibadah di
sekolah.

Keyakinan:
Keyakinan bahwa
ibadah merupakan 3,4
kewajiban bagi umat
Islam
Pengetahuan:
Pengetahuan makna
Kognitif kesadaran beribadah 1, 2, 8
dalam pembinaan
ibadah di sekolah
Pandangan:
Pandangan kesadaran
ibadah menumbuhkan 6
kepribadian
shaleh/shalehah
Tingkah laku:
Tingkah laku peserta
didik setelah selesai
Motorik 10
mengikuti kegiatan
pembinaan ibadah di
sekolah
43

D. Populasi, Teknik Sampling dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2010:80).
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IX Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Populasi Siswa-siswi MTs Serba Bakti Suryalaya
JENIS KELAMIN
NO. KELAS
L P Jumlah
1. VII-A 4 24 28
2. VII-B 11 18 29
3. VII-C 15 14 29
4. VII-D 15 13 28
5. VII-E 12 17 29
6. VII-F 14 14 28
7. VIII-G 15 13 28
8. VIII-A 13 12 25
9. VIII-B 15 13 28
10. VIII-C 13 13 26
11. VIII-D 19 9 28
12. VIII-E 14 9 23
13. VIII-F 14 12 26
14. IX-A 18 11 29
15. IX-B 13 16 29
16. IX-C 15 11 26
17. IX-D 13 11 24
44

18. IX-E 11 14 25
19. IX-F 10 14 24
Jumlah 254 258 512
Sumber: Profil sekolah MTs serba Bakti Suryalaya 2022
2. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah Teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampel yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling yang mana teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, atau mengambil kelas
tertentu sebagai sampel, dengan perkiraan bahwa populasi memiliki
karakteristik yang homogen. (Sugiyono, 2010:81)
Adapun alasan menggunakan Teknik purposive sampling ialah
dikarenakan tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu. Berdasarkan teknik purposive
sampling tersebut maka penulis mengambil kelas IX-A sebagai sampel
karena kelas IX merupakan kelas yang telah melaksanakan talqin, serta
jumlah dan karakteristiknya mewakili kelas-kelas lain.
3. Sampel
Sampel adalah bagian anggota populasi yang diambil dengan
menggunakan teknik pengambilan sampling. Di sini sampel harus benar-
benar bisa mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil
penelitian yang diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas
populasi. (Hardani Dkk, 2020:362)
Dari jumlah populasi 512 peserta didik, peneliti pengambil kelas IX-A
yang berjumlah 29 orang, terdiri dari 18 laki-laki dan 11 perempuan. Alasan
kenapa peneliti memilih kelas tersebut karena jumlah peserta didik dalam
kelas tersebut mewakili, dan juga kelas yang telah banyak di talqin dan
sering mengamalkan amaliah TQN Suryalaya.
45

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan
rehabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data. Oleh karena itu
instrument yang telah teruji validitas dan rehabilitas-nya, belum tentu dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel, apabila intrumen tersebut tidak
digunakan secara tepat dalam penggunaan datanya. Instrument dalam
penelitian kuantitatif dapat berupa pedoman wawancara, observasi dan
kuesioner. (Hardani, Dkk. 2020; 116). Instrumen penelitian yang
dibutuhkan berupa kisi-kisi angket, angket untuk variabel X, angket untuk
variabel Y, pedoman observasi, dan wawancara. Adapun intrumen
penelitiannya ialah sebagai berikut:
a) Kuisioner Tertutup/ Angket
Kuisioner merupakan metode pengumpul data yang pada umumnya
digunakan untuk penelitian dengan cara memberikan sejumlah
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. (I komag Sukendra, 2020:24)
b) Observasi
Menurut Adler & Adler (1987:389) sebagaimana dikutip dalam
jurnal Hasyim Hasanah (2016:26) bahwa observasi merupakan salah
satu dasar fundamental dari semua metode pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan
perilaku manusia. Observasi juga dipahami sebagai “andalan
perusahaan etnografi” maksudnya adalah observasi merupakan proses
pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik
dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokus
aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karena itu
observasi merupakan bagian integral dari cakupan penelitian lapangan
etnografi.
46

c) Wawancara
Wawancara Wawancara yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu. Sugiyono, (2010: 317).
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang palaing strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan
data, tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang ditetapkan. (Sugiyono, 2010:224)
Diantara teknik pengumpulan data antara lain:
a) Angket
1) Bentuk
Angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah angket tertutup.
Responden diberikan alternatif, sehingga tinggal memilih alternatif
jawaban yang telah disediakan. (Wawan, 2015 :175)
Dengan menggunakan teknik ini akan digali data pokok yang
terdapat dalam penelitian ini, yaitu pengaruh amaliah TQN Suryalaya
terhadap kesadaran beribadah peserta didik, penelitian di Madrasah
Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Angket yang
disediakan untuk variabel X dan Y berjumlah 20 soal yang sudah diberi
alternatif jawaban dan merujuk dari indikator masing-masing variabel
yang dikembangkan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala Likert dengan lima alternatif jawaban antara lain:
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Jarang
e. Tidak Pernah
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi
skor, misalnya:
a. Selalu / sangat setuju dengan skor 5
47

b. Sering / Setuju dengan skor 4


c. Kadang-kadang / tidak setuju dengan skor 3
d. Jarang / netral dengan skor 2
e. Tidak Pernah / sangat tidak setuju dengan skor 1
Setelah data dari kedua variabel terkumpul kemudian dianalisis
dengan perhitungan statistik.
Tabel 3.3
Skor Alternatif Jawaban
Pertanyaan Positif
Jawaban Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Jarang 2
Tidak pernah 1
Sumber: I Komang Sukendra, (2020:7)
Setelah data dari kedua variabel terkumpul, maka akan dianalalisis
melalui perhitungan statistik.
2) Responden
Responden adalah peserta didik kelas IX-A Madrasah Tsanawiyah
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Desa Tanjungkerta
Kecamatan Pageurageung Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 29
orang.
3) Jenis data yang diharapkan
Data yang diharapkan adalah data kuantitatif melalui kuantifikasi
data dengan menyebarkan angket kepada responden untuk mengetahui
tanggapan peserta didik yang berkenaan dengan pengaruh amaliah
TQN terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan di
sekolah.
48

4) Cara penyebarannya
Penyebaran angket dilakukan secara pribadi, yakni pengisian
angket dilakukan pada waktu jam sekolah. Angket tersebut disebarkan
secara langsung kepada peserta didik di dalam kelas.
b) Observasi
1) Bentuk
Bentuk observasi yang dilakukan adalah dengan observasi
langsung, maksudnya ialah bentuk pengamatan yang dilakukan secara
langsung pada objek observasi.
2) Obyek yang diobservasi
Objek yang diobservasi ialah siswa-siswa kelas IX-A Madrasah
Tsanawiyah Serba Bakti Podok Pesantren Suryalaya.
3) Jenis data yang diharapkan
Data yang diharapkan ialah untuk mengetahui kondisi obyektif
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya yaitu:
(a) Profil Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya.
(b) Visi, misi dan tujuan Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
(c) Komponen Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.
c) Wawancara
1) Bentuk
Bentuk wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara
tidak terstruktur, yaitu wawancara yang bebas, dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Penulis/
pewawancara hanya membuat garis-garis besar permasalahan yang
akan ditanyakan.
49

2) Yang diwawancara
Sasaran dalam wawancara ini ialah para guru dan peserta didik
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya.
3) Jenis data yang diharapkan
Data yang diharapkan adalah data kuantitatif mengenai Pengaruh
Amaliyah TQN terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam
pembinaan ibadah di sekolah.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menguji apakah ada pengaruh antara variabel X dan variabel Y
maka berikut langkah-langkah cara menganalisa data dengan menggunakan
rumus rank spearman sebagai berikut:
1. Analisis variabel
a. Skoring Data
b. Menurut Wawan, (2015: 72) cara menentukan rata-rata hitung
dengan rumus: (x̄)
𝑛𝑋𝑖
x̄ = ∑
𝑁
Keteraangan:
N = Banyaknya Seluruh Data
n = Banyaknya Data yang Sama
∑Xi = Jumlah Seluruh Skor X dalam Sekumpulan Data
i = 1, 2, 3 …
c. Menentukan simpangan rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
∑ ‫𝑖𝑋׀‬−𝑥̄‫׀‬
SR =
𝑁
d. Membuat skala penafsiran dengan banyaknya tingkatan skala
mengacu kepada banyaknya option dalam angket sebagai berikut:
Sangat Baik
Skor min + 3 SR
Baik
50

Skor min + 2 SR
Cukup
Skor min + 1 SR
Kurang
e. Interpretasi rata-rata hitung pada skala penafsiran
2. Menyusun analisis korelasi variabel (X) terhadap variabel (Y)
a. Menyusun data variabel X dan Y
b. Membuat rangking data variabel X dan variabel Y disusun data
mulai dari yang terkecil sampai dengan terbesar.
c. Menghitung korelasi antara variabel X dengan variabel Y dengan
rumus:
6∑𝑑𝑖²
Rs = 1 −
𝑁ᶾ−𝑁
Keterangan:
di = perbedaan kedua rangking
N = Banyaknya responden atau sampel
d. Menginterpretasikan nilai rs pada skala Gulfrod:
0,00-0,02 Very Low (Sangat Rendah)
0,21-0,40 Low (Rendah)
0,41-0,60 Moderate (Cukup)
0,61-0,80 High (Tinggi)
0,81-1,00 Very High (Sangat Tinggi)
e. Menentukan determinasi (derajat penentu variabel X terhadap
variabel Y) dengan rumus :
D = rs2 x 100%
f. Menguji hipotesis yang diajukan dengan kriteria:
1) Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak
2) Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima
Dengan rumus:
𝑛−2
T hitung = √
𝐼 − 𝑟𝑠 2
51

T tabel = t (1-a) (n-2)


Dengan kriteria pengujian:
Jika t hitung ≥ t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Objek Penelitian
a. Profil MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti yang beralamat di Jalan Raya
Suryalaya Pagerageung Dusun Godebag Desa Tanjungkerta Kecamatan
Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat merupakan
bagian integral dari Pondok Pesantren Suryalaya.
Pondok Pesantren Suryalaya yang didirikan pada tanggal 05
September 1905 oleh Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad
(Pangersa Abah Sepuh) sebagaimana pesantren lainnya, merupakan salah
satu lembaga pendidikan agama Islam yang bersifat tradisional, religius,
heroik dan nasionalis yang telah aktif mendidik, membina dan
membangun masyarakat serta berperan serta menunjang program
pemerintah dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dalam upaya menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan
kemajuan ilmu pengetahuan, maka pada tahun 1961 Syekh Ahmad
Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom) selaku penerus dan pengembang
Pondok Pesantren Suryalaya mendirikan Yayasan Serba Bakti Pondok
Pesantren Suryalaya yang bertujuan antara lain untuk menunjang aktivitas
kegiatan dan program Pondok Pesantren Suryalaya agar dapat melaju
pesat sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
Sejarah singkat perkembangan Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti
Pondok Pesantren Suryalaya sebagai berikut :
1) Tanggal 1 Agustus 1963 didirikan Sekolah Tsanawiyah 4 tahun,
dipimpin oleh KH. Noor Anom Mubarok, BA.
2) Tanggal 1 Agustus 1964, sekolah ini diresmikan bersamaan dengan
diresmikannya Poliklinik Yayasan Serba Bakti.

52
53

3) Tahun 1966 Tsanawiyah diubah menjadi PGA 6 tahun Suryalaya


(Kelas I – IV disebut PGAP, kelas V – VI disebut PGAA) PGAA
dipimpin oleh KH. Noor Anom Mubarok, BA sedangkan PGAA
dipimpin oleh Moh. Amin Sukandar, BA sampai dengan tahun 1977.
4) Tahun pelajaran 1977/1978, PGA 6 tahun (PGAP) diubah menjadi
MTs dan PGAA menjadi MA berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Bimas Islam Nomor: D.III/ED/80/77, D.III/ED/41/78.
5) Madrasah Tsanawiyah dipimpin oleh Ahdi Nuruddin, BA (1977-
1980), KH. Noor Anom Mubarok, BA dengan wakil Suhrowardi,
BA. (1979-1983) kemudian HM. Ondi Rosjadi (1983-2001), Iyed
Tarya Sunarya, S.Pd.I. (2001-2017).
6) Tanggal 10 November 1979 terdaftar sebagai MTs. dengan Nomor
Register: 10 dan tercatat pada Sub Seksi Sekolah Perguruan Agama
Islam Swasta, Seksi Pendidikan Agama Islam Kantor Departemen
Agama Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Surat Seksi Pendidikan
Agama Islam Kantor Depertemen Agama Kabupaten Tasikmalaya
Nomor: M/18/3/Penda.01/1272.
7) Tanggal 5 Pebruari 1981, memperoleh Piagam Madrasah Terdaftar
dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Proponsi Jawwa
Barat, Nomor: 2/10/23/09/11. Berhak menurut hukum untuk
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, dan diperbolehkan
untuk mengikuti ujian persamaan Madrasah Negeri.
8) Tanggal 19 Juni 1990, memperoleh Piagam Madrasah Tsanawiyah
dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa
Barat Nomor: W.i/PP.005.1/366/1990. Berhak menurut hukum
untuk menyelenggarakan Pendidikan dan Pengajaran, serta
diperbolehkan untuk mengikuti Ujian Negara.
9) Tanggal 25 Juni 1993, Memperoleh piagam jenjang Akreditasi
DIAKUI Madrasah Tsanawiyah Swasta dari Kantor Wilyah
Departemen Agama Propinsi Jawa Barat Nomor: B/W.i/0323/1993,
54

Nomor Statistik Madrasah 21.2.32.08.25.088 dan berhak


menyelenggarakan EBTA/EBTANAS.
10) Tanggal 17 Juni 1999, memperoleh Piagam Jenjang Akreditasi
Disamakan Madrasah Tsanawiyah Swasta dari Kepala Bidang
Pembinaan Perguruan Agama Islam Kantor Departemen Agama
Proponsi Jawa Barat, Nomor: A/Wi/MTs/040/1999, Nomor Statistik
Madrasah: 21.2.32.08.25.088 dan berhak menyelenggarakan
EBTA/EBTANAS.
11) Sejak Tahun 2001 pada masa kepemimpinan Iyed Tarya Sunarya,
S.Pd.I., MTs. Serba Bakti mulai memiliki Program Pengembangan
Madrasah, dan pada tahun 2004 mulai disempurnakan Visi, Misi dan
Tujuan.
12) MTs. Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya, pernah beberapa kali
mendapat bantuan, pembinaan, pelatihan, workshop, maupun dana
dan sarana, antara lain bantuan dari Basic Education Project (BEP)
berupa RKB, Meubeler dan DBL, Bantuan Operasional Manajemen
Mutu (BOMM), Bantuan Rehab Ruang Kelas, Bantuan Operasional
Sekolah, Bantuan Siswa Miskin dan terakhir Bantuan Dana Hibah
AusAID. Alhamdulillah bantuan-bantuan tersebut telah kami
rasakan manfaatnya dan telah kami pertanggung jawabkan
sebagaimana mestinya, semoga di masa yang akan datang MTs.
Serba Bakti dapat meningkatkan kemampuan penyelenggaraan dan
pengelolaan madrasah dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan pendidikan yang berlaku terkini.
13) Tanggal 25 Maret 2006 MTs. Serba Bakti Suryalaya Terakreditasi
Peringkat “B” dengan SK. No. 10.4/4/PP.00.5.1005A/2006.
14) Tanggal 21 Oktober 2012 MTs. Serba Bakti Suryalaya Terakreditasi
Peringkat “A” (Sangat Baik) dengan SK. BAN-S/M No.
02.00/207/BAP-SM/SK/X/2012 tanggal 21 Oktober 2012.
15) Sehubungan dengan berbagai hal, sejak 2012 sampai dengan 2018
MTs. Serba Bakti belum lagi mengikuti akreditasi (terlambat namun
55

pada umumnya sekolah lain juga mengalami hal yang sama),


alhamdulillah kemudian ada kesempatan baik mengikuti akreditasi.
16) Tanggal 14 Desember 2017 Kepala MTs. Serba Bakti diganti oleh
Wawan Ridwan, S. Pd., (2017-2018) dan mengingat
diberlakukannya PMA Nomor 58 Tahun 2017 maka melalui Surat
Keputusan Yayasan Serba Bakti Nomor: SKEP-047/YSB-
PPS/A.3/XII/2017 Tanggal 14 Desember 2017 selanjutnya
Nurhidayat, S. Ag. MSI. ditetapkan sebagai kepala madrasah baru
sampai sekarang (Masa Khidmat 2017-2021).
17) Tanggal 09 September 2019 MTs. Serba Bakti Suryalaya
Terakreditasi A (Unggul) dengan Nilai 96 (Sembilan Puluh Enam)
berdasarkan Sertifikat Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah Nomor: 736/BAN/-SM/SK/2019 dan termasuk
Sepuluh Besar (rengking 4) Nilai Tertinggi Akreditasi di Jawa Barat.
(Sumber: Profil MTs Serba Bakti Suryalaya 2022)

b. Identitas MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya


Nama Madrasah : MTs. Serba Bakti Suryalaya
Nomor Statistik Madrasah : 121232060144
Nomor Pokok Sekolah : 20278508
Nasional
Status : Terakreditasi A (Unggul)
SK, Nomor, Tanggal : Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN-SM) Provinsi
Jawa Barat.
Nomor : 763/BAN-SM/SK/2019
Tanggal : 09 September 2019
Alamat : Komplek Pondok Pesantren Suryalaya
Kampung Godebag Kecamatan
Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat Kode Pos 46158
Telp. (0265) 2461103
56

Fax. (0265) 2461103


www.MTssb-suryalaya.sch.id
E-Mail: MTs.serba.bakti@gmail.com
Nama Kepala Madrasah : Nurhidayat, S.Ag., M.S.I.
NIP : 197010012006041001
Alamat Kepala Madrasah : Kampung Godebag RT 03 RW 02 Desa
Tanjungkerta Kec. Pagerageung Kabupaten
Tasikmalaya
HP. 085287479777
Nama Yayasan : Serba Bakti
Alamat Yayasan : Komplek Pondok Pesantren Suryalaya
Kampung Godebag RT 01 RW 02
Desa Tanjungkerta,
Kecamatan Pagerageung
Kabupaten Tasikmalaya
Provinsi Jawa Barat
Telp. (0265) 455828
Fax. (0265) 455830-(0265) 455826
Email: ysb.pps.pusat@gmail.com
Website: www.suryalaya.org
Akta Pendirian Yayasan : 10/1961 JO. No. 37/1987 JO. No.
25/1994 JO. No. 02/2010 JO No.
75/2014
Kepemilikan Tanah : Milik Sendiri
Status Bangunan : Milik Sendiri
Luas Bangunan : 1540
Pagar : 36
(Sumber: Profil MTs Serba Bakti Suryalaya 2022)

c. Visi, Misi dan Tujuan MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
yang bersumber dari profil MTs Serba Bakti Suryalaya Tahun 2022:
1) Visi MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
57

“Unggul, Kompeten, Favorit dan Akuntabel”


2) Misi MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
(a) Meningkatkan kemampuan membaca, menulis,
menterjemahkan dan menyimpulkan kandungan ayat-ayat Al-
Qur’an (menciptakan generasi qur’ani)
(b) Meningkatkan kecerdasan Spiritual, Emosional, Sosial,
Intelektual dan Fisik bagi guru dan peserta didik dalam proses
kegiatan belajar mengajar (KBM)
(c) Meningkatkan manajemen mutu, sarana prasarana dan
akuntabilitas madrasah.
(d) Meningkatkan kultur pendidikan yang beradab, berdisiplin
tinggi, bertanggungjawab dan berdaya saing.
(e) Mewujudkan proses pendidikan yang Sukses, Aman, Lancar,
Anggun, Tertib (SALAT) dan profil madrasah yang Bersih,
Elok, Rapih, Rindang, Indah, Asri dan Sehat (BERRIAS).
3) Tujuan MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
”Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi muslim-
muslimah yang berimtaq, beriptek, berbakti dan berakhlak mulia
(cageur bageur)”.
d. Komponen MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
1) Data Peserta Didik
Tabel 4.1
Data Siswa MTs Serba Bakti Suryalaya Tahun Pelajaran
2021/2022 Dalam Tiga Tahun Terakhir
KELAS
KELAS VII KELAS IX JUMLAH
VIII
TAHUN
Jml Jml Jml Jml
AJARAN Jml Jml Jml Jml
Romb Romb Romb Romb
Siswa Siswa Siswa Siswa
el el el el

2018/2019 162 6 176 6 163 6 501 18

2019/2020 165 6 162 6 176 6 503 18


58

2020/2021 193 7 175 6 158 6 526 19

2021/2022 182 7 190 7 160 6 532 20

Sumber: Profil MTs Serba Bakti Suryalaya 2022


2) Data Guru dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.2
Data Guru dan Tenaga Kependidikan
NO NIP/NUPTK NAMA JABATAN
19701001200604 Nurhidayat, S.Ag.,
1 Kepala Madrasah
1001 M.S.I.
19660601199512 Wakamad
2 Dra. Oon Hanipah
2003 Kurikulum
19700815199203
3 Yayah Asiah, S.Ag. Guru
2001
19701224200501
4 Dra. Suroh Guru
2002
19820329200501 Irma Sumarni,
5 Guru
2001 S.Pd.I.
20387406422000 Wawan Ridwan,
6 Wakamad Sarpras
33 S.Pd.
49587446463000 Wakamad
7 Dra. Ai Sadiah
52 Kesiswaan
33517496513000 Empong Setiawati,
8 Wakamad Humas
33 S.Ag.
39377556603000 Ita Juwita Ningrum,
9 Guru
02 S.Pd.
38517606612000 Eri Jauhar Asmara,
10 Guru
12 S.Pd.I.
80537556562000
11 Mamat, S.Pd.I Guru
03
59

10357646682000 Kamaludin Koswara,


12 Guru
03 M.Ag.
68457626643000
13 Reni Marlina, S.Pd. Guru
32
20447506522000
14 A. Juana, S.Ag. Guru
43
29517666672000
15 Irfan Abadi, M.Ag. Guru
02
15467656692000 Isnaeni Yuniasari,
16 Guru
02 S.Pd.
27507346362000 Beni Adhikesuma,
17 Guru
12 S.Pd.
Ema Nur`aidah,
18 20237803189001 Guru
S.Pd.
19 20237803189002 Rika Apriani, S.Pd. Guru
20 - Irfan Gunari, S.Psi. Guru
Heri Muhamad
21 20237803189005 Guru
Ibrahim, S.Pd.
22 20237803192001 Dera Astria, S.Pd. Guru
Nurul Syarif
23 20237803190001 Guru
Hidayat, S.Pd.I.
24 20237803189004 Mella Melia, S.Pd. Guru
Putri Pustika Ayu,
25 20237803190002 Guru
S.Pd.
26 20237766194001 Daris Lutfi, M.Pd. Guru
27 20237803185002 Yayu Rahayu, S.Pd. Guru
30537536552000 Hilman Yuliawan
28 Guru
33 Abdillah, S.Pd.
29 - Imam Nuralim, S.Pd. Guru
30 - Iyus Supriatna, S.Pd. Guru
60

Nur Asri
31 - Guru
pamungkas, S.Pd.
Rian Syaiful Anwar,
32 - Guru
S.Pd.
Silvira Rediani
33 - Guru
Amanda, S.Pd.
Winda Yanti
34 - Guru
Dahliah, S.Pd.Gr.
35 - Della Oktavia,S.Pd. Guru
51637546562000
36 Mimid, S.E. Bendahara
13
Hj. Emin Aminah,
37 - Koperasi
S.Pd.
76417486502000 Gun Gun Gumilar,
38 TU
12 S.T.
39 - Undang Ruhiat TU
Hopip Abdul
40 - TU
Rohman, S.Ag.
41 - Juhriah Rusdiyanti TU
Istna Risnawati
42 TU
Zakiyah, S.M.
Al-Bani Muhamad
43 - Satpam
Fajar
44 - Opid Kesbirin
Sumber: Profil MTs Serba Bakti Suryalaya 2022
61

3) Fasilitas
Tabel 4.3
Data Sarana dan Prasarana
JUMLAH
JML
NO JENIS PRASARANA RUANG
RUANG
BAIK RUSAK
1. Ruang Kelas 9 ✓
2. Ruang Guru 1 ✓
3. Ruang Kepala Madrasah 1 ✓
Ruang Wakil Kepala
4. 1 ✓
Madrasah
5. Ruang Loby 1 ✓
6. Ruang Tata Usaha 2 ✓
7. Ruang Bendahara 1 ✓
8. Ruang Perpustakaan 2 ✓
9. Ruang Lab 1 ✓
10. Ruang BP/BK 1 ✓
11. Ruang OSIS 1 ✓
12. Ruang UKS 1 ✓
13. Ruang Musholla 2 ✓
14. Ruang Kantin 1 ✓
15. Ruang Dapur 1 ✓
16. Ruang Gudang 5 ✓
17. Toilet Kepmad 1 ✓
18. Toilet Guru 1 ✓
19. Toilet Siswa 7 ✓
Sumber: Profil MTs Serba Bakti Suryalaya 2022
2. Analisis Pengolahan Data Hasil Penelitian
a. Amaliah TQN Suryalaya
Untuk memperoleh sebuah hasil yang memuaskan dalam
penelitian ini, penulis memulai dengan mengamati amaliah TQN
62

Suryalaya pada peserta didik sebagai responden yang benar-benar telah


mempelajari dan mengamalkan amaliah TQN tersebut serta telah
melaksanakan pembinaan ibadah yang dilaksanakan di sekolah MTs
Serba Bakti Suryalaya.
Sehingga kelak penelitian ini dapat lebih fokus tanpa mengurangi
esensi masalah. Pengumpulan data variabel dilakukan melalui
penyebaran angket dengan jumlah responden 29 peserta didik MTs Serba
Bakti Suryalaya dengan jumlah soal masing-masing variabel 10 yang
berisi 5 alternatif jawaban untuk dipilih oleh responden. Dari angket yang
telah disebar kepada peserta didik atau responden variabel X (Amaliah
TQN) tersebut maka diperolehlah sebuah hasil skoring data sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Skor Data Angket Amaliah TQN Suryalaya (Variabel X)
Item Soal
No. Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 35
2. 4 3 3 3 4 4 4 5 4 5 39
3. 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 34
4. 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 33
5. 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 33
6. 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 35
7. 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 38
8. 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 45
9. 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 37
10. 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 37
11. 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 36
12. 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 37
13. 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 47
14. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39
63

15. 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 20
16. 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 33
17. 3 1 2 2 3 2 3 2 3 2 23
18. 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 34
19. 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 37
20. 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 35
21. 5 3 4 4 3 4 4 3 5 4 39
22. 5 4 4 5 4 4 5 4 5 5 45
23. 4 4 5 4 3 3 4 4 4 2 37
24. 4 2 3 3 1 2 2 3 3 4 27
25. 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 27
26. 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 49
27. 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 37
28. 4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 39
29. 5 5 4 4 4 4 3 4 5 3 41

Dari hasil angket yang telah disebarkan sebanyak 29 responden


dari 10 item dengan 5 opsi jawaban, maka skor yang diperoleh dari
variabel X ialah:
1) Hasil Skoring Data
35 39 34 33 33 35 38 45
37 37 36 37 47 39 20 33
23 34 37 35 39 45 37 27
27 49 37 39 41

20 23 27 27 33 33 33 34
34 35 35 35 36 37 37 37
37 37 37 38 39 39 39 39
41 45 45 47 49
64

2) Menghitung Rata-Rata Hitung (X)


𝑛𝑋𝑖
x̄ = ∑
𝑁
(a) Banyak Data
35 39 33 38 45 37 36 47
3 4 3 1 2 6 1 1
20 23 34 27 49 41
1 1 2 2 1 1
(b) Susunan Data
20 23 27 33 34 35 36 37
1 1 2 3 2 3 1 6
38 39 41 45 47 49
1 4 1 2 1 1
𝑛𝑋𝑖
x̄ = ∑
𝑁
20+23+2(27)+3(33)+2(34)+3(35)+36+6(37)
+38+4(39)+41+2(45)+47+49
=
29
20+23+54+99+68+105+36+222+38+156+41+84
+47+49
=
29
1.042
=
29
= 35,93
3) Menghitung Simpangan Rata-rata (SR)
∑ ‫𝑖𝑋׀‬−𝑥̄‫׀‬
SR =
𝑁
(20−35,93)+(23−35,93)+(27−35,93)+(27−35,93)
+(33−35,93)+(33−35,93)+(33−35,93)+(34−35,93)
+(34−35,93)+(35−35,93)+(35−35,93)+(35−35,93)
+(36−35,93)+(37−35,93)+(37−35,93)+(37−35,93)
+(37−35,93)+(37−35,93)+(37−35,93)+(38−35,93)
+(39−35,93)+(39−35,93)+(39−35,93)+(39−35,93)
+(41−35,93)+(45−35,93)+(45−35,93)+(47−35,93)
+(49−35,93)
=
29
15,93 + 12,93 + 8,93 + 8,93 + 2,93 + 2,93 + 2,93 + 1,93 + 1,93
+0,93 + 0,93 + 0,93 + 0,07 + 1,07 + 1,07 + 1,07 + 1,07 + 1,07 + 1,07
+2,07 + 3,07 + 3,07 + 3,07 + 3,07 + 5,07 + 9,07 + 9,07 + 11,07 + 13,07
=
29
65

130,35
=
29
= 4,49
4) Membuat skala penafsiran dengan banyaknya tingkatan skala
mengacu kepada banyaknya Option dalam angket.
Sangat Baik
Skor Min + 4 SR
20 + 4 (4,49) = 37,96
Baik
Skor Min + 3 SR
20 + 3 (4,49) = 33,47
Cukup
Skor Min + 2 SR
20 + 2 (4,49) = 28,98
Kurang
Skor Min + 1 SR
20 + 1 (4,49) = 24,49

Tidak Efektif
5) Interpretasi Rata-rata Hitungan pada Skala Penafsiran
Berdasarkan skala penafsiran di atas, maka rata-rata hitung
adalah x̄ = 35,93 berada pada klasifikasi baik (Interval 33,47 – 37,96).
Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan amaliah TQN
Suryalaya yang berada di lingkungan MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya tergolong kategori baik.
b. Kesadaran Beribadah Peserta Didik
Dari angket yang telah disebar kepada peserta didik atau
responden di MTs Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya sebanyak 29 angket dengan jumlah item sebanyak 10
dan masing-masing terdiri dari 5 pilihan jawaban variabel Y
(Kesadaran Beribadah peserta didik), maka diperoleh skoring data
sebagai berikut:
66

Tabel 4.5
Skor Data Angket Kesadaran Beribadah Peserta Didik
(Variabel Y)
Item Soal
No. Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. 5 4 5 4 4 5 4 5 5 5 46
2. 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49
3. 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 40
4. 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 35
5. 4 3 4 4 3 3 2 3 4 4 34
6. 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 48
7. 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 47
8. 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 49
9. 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 44
10. 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 37
11. 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 46
12. 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 46
13. 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 39
14. 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 43
15. 3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 41
16. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 31
17. 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 49
18. 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 47
19. 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 43
20. 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 36
21. 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
22. 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 49
23. 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 47
24. 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 44
25. 3 5 5 5 4 4 5 5 5 4 45
67

26. 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 45
27. 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 43
28. 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 44
29. 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 45

Dari hasil angket yang telah disebarkan sebanyak 29 responden


dari 10 item dengan 5 opsi jawaban, maka skor yang diperoleh dari
variabel Y ialah:
1) Hasil Skoring Data
46 49 40 35 34 48 47 49
44 37 46 46 39 43 41 31
49 47 43 36 50 49 47 44
45 45 43 44 45

31 34 35 36 37 39 40 41
43 43 43 44 44 44 45 45
45 46 46 46 47 47 47 48
49 49 49 49 50
2) Menghitung Rata-Rata Hitung (Y)
𝑛𝑌𝑖
ȳ = ∑
𝑁

(a) Banyak Data


46 49 40 35 34 48 47 44
3 4 1 1 1 1 3 3
37 39 43 41 31 36 50 45
1 1 3 1 1 1 1 3

(b) Susunan Data


31 34 35 36 37 39 40 41
1 1 1 1 1 1 1 1
43 44 45 46 47 48 49 50
3 3 3 3 3 1 4 1
68

𝑛𝑌𝑖
ȳ = ∑
𝑁
31+34+35+36+37+39+40+41+3(43)+3(44)+3(45)
+3(46)+3(47)+48+4(49)+50
=
29
31+34+35+36+37+39+40+41+129+135+138+141
+48+167+50
=
29
1.233
=
29
= 42,51
3) Menghitung Simpangan Rata-rata (SR)
∑ ‫𝑖𝑦׀‬−𝑦‫׀‬
SR =
𝑁
(31−42,51)+(34−42,51)+(35−42,51)+(36−42,51)
+(37−42,51)+(39−42,51)+(40−42,51)+(41−42,51)
+(43−42,51)+(43−42,51)+(43−42,51)+(44−42,51)
+(44−42,51)+(44−42,51)+(45−42,51)+(45−42,51)
+(45−42,51)+(46−42,51)+(46−42,51)+(46−42,51)
+(47−42,51)+(47−42,51)+(47−42,51)+(48−42,51)
+(49−42,51)+(49−42,51)+(49−42,51)+(49−42,51)
+(50−42,51)
=
29
11,51+8,51+7,51+6,51+12,49+3,51+2,51+1,51+0,49
+0,49+0,49+1,49+1,49+1,49+2,49+2,49+2,49+3,49+3,49
+3,49+4,49+4,49+4,49+5,49+6,49+6,49+6,49+6,49+7,49
=
29
124,86
= = 4,30
29
4) Membuat skala penafsiran dengan banyaknya tingkatan skala
mengacu kepada banyaknya Option dalam angket.
Sangat Baik
Skor Min + 4 SR
31 + 4 (4,30) = 48,2
Baik
Skor Min + 3 SR
31 + 3 (4,30) = 43,9
Cukup
69

Skor Min + 2 SR
31 + 2 (4,30) = 39,6
Kurang
Skor Min + 1 SR
31 + 1 (4,30) = 35,3
Tidak Efektif

5) Interpretasi Rata-rata Hitungan pada Skala Penafsiran


Berdasarkan skala penafsiran di atas, maka rata-rata hitung
adalah ȳ = 42,51 berada pada klasifikasi cukup (Interval 39,6-
43,9). Sehingga hal tersebut menunjukan bahwa Kesadaran
peserta didik yang berada di lingkungan MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya tergolong kategori cukup.
c. Pengaruh Amaliah TQN Terhadap Kesadaran Beribadah Peserta
Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah
Untuk mengolah data yang dikumpulkan dari hasil
pengukuran skala ordinal, maka teknik analisis data yang digunakan
ialah dengan teknik analisis data rank spearman melalui langkah-
langkah berikut ini:
1) Skoring Data Variabel X dan Y
(a) Variabel X
20 23 27 27 33 33 33 34
34 35 35 35 36 37 37 37
37 37 37 38 39 39 39 39
41 45 45 47 49
(b) Variabel Y
31 34 35 36 37 39 40 41
43 43 43 44 44 44 45 45
45 46 46 46 47 47 47 48
49 49 49 49 50
70

2) Susunan Posisi Imbuhan Rangking dan Rangking Data


(a) Variabel X
Tabel 4.6
Tabulasi Data untuk Menentukan Rangking Data X
Susunan Data Posisi Imbuhan Rangking
1
1
20
2
2
23
3,5
3 1
27
= 0,5
4 2 3,5
27
5,4
5
33
5,4
6 1
33 = 0,3
3 5,4
7
33
8,5
8 1
34
= 0,5
9 2 8,5
34
9,9
10
35
1 9,9
11 = 0,3
35 3
9,9
12
35
13
13
36
10,9
14
37
10,9
15
37
10,9
16 1
37
= 0,11
17 9 10,9
37
10,9
18
37
10,9
19
37
71

20
20
38
22,5
21
39
22,5
22 1
39
= 0,25
23 4 22,5
39
22,5
24
39
25
25
41
26,5
26 1
45
= 0,5
27 2 26,5
45
28
28
47
29
29
49

(b) Variabel Y
Tabel 4.7
Tabulasi Data untuk Menentukan Rangking Data Y
Susunan Data Posisi Imbuhan Rangking
1
1
31
2
2
34
3
3
35
4
4
36
5
5
37
6
6
39
7
7
40
8
8
41
9
9 1
43
= 0,3
10 3 9
43
72

9
11
43
11,7
12
44
1 11,7
13 = 0,3
44 3
11,7
14
44
14,4
15
45
1 14,4
16 = 0,3
45 3
14,4
17
45
17,1
18
46
1 17,1
19 = 0,3
46 3
17,1
20
46
19,8
21
47
1 19,8
22 = 0,3
47 3
19,8
23
47
24
24
48
26,5
25
49
26,5
26 1
49
= 0,25
27 4 26,5
49
26,5
28
49
29
29
50
73

(c) Mencari Beda Rangking


Tabel 4.8
Mencari beda rangking
No. X Y Rx Ry di di2
35 46 9,9 17,1 -7,2 51,84
1.
39 49 22,5 26,5 -4 16
2.
34 40 8,5 7 1,5 2,25
3.
33 35 5,4 3 2,4 5,76
4.
33 34 5,4 2 3,4 11,56
5.
35 48 9,9 24 -14,1 198,81
6.
38 47 20 19,8 0,2 0,04
7.
45 49 26,5 26,5 0 0
8.
37 44 16,83 11,7 -5,13 26,3169
9.
37 37 16,83 5 11,83 6.889
10.
36 46 13 17,1 -4,1 16,81
11.
37 46 16,83 17,1 -0,27 0,0729
12.
47 39 28 6 22 484
13.
39 43 22,5 9 16,5 272,25
14.
20 41 1 8 -7 49
15.
33 31 5,4 1 4,4 19,36
16.
23 49 2 26,5 -24,5 600,25
17.
34 47 8,5 19,8 -11,3 127,69
18.
37 43 16,83 9 7,83 61,3089
19.
35 36 9,9 4 5,9 34,81
20.
74

39 50 22,5 29 -6,5 42,25


21.
45 49 26,5 26,5 0 0
22.
37 47 16,83 19,8 -2,97 8,8209
23.
27 44 3,5 11,7 -8,2 67,24
24.
27 45 3,5 14,4 -10,9 118,81
25.
49 45 29 14,4 14,6 213,16
26.
37 43 16,83 9 7,83 61,3089
27.
39 44 22,5 11,7 108 11,664
28.
41 45 2,5 14,4 -11,9 141,61
29.
9531,99

(d) Menghitung Korelasi antara Variabel (X) dan Variabel


(Y)
Berdasarkan harga-harga yang ditunjukan dalam tabel
langkah ketiga, maka harga rs dapat dihitung dengan
rumus:
6∑𝑑𝑖²
Rs = 1 −
𝑁ᶾ−𝑁
Dimana n = banyaknya responden atau sampel, di2 =
kuadrat perbedaan rangking X dan Y, oleh karena maka:
6(951,99)
rs = 1 −
29ᶾ−29
57191,99
rs = 1 −
24.360
rs = 1 – 0,234
rs = 0,76
Untuk kepentingan penafsiran digunakan klasifikasi
tentang batas-batas p untuk rs, sebagai berikut:
0,00 – 0,20 = Very Low (Sangat Rendah)
75

0,21 – 0,40 = Low (Rendah)


0,41 – 0,60 = Moderate (Cukup)
0,61 – 0,80 = High (Tinggi)
0,81 – 1,00 = Very High (Sangat Tinggi)
Bersadarkan harga rs sebesar 0,76 berada pada
klasifikasi High (Tinggi). Hal ini berarti Amaliah TQN
Suryalaya mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap
kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di
sekolah.
(e) Menetukan Derajat Determinasi
Untuk menentukan derajat determinasi digunakan
rumus:
D = rs2 x 100%
D = (0,76)2 x 100%
D = 0,5776 x 100%
D = 50,76 %
Jadi derajat determinasi hubungan variabel (X) dengan
variabel (Y) adalah 50,76%. Hal ini berarti bahwa
Kesadaran Beribadah Peserta didik di tentukan oleh
Amaliah TQN sebesar 50,76%. sehingga 49,76%
kesadaran beribadah peserta didik ditentukan oleh faktor
lain diluar penelitian ini.
(f) Uji Signifikansi/ Uji Hipotesis
Hipotesis kerja yang penulis ajukan adalah “ada
hubungan yang signifikan antara amaliah TQN Suryalaya
terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam
pembinaan ibadah di sekolah”. Maka untuk kepentingan
uji signifikasi koefisien korelasi rs atau uji hipotesis
digunakan rumus:
√𝑛−2
t = rs
1−𝑟𝑠²
76

√29−2
t = 0,76
1−(0,76)²

√27
t = 0,76
1−0,5776

√27
t = 0,76
0,4224

t = 0,76√63,92
t = 0,76 (7,99) = 6,0724
Setelah dilakukan perhitungan ternyata thitung sebesar

6,0724 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 dan dk


= N-2 = 29-2 = 27, maka dalam tabel t (0,05) (27) = 1,703.
Dengan demikian bahwa t hitung 6,0724 > t tabel 1,703,
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
Sehingga korelasi antara amaliah TQN Suryalaya
terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam
pembinaan ibadah di sekolah berada pada klasifikasi yang
tinggi yakni 0,76 setelah diuji signifikansi. Dengan
demikian ada pengaruh yang signifikan antara amaliah
TQN Suryalaya terhadap kesadaran beribadah peserta
didik dalam pembinaan ibadah di sekolah.
B. Pembahasan
Dalam penelitian tentang pengaruh amaliah TQN terhadap kesadaran
beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah telah banyak
dilakukan oleh para ahli yang menjadi pendukung dalam penelitian ini
diantaranya seperti penelitian yang dilakukan oleh:
1. Darmawati, (2015: 71) yang meneliti tentang “pembinaan ibadah salat
dalam meningkatkan pengalaman keberagamaan siswa Madrasah Aliyah
Pengkedekan kecamatan Sabbang kabupaten Luwu Utara” yang
menunjukan adanya pengaruh positif yang ditimbulkan pada peserta
didik dalam pembinaan ibadah shalat adalah mereka senantiasa
menghormati, mentaati, dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh
77

guru terutama kepada Allah Swt, untuk melakukan setiap ibadah dengan
melihat kebiasaan mereka dalam mengerjakan ibadah shalat karena
adanya bimbingan dan keteladan yang diberikan kepada mereka.
2. Shalli Badriah Hisniati (2020: 23) yang meneliti tentang “pengaruh
program bimbingan ajaran TQN Suryalaya terhadap akhlak mahasiswa”
yang menunjukan adanya korelasi yang kuat dan positif. Dimana dengan
pengamalan TQN secara istiqamah, santri/mahasiswa akan lebih
mengetahui bagaimana harus melakukan baik dengan dirinya sendiri,
dengan orang lain, dan lingkungan sekitarnya bahkan dengan Allah Swt
sebagai penciptanya
3. Veri Pranoto yang meneliti tentang “Peran Tarekat Qadiriyah
Naqsyabadiyah (TQN) Dalam Memotivasi Perilaku Keagamaan Pada
Jemaah di Desa Sumbang Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas”
(2018: 46) bahwa terdapat pengaruh yang positif atau signifikan yang
dapat mempengaruhi perilaku keagamaan diantaranya melalui faktor
sosial dan pengalaman beragama yang mampu saling berpesan dalam
kebenaran, saling menasehati, saling melarang dalam kemungkaran dan
pembinaan agama Islam dapat memurnikan penghambatan yakni kepada
Allah Swt, sehingga dengan demikian umat Islam akan terikat pada
tauhid dan amar ma’ruf nahi munkar.
4. Witri Rabiatul Adawiah, (2019), yang meneliti tentang “Peran Zikir TQN
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di MA Darul Ihsan
Sukabumi” yang menunjukan adanya pengaruh positif. Alasannya
motivasi dalam diri akan terpenuhi ketika individu merasa aman, tentram
dan nyaman, selain itu dia mengakui bahwa Allah Swt Maha segala-
galanya. Sehingga setelah merasa tenang maka akan berdampak pada
kegiatan belajar individu tersebut.
Dari hasil penelitian terdahulu dengan penelitian penulis terdapat beberapa
perbedaan yang terletak pada variabel x atau y, populasi dan sampel yang
diambil, teknik sampling yang digunakan, teknik analisis data serta lokasi
penelitian yang berbeda, sehingga akan menghasilkan nilai yang tidak sama.
78

Kemudian penulis berkonsetrasi terhadap pengaruh amaliah TQN terhadap


kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah yang
hasilnya ialah sebagai berikut:
1. Amaliah TQN Suryalaya
Berdasarkan hasil uji statistik, maka diperoleh hasil rata-rata hitung
(X̄) yaitu 35,93. Apabila dikonfirmasikan kedalam skala penafsiran,
maka berada pada klasifikasi baik (Interval 33,47 – 37,96). Hal ini berarti
Amaliah TQN Suryalaya yang berada dilingkungan MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya tergolong kategori baik.
Sebagaimana hasil uji statistik tersebut yang menyatakan bahwa
Amaliah TQN Suryalaya di MTs Serba Bakti Suryalaya ini yaitu
memiliki klasifikasi baik, hal ini selaras dengan hasil wawancara yang
telah dilaksanakan oleh penulis kepada para guru maupun para peserta
didik MTs Serba Bakti Suryalaya. Dengan berbagai data yang telah
dikumpulkan, penulis mendapatkan hasil bahwa ternyata Amaliah TQN
Suryalaya itu memiliki pengaruh yang baik terhadap kesadaran beribadah
peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah.
Hasil wawancara penulis dengan guru TQN beliau menyebutkan
bahwa mulai dari kelas vii peserta didik sudah diberikan pemahaman,
dan keilmuan tentang amaliah TQN sedangkan kelas xi sudah dititik
beratkan kepada amaliah yang merupakan pelaksanaan dari pengamalan.
Kemudian untuk proses talqin sendiri dimuali dari kelas ix, sedangkan
kelas vii dan viii lebih kepada penjelasan dan hafalan amaliah TQN.
Amaliah TQN juga merupakan salah satu jalan supaya terbentuknya
kepribadian muslim yang berakhlakul karimah serta cageur, bageur, lahir
dan batin sehingga melalui pengamalan-pengamalan inilah kepribadian
peserta didik mampu menjadi lebih baik lagi dan mudah untuk diarahkan
kepada hal kebaikan dan terbiasa melaksanakan ibadah (Irfan Abadi,
wawancara, 13 Juni 2022)
79

2. Kesadaran Beribadah Peserta Didik dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah


Sebagaimana hasik uji statistik tentang kesadaran beribadah peserta
didik dalam pembinaan ibadah di sekolah yang berada di MTs Serba
Bakti Suryalaya Tasikmalaya ini diperoleh hasil rata-rata hitung ȳ =
42,51 berada pada klasifikasi cukup (Interval 39,6-43,9). Hal ini
menunjukan bahwa kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan
ibadah di Sekolah yang berada di MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya tergolong kategori cukup.
Dalam hasil wawancara penulis dengan para guru khususnya guru
TQN yang menjelaskan bahwa kesadaran beribadah peserta didik mulai
membaik setelah adanya kegiatan pembinaan ibadah yang dilaksanakan
setiap satu kelas sekali secara bergilir hal ini terlihat dari sebuah program
sekolah dalam menjalankan shalat dhuha, shalat dhuhur berjama’ah
dimana setiap peserta didik tidak perlu lagi di suruh-suruh, ditegur,
dicari-cari ketika kegiatan pelaksanaan kerohanian tersebut. (Irfan
Abadi, wawancara, 13 Juni 2022).
3. Pengaruh Amaliah TQN Tehadap Kesadaran Beribadah Peserta Didik
Dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah
Berdasarkan hasil penelitian bahwa amaliah TQN Suryalaya cukup
memiliki pengaruh terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam
pembinaan ibadah di sekolah yang berada di MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya dengan rs sebesar 0,76. Berdasarkan klasifikasi pada skala
Guilford atas nilai rs berada pada klasifikasi high (tinggi) karena berada
pada klasifikasi 0.61-0.80. Hal tersebut menunjukan bahwa amaliah
TQN memiliki korelasi yang cukup dengan kesadaran beribadah peserta
didik dalam pembinaan ibadah di sekolah yang berada di MTs Serba
Bakti Suryalaya Tasikmalaya.
Adapun derajat determinasi yang diperoleh pada indikator amaliah
TQN Suryalaya dan Kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan
ibadah di Sekolah yang berada di MTs Serba Bakti Suryalaya
Tasikmalaya ini adalah 50,76% dan 49,76% ditentukan oleh faktor lain
80

diluar penelitian, seperti yang berasal dari lingkungan keluarga,


masyarakat, teladan guru, dan pergaulan pertemanan.
Artinya indikator dari amaliah TQN Suryalaya seperti dzikir,
khataman, manaqib, ziarah, riyadhah cukup mempengaruhi indikator
kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah
seperti yang telah disebutkan diatas.
Hal ini dilengkapi dengan hasil wawancara kepada guru MTs Serba
Bakti Suryalaya menyebutkan bahwa amaliah TQN sangat berpengaruh
terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di
sekolah, dimana buah hasil tersebut salah satunya terlihat dari aspek:
a. Etika, dengan menerapkan 6S (salam, sapa, salim, senyum, sopan,
dan santun).
b. Peserta didik menyadari dengan sendirinya mengenai kewajiban
mereka tentang shalat lima waktu tanpa harus disuruh dan
diingatkan lagi, dan sudah tau bahwa shalat itu lebih baik di awal
waktu.
c. Peserta didik laki-laki sudah mampu memimpin shalat menjadi
imam, dan untuk perempuan pun sudah mampu memimpin shalat
jika khusus berjama’ah perempuan semua.
d. Peserta didik sudah mampu memimpin tata cara dzikir maupun
khatamannya.
e. Peserta didik sudah mampu dalam tata cara pengamalan manaqib
mulai dari menjadi petugas pembaca kalam ilahi, tawasul, tanbih,
maqobah bahkan sudah mampu berorasi untuk menyampaikan
kultum (kuliah tujuh menit). (Yayu Rahayu, wawancara, 13 Juni
2022)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penyebaran angket untuk kesadaran beribadah
peserta didik, bahwa pengamalan amaliah TQN merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kesadaran beribadah peserta didik. Sesuai dengan hasil
penelitian penulis dimana peserta didik yang mengamalkan amaliah TQN
mempunyai tabi’at atau kesadaran beribadah yang baik.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara pengamalan amaliah TQN terhadap kesadaran
beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah. Hal tersebut
dapat disimpulkan dari hasil penelitian sebagai berikut:
1. Amaliah TQN Suryalaya berdasarkan hasil uji statistik, maka
diperoleh hasil rata-rata hitung (X̄) yaitu 35,93. Apabila
dikonfirmasikan kedalam skala penafsiran, maka berada pada
klasifikasi baik (Interval 33,47 – 37,96). Hal ini berarti Amaliah
TQN Suryalaya yang berada dilingkungan MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya tergolong kategori baik.
2. Kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah di
sekolah, sebagaimana hasik uji statistik tentang kesadaran beribadah
peserta didik dalam pembinaan ibadah di sekolah yang berada di
MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya ini diperoleh hasil rata-rata
hitung ȳ = 42,51 berada pada klasifikasi cukup (Interval 39,6-43,9).
Hal ini menunjukan bahwa kesadaran beribadah peserta didik dalam
pembinaan ibadah di Sekolah yang berada di MTs Serba Bakti
Suryalaya Tasikmalaya tergolong kategori cukup.
3. Pengaruh Amaliah TQN Tehadap Kesadaran Beribadah Peserta
Didik Dalam Pembinaan Ibadah di Sekolah, berdasarkan hasil
penelitian bahwa amaliah TQN Suryalaya cukup memiliki pengaruh
terhadap kesadaran beribadah peserta didik dalam pembinaan ibadah

81
82

di sekolah yang berada di MTs Serba Bakti Suryalaya Tasikmalaya


dengan rs sebesar 0,76. Berdasarkan klasifikasi pada skala Guilford
atas nilai rs berada pada klasifikasi high (tinggi) karena berada pada
klasifikasi 0.61-0.80. Hal ini menyatakan bahwa kesadaran
beribadah peserta didik dipengaruhi oleh amaliah TQN Suryalaya
sebesar 50,76% sedangkan sisanya 49,76% ditentukan oleh faktor
lain seperti diluar penelitian, yang berasal dari lingkungan keluarga,
masyarakat, teladan guru, dan pergaulan pertemanan. Hal ini selaras
dengan uji hipotesis yang diajukan dan dinyatakan dengan thitung ≥

ttabel (6,0724 ≥ 1,703) yang artinya Ha diterima dan Ho di tolak.


B. Saran
Dari hasil penelitian ini diyakini bahwa amaliah TQN merupakan hal
yang penting dalam salah satu proses peningkatan kesadaran beribadah
peserta didik, sehingga sangat diperlukan dukungan dari semua pihak yang
terdapat dilingkungannya, diantaranya kepala sekolah, Pendidik, Orang Tua
dan bagi peserta didik. Untuk itu penulis memberikan beberapa saran
diataranya:
1. Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan agar terus mempertahankan kegiatan program kerja
pembinaan ibadah melalui pengamalan TQN Suryalaya serta
senantiasa terus selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi para
pendidik guna menambah semangat bagi para pendidik dalam
membimbing kegiatan pembinaan ibadah di sekolah tersebut.
2. Bagi Pendidik
Diharapkan lebih mengkaji dan memahami lagi karakter atau tabiat
dari peserta didik guna lebih meningkatkan kesadaran beribadah
peserta didik.
3. Bagi Orang Tua
Diharapkan mampu memantau anak-anaknya ketika berada di
rumah baik dalam hal ibadah, akhlak atau tuganya sebagai seorang
pelajar.
83

4. Bagi Peserta Didik


Diharapkan dapat istiqamah dalam pengamalan amaliah TQN secara
terus menerus tanpa ada rasa beban ataupun keterpaksaan sehingga
dapat melahirkan kesadaran akan kewajiban dalam beribadah dan
akhlakul karimah.
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Irfan. 2020. Buku Diklat Materi Ke-Suryalaya-an. Tasikmalaya:


Latifah Press.
Abror, Khairul. 2019. Fiqh Ibadah. Bandar Lampung: Arjasa Pratama
Ahyadi Abdul Aziz. 2011. Psikologi Agama (Kepribadian Muslim
Pancasila). Bandung; Sinar Baru Algensindo.
Alba, Cecep. 2012. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Aqib, Kharisudin. (Tanpa Tahun Terbit). Al – Hikmah Memahami Teosofi
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Surabaya: PT Bima Ilmu.
Bassar, Agus Samsul. 2018. Eksistensi Pondok Pesantren Berbasis
Tarekat Dalam Era Global dan Digital. JPII Vol. 3 No.1.
Bassar, Agus Samsul. Dkk. 2020. Implikasi Konsep Fitrah dalam Islam
dan Tujuan Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia.
Vol. 5 No. 1.
Basukiyatno, dan Fitriyanto. 2020. Effektivitas Ibadah Dalam
Pengembangan Kecerdasan Spritual Santri, Di Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya. Jurnal: Pendidikan. Vol. 14 No. 2
Budiman Haris. 2015. Kesadaran Beragama Pada Remaja Islam. Jurnal
Pendidikan Islam. Vol. 6.
Fatoni. 2020. Integrasi Zikir dan Pikir Dasar Pengembangan Pendidikan
Islam. Nusa Tenggara Barat: Forum Pemuda Aswaja.
Ghozali, Imam. 2006. Kitab Minhajul Abudin. Mesir: Perpus darul Minhaj.
Hadiawati, Lina. 2008. Pembinaan Keagamaan Sebagai Upaya
Meningkatkan Kesadaran Siswa Melaksanakan Ibadah Shalat. Jurnal
Pendidikan Universitas Garut. Vol. 02 No. 01.
Hardani, Dkk. 2020. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu.
Hasanah, Hasyim. 2015. Faktor-faktor pembentuk kesadaran beragama
anak jalanan. Jurnal Sawwa. Vol. 10. No. 2.
Hasanah, Hasyim. 2016. Teknik-teknik Observasi. Jurnal at-Taqaddum.
Vol.8 No. 1
Hisniati, Shalli Badriah. 2020. Pengaruh Program Bimbingan
AjaranTarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah Suryalaya Terhadap
Akhlak Mahasiswa. Vol:1. No 1.
Imam, Malik. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Teras.
Jamaludin. 2017. Fiqh Ibadah. PP. Suryalaya Tasikmalaya: Latifah

82
83

Khairiyah, Farhan. 2011. “Strategi Komunikasi dalam Pembinaan Ibadah


Terhadap Anak Asuh Yayasan Yatim Piatu Islam Al-Barokah Pondok
Gede Bekasi”. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Komang Sukendra dan Kadek Surya. 2020. Instrumen Penelitian.
Denpasar: Mahameru Press.
Kusuma, Wowo Sunaryo. 2013. Takssonomi Berpikir. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
M. Ramli. 2015. Hakikat Pendidik dan Peserta Didik. Jurnal Tarbiyah
Islamiyah. Vol. 5 No. 1
Ma’arif, Muhammad Anas dan Muhamad Husnur Rofiq. 2019. Dzikir dan
Fikir Sebagai Konsep Pendidikan Karakter: Tela’ah Pemikiran KH.
Munawwar Kholil Al-Jawi. Jurnal Tadrib. Vol. V, No.1.
Maklumat nomor 50. PPS. III. 1995 tanggal 11 Maret 1995. Suryalaya:
Amalan manaqib
Misbahuzzulam. 2014. Deskripsi Tawasul dan Hukumnya. Jurnal: Dirasat
Islamiyah Al-Majaalis. Vol. 2 No. 1.
Munir, Samsul. 2012. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.
Nur, Muhammad Faisal. 2017. Perspektif Dzikir Dikalangan Sufi. Jurnal:
Substantia. Vol. 19 No. 2.
Oktradiksa, Ahwy. 2007. Kesadaran Beribadah Siswa. Jurnal
Pendidikan. Vol. 2. No. 1
Pangestika, Indah. 2020. “Kesadaran Dalam Beribadah”. Skripsi.
Purwokerto: IAIN Purwokerto.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo; Zifatama
Publishing.
RI, Kemenag. 2014. Al-Qur’an tajwid & terjemah. Bandung: PT Sygma
Examedia
Rojaya. 2016. Studi Kitab dan Amaliyah Tasawuf. Tasikmalaya: Latifah.
Rosihon Anwar. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung; cv Pustaka setia.
Sahriansyah. 2014. Ibadah dan Akhlak. Banjarmasin: IAIN Antasari Press.
Sobur, Alex. 2016. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Management. Bandung: Alfabeta.
Sujati, Budi. 2021. Historiografi Manaqib Syekh Abdul Qadir Jailani dan
Perkembangannya di Indonesia. Jurnal Sinau. Vol. 7 No. 2
Tajul’Arifin, Shohibulwafa. 20015. Akhlakul Karimah Aklakul
Mahmudah. Tasikmalaya: Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya.
84

Tajul’Arifin, Shohibulwafa. 2005. Miftahus Shudur Kunci Pembuka Hati.


Tasikmalaya: PT. Mudawwamah Warohmah.
Tajul’Arifin, Shohibulwafa. 2010. Kitab ‘Uqudul Jum’aan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taufik. 2020. Psikologi Agama. Mataram: Sanabil.
Thohir, Ajid. 2002. Gerakan Politik Kaum Tarekat: Telaah Historis
Gerakan Politik Antikolonialisme Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah
di Pulau Jawa. Bandung: Pustaka Hidayah.
Usman, Asep. 2018. Fenomena Tarekat di Zaman Now: Telaah atas
Ajaran dan Amalan TQN Suryalaya. Jurnal kajian dakwah dan
kemasyarakatan. Vol. 22 (2).
Wahyudi. 2019. Strategi Penyuluh Agama Dalam Meningkatkan Kesadaran
Beragama Remaja Di Dusun Lombo’na Kabupaten Majene. Skripsi.
Pare-Pare: IAIN Pare-pare.
Wawan. 2015. Desain Penelitian Kuantitatif. Tasikmalaya: Latifah Press.
Wawan. 2015. Pengantar Statistik Pendidikan: Latifah Press.
Zulkifli. 2017. Fiqh dan Prinsip Ibadah dalam Islam. Jurnal Pemikiran dan
Pencerahan. Vol. 13 No. 2.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI
PENELITIAN

1. Profil Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya


Tasikmalaya.
2. Visi, misi dan tujuan Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya.
3. Komponen Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya.
Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana penjelasan secara umum mengenai amaliah TQN yang diajarkan


di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya?
2. Bagaimana penjelasan dan penerapan pembinaan ibadah yang dilaksanakan
di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya?
3. Bagaimana tanggapan dan respon dari peserta didik mengenai pelaksanaan
pembinaan ibadah di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya?
4. Bagaimana kondisi kesadaran beribadah peserta didik dan apakah kesadaran
beribadah peserta didik meningkat setelah mengikuti kegiatan pembinaan di
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya?
5. Apakah dalam kesadaran beribadah peserta didik terdapat perbedaan antara
bagi yang mengamalkan TQN dengan yang tidak mengamalkan TQN?
6. Seberapa besar pengaruh amaliah TQN terhadap kesadaran beribadah
peserta didik dalam pembinaan ibadah di Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti
Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?
7. Apakah terdapat hambatan atau kendala selama proses pembinaan ibadah di
Madrasah Tsanawiyah Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya
Tasikmalaya?
8. Apakah tujuan dari adanya pembinaan ibadah di Madrasah Tsanawiyah
Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya?
9. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kesadaran beribadah
peserta didik sebelum adanya kegiatan pembinaan ibadah?
Lampiran 6

PEDOMAN ANGKET PENELITIAN


Amaliah TQN Suryalaya (Variabel X)

A. Identitas Responden
Nama :
Kelas :
Sekolah :
Alamat :
B. Petunjuk Pengisian
1. Berilah tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia dari
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan pendapat anda.
2. Dilarang bekerja sama dengan teman dalam menjawab pertanyaan dibawah
ini.
3. Jawablah pertanyaan dengan penuh kejujuran dan periksa kembali jawaban
anda sebelum dikumpulkan.

Pilihan Ganda!

1. Apakah anda telah melaksanakan proses talqin sebelum mengamalkan


amaliah TQN Suryalaya?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
2. Apakah anda melaksanakan amaliah dzikir setelah selesai shalat fardu?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
3. Apakah anda mengingat Allah Swt, kapan pun dan dimana pun berada?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
Lampiran 6

4. Apakah anda mengamalkan khataman berjama’ah di masjid?


a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
5. Apakah anda melaksanakan khataman seminggu dua kali?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
6. Apakah anda mengikuti khidmat amaliah manaqib khusus di pondok
pesantren Suryalaya setiap satu bulan sekali?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
7. Apakah anda pernah menjadi petugas amaliah manaqib umum di luar?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
8. Apakah anda mengetahui jenis-jenis riyadah yang ada dalam TQN
Suryalaya?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
9. Apakah anda melaksanakan riyadah TQN Suryalaya seperti mandi
malam atau yang lainnya?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
10. Apakah anda melaksanakan ziarah kepada mursyid TQN Suryalaya?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
Lampiran 6

Kesadaran Beribadah Peserta Didik dalam Pembinaan Ibadah di


Sekolah (Variabel Y)
1. Apakah anda mengetahui bacaan niat shalat fardu yang biasa
dilaksanakan lima kali dalam sehari?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
2. Apakah anda mengetahui rukun islam yang ke dua?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
3. Apakah anda meyakini bahwa melaksanakan ibadah shalat adalah wajib
bagi umat muslim?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
4. Apakah anda menjalankan shalat wajib setiap hari?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
5. Apakah selama proses pembinaan ibadah di sekolah berlangsung
terdapat paksaan dari guru?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
6. Apakah setelah melaksanakan ibadah terjadi perubahan positif dalam
diri anda?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak pernah
c. Kadang-kadang
Lampiran 6

7. Apakah anda mengikuti kegiatan pembinaan ibadah dengan hati yang


ikhlas?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
8. Apakah menurut anda kesadaran beribadah itu merupakan hal yang
penting?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
9. Apakah terdapat perubahan pada diri anda setelah mengikuti kegiatan
pembinaan ibadah di sekolah?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
10. Apakah kegiatan pembinaan ibadah membuat anda merasa malas dan
tertekan?
a. Selalu d. Jarang
b. Sering e. Tidak Pernah
c. Kadang-kadang
Lampiran 7

JADWAL PEMBINAAN IBADAH PESERTA DIDIK


MTS SERBA BAKTI PONDOK PESANTREN SURYALAYA
TAHUN PELAJARAN 2021-2022

Waktu Kegiatan Peserta Didik Tempat


13.00 – 13.30 ➢ Cek In Peserta Aula Mini
13.30 – 14.30 ➢ Acara Pembukaan Aula Mini
➢ Sholat Sunat Qabla Ashar
14.30 – 15.30 ➢ Sholat Ashar Mushola
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Coffe Break
15.30 – 17.30 Mushola
➢ Tes Bacaan Sholat dan BTQ
➢ Shalat Syukrul Wudlu
➢ Shalat Qabla Magrib
➢ Shalat Magrib
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Shalat Ba’da Magrib
17.30 – 19.00 Mushola
➢ Shalat Awwabin
➢ Shalat Taubat
➢ Shalat Birrulwalidaini
➢ Shalat Lihifdil Iman
➢ Shalat Lisyukrinikmat
➢ Shalat Syukrul Wudlu
➢ Shalat Qabla Isya
➢ Shalat Isya
19.00 – 20.00 ➢ Shalat Ba’da Isya Mushola
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Shalat Lidaf’il Balai
➢ Khataman
Lampiran 7

➢ Makan
➢ Istirahat
➢ Tes Bacaan Sholat dan BTQ Mushola/Aula
20.00 – 21.00
➢ Pembinaan Mini
➢ Kerja Bakti secara bergiliran
➢ Bersiap-siap untuk Shalat Mutlaq
➢ Shalat Syukrul Wudhu
➢ Shalat Mutlaq
21.00 – 22.00 ➢ Shalat Istikharah Mushola
➢ Shalat Hajat
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
22.00 – 02.00 ➢ Istirahat (tidur) Mushola
➢ Bangun dan Berdo’a
- Kamar Mandi
➢ Mandi Taubat
02.00 – 02.30 - Mushola
➢ Menuju Mushola
➢ Shalawat Banihasyim
➢ Shalat Syukrul Wudlu
➢ Shalat Taubat
02.30 – 04.00 ➢ Shalat Tahjjud Mushola
➢ Shalat Witir
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Shalat Syukrul Wudlu
➢ Shalat Subuh
➢ Shalat Lidafil Balai
04.00 – 06.00 Mushola
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Khotaman
➢ Pembinaan
➢ Shalat Syukrul Wudlu
06.00 – 07.00 ➢ Shalat Israq Mushola
➢ Shalat Istiadah
Lampiran 7

➢ Shalat Istikharah
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Sarapan
➢ Tes Kaifiyat Dzikir, Khataman,
Tahlilan
➢ Beres-beres bekas ruang tidur
Mushola/Aula
07.00 – 09.00 ➢ Kerja Bakti, Kesberin, dan
Mini
Olahraga
➢ Assesment, BK (Fungsi
BP/BK/Walas)
➢ Hafalan Surat-surat Pendek
➢ Shalat Syukrul Wudlu
➢ Shalat Dhuha
09.00 – 10.00 Mushola
➢ Shalat Kifaratil Bauli
➢ Dzikir Jahar dan Khofi
➢ Curhat/Konsultasi
➢ Membaca Berjanji Mushola/Aula
10.00 – 11.30
➢ Wajib Mandi Sebelum Dzuhur Mini
➢ Pembinaan
➢ Shalat Syukrul Wudhu
➢ Shalat Qabla Dzuhur
11.30 – 13.00 ➢ Shalat Dzuhur Mushola
➢ Shalat Ba’da Dzuhur
➢ Dzikir dan Khofi
➢ Membereskan barang bawaan
Mushola/Aula
13.00 jangan sampai ketinggalan
Mini
➢ Mendengarkan Pengumuman
DOKUMENTASI PENELITIAN

Kegiatan Pembinaan Ibadah Kelas IX-A

Kegiatan Pembinaan Ibadah Kelas IX-A

Wawancara guru TQN Wawancara guru BK


Pembagian Angket Penelitian Pengisian Angket Penelitian

Hasil Pengisian Angket Observasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai